DAERAH
Otonomi Daerah dalam Rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)
Hakikat Otonomi Daerah
1 (REVISI KE 3)
2
otonomi daerah dan desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan
Istilah
pembagian kewenangan kepada organ-organ penyelenggara negara.
Visi otonomi daerah di bidang sosial dan budaya adalah memelihara dan
mengembangkan nilai, tradisi, karya seni, karya cipta, bahasa, dan karya
sastra lokal yang dipandang kondusif dalam mendorong masyarakat untuk
merespons positif dinamika kehidupan di sekitarnya dan kehidupan global.
Aspek sosial-budaya harus diletakkan secara tepat dan terarah agar
kehidupan sosial tetap terjaga secara utuh dan budaya lokal tetap eksis dan
keberlanjutan.
12
otonomi luas juga mencakup kewenangan yang utuh dan bulat dalam
penyelenggaraannya melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, dan evaluasi. Kewenangan yang diserahkan kepada daerah
otonom dalam rangka desentralisasi harus pula disertai penyerahan dan
pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, dan sumber daya manusia.
23
Selain sebagai daerah otonom, provinsi juga merupakan daerah administratif,
maka kewenangan yang ditangani provinsi/gubenur akan mencakup kewenangan
dalam rangka desentralisasi dan dekonsentrasi.
Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom provinsi dalam rangka
otonom provinsi dalam rangka desentralisasi mencakup :
Kewenangan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, seperti kewenangan dalam
bidang pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan, dan perkebunan.
Kewenangan pemerintahan lainnya, yaitu perencanaan dan pengendalian
pembangunan regional secara makro, pelatihan bidang alokasi sumber daya
manusia potensial, penelitian yang mencakup wilayah provinsi, pengelolaan
pelabuhan regional, pengendalian lingkungan hidup, promosi dagang dan
budaya/pariwisata, penanganan penyakit menular, dan perencanaan tata ruang
provinsi.
24
Kewenangan kelautan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan
pengelolaan kekayaan laut, pengaturan kepentingan administratif, pengaturan tata
ruang, penegakkan hukum, dan bantuan penegakkan keamanan dan kedaulatan
negara.
Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah
kota diserahkan kepada provinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabupaten
atau kota tersebut.
25
Kabupaten atau kota yang mempunyai batas laut juga diberi kewenangan
kelautan seluas 1/3 dan luas kewenangan provinsi yang 12 mil. Penjabaran
kesebelas kewenangan itu, dalam arti lingkup kegiatan dan tingkat kewenangan
yang akan diserahkan kepada daerah otonom kabupaten dan kota, masih harus
menunggu penyesuaian sejumlah UU yang sejalan dengan paradigma dan jiwa
UU No. 22 Tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun 2004.
29
Penyerahan kesebelas jenis kewenangan ini kepada daerah otonom
kabupaten dan daerah otonom kota dilandasi oleh sejumlah pertimbangan sebagai
berikut :
Pertama, makin dekat produsen dan distributor pelayanan publik dengan warga
masyarakat yang dilayani, semakin tepat sasaran, merata, berkualitas, dan
terjangkau. Hal ini disebabkan karena DPRD dan pemda sebagai produsen dan
distributor pelayanan publik dinilai lebih memahami aspirasi warga daerah, lebih
mengetahui kemampuan warga daerah, lebih mengetahui potensi dan kendala
daerah, dan lebih mampu mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik yang
berlingkup lokal daripada provinsi dan pusat.
30
Kedua, penyerahan sebelas jenis kewenangan itu kepada daerah otonom kabupaten
dan daerah otonom kota akan membuka peluang dan kesempatan bagi aktor-aktor
politik lokal dan bersumber daya manusia yang berkualitas di daerah untuk
mengajukan prakarsa, berkreativitas, dan melakukan inovasi karena kewenangan
merencanakan, membahas, memutuskan, melaksanakan, mengevaluasi sebelas jenis
kewenangan. Hal ini berarti unsur-unsur budaya lokal berupa pengetahuan lokal
(local knowledge), keahlian lokal (local genius), kearifan lokal (local wisdom), akan
dapat didayagunakan secara maksimal.
31
Ketiga, karena distribusi sumber daya manusia yang berkualitas tidak merata,
dan kebanyakan berada di Jakarta dan kota besar lainnya, maka penyerahan
11 jenis kewenangan ini juga dimaksudkan dapat menarik sumber daya manusia
yang berkualitas di kota-kota besar untuk berkiprah di daerah-daerah otonom,
yang kabupaten dan kota.
Politik lokal yang stabil. Masyarakat dan pemerintah di daerah harus menciptakan
suasana politik lokal yang kondusif melalui transparansi dalam pembuatan
kebijakan publik dan akuntabel dalam pelaksanaannya.
Pemerintah daerah harus menjamin kesinambungan berusaha. Ada kecenderungan
yang mengkhawatirkan berbagai pihak bahwa pemerintah daerah sering kali
merusak tatanan yang sudah ada. Apa yang sudah disepakati sebelumnya, baik
melalui kontrak dalam negeri atau dengan pihak asing, sering kali “diancam” untuk
ditinjau kembali, bahkan hendak dimatikan oleh pemerintah daerah dengan alasan
otonomi daerah yang dipahami kebebasan pemerintah daerah bertindak. Kalangan
pengusaha asing dan domestik sering kali merasa terganggu dengan sikap kalangan
politisi dan birokasi daerah yang mencoba mengubah apa yang sudah disepakati
sebelumnya. Hal ini berdampak dunia usaha merasa tidak terlindungi dalam
kesinambungan usahanya.
