Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

TANTANGAN OTONOMI DAERAH DI ERA GLOBALISASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Disusun oleh:
Layar Mutiara (050663096)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
TANTANGAN OTONOMI DAERAH DI ERA GLOBALISASI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pada era reformasi, diterapkan salah satu salah satu kebijakan penting pada
pemerintahan yaitu otonomi daerah. Pada Otonomi daerah, daerah diberi kewenangan
untuk secara mandiri mengatur dan mengelola urusan nasional. Dengan kata lain,
pemerintah daerah memiliki hak dan kewajiban untuk membuat keputusan yang berkaitan
dengan kepentingan lokal. Artinya wewenang dan tanggung jawab ditransfer ke tingkat
daerah yang lebih rendah dari pemerintah pusat. Hal ini diharapkan dapat mengangkat
harkat daerah dalam wujud pemberian wewenang dengan porsi besar dalam mengelola
potensi dan pemasukan keuangan daerah. Pada hakikatnya pemberian wewenang dengan
porsi yang lebih besar diarahkan pada sasaran penggalian segala potensi yang tersedia baik
sumber daya alam maupun sumber daya manusia untuk meningkatkan perekonomian
daerah yang berwawasan pertumbuhan dan pemerataan pendapatan.
Prinsip pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah diselenggarakan secara luas,
nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi yang luas adalah keleluasaan daerah
untuk menyelesaikan pemerintahaan yang mencakup kewenangan semua bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang akan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Disamping itu, kekuasaan otonomi mencakup
pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari pelaksanaan
sampai dengan evaluasi.
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah daerah dituntut
untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan
peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Format kebijakan otonomi
daerah yang ada pada saat ini menandai awal dari suatu perubahan fundamental dalam
paradigma penyelenggaraan pemerintah di negara ini. Jika pada pemerintahan orde baru,
pembangunan menjadi misi terpenting pemerintah (developmentalism) dan pemerintah
yang pada masa itu menjadikan dirinya sebagai pusat kendali proses pembangunan itu
(sentralisasi di tingkat nasional), kini harus mereposisi diri sebagai pelayan dan
pemberdaya masyarakat dan harus menyebarkan aktivitasnya ke berbagai pusat
(plusentris) di tingkat lokal.
Dengan kata lain, arus baru kehidupan politik kita sekarang adalah realitas pergeseran
kekuasaan dari pusat (central) menuju lokus-lokus daerah (desentral) dan berbasis pada
kekuatan masyarakat sendiri (society). Salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan adalah
banyaknya informasi yang dapat diserap oleh masyarakat sejalan dengan berkembangnya
teknologi yang mendukung. Sementara itu terdapat berbagai tantangan untuk mewujudkan
kinerja yang lebih baik, yang tidak hanya dituntut bagi sektor private, namun sektor publik
pun dituntun hal yang sama. Salah satu tantangan yang harus dihadapai otonomi
pemerintahan daerah adalah era globalisasi.
Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi lainnya,
sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Thomas L.Friedman, dalam
bukunya The Lexus and the Olive Tree (2002), menyatakan globalisasi telah menggantikan
Perang Dingin. Globalisasi bukan hanya sebuah fenomena atau suatu kecenderungan yang
terjadi. Globalisasi mencakup terintegrasinya pasar, negara bangsa dan teknologi yang
belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu suatu sistem yang memungkinkan individu,
korporasi, negara bangsa menjangkau dunia lebih cepat, murah dan akan mennggilas
mereka yang tertinggal atau tidak menyesuaikan diri. Gagasan yang memicu globalisasi
ialah kapitalisme pasar bebas, artinya semakin terbukanya ruang untuk pengaturan oleh
kekuatan pasar dan semakin terbuka perekonomian untuk persaingan dan perdagangan
bebas, semakin marak perkembangan ekonomi.
Pada banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Pengaruh globalisasi
menjadi hal yang tak terhindarkan dalam segala sektor kehidupan berbangsa. Secara lebih
spesifik, proses tersebut sangat menentukan karakter pembangunan di setiap negara.
Globalisasi dapat ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (boundary-less world)
memberikan peluang sekaligus tantangan bagi seluruh negara. Pada era globalisasi ini
setiap pembangunan didorong untuk menjadi bagian yang integral dari pertumbuhan
ekonomi global. Dalam hal ini negara tidak lagi menjadi aktor tunggal dalam
pembangunan, tetapi telah terkoneksi pada keterlibatan sektor privat,
Oleh karenanya, Salah satu tujuan pengaturan tentang otonomi daerah dimaksudkan
untuk merespon proses globalisasi. Bentuk responnya adalah ketentuan otonomi daerah
harus mampu beradaptasi dengan proses liberalisasi (informasi, ekonomi, teknologi,
budaya, dan lain-lain) dan munculnya pemain-pemain ekonomi dalam skala global.
