Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

( OTONOMI DAERAH )

OLEH

KELOMPOK 9

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. ENGGIA YUGAN (
2. DESMITA AULIA (1811112265)
3. FATHIMAH AZZAHRA (
4. NEPTA YULITA (
5. RIKA SASMITA (
6. SUKMA HANDAYANI (

DOSEN PENGAMPU : INDIRA EKAWATI, M.Si

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
kelompok 9 dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Otonomi Daerah “.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dosen kami ibu Indira Ekawati, M.Si . yang telah memberikan tugas ini kepada kami, serta
semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Adapun dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih ada kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki . Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Dan akhir kata kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi otonomi daerah


B. Sejarah perkembangan otonomi daerah di indonesia
C. Dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah
D. Tujuan dan Prinsip otonomi daerah
E. Pemeran penting dalam otonomi daerah
F. Dampak otonomi daerah

BAB III PENUTUP

I. KESIMPULAN
II. SARAN-SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah Indonesia membuat suatu
kebijakan untuk daerah, yaitu daerah tingkat I dan daerah tingkat II diberi wewenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri, dengan tujuan
mensejahterakan masyarakat. Kebijakan ini dikenal dengan Otonomi Daerah. Terbentuknya
Otonomi Daerah memiliki sejarah yang sangat panjang mulai dari jaman kolonial sampai
dengan sekarang. Dimulai dari jaman kolonial yang memberi peluang untuk daerah
dibentuknya satuan pemerintahan yang mempunyai keuangan sendiri. Pada jaman penjajahan
Jepang semua daerah otonom disebukan memiliki sifat bersifat misleading. Kemudian pada
saat kemerdekaan dan pasca kemerdekaan banyak sekali dikeluarkan undang-undang untuk
mengatur Otonomi Daerah.
Pada era ini Indonesia juga harus memikirkan hal yang strategis, terutama pemerintah
yang ada di pusat, dimana yang terjadi saat ini pemerintah pusat yang memiliki urusan yang
terlau banya sehingga tidak satupun yang terselesaikan dengan baik, pusat mengurusa sampai
pada urusan yang bersifat tekhnis yang ada di daerah. Pemerintah seharusnya memikirkan
yang strategis dan terfokus. Dengan hal tersebut tujuan dapat tercapai.
Hal yang sama sepertinya mulai terulang kembali, kalau kita memperhatikan
pengelolaan pemerintahan yang ada saat ini ada usaha untuk sentarlisasi kembali meskipun
dengan cara yang berbeda sentarlisasi yang berbeda pada orde baru, , sehingga upaya
pengelolaan pemerintahan yang sentralistik bisa saja terjadi, meskipun pada konsep otonomi
daerah.
1.2 Tujuan

1. Mengenal apa itu Otonomi Daerah.


2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah yang ada di Indonesia
3. Mengenal dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah
4. Mengetahui Tujuan dan Prinsip otonomi daerah
5. Mengetahui Pemeran penting dalam otonomi daerah
6. Mengetahui Dampak otonomi daerah

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Otonomi Daerah ?


2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah yang ada di Indonesia ?
3. Apa dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah ?
4. Apa saja Tujuan dan Prinsip otonomi daerah ?
5. Siapa Pemeran penting dalam otonomi daerah ?
6. Apa Dampak otonomi daerah ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFINISI OTONOMI DAERAH

Otonomi berasal dari 2 kata yaitu ,auto berarti sendiri, nomos berarti rumah tangga atau urusan
pemerintahan. Otonomi dengan demikian berarti mengurus rumah tangga sendiri.Dengan
mendampingkan kata ekonomi dengan kata daerah,maka istilah “mengurus rumah tangga sendiri”
mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau menyelenggarakan rumah
tangga pemerintahan daerah sendiri. Ada juga berbagai pengertian yang berdasarkan pada aturan yang
di tetapkan oleh Pemerintahan Daerah.

Pengertian yang memiliki kaitan dan hubungan dengan otonomi daerah yang terdapat di dalam
Undang-Undang,yaitu sebagai berikut:

- Pemerintah daerah yaitu penyelenggaraan urusan di dalam suatu daerah.

- Penyelenggaran urusan pemerintah daerah tersebut harus menurut asas otonomi seluas-luasya dalam
prinsip dan sistem NKRI sebagaimana yang dimaksudkan di dalam UUD 1945.

Otonomi daerah adalah wewenang,hak dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus dan
mengatur sendiri urusan pemerintahan dan mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang berada
dan menetap di dalam daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku .

B. SEJARAH OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

Peraturan perundang-undangan pertama kali yang mengatur tentang pemerintahan


daerah pasca proklamasi kemerdekaan adalah UU Noomor 1 tahun 1945. Ditetapkannnya
undang-undang ini erupakan hasil (resultante) dari berbagai pertimbangan tentang sejarah
pemerintahan dimasa kerajaan-kerajaan serta pada masa pemerintahan kolonialisme. Undang-
undang ini menekankan pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan
pembentukan badan perwakilan tiap daerah.

