Anda di halaman 1dari 2

Tugas 3 Pendidikan Kewarganegaraan

Rani Nurdayani / 043217643

Secara istilah otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur atau mengurus sendiri urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara kesatuan republik
Indonesia. (wahidin 2015 : 85).
Dalam upaya mencapainya, otonomi daerah memiliki sejumlah faktor keberhasilan dan faktor
penghambat.

1. faktor-faktor yang dapat memperngaruhi keberhasilan otonomi daerah di Indonesia :


a. Faktor manusia
Faktor manusia adalah Faktor yang Esensial dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah karena merupakan subyek dalam setiap aktivitas pemerintahan, serta sebagai
pelaku dan Penggerak pemerintahan.
b. Faktor Keuangan.
Keuangan suatu daerah otonom harus mampu Mendukung pembiayaan kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
c. Faktor Peralatan
setiap benda atau alat yang digunakan untuk memperlancar kegiatan pemerintah
daerah
d. Faktor Anggaran
sebagai alat utama pada pengendalian keuangan daerah sehingga rencana anggaran
yang dihadapkan kepada dewan perwakilan rakyat daerah DPRD harus tepat dalam
bentuk dan susunannya
e. Faktor organisasi dan manajemen yang baik
Berupa susunan satuan organisasi beserta pejabat, tugas dan wewenang. harus
memiliki hubungan yang baik dalam rangka mencapai tujuan

2. Faktor hambatan dalam melaksanakan otonomi daerah di Indonesia :


a. Komitmen Politik: Penyelenggaraan otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah
pusat selama ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi.
b. Masih Terpaku pada Sentralisai: Daerah masih memiliki ketergantungan tinggi
terhadap pusat, sehingga mematikan kreativitas masyarakat dan perangkat
pemerintahan di daerah.
c. Kesenjangan Antar daerah: Kesenjangan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia,
serta intra struktur ekonomi.
d. Ketimpangan Sumber Daya Alam: Daerah yang tidak memiliki kekayaan sumber
daya alam tetapi populasi penduduknya tinggi akan terengah-engah dalam
melaksanakan otonomi.
e. Benturan Kepentingan: Adanya perbedaan kepentingan yang sangat melekat pada
berbagai pihak yang menghambat proses otonomi daerah, seperti benturan keinginan
pimpinan daerah dengan kepentingan partai politik.
f. Keinginan Politik atau Political Will: Keinginan politik yang tidak seragam dari
pemerintah daerah untuk menata kembali hubungan kekuasaan pusat dan daerah.
g. Perubahan perilaku elit lokal: elit lokal mengalami perubahan perilaku dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah karena pengaruh kekuasaan yang dimilikinya.
3. solusi untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah
a. Menata kembali peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasidan otonomi
daerah untuk memperbaiki hubungan vertikal dalam pemerintahan.
b. Meningkatkan pelaksanaan kerjasama antar pemerintah daerah termasuk peningkatan
peran pemerintah provinsi.
c. Menyusun kelembagaan pemerintah daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan
daerah dan potensi daerah yang perlu dikelola.
d. Memfasilitasi penyediaan, menyusun rencana pengelolaan serta meningkatkan
kapasitas aparat pemerintah daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat,
penyelenggaraan pemerintahan, serta penciptaan aparatur pemerintah daerah yang
kompeten dan profesional.
e. Meningkatkan dan mengembangkan kapasitas keuangan pemerintah daerah dalam
rangka peningkatan pelayanan masyarakat, penyelenggaraan otonomi daerah, dan
penciptaan pemerintahan daerah yang baik.
f. Menata dan melaksanakan kebijakan pembentukan daerah otonom baru sehingga
tidak memberikan beban bagi keuangan negara dalam kerangka upaya meningkatkan
pelayanan masyarakat dan percepatan pembangunan wilayah.

Dalam beberapa solusi diatas dapat diketahui bahwa


sumber daya manusia menjadi kata kunci dalam mewujudkan keberhasilan otonomi
daerah. Pada sisi pemerintah dapat terwujud menjadi teknokrat yang bertanggung jawab
kepada kepentingan rakyat, sebaliknya pada sisi rakyat muncul partisipasi yang besar dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah. Jadi, faktor yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi Otonomi Daerah secara operasional di lapangan adalah intensitas partisipasi
masyarakat.
Melihat pentingnya peran masyarakat dalam keberhasilan otonomi Daerah. oleh karena itu,
diperlukan kerjasama yang baik antara warga negara dan pemerintah. kerjasama itu dapat
diwujudkan dalam tahapan-tahapan pembangunan di wilayah daerah masing-masing tahapan-
tahapan itu meliputi perencanaan pengelolaan, pengawasan dan menikmati hasil hasil
pembangunan.

4. peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan praktek good governance


a. Mahasiswa memberikan informasi pada masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam
pemilihan umum dengan menggunakan hak pilih sebaik-baiknya, agar bangsa dan
negara Indonesia bisa maju seperti negara lainnya di berbagai belahan dunia.
b. Mahasiswa memberikan dorongan dan dukungan serta memandu masyarakat secara
langsung untuk memilih partai politik dan calon wakil rakyat yang jujur, amanah,
cerdas, berani, pejuang serta mempunyai perjalanan hidup yang baik di mata
masyarakat.
c. Mahasiswa memberikan infomasi pada masyarakat mengenai partai politik dan calon
wakil rakyat yang baik dan pantas untuk dipilih, agar hasil pemilihan umum bisa
membawa bangsa ini semakin maju dibawah pemimpin yang benar dan tepat.

Sumber Referensi :

• Faktor Keberhasilan dan Penghambat Otonomi Daerah (kompas.com)


• Keberhasilan Otonomi Daerah | The Public Administration
• BMP MKDU4111
• http://rochem.wordpess.com/category/makalah/makalah-sosial

Anda mungkin juga menyukai