Menghadapi dampak globalisasi dan eksploitasi oleh kapitalis global tidak mungkin
dihadapi oleh lokalitas, meskipun dengan otonomi daerah yang memadai. Karena itu
tantangan tersebut memerlukan institusi yang lebih kuat dalam hal ini negara untuk
bersama-sama menghadapinya. Sehingga diperlukan pembagian tugas dan kewenangan
secara rasional di level negara, daerah, desa dan masyarakat agar dapat masing-masing bisa
menjalankan fungsinya. Prinsip dasar yang harus dipegang erat dalam pembagian tugas
dan kewenangan tersebut adalah Daerah dapat dibayangkan sebagai kompartemen-
kompartemen fleksibel dalam entitas negara. Selanjutnya, ketiganya memiliki misi yang
sama yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat, bahkan yang lebih mendasar adalah
survival ability bangsa.
Sehubungan dengan berbagai pemaparan tersebut maka penulis hendak membahasnya
dalam artikel ini dengan menangkat berbagai isu yang ada dalam suatu judul yaitu
“Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi”
2. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang sebagaimana dijelaskan diatas maka penulis hendak
membahas judul yang ada dengan mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memaparkan mengenai tantangan otonomi daerah
di era globalisasi.
4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan artikel ini adalah untuk menambah wawasan mengenai tantangan
otonomi daerah di era globalisasi.
B. Kajian Pustaka
1. Otonomi Daerah
i. Dasar Hukum Diselenggarakan Otonomi Daerah di Indonesia
Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia diselenggarakan berdasarkan Undang
– Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang – Undang ini
mengacu pada Pasal 17 ayat 4, 5, 6, dan 7, dan Pasal 18A Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
ii. Pengertian Otonomi Daerah
a) UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
mendefinisikan otonomi daerah sebagai wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat lokal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b) Menurut Benyamin Hoesein (2001): Otonomi Daerah merupakan pemerintahan
oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal berada
diluar pemerintah pusat.
c) Menurut HAW.Widjaja (2019): Otonomi Daerah merupakan salah satu bentuk
desentralisasi pemerintahan yang pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi
kepentingan bangsa dan negara secara menyeluruh dengan upaya yang lebih baik
dalam mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintahan agar
terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.
iii. Asas Otonomi Daerah
a) Asas Desentralisasi
Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan urusan dari pemerintah pusat kepada
daerah menjadi urusan rumah tangganya. Penyerahan ini bertujuan untuk
mencegah pemusatan kekuasaan, keuangan serta sebagai pendemokratisasian
pemerintahan, untuk mengikutsertakan rakyat bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
b) Asas Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan kepada daerah
otonom sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan, dan lembaga yang melimpahkan kewenangan dapat
memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangan itu
mengenai pengambilan atau pembuatan keputusan.
c) Asas Medbewind (tugas pembantuan)
Tugas pembantuan (medebewind) adalah keikutsertaan pemerintah daerah untuk
melaksanakan urusan pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih tinggi
di daerah tersebut. Tugas pembantuan adalah salah satu wujud dekonsentrasi,
akan tetapi pemerintah tidak membentuk badan sendiri untuk itu, yang tersusun
secara vertikal
iv. Tujuan Otonomi Daerah
Tujuan otonomi Daerah menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 ada 3, yaitu:
a) Meningkatkan Pelayanan Umun, sistem otonomi ini bertujuan untuk memberikan
respons cepat bagi daerah ketika ada masyarakat yang membutuhkan pelayanan.
Maka dari itu, tujuan otonomi daerah yang pertama ini tentu bisa dirasakan oleh
masyarakat secara langsung.
b) Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, pelayanan yang baik yang dilakukan
oleh daerah kepada masyarakat secara tidak langsung akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sebuah daerah. Jika itu dilakukan dengan baik dan
maksimal, maka kesejahteraan masyarakat di daerah juga akan ikut terangkat,
karena dirasakan masyarakat secara langsung.
c) Meningkatkan Daya Saing Daerah, penggalian terhadap potensi terbaik daerah ini
akan menampakkan sisi unik dan keunggulan daerah masing-masing. Dalam hal
ini adalah usaha untuk mencari potensi terbaik dari daerah masing-masing.
Dengan begitu, maka setiap daerah akan berusaha sekuat tenaga untuk menggali
potensi terbaik di daerahnya.
2. Globalisasi
i. Pengertian
Globalisasi dapat diartikan sebagai meluasnya pengaruh kebudayaan maupun
ilmu pengetahuan ke seluruh penjuru dunia. Globalisasi juga berarti terciptanya
hubungan antarmasyarakat di seluruh dunia dalam berbagai bidang kehidupan. Istilah
globalisasi berasal dari kata global yang berarti dunia dan lization yang artinya
proses. Dengan begitu, globalisasi secara bahasa diartikan sebagai suatu proses yang
mendunia antarsesama manusia saling terbuka dan bergantung satu sama lain tanpa
batas waktu maupun jarak. Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah suatu proses
terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia,
tujuannya untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama. Sedang
menurut Emanuel Ritche, globalisasi adalah jaringan kerja global dengan cara
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi ke dalam
saling ketergantungan sehingga tercipta persatuan dunia.
ii. Karakteristik
a) Perubahan dalam konsep ruang dan waktu, dengan perkembangan teknologi
seperti telepon genggam dan internet, orang-orang dapat mengakses informasi
tanpa batasan ruang dan waktu. Tidak hanya informasi, produk juga sangat
mungkin kita beli dari wilayah atau daerah yang jauh sekalipun. Globalisasi telah
membantu negara-negara meningkatkan hubungan perdagangan satu sama lain.
Contohnya, kita dapat melakukan belanja online melalui e-commerce untuk
membeli barang dari luar negeri. Hal ini telah meningkatkan interaksi antara
masyarakat dan bisnis. Konektivitas menjadi lebih baik dan perekonomian suatu
negara serta standar hidup warga negara dapat meningkat.
b) Ketergantungan antarnegara dalam hal produksi ekonomi, globalisasi telah
membantu meningkatkan volume perdagangan, pembagian pekerjaan,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi
berskala internasional seperti WTO (World Trade Organization). Melalui
perdagangan global ini Produk Domestik Bruto (PDB) negara akan meningkat
secara signifikan sehingga membawa kemakmuran yang lebih besar pada negara
tersebut. Hal ini mendorong kemajuan produksi ekonomi berdasarkan permintaan
dan penawaran global.
c) Peningkatan interaksi kultural, melalui perkembangan media massa
Interaksi kultural didukung dengan perkembangan media massa terutama film,
musik, olahraga, televisi, media sosial, hingga akses internet. Peningkatan kontak
antar penduduk di berbagai negara akhirnya mendorong pembauran praktik
budaya dan adat istiadat. Hal ini juga memungkinkan orang untuk bertukar ide,
perilaku dan nilai-nilai dengan negara lain. Masyarakat jadi tidak terlalu terisolasi
dengan adanya globalisasi.
d) Meningkatnya masalah bersama di berbagai bidang, dengan adanya globalisasi
maka masalah yang terjadi di suatu negara dapat berdampak bagi negara lain di
berbagai bidang. Mulai dari bidang ekonomi yang memungkinkan persaingan
tidak seimbang dan kemunculan pengangguran struktural akibat dari penyerapan
tenaga kerja luar negeri. Bidang kesehatan memungkinkan terjadi penyebaran
penyakit seperti COVID-19 serta kesenjangan akses kesehatan. Lalu di bidang
lingkungan, dapat terjadi perusakan dan pencemaran lingkungan. Karena,
perdagangan global mendorong eksploitasi sumber daya alam yang tidak
berkelanjutan, seperti deforestasi yang cepat atau penangkapan ikan yang
berlebihan, yang merusak lingkungan dan keanekaragaman hayati.

C. Pembahasan
Otonomi daerah di era globalisasi membawa berbagai tantangan yang kompleks.
Globalisasi membawa dampak signifikan terhadap dinamika ekonomi, sosial, dan politik di
tingkat lokal. Sementara otonomi daerah dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan lokal,
tantangan-tantangan tertentu muncul dalam menghadapi globalisasi. Beberapa tantangan yang
dialami oleh Otonomi Daerah di era globalisasi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya daya saing dan kesiapan daerah dalam menghadapi globalisasi
Tantangan yang satu ini merupaakan tantangan yang cukup krusial mengingat dengan
terjadinya globalisasi maka persaingan tidaklah lagi hanya pada ranah nasional melainkan
sudah bersaing di ranah internasional. Dengan keberadaan globalisasi maka mau tidak mau
dalam pelaskanaan otonomi daerah harus mampu meningkatkan kualitasnya agar mampu
bersaing secara global dan tentunya hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
2. Mengembangkan aparatur yang berciri akuntabilitas dan transparansi.
Keberadaan aparatur negara yang berciri akuntabilitas dan transparansi merupakan hal
yang paling diutamakan dalam pelaksanaan persaingan dalam era globalisasi. Hal tersebut
sendiri juga menjadi tantangan dikarenakan dalam mengubah atau mengembangkan
aparatur negara agar berciri akuntabilitas dan transparansi dibutuhkan biaya yang tidak
sedikit dan secara otomatis juga membutuhkan waktu yang relatif lama.