Dalam undang-undang ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu karesidenan,
kabupaten, dan kota. Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas. Sehingga dalam
kurun waktu tiga tahun belum ada peraturan pemerintahan yang mengatur mengenai
penyerahan urusan (desentralisasi) kepada daerah. Undang-undang ini berumur lebih kurang
tiga gtahun karena diganti dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948.(Muhammad.Arthut
2012 :10)

Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan


pemerintahan daerah yang demokratis. Di dalam undang-undang ini ditetapkan dua jenis
daerah otonom, yaitu daerah otonom biasa dan daerah otonom istimewa, serta tiga tingkatan
daerah yaitu provinsi, kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil. Mengacu pada ketentuan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1948, penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada
daerah telah mendapat perhatian pemerintah.
Pemberian otonomi kepada daerah berdasarkan Undang - undang tentang
pembentukan, telah dirinci lebih lanjut pengaturannya melalui peraturan pemerintahan
tentang penyerahan sebagaian urusan pemerintahan tertentu kepada daerah.Perjalanan sejarah
otonomi daerah di Indonesia selalu ditandai dengan lahirnya suatu produk perundang-
undangan yang menggantikan produk sebelumnya.Perubahan tersebut pada suatu sisi
menandai dinamika orientasi pembangunan daerah di Indoneia dari masa kemasa. Tapi disisi
lain hal ini dapat pula dipahami sebagai bagian dari “eksperimen politik” penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.

Periode otonomi daerah di Indonesia pasca UU Nomor 22 tahun 1948 diisi dengan
munculnya beberapa UU tentang pemerintahan daerah yaitu UU Nomor 1 tahun 1957
(sebagai pngaturan tunggal pertama yang berlaku seragam untuk seluruh Indonesia), UU
Nomor 18 tahun 1965 ( yang menganut sistem otonomi yang seluasluasnya) dan UU Nomor
5 tahun 1974.UU yang disebut terakhir mengatur pokok-pokok penyelenggara pemerintahan
yang menjadi tugas Pemerintah Pusat di daerah. Prinsip yang dipakai dalam pemberian
otonomi kepada daerah bukan lagi “otonomi yang riil dan luas-luasnya” tetapi “otonomi yang
nyata dan bertanggung jawab”. Alasannya, pandangan otonomi daerah yang seluas-luasnya
dapat menimbulkan kecenderungan pemikiran yang dapat membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak serasi dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi
kepada daerah sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan dalam GBHN yang berorientasi
pada pembangunan dalam arti luas.

Undang-undang ini berumur paling panjang yaitu 25 tahun, dan baru diganti dengan
Undang-undang nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang nomor 25 tahun 1999 setelah
tuntunan reformasi dikomandangkan.Kehadiran Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tidak
terlepas dari perkembangan situasi yang terjadi pada masa itu, dimana rezim otoriter orde
baru lengser dan semua pihak berkehendak untuk melakukan reformasi disemua aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan kehendak reformasi itu, sidang Istimewa
MPR tahun 1998 yang lalu menetapkan ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang
penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya
nasional, yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Satu hal yang paling menonjol dari pergantian Undang-undang Nomor 5 tahun 1974
dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 adalah adanya perubahan mendasar pada
format otonomi daerah dan substansi desentralisasi. Perubahan tersebut dapat diamati dari
kandungan materi yang tertuang dalam rumusan pasal demi pasal pada undangundang
tersebut. Beberapa butir yang terkandung di dalam kedua undang-undang tersebut (UU No.
22 tahun 1999 dan No. 25 tahun 1999) secara teoritis akan menghasilkan suatu kesimpulan
bahwa desentralisasi dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 lebih cenderung pada corak
dekonsentrasi. Sedangkan desentralisasi dalam Undang- undang Nomor 22 tahun 1999 lebih
cenderung pada corak devolusi.
Hal ini akan lebih nyata jika dikaitkan dengan kedudukan kepala daerah. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 5 tahun 1974, kepala daerah adalah sekaligus kepala wilayah yang
merupakan kepangjangan tangan dari pemerintah. Dalam praktik penyelenggaraan
pemerintahan di daerah, kenyataan menunjukkan peran sebagai kepala wilayah yang
melaksanakan tugas- tugas dekonsentrasi lebih dominan dibanding sebagai kepala daerah.

Hal ini dimungkinkan karena kepala daerah bertanggung jawab kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri, dan bukan kepada DPRD sebagai representasi dari rakyatdi daerah
yang memilihnya.Dengan demikian yang melatarbelakangi dilaksanankannnya otonomi
daerah secara nyata di Indonesia adalah ketidakpuasan masyarakat yang berada di daerah
yang kaya sumber daya alam namun kehidupan masyarakatnya tetap berada dibawah garis
kemiskinan. Walaupun secