Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

PENDIDIKAN KEWARNEGARAAN

OTONOMI DAERAH

DISUSUN OLEH :

NETRIYUNITA

104220044

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA

2021/2022
RANGKUMAN 13
Keterangan:
Dosen : Bapak Dr.Drs. Marsono, M.Si, ClQnR
Judul : Otonomi Daerah
Tanggal : Sabtu, 11 Juni 2022
Pukul : 07.00-8.40 WIB

Pada pertemuan kali ini, dijelaskan beberapa topik perkuliahan


kewarnegaraan yang akan dibahas yaitu Pengertian otonomi daerah,
Hubungan kewarnegaraan pusat dan daerah, serta Pembangunan urusan
pemerintahan. Secara etimologi, istilah otonomi berasal dari bahasa latin
yaitu kata “autos” yang memiliki arti “sendiri”. dan kata “nomos” yang
memiliki arti “aturan”. Dengan demikian otonomi daerah memiliki arti
pengaturan sendiri, memerintah sendiri atau mengatur sendiri. Menurut
Benyamin Hoesein, otonomi daerah adalah suatu pemerintahan yang
dibuat oleh rakyat. Pemerintahan tersebut dibuat untuk rakyat.
Pemerintahan tersebut di bagian wilayah negara secara informal dan
berada di luar pemerintahan pusat. Menurut UU No. 32 tahun 2004,
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Nilai dasar otonomi daerah yang dikembangkan dalam UUD 1945


berkenaan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di
Indonesia dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia


tidak mempunyai kesatuan pemerintahan lain didalamnya yang
bersifat negara (Eenheidstaat) yang berarti kedaulatan yang melekat
pada rakyat, bangsa dan negara RI tidak akan terbagi di antara
kesatuan-kesatuan pemerintahan.
2. Nilai Dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa pasal 18 UUD
1945 beserta penjelasannya maka pemerintahan diwajibkan untuk
melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang
ketatanegaraan.

Titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada daerah Tingkat II


(Dati II) dengan beberapa dasar pertimbangan : Dimensi Politik yaitu Dati II
kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga risiko gerakan
saparatisme danpeluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim.
Dimensi Administratif yaitu dimana penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif. Dati II adalah
daerah ujung tombak pelaksanaan pembangunan sehingga lebih tahu
kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya. Adapun tujuan otonomi
daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada para masyarakat,
untuk mengembangkan kehidupan masyarakat yang didasari oleh
demokrasi, untuk mewujudkan suatu keadilan sosial kepada seluruh
lapisan masyarakat, mewujudkan pemerataan daerah, memelihara
hubungan yang serasi dan baik, mendorong upaya pemberdayaan
masyarakat, serta untuk menumbuhkan prakarsa sekaligus kreativitas.

Terdapat 3 prinsip otonomi daerah, yaitu prinsip otonomi


seluas-luasnya, prinsip otonomi nyata, dan prinsip otonomi yang
bertanggung jawab. Dalam prinsip otonomi seluas-luasnya memiliki arti
bahwa suatu daerah akan diberikan sebuah wewenang. Kewenangan
tersebut dipakai untuk mengatur serta mengurus urusan rumah tangganya
sendiri. Prinsip otonomi nyata memiliki arti bahwa suatu daerah akan
diberikan sebuah wewenang yang digunakan untuk menangani
urusan-urusan dari pemerintahan. Kemudian, prinsip otonomi yang
bertanggung jawab memiliki arti bahwa dalam suatu sistem
penyelenggaraan pemerintahan mampu dan dapat memberdayakan
daerahnya masing-masing. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dari masyarakat yang luas.
Berdasarkan UU No.23 tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah,
terdapat 3 asas penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
dasar bagi pemerintahan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Asas-asas tersebut antara lain :

1. Asas Desentralisasi adalah sebuah penyerahan wewenang yang


dilakukan oleh pemerintahan pusat pada pemerintahan daerah.

2. Asas Dekonsentrasi adalah sebagian urusan dari pemerintahan


yang menjadi wewenang pemerintahan pusat pada gubernur.

3. Asas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintahan pusat


kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan pusat atau
dari pemerintahan daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota
untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan provinsi.

Adapun beberapa aturan perundang-undangan yang berhubungan


dengan pelaksanaan otonomi daerah adalah UU No.5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, UU No 22 Tahum 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, serta UU No 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hubungan antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah memiliki empat dimensi penting untuk
dicermati meliputi hubungan kewenangan, kelembagaan, keuangan, dan
pengawasan. Secara teori terdapat tiga sistem rumah tangga daerah,
yaitu:

1. Sistem rumah tangga formil, urusan pemerintahan pusat dan


daerah tidak dibagi secara rinci karena berpangkal tolak dari asumsi
bahwa secara prinsip tidak terdapat perbedaan antara urusan pusat
dan daerah.
2. Sistem rumah tangga materiil berangkat dari perbedaan secara
mendasar antara urusan pusat dan daerah.

3. Sistem rumah tangga nyata (riil) didasarkan pada keadaan dan


faktor yang nyata. Sistem ini merupakan jalan tenga antara sistem
formal dan materiil.

Dalam pasal 18 ayat 5 UUD 1945 dinyatakan bahwa pemerintahan


daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembatuan dan diberikan
otonomi yang seluas-luasnya. Menurut Jimly Asshiddiqie bahwa struktur
pemerintahan berdasarkan pasal tersebut terdiri dari tiga tingkatan yang
masing-masing memiliki otonominya sendiri, yaitu pemerintahan pusat,
provinsi, dan kota/kabupaten. Tujuan peletakkan kewenangan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk mendorong upaya
peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan,
demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Anda mungkin juga menyukai