40
Checks and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif dapat lebih berjalan seimbang.
Criteria calon kepala daerah dapat dinilai secara langsung oleh rakyat yang akan
memberikan suaranya.
Pilkada langsung sebagai wadah pendidikan politik rakyat.
Kancah pelatihan dan pengembangan demokrasi.
Pilkada langsung sebagai persiapan untuk karier politik lanjutan.
Membangun stabilitas politik dan mencegah separatism.
Kesetaraan politik.
Mencegah konsentrasi kekuasaan di pusat
47
PEMEKARAN DAERAH ?
48
Pemekaran daerah adalah
suatu proses membagi satu daerah administratif (daerah
otonom) yang sudah ada menjadi dua atau lebih daerah
otonom baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
49
Adapun alasan dilakukannya pemekaran
daerah adalah:
(i) timpangnya pemerataan dan keadilan;
(ii) kondisi geografis yang luas dan pelayanan masyarakat
yang tidak efektif dan efisien;
(iii) perbedaan civil society yang berkembang di masyarakat;
(iv) iming – iming insentif fiskal; dan
(v) status kekuasaan.
50
Pemekaran wilayah yang terjadi adalah
pemecahan atau pembagian sebuah wilayah menjadi
beberapa bagian lagi. Akibatnya, bagian-bagian di dalam
wilayah itu bertambah banyak. Misalnya adalah Provinsi
Lampung yang sebelumnya memiliki tujuh kabupaten/kota
kemudian dipecah lagi menjadi empat belas kabupaten/kota.
22 Des 2010
Pemekaran Daerah Belum Menjadi Solusi
51
Indonesia tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan
pembentukan daerah otonom tertinggi di dunia. Sementara itu,
otonomi atau pemekaran daerah yang memiliki cita-cita luhur
mendekatkan pelayanan negara kepada masyarakat nyatanya
berbanding terbalik. Ada daerah otonom baru gagal dan sebagian
besar kepala daerah tersangkut kasus korupsi.
Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri
Djohermansyah Djohan mengatakan pertumbuhan daerah
otonom di Indonesia sudah tidak sehat karena pemekaran lebih
didorong faktor politis ketimbang objektif dan teknis
kepemerintahan.
"Banyak daerah pemekaran tidak maju dan tidak bisa mandiri,"
ungkap Djohermansyah di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, Kemendagri setiap tahun mengevaluasi seluruh
daerah pemekaran dengan memberikan penguatan kapasitas
dalam hal menjalankan roda pemerintahan di daerah.
52
Meski demikian, ia memastikan tidak ada moratorium pemekaran
daerah. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah yang telah disahkan pemerintah bersama DPR, pemekaran
daerah akan dilakukan sangat ketat oleh pemerintah melalui
kewenangan Kemendagri.
Persyaratan pembentukan diperketat melalui peraturan pemerintah,
antara lain syarat penduduk, luas wilayah, kemampuan mengelola keuangan,
dan terpenting potensi ekonomi. "Yang penting pemekaran melalui
mekanisme daerah persiapan. Kalau tiga tahun tidak berhasil, kita turunkan
kembali statusnya. Kalau tidak bisa, ya, tidak lolos," jelasnya.
Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) Robert Endi Jaweng mengatakan pemerintah harus
mengevaluasi seluruh daerah otonom karena belum bisa memberikan ke-
sejahteraan bagi rakyat dan meningkatkan daya saing serta
pemerintahan yang baik.
"Sejauh ini belum terbukti, pemekaran belum menjadi alternatif
53 layanan publik," kata Robert.
Selain itu, dia menyarankan pemekaran perlu diatur lebih baik,
terutama membentuk desain besar penataan daerah tidak
sebatas angka statistik belaka.
"Bukan dengan rencana 2025 ada 45 provinsi saja, tapi lebih ke
arah kualitatif, yakni memprioritaskan pemekaran daerah yang
berbatasan dengan negara lain, kepulauan, dan pedalaman."
Berdasarkan data Kemendagri, sebelum 1999 jumlah daerah
otonom sebanyak 319. Periode 1999-2014 bertambah 223 daerah
otonom baru sehingga jumlah daerah otonom saat ini
membengkak menjadi 542.
--- (Sumber Media Indonesia - Kamis, 3 Desember 2014 - dan,
http://www.mediaindonesia.com/hottopic/read/6556/Pemekaran-
Daerah-belum-Menjadi-Solusi) ---
DAFTAR PUSTAKA :
54 1. Bagir Manan, “Menyongsong Fajar Otonomi Daerah”, Pusat Studi Hukum
FH. UII, Yogyakarta, 2002
2. HRE Kosasih Taruna Sepandi, Manajemen Pemerintahan Daerah Era
Reformasi Menuju pembangunan Otonomi Daerah, Universal, bandung, 2000.
3. Hari Sabarno, “Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa”,
Sinar Grafika, Jakarta, 2007
4. Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Reformasi”, Bhuana Ilmu Populer (Kel Gramedia), 2007
5. M. Arif Nasution, dkk, “Demokratisasi & Problema Otonomi Daerah”,
Mandar Maju, Bandung, 2000
6. Ni’matul Huda, “Hukum Pemerintahan Daerah”, Nusa Media, Bandung, 2009
7. Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia”, Sinar
Grafika, Jakarta, 2006
8. Soewoto Mulyosudarmo, “Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan
Konstitusi”, Asosiasi pengajat HTN dan HAN Jawa Timur dan inTrans, malang,
2004,
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah berikut UU
Perubahannya.
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
55
TERIMAKASIH
SUNARNO DANUSASTRO