Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“OTONOMI DAERAH”
DOSEN: Farida ariany S.HI.MH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN
MANDALIKA
DISUSUN OLEH:
KHUSNUL FATIHAH
NAZIFATUL AINI
AGENK PRAYITNO
LALU RIZQI DUYUPURAHMAN
BQ.GINA SEPTIARA

KELAS I
MANAJEMEN
FAKULITAS BUDAYA,MANAJEMEN DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, yang maha pengasih lagi maha
penyanyang,saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmad, hidayah,dan inayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “otonomi daerah “

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan tentang otonomi daerah ini telah saya


susun dengan se-maksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah Pendidikan Kewarganegaraan


tentang otonomi daerah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah
membaca makalah ini hingga akhir.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I ……………………………………………………………..……1

KATA PENGANTAR ii …………………………………………………………….…..2

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….……4

A.LATAR BELAKANG ………………………………………………………..............4

B.RUMUSAN MASALAH ………………………………………………….………….4

C.TUJUAN ………………………………………………………………………….…..4

BAB II PEMBAHASAN 2 ……………………………………………………….……..5

A.Pengertian otonomi daerah ……………………………………………………..……..6

B.Tujuan otonomi daerah ……………………………………………………..………...15

C.Prinsip-Prinsip otonomi daerah …………………………………………….………...16

D.Jenis-jenis otonomi daerah …………………………………….……………………..17

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….18


A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….18
B. Saran ………………………………………………………………………………....18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….….18

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagaimana yang diatur dalam sistematika penulisan karya ilmiah makalah akan
didahului dengan latar belakang masalah.Otonomi daerah sendiri berasal dari kata latin.
Kata Otonomi berasal dari kata “autos” yang berarti “sendiri”, kemudian “nomos” yang
berarti “aturan”. Otonomi adalah hak atau kewenangan yang dimiliki oleh suatu daerah
dan otonomi daerah dengan tujuan untuk dapat mengembangkan daerah itu dan seluruh
masyarakat yang ada di daerah itu. menurut UU No. 32 Tahun 2004, otonomi daerah
adalah hak kewenangan, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Negara kita juga sudah menerapkan daerah otonom, namun apakah
pelaksanaan daerah otonom berjalan lancar tanpa kendala atau sebaliknya? Dan jika ada
kendala, bagaimana cara pemerintah Indonesia menyelesaikan masalah tersebut?
Pelaksanaan otonomi daerah pertama kali dilaksanakan di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang hingga saat
ini telah mengalami beberapa kali perubahan. Pelaksanaan otonomi daerah juga telah
mengakibatkan perubahan sistem pemerintahan di Indonesia yang tentunya berdampak
pada kehidupan masyarakat Indonesia. Ada beberapa landasan pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia yang meliputi tujuan politik, tujuan administrasi dan juga tujuan
ekonomi.Ada beberapa hal yang ingin diwujudkan dalam pelaksanaan otonomi daerah,
antara lain upaya mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan dewan
perwakilan rakyat.

B. .Rumusan masalah
1. Memahami pengertian otonomi daerah
2. Memahami tujuan otonomi daerah
3. Mengetahui prinsip-prinsip otonomi daerah
4. Mengetahui tentang jenis-jenis otonomi daerah

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini untuk kita sama-sama mengetahui dan memahami apa itu

otonomi daerah,memahami tujuan otonomi daerah,memberi pemahaman tentang konsep otonomi

daerah serta mengetahui jenis-jenis dari otonomi daerah.

BAB 11 PEMBAHASAN
A. Pengertian otonomi daerah

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan

kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam UU No. 23 tahun 2014 pasal 1 ayat

6, pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejarah otonomi daerah dimulai dari lahirnya UU Nomor 1 tahun 1945, dalam undang-

undang ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu karesidenan, kabupaten, dan kota.

Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas, berumur lebih kurang tiga tahun

karena diganti dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948. (Muhammad.Arthut

2012 :10)

UU No. 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah

yang demokratis. Di dalam undang-undang ini ditetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu

daerah otonom biasa dan daerah otonom istimewa, serta tiga tingkatan daerah yaitu

provinsi, kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil. Dalam perkembanganya kemudian

muncul beberapa UU tentang pemerintahan daerah yaitu UU Nomor 1 tahun 1957

(sebagai pengaturan tunggal pertama yang berlaku seragam untuk seluruh Indonesia), UU

Nomor 18 tahun 1965 (yang menganut sistem otonomi yang seluas-luasnya) dan UU

Nomor 5 tahun 1974 (mengatur pokok-pokok penyelenggara pemerintahan yang menjadi

tugas Pemerintah Pusat di daerah).

