DOSEN PENGAMPU:
Pak Mahendra Kusuma, SH, MH
Disusun oleh
1. Deva Bunga Fatehah (30523007)
2. Dwi Anggita (30523010)
3. Elmatiana dara sandi (30523013)
4. Rohanie Surya (30523019)
5. Suwa alfariza (30523026)
6. Nahdiya survei putri (30523037)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kewarganegaraan dengan judul
“OTONOMI DAERAH”.
Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, Kami
mengharapkan kritik serta salam dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................3
3.1 Kesimpulan........................................................................5
3.2 Saran..................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................6
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Warisan Kolonial
Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan staatsblaad No.
329 yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang
mempunyai keuangan sendiri Kemudian staatblaad ini deperkuat dengan
Staatblaad No. 137/1905 dan S. 181/1905. Pada tahun 1922, pemerintah
kolonial mengeluarkan sebuah undang-undang S. 216/1922. Dalam ketentuan
ini dibentuk sejumlah provincie, regentschap, stadsgemeente, dan
groepmeneenschap yang semuanya menggantikan locale ressort. Selain itu
juga, terdapat pemerintahan yang merupakan persekutuan asli masyarakat
setempat (zelfbestuurende landschappen).
Pemerintah kerajaan satu per satu dikat oleh pemerintahan kolonial
dengan sejumlah kontrak politik (kontrak panjang maupun kontrak pendek).
Dengan demikian, dalam masa pemerintahan kolonial, warga masyarakat
dihadapkan dengan dua administrasi pemerintahan.
2. Masa Pendudukan Jepang
3. Masa Kemerdekaan
a) Provinsi
b) Kabupaten/ kota besar
c) Desa/ kota kecil
UU No.1 Tahun 1945 hanya mengatur hal-hal yang bersifat darurat dan
segera saja. Dalam batang tubuhnya pun hanya terdiri dari 6 pasal saja
dan tidak memiliki penjelasan.
1. Dasar Hukum
Tidak hanya pengertian tentang otonomi daerah saja yang perlu kita
bahas. Namun ada dasar-dasar yang bisa menjadi landasan. Ada beberapa
peraturan dasar tentang pelaksanaan otonomi daerah, yaitu sebagai berikut:
1. Dampak Positif
2. Dampak Negatif
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah.
http://aenicomdev.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-otonomi-daerah-
diindonesia.html.
http://bowandy.blogspot.co.id/2012/04/makalah-otonomi-daerah.html
http://merinaastuti.blogspot.co.id/2013/09/mengetahui-dampak-positif-dan-
negatif html
http://dilihatya.blogspot.co.id/2014/05/ini-dia-contoh-makalah-otonomi
daerah.html