Anda di halaman 1dari 13

“Pengertian Otonomi Daerah dan Otonomi Pendidikan “

Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Tugas Pada


Mata KuliahOtonomi Pendidikan

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Idrus, S.Pd. M.Pd. I

Disusun Oleh:
 Maspupah

Semester : 4 MPI D

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM(YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
NUSANTARA BATANG HARI
TAHUN 2019 /2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang


masih memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “Otonomi Daerah dan Otonomi
Pendidikan ”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Otonomi Pendidikan. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas
perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri dan khususnya pembaca pada
umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang


konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Muara Bulian, Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan penulisan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Pengertian otonomi daerah...................................................................................3
B. Hakikat Tujuan dan Manfaat Otonomi Daerah...................................................4
C. Pengertian Otonomi (Desentralisasi) Pendidikan..............................................5
D. Tujuan dan Manfaat Otonomi Pendidikan...........................................................6
E. Reformasi Pendidikan............................................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Sebagai respon atas tuntutan reformasi pemerintah melakukan


perubahan mendasar atas berbagai UU dalam bidang politik dari yang
berwatak sentralistis-otoritarian ke otonomi-demokratis. Setelah
berhasil menyusun tiga UU bidang politik yang menjadi landasan
pelaksanaan pemilu tahun 1999 pemerintah segera menyusulinya
dengan UU baru dalam bidang politik khusus mengenai hubungan
kekuasaan antara pusat dan daerah yakni UU No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 tentang
Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah.

Perubahan hukum tentang hubungan antara Pusat dan Daerah


ini menyangkut masalah yang sangat mendasar dalam hubungan
kekuasaan (gezagverhouding) yang selama era Orde Baru sangat
timpang karena hampir seluruh kekuasaan bertumpu di tangan
pemerintah Pusat tepatnya di tangan Presiden.Berpuluh tahun
sentralisasi pada era orde baru tidak membawa perubahan dalam
pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah maupun
masyarakat daerah.Ketergantungan pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat sangat tinggi sehingga sama sekali tidak ada
kemandirian perencanaan pemerintah daerah.

Pembaharuan hukum tentang otonomi daerah ini menjadi


keharusan dikarenakan paling tidak dua alasan. Pertama,
demokratisasi yang salah satu implementasinya adalah perluasan
otonomi daerah menjadi tuntutan era global karena demokratisasi

1
menjadi salah satu dari lima hati nurani global (global conciousnes)
Kedua, pengalaman Indonesiadengan sistem otoriter yang
mengabaikanotonomi daerah terbukti telah menyimpan api yang
kemudian menyulut lahirnya krisis politik pada akhir pemerintahan
masa orde baru. Hal inilah yang memicu pemerintah untuk segera
memberlakukan kebijakan otonomi daerah secara menyeluruh.

B. Rumusan Masalah
 Menjelaskan pengertian otonomi daaerah
 Menjelaskan dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah
 Menjelaskan Hakikat tujuan dan Manfaat otonomi daerah
 Menjelaskan Pengertian Otonomi Pendidikan
 Menjelaskan Tujuan Otonomi Pendidikan
 Menjelaskan apa Itu Reformasi Pendidikan

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah
disamping untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami
khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya mampu
memahami bagaimana otonomi daerah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian otonomi daerah


Otonomi berasal dari 2 kata yaitu,  auto berarti sendiri, nomos
berarti rumah tangga atau urusan pemerintahan. Otonomi dengan
demikian berarti mengurus rumah tangga sendiri. Dengan
mendampingkan kata ekonomi dengan kata daerah, maka istilah
“mengurus rumah tangga sendiri” mengandung makna memperoleh
kekuasaan dari pusat dalam mengatur atau menyelenggarakan rumah
tangga pemerintahan daerah sendiri.

Pengertian atau definisi Otonomi Daerah adalah kewenangan


Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal 1
huruf (h) UU NOMOR 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah). Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (pasal 1 huruf (i) UU NOMOR 22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah). 

Pada perkembangan selanjutnya, dalam Undang-undang Nomor


32 tahun 2004 dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan
daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang


meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan,
ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi.

3
Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti
politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal,
dan agama. Bidang-bidang tersebut tetap menjadi urusan pemerintah
pusat. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip demokrasi,
keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman.

Berikut merupakan visi dari otonomi daerah; (1) Politik: Harus


dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya
Kepala Pemerintahan Daerah yang dipilh secara demokratis,
memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang
responsife; (2) Ekonomi: Terbukanya peluang bagi pemerintah di
daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk
mengoptimalkan pendayagunaan potensi; (3) Sosial: Menciptakan
kemampuan masyarakat untukmerespon dinamika kehidupan di
sekitarnya.

B. Hakikat Tujuan dan Manfaat Otonomi Daerah


Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan kehendak dan
kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan hakekat otonomi daerah
tersebut yang berkenaan dengan pelimpahan wewenang pengambilan
keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan pengaturan
kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
masyarakat maka peranan data keuangan daerah sangat dibututuhkan
untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis
dan besar belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan
keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Data
keuangan daerah yang memberikan gambaran statistik perkembangan
anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran dan
analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama

4
untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk
meliahat kemampuan/ kemandirian daerah
Adapun tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-
undang No 32 tahun 2004 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi
daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa
dan peran serta aktif masyarakat secara nyata, dinamis, dan
bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di
daerah yang akan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

C. Pengertian Otonomi (Desentralisasi) Pendidikan

Otonomi (desentralisasi) pendidikan adalah proses


pendelegasian atau pelimpahan kekuasaan (wewenang) dari pimpinan
atau atasan ke tingkat bawahan dalam organisasi. Melalui
desentralisasi, segala keputusan yang dibuat dalam tubuh organisasi
didelegasikan kepada tingkatan di bawahannya (Musaheri:  2005:125)

Otonomi pendidikan berarti suatu pemberian kewenangan,


mandat, kepercayaan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah; dan atau
dari pemerintah daerah kepada satuan pendidikan, baik dari sisi dana,
personalia, sarana dan prasarana serta manajemen dan kurikulum
pendidikan.

Perlunya Otonomi Pendidikan

Ada sejumlah faktor yang menjadi pendorong pelaksanaan


otonomi pendidikan. Menurut Musaheri (2005) faktor tersebut antara
lain: Pertama, tuntutan orang tua, kelompok masyarakat, para
legislator, bisnis dan perhimpunan buruh, untuk turut serta,

5
berpartisipasi aktif,  mengontrol  dan melakukan penilaian kualitas
proses dan output pendidikan.

Kedua, struktur pendidikan yang terpusat tidak dapat bekerja


dengan baik dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dan
ketidakmampuan birokrasi yang ada untuk merespon secara efektif
kebutuhan dan tuntutan pendidikan bermutu sesuai karakteristik dan
harapan  masyarakat yang beraneka ragam.

Ketiga, terjadinya tuntutan reformasi dalam bidang pendidikan


dan kurangnya persaingan antardaerah dalam memajukan pendidikan
serta tuntutan masyarakat untuk mandiri sesuai dengan kemampuan
daerah dalam menyelenggarakan dan memajukan bidang pendidikan.

Keempat, adanya ketergantungan daerah kepada pemerintah


pusat atas pendanaan, kurikulum, fasilitas, sumber daya manusia
dalam penyelenggaraan pendidikan; yang menjadikan kurangnya
kreativitas dari daerah, sekolah, dan personalia penyelenggara
pendidikan serta akibatnya  kemandirian dalam pengelolan pendidikan
sulit diwujudkan.

D. Tujuan dan Manfaat Otonomi Pendidikan

Otonomi pendidikan dapat meningkatkan efisiensi manajemen


dan kepuasan kerja tenaga pendidikan serta menciptakan suatu sistem
pendidikan dengan kebijakan-kebijakan yang konkret; sumber daya
pendidikan dapat didayagunakan secara optimal; dapat menggali
potensi lokal secara lebih efektif, dapat mengelola sistem pendidikan
yang sejalan dengan kebudayaan setempat, serta partisipasi
masyarakat dalam pendidikan  meningkat; akuntabilitas pendidikan
juga  meningkat; dan pada gilirannya mutu pendidikan dapat terjamin.

Dengan  otonomi pendidikan, maka efek positif yang muncul


adalah terjadinya perbaikan pendidikan di tingkat lokal, efisiensi
administrasi, efisiensi keuangan, dan terwujudnya pelayanan

6
pendidikan sebagai modal dasar terselenggaranya  pendidikan
berkualitas serta sebagai instrumen vital dalam menghadapi tantangan
dunia pendidikan.

E. Reformasi Pendidikan
Reformasi memiliki arti memperbaiki, membetulkan,
menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar.
Reformasi berimplikasi pada merubah sesuatu, menghilangkan yang
tidak sempurna menjadi lebih sempurna seperti melalui perubahan
kebijakan institusional. Sedangkan pendidikan adalah pengetahuan
tentang mendidik. Sehingga reformasi pendidikan merupakan upaya
perubahan dalam lingkup pendidikan. Reformasi pendidikan dapat
diibaratkan sebagai pohon yang terdiri dari empat bagian yaitu akar,
batang, cabang, dan daunnya. Akar reformasi yang merupakan
landasan filosofi yang tidak bersumber dari cara hidup masyarakat.
Sebagai akarnya reformasi pendidikan adalah masalah setralisasi,
disentralisasi, masalah pemerataan mutu dan siklus politik
pemerintahan setempat. Sebagai batangnya adalah berupa mandat
dari pemerintah dan standar standarnya tentang struktur dan tujuannya.
Cabang-cabang refomasi pendidikan adalah managemen lokal,
pemberdayaan guru, perhatian pada daerah setempat. Sedangkan
daun daun informasi pendidikan adalah keterlibatan orang tua peserta
didik dan keterlibatan masyarakat untuk menenetukan misi sekolah
yang dapat di terima dan berniali bagi masyarakat setempat.
Berdasarkan perumpamaan tersebut dapat diketahui bahwa dalam
menjalankan reformasi pendidikan di indonesia harus dilaksanakan
secara bersama dengan melibatkan semua aspek dimulai dari pihak
keluarga, masyarakat, sekolah, serta pemerintahan yang saling
berkesinambungan menjalankan reformasi pendidikan yang ada sesuai
dengan tujuan awal dibentuknya reformasi pendidikan di indonesia.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang
diberikankepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusanpemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
aspirasimasyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil
gunapenyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan
terhadapmasyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturanperundang-undangan.
Berbicara mengenai perjalanan dan perkembangan otonomi
(pemerintahan)daerah di Indonesia dengan segala aspeknya seperti
mengurai suatu ”kisah” yang sangat panjang.  Bahkan mungkin tidak
banyak lagi publik yang mencoba mereviewnya, kecuali bagi kalangan
peneliti atau untuk keperluan studi.
Apalagi sampai saat inisoal otonomi daerah di Indonesia masih
mencari bentuknya yang ideal. Dalam perspektif ini, dengan
menelusuri regulasi berkaitan dengan otonomidaerah setidaknya akan
ditemukan mengapa kebijakan otonomi daerah di Indonesia  selalu
berubah-ubah.
Desentralisasi pendidikan menempatkan sekolah sebagai garis
depan dalam berperilaku untuk mengelola pendidikan. Desentralisasi
juga memberikan apresiasi terhadap perbedaan kemampuan dan
keberanekaragaman kondisi daerah dan rakyatnya. Perubahan
paradigma sistem pendidikan membutuhkan masa transisi. Reformasi
pendidikan merupakan realitas yang harus dilaksanakan, sehingga
diharapkan para pelaku maupun penyelenggara pendidikan harus
proaktif, kritis dan mau berubah. Belajar dari pengalaman sebelumnya
yang sentralistik dan kurang demokratis membuat bangsa ini menjadi 
terpuruk. Marilah kita melihat kepentingan bangsa dalam arti luas dari
pada kepentingan pribadi atau golongan atau kepentingan pemerintah

8
pusat semata dengan menyelenggarakan otonomi pendidikan sepenuh
hati dan konsisten dalam rangka mengangkat harkat dan martabat
bangsa dan masyarakat yang berbudaya dan berdaya saing tinggi
sehingga bangsa ini duduk sejajar dengan bangsa-bangsa maju di
dunia.

B. Saran
Makalah ini ditulis dengan keterbatasan penulis atas
pengalaman dan ilmu pengetahuan, sehingga makalah ini tercipta jauh
dari hasil yang sempurna, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Diklat Teknis Penganggaran di Era Desentralisasi, kerjasama LAN –


Depdagri.

Siregar, Faris. 2011. Hambatan Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Arthur, Muhammad. 2012. Menggugah Peran Aktif Masyarakat dalam


Otonomi Daerah. Dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=4437, dikutip
pada 27 Maret 2012

Hary Priatna Sanusi, 2010. kapita selekta pendidikan. Bandung: Insan


Mandiri

W.J.S. Poerwadarminta, 2007. KBBI edisi ketiga, Balai Pustaka

Amran YS Chaniago, 2009. Kamus lengkap bahasa Indonesia, edisi ke


15, Bandung: Pustaka Setia

10

Anda mungkin juga menyukai