3. Tantangan dalam pengelolaan sumber daya manusia dan penyediaan lapangan kerja yang
produktif dan memadai.
Dengan terjadinya globalisasi maka secara otomatis sumber daya yang dapat hadir
dalam pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya berasal dari dalam negara. Sehubungan
dengan hal tersebut maka tantangan yang dapat muncul adalah pengelolaan sumber daya
yang mana dalam hal ini sumber daya asli atau lokal haruslah mampu dikelola berbarengan
dengan sumber daya yang berasal dari luar wilayah atau daerah tersebut.
4. Tantangan yang berhubungan dengan keuangan daerah yang masih rendah
Keberadaan globalisasi tentunya mengharuskan pelaksanaan otonomi daerah
mengalami perubahan dan pengingkatan. Pelaksanaan perubahan dan peningkatan tersebut
tentunya membutuhkan sumber daya keuangan yang cukup besar dan sehubungan dengan
hal tersebut maka permasalahan perihal keuangan tersebut juga termasuk kedalam
tantangan yang dihadapi dalam menghadapi globalisasi.
D. Penutup
1. Saran
Berbagai macam tantangan yang dihadapi otonomi daerah di era globalisasi perlu
disikapi dengan berbagai macam kebijakan yang bersinergi dengan perkembangan zaman.
Misalnya dengan melakukan penguatan kerjasama antardaerah, sehingga dapat saling
mendukung dan memanfaatkan potensi lokal untuk bersaing secara global; melakukan
peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan agar pejabat
pemerintah daerah dapat mengelola perubahan dengan lebih efektif; pembaruan kebijakan
yang mendukung ekosistem bisnis lokal dan inovasi teknologi dapat menjadi langkah yang
signifikan; melakukan pembangunan infrastruktur digital dan teknologi; memberikan
perlindungan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi harus menjadi fokus utama dalam
kebijakan daerah; serta meningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan daerah sangat penting, untuk mengurangi risiko korupsi. Dengan mengatasi
tantangan-tantangan ini melalui pendekatan yang terkoordinasi, otonomi daerah dapat
menjadi instrumen yang efektif dalam membawa daerah-daerah menuju kemajuan dalam
konteks globalisasi.
2. Kesimpulan
Proses Globalisasi dan otonomi daerah telah menyatu dengan hampir setiap aspek
kehidupan. Globalisasi dan otonomi daerah memiliki kesamaan visi, yaitu memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya terhadap anggota masyarakat dalam mencapai
kemakmuran. Oleh karenanya kebijakan otonomi di daerah harus bersinergi dengan era
globalisasi agar dapat menghadapi segala tantangan-tantangan yang semakain banyak di
era tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Aa Nurdiaman, Pendidikan Kewarganegaraan Kecakapan berbangsa dan bernegara, PT. Pribumi
Mekar, Bandung, 2009.
Azhari, Abdul Kholiq, and Abul Haris Suryo Negoro. 2019. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Malang: Intrans Publishing,
Darmawan, Akhmad. "Pendidikan Kewirausahaan sebagai Katalisator Menuju Kemakmuran
Bersama di Era Globalisasi dan Otonomi Daerah." Media Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, vol. 7, no. 1 (2007).
Ermawan, Donny. “Pengaruh Globalisasi terhadap Eksistensi Kebudayaan Daerah di Indonesia”.
Jurnal Kajian Lemhannas RI. Vol. 32, No. 1 (2017): 5-11.
Hastangka, dkk. 2021. MKDU4111 – Pendidikan Kewarganegaraan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka
Hirst, Paul & Grahame Thompson. 2001. Globalisasi Adalah Mitos Sebuah Kesangsian terhadap
Konsep Globalisasi Ekonomi Dunia dan Kemungkinan Aturan Mainnya. Penerbitan,
Jakarta : Rouledge Curzon.
Rifai, Maulana. "Otonomi Daerah Dan Globalisasi: Studi Tentang Model Pembangunan Di
Karawang." Jurnal Politikom Indonesiana 2, no. 1 (2017): 15-15.
Sarundajang, S.H.. 2005. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta: Kata Hasta Pustaka
Supriadi, Hamdi. "Peranan pendidikan dalam pengembangan diri terhadap tantangan era
globalisasi." Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang 3, no. 2 (2016): 92-
119.
Yasmeardi, F. "Desain Inovasi Kebijakan Publik Pemerintahan Daerah Dalam Menghadapi
Tantangan Globalisasi." Jurnal Public Administration, Business and Rural Develoment
Planning 2, no. 1 (2020): 38-50.

Anda mungkin juga menyukai