Selang waktu 25 tahun kemudian baru diganti dengan Undang-undang nomor 22 tahun

1999 (pasca lengsernya rezim orde baru – era reformasi), yang kemudian melahirkan
Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah;

pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional, yang berkeadilan, serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Barulah sejak tahun 2000 pelaksanaan otonomi daerah mulai terealisasi secara

bertahap. Setelah dilaksanakannya otonomi daerah maka perimbangan keuangan sesuai

UU no 25 tahun 1999 memberikan peluang kepada daerah untuk mendapatkan 70% dari

hasil pengelolaan kekayaan alamnya sendiri untuk dimanfaatkan bagi kemajuan

daerahnya sendiri. (Sani Safitri 2016)

Kemudian otonomi daerah ini diperbarui menurut UU No.32 tahun 2004, yang kemudian

digantikan dengan UU No 23 tahun 2014, dan dilakukan beberapa kali perubahan, yaitu:

Perubahan Pertama: UU Nomor 2 Tahun 2015 (2 Februari 2015)

Perubahan Kedua: UU Nomor 9 Tahun 2015 (18 Maret 2015)

Perubahan Ketiga: UU Nomor 11 Tahun 2020 (2 November 2020)

Melalui Keppres No, 11 Tahun 1996, ditetapkan setiap tanggal 25 April sebagai Hari

Otonomi Daerah.

Dalam sambutan tertulis Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian

pada “Peringatan ke-26 Hari Otonomi Daerah Tahun 2022” yang dibacakan oleh

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Suhajar Diantoro, secara filosofis tujuan

dilaksanakannya otonomi daerah, melalui pendelegasian sebagian kewenangan urusan

pemerintahan yang bersifat konkuren, sejatinya untuk menjadikan daerah mencapai

kemandirian fiskal. Hal itu dilakukan dengan menggali berbagai potensi sumber daya

yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Serta memacu terjadinya

percepatan dan pemerataan pembangunan,” ujar Mendagri dalam sambutan yang

dibacakan Suhajar tersebut.


Meski begitu, filosofi dari tujuan otonomi daerah dinilai belum sepenuhnya tercapai

seperti yang diharapkan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Keuangan

Daerah (Keuda) Kemendagri, selama kurun waktu 26 tahun ini, terdapat beberapa daerah

yang memiliki PAD di bawah 20 persen dan menggantungkan keuangannya pada

pemerintah pusat melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Hal ini tentunya

menjadi perhatian Mendagri. Pasalnya, kewenangan telah diberikan kepada daerah, tapi

keuangannya masih bergantung kepada pemerintah pusat.

Mendagri mengimbau, di momen peringatan Hari Otonomi Daerah ke-26 ini, bagi daerah

yang PAD-nya masih rendah agar melakukan terobosan dan inovasi untuk menggali

berbagai potensi yang dapat memberikan nilai tambah. Dengan demikian akan terjadi

peningkatan PAD, yang harapannya dapat melampaui besaran TKDD yang diterima

daerah tersebut. Namun, ia menekankan agar langkah dan terobosan itu mesti tetap

memperhatikan hukum dan norma yang ada, serta tidak memberatkan rakyat. (dikutip

dari)

Salah satu permasalahan utama yang menjadi penyebab masih terjadinya ketimpangan

PAD tersebut adalah sangat lambatnya perkembangan industrialisasi di daerah, terutama

di bidang manufaktur dan teknologi informasi. Pusat industrialisasi masih terfokus pada

Pulau Jawa – yang notabene memiliki tanah yang relatif paling subur dibandingkan

daerah/pulau lain di Indonesia.

Begitu pesatnya perkembangan Industrialisasi ini telah menggerus usaha pertanian di

Pulau Jawa, sehingga memaksa pemerintah mencari alternatif ke daerah lain di luar pulau

Jawa guna mengganti/meningkatkan produksi pertanian ini, dari proyek lahan gambut

sejuta hektar pada era orde baru, hingga food estate pada era Jokowi sekarang.
Seharusnya daerah subur seperti pulau Jawa tetap dipertahankan menjadi pusat produksi

pertanian, dan daerah luar pulau Jawa yang relatif kurang subur dikembangkan menjadi

pusat-pusat industri di bidang teknologi informasi, transportasi dan elektronik yang diatur

dengan sistim zonasi sesuai karakteristik dan potensi daerah.

Dengan ditetapkannya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di luar pulau Jawa, diharapkan

ketimpangan yang masih terjadi pada beberapa daerah selama 26 tahun otonomi daerah

ini bisa berkurang, dan tidak kalah pentingnya kemampuan leadership (kepemimpinan)

dan entrepreneurship (kewirausahaan) setiap kepala daerah akan turut menentukan nasib

daerahnya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Otonomi daerah adalah hak,

wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam UU No. 23 tahun

2014 pasal 1 ayat 6, pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejarah otonomi daerah dimulai dari lahirnya UU Nomor 1 tahun 1945, dalam undang-

undang ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu karesidenan, kabupaten, dan kota.

Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas, berumur lebih kurang tiga tahun

karena diganti dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948. (Muhammad.Arthut

2012 :10)

UU No. 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah

yang demokratis. Di dalam undang-undang ini ditetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu

daerah otonom biasa dan daerah otonom istimewa, serta tiga tingkatan daerah yaitu

provinsi, kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil. Dalam perkembanganya kemudian

muncul beberapa UU tentang pemerintahan daerah yaitu UU Nomor 1 tahun 1957


(sebagai pengaturan tunggal pertama yang berlaku seragam untuk seluruh Indonesia), UU

Nomor 18 tahun 1965 (yang menganut sistem otonomi yang seluas-luasnya) dan UU

Nomor 5 tahun 1974 (mengatur pokok-pokok penyelenggara pemerintahan yang menjadi

tugas Pemerintah Pusat di daerah).

Selang waktu 25 tahun kemudian baru diganti dengan Undang-undang nomor 22 tahun

1999 (pasca lengsernya rezim orde baru – era reformasi), yang kemudian melahirkan

Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah;

pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional, yang berkeadilan, serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Barulah sejak tahun 2000 pelaksanaan otonomi daerah mulai terealisasi secara

bertahap. Setelah dilaksanakannya otonomi daerah maka perimbangan keuangan sesuai

UU no 25 tahun 1999 memberikan peluang kepada daerah untuk mendapatkan 70% dari

hasil pengelolaan kekayaan alamnya sendiri untuk dimanfaatkan bagi kemajuan

daerahnya sendiri. (Sani Safitri 2016)

Kemudian otonomi daerah ini diperbarui menurut UU No.32 tahun 2004, yang kemudian

digantikan dengan UU No 23 tahun 2014, dan dilakukan beberapa kali perubahan, yaitu:

Perubahan Pertama: UU Nomor 2 Tahun 2015 (2 Februari 2015)

Perubahan Kedua: UU Nomor 9 Tahun 2015 (18 Maret 2015)

Perubahan Ketiga: UU Nomor 11 Tahun 2020 (2 November 2020)

Melalui Keppres No, 11 Tahun 1996, ditetapkan setiap tanggal 25 April sebagai Hari

Otonomi Daerah.

Dalam sambutan tertulis Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian

pada “Peringatan ke-26 Hari Otonomi Daerah Tahun 2022” yang dibacakan oleh
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Suhajar Diantoro, secara filosofis tujuan

dilaksanakannya otonomi daerah, melalui pendelegasian sebagian kewenangan urusan

pemerintahan yang bersifat konkuren, sejatinya untuk menjadikan daerah mencapai

kemandirian fiskal. Hal itu dilakukan dengan menggali berbagai potensi sumber daya

yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Serta memacu terjadinya

percepatan dan pemerataan pembangunan,” ujar Mendagri dalam sambutan yang

dibacakan Suhajar tersebut.

Meski begitu, filosofi dari tujuan otonomi daerah dinilai belum sepenuhnya tercapai

seperti yang diharapkan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Keuangan

Daerah (Keuda) Kemendagri, selama kurun waktu 26 tahun ini, terdapat beberapa daerah

yang memiliki PAD di bawah 20 persen dan menggantungkan keuangannya pada

pemerintah pusat melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Hal ini tentunya

menjadi perhatian Mendagri. Pasalnya, kewenangan telah diberikan kepada daerah, tapi

keuangannya masih bergantung kepada pemerintah pusat.

Mendagri mengimbau, di momen peringatan Hari Otonomi Daerah ke-26 ini, bagi daerah

yang PAD-nya masih rendah agar melakukan terobosan dan inovasi untuk menggali

berbagai potensi yang dapat memberikan nilai tambah. Dengan demikian akan terjadi

peningkatan PAD, yang harapannya dapat melampaui besaran TKDD yang diterima

daerah tersebut. Namun, ia menekankan agar langkah dan terobosan itu mesti tetap

memperhatikan hukum dan norma yang ada, serta tidak memberatkan rakyat. (dikutip

dari)

Salah satu permasalahan utama yang menjadi penyebab masih terjadinya ketimpangan

PAD tersebut adalah sangat lambatnya perkembangan industrialisasi di daerah, terutama

di bidang manufaktur dan teknologi informasi. Pusat industrialisasi masih terfokus pada
Pulau Jawa – yang notabene memiliki tanah yang relatif paling subur dibandingkan

daerah/pulau lain di Indonesia.

Begitu pesatnya perkembangan Industrialisasi ini telah menggerus usaha pertanian di

Pulau Jawa, sehingga memaksa pemerintah mencari alternatif ke daerah lain di luar pulau

Jawa guna mengganti/meningkatkan produksi pertanian ini, dari proyek lahan gambut

sejuta hektar pada era orde baru, hingga food estate pada era Jokowi sekarang.

Seharusnya daerah subur seperti pulau Jawa tetap dipertahankan menjadi pusat produksi

pertanian, dan daerah luar pulau Jawa yang relatif kurang subur dikembangkan menjadi

pusat-pusat industri di bidang teknologi informasi, transportasi dan elektronik yang diatur

dengan sistim zonasi sesuai karakteristik dan potensi daerah.

Dengan ditetapkannya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di luar pulau Jawa, diharapkan

ketimpangan yang masih terjadi pada beberapa daerah selama 26 tahun otonomi daerah

ini bisa berkurang, dan tidak kalah pentingnya kemampuan leadership (kepemimpinan)

dan entrepreneurship (kewirausahaan) setiap kepala daerah akan turut menentukan nasib

daerahnya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Otonomi daerah adalah hak,

wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam UU No. 23 tahun

2014 pasal 1 ayat 6, pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejarah otonomi daerah dimulai dari lahirnya UU Nomor 1 tahun 1945, dalam undang-

undang ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu karesidenan, kabupaten, dan kota.

Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas, berumur lebih kurang tiga tahun
karena diganti dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948. (Muhammad.Arthut

2012 :10)

UU No. 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah

yang demokratis. Di dalam undang-undang ini ditetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu

daerah otonom biasa dan daerah otonom istimewa, serta tiga tingkatan daerah yaitu

provinsi, kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil. Dalam perkembanganya kemudian

muncul beberapa UU tentang pemerintahan daerah yaitu UU Nomor 1 tahun 1957

(sebagai pengaturan tunggal pertama yang berlaku seragam untuk seluruh Indonesia), UU

Nomor 18 tahun 1965 (yang menganut sistem otonomi yang seluas-luasnya) dan UU

Nomor 5 tahun 1974 (mengatur pokok-pokok penyelenggara pemerintahan yang menjadi

tugas Pemerintah Pusat di daerah).

Selang waktu 25 tahun kemudian baru diganti dengan Undang-undang nomor 22 tahun

1999 (pasca lengsernya rezim orde baru – era reformasi), yang kemudian melahirkan

Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah;

pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional, yang berkeadilan, serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Barulah sejak tahun 2000 pelaksanaan otonomi daerah mulai terealisasi secara

bertahap. Setelah dilaksanakannya otonomi daerah maka perimbangan keuangan sesuai

UU no 25 tahun 1999 memberikan peluang kepada daerah untuk mendapatkan 70% dari

hasil pengelolaan kekayaan alamnya sendiri untuk dimanfaatkan bagi kemajuan

daerahnya sendiri. (Sani Safitri 2016)

Kemudian otonomi daerah ini diperbarui menurut UU No.32 tahun 2004, yang kemudian

digantikan dengan UU No 23 tahun 2014, dan dilakukan beberapa kali perubahan, yaitu:
Perubahan Pertama: UU Nomor 2 Tahun 2015 (2 Februari 2015)

Perubahan Kedua: UU Nomor 9 Tahun 2015 (18 Maret 2015)

Perubahan Ketiga: UU Nomor 11 Tahun 2020 (2 November 2020)

Melalui Keppres No, 11 Tahun 1996, ditetapkan setiap tanggal 25 April sebagai Hari

Otonomi Daerah.

Dalam sambutan tertulis Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian

pada “Peringatan ke-26 Hari Otonomi Daerah Tahun 2022” yang dibacakan oleh

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Suhajar Diantoro, secara filosofis tujuan

dilaksanakannya otonomi daerah, melalui pendelegasian sebagian kewenangan urusan

pemerintahan yang bersifat konkuren, sejatinya untuk menjadikan daerah mencapai

kemandirian fiskal. Hal itu dilakukan dengan menggali berbagai potensi sumber daya

yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Serta memacu terjadinya

percepatan dan pemerataan pembangunan,” ujar Mendagri dalam sambutan yang

dibacakan Suhajar tersebut.

Meski begitu, filosofi dari tujuan otonomi daerah dinilai belum sepenuhnya tercapai

seperti yang diharapkan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Keuangan

Daerah (Keuda) Kemendagri, selama kurun waktu 26 tahun ini, terdapat beberapa daerah

yang memiliki PAD di bawah 20 persen dan menggantungkan keuangannya pada

pemerintah pusat melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Hal ini tentunya

menjadi perhatian Mendagri. Pasalnya, kewenangan telah diberikan kepada daerah, tapi

keuangannya masih bergantung kepada pemerintah pusat.

Mendagri mengimbau, di momen peringatan Hari Otonomi Daerah ke-26 ini, bagi daerah

yang PAD-nya masih rendah agar melakukan terobosan dan inovasi untuk menggali

berbagai potensi yang dapat memberikan nilai tambah. Dengan demikian akan terjadi
peningkatan PAD, yang harapannya dapat melampaui besaran TKDD yang diterima

daerah tersebut. Namun, ia menekankan agar langkah dan terobosan itu mesti tetap

memperhatikan hukum dan norma yang ada, serta tidak memberatkan rakyat. (dikutip

dari)

Salah satu permasalahan utama yang menjadi penyebab masih terjadinya ketimpangan

PAD tersebut adalah sangat lambatnya perkembangan industrialisasi di daerah, terutama

di bidang manufaktur dan teknologi informasi. Pusat industrialisasi masih terfokus pada

Pulau Jawa – yang notabene memiliki tanah yang relatif paling subur dibandingkan

daerah/pulau lain di Indonesia.

Begitu pesatnya perkembangan Industrialisasi ini telah menggerus usaha pertanian di

Pulau Jawa, sehingga memaksa pemerintah mencari alternatif ke daerah lain di luar pulau

Jawa guna mengganti/meningkatkan produksi pertanian ini, dari proyek lahan gambut

sejuta hektar pada era orde baru, hingga food estate pada era Jokowi sekarang.

Seharusnya daerah subur seperti pulau Jawa tetap dipertahankan menjadi pusat produksi

pertanian, dan daerah luar pulau Jawa yang relatif kurang subur dikembangkan menjadi

pusat-pusat industri di bidang teknologi informasi, transportasi dan elektronik yang diatur

dengan sistim zonasi sesuai karakteristik dan potensi daerah.

Dengan ditetapkannya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di luar pulau Jawa, diharapkan

ketimpangan yang masih terjadi pada beberapa daerah selama 26 tahun otonomi daerah

ini bisa berkurang, dan tidak kalah pentingnya kemampuan leadership (kepemimpinan)

dan entrepreneurship (kewirausahaan) setiap kepala daerah akan turut menentukan nasib

daerahnya

B. Tujuan dan manfaat otonomi daerah


Melansir dari laman Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, tujuan otonomi Daerah menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 ada 3,
yaitu:
1. Meningkatkan Pelayanan Umum
Tujuan otonomi daerah pertama adalah untuk meningkatkan pelayanan umum Otonomi
daerah adalah memberikan wewenang kepada daerah untuk mengatur daerahnya sendiri. Dengan
adanya otonomi daerah, diharapkan pelayanan untuk masyarakat umum dapat dilakukan secara
maksimal.Sistem otonomi ini bertujuan untuk memberikan respons cepat bagi daerah ketika ada
masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Maka dari itu, tujuan otonomi daerah yang pertama
ini tentu bisa dirasakan oleh masyarakat secara langsung.

2. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat


Tujuan otonomi daerah yang kedua adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pelayanan yang baik yang dilakukan oleh daerah kepada masyarakat secara tidak langsung akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sebuah daerah.Otonomi daerah memberikan
wewenang kepada daerah untuk menggali potensi terbaik dari daerahnya masing-masing. Jika itu
dilakukan dengan baik dan maksimal, maka kesejahteraan masyarakat di daerah juga akan ikut
terangkat. Hal inilah yang bisa dirasakan masyarakat secara langsung perihal otonomi daerah.

3. Meningkatkan Daya Saing Daerah

Tujuan otonomi daerah ketiga adalah meningkatkan daya saing sebuah daerah. Penggalian
terhadap potensi terbaik daerah ini akan menampakkan sisi unik dan keunggulan daerah masing.
Usaha itu akan memberikan warna terhadap keanekaragaman dan keunikan sebuah daerah. Hal
tersebut tentu akan berdampak pada munculnya usaha untuk menjadi lebih baik dari daerah lain.
Dalam hal ini adalah usaha untuk mencari potensi terbaik dari daerah masing-masing. Dengan
begitu, maka setiap daerah akan berusaha sekuat tenaga untuk menggali potensi terbaik di
daerahnya.

C. Prinsip-prinsip otonomi daerah


Kebijakan otonomi daerah menganut prinsip yang nyata. Hal itu disesuaikan dengan

situasi dan kondisi yang objektif pada suatu daerah. Berikut ini adalah prinsip-prinsip

otonomi daerah;

1. Prinsip Kesatuan

Otonomi daerah fokus terhadap kesejahteraan masyarakat lokal. Masyarakat yang ada di

sebuah daerah akan menjadi fokus utama bagi kebijakan otonomi daerah untuk

memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu juga diperhatikan

kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

2. Prinsip Nyata

Pemberian wewenang kepada daerah ini adalah sebagai bentuk nyata dari usaha

pemerintah untuk memberikan hak dan kewajiban kepada daerah untuk berperan aktif

mengatur aktivitas pemerintahan dan pembangunannya masing-masing.

3. Prinsip Penyebaran

Pemerintah memberikan kesempatan kepada daerah untuk aktif dalam mengembangkan

daerahnya masing-masing. Yang disesuaikan dengan potensi yang ada pada daerah

tersebut.

4. Prinsip Bertanggung Jawab

Pemerintah diharuskan untuk fokus pada sistem penyelenggaraan otonomi. Prinsip ini

harus sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi. Pemerintah daerah harus

bertanggung jawab.

5. Prinsip Pemberdayaan

Pemerintah daerah berkewajiban untuk meningkatkan daya guna serta hasil guna dalam

penyelenggaraan sistem pemerintahan di suatu daerah. Secara khusus juga terhadap

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

D. Jenis-jenis otonomi daerah


Otonomi daerah ini terkategorisasi menjadi beberapa jenis. Hal ini dituturkan oleh S.H.

Sarundajang dalam bukunya yang berjudul Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, yaitu:

· Otonomi Organik, yaitu otonomi menjadi akumulasi urusan yang memiliki peran untuk

menentukan ritme dari badan otonom

· Otonomi Formal, yaitu segala hal yang menyangkut persoalan otonom tidak memiliki limitasi

secara positif

· Otonomi Materiil, yaitu kewenangan daerah dilimitasi secara positif, terperinci, dan tegas untuk

mengatur suatu kebijakan

· Otonomi Riil, yaitu pemerintah daerah memiliki legitimasi wewenang pangkal untuk kemudian

dieksekusi secara gradual

· Otonomi Nyata, yaitu hak dan wewenang pemerintah daerah untuk mengurus "rumah

tangganya" sendiri sesuai dengan konstitusi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam undang-undang diatas dapat disimpulkan bahwa
otonomi daerah itu adalah kewenangan dan kewajiban otonom untuk membuat sistem
pengaturan dan harus dapat mengurus pemerintahan dan permasalahan kepentingan
masyarakatnya sendiri sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dalam undang-undang dan
dengan dibuatnya makalah ini untuk memberikan pengetahuan tentang apa itu otonomi
daerah,tujuan,prinsip-prinsip otonomi dan jenis-jenis otonomi daerah.

B. Saran
Diharapkan kami penulis serta pembaca makalah ini mengerti dan dapat memahami apa itu
pendidikan kewarganegaraan tentang otonomi daerah.

Daftar Pustaka

David Grabriel Immanuel | PPTI 11 | 2502041571

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6116318/otonomi-daerah-pengertian-jenis-dan-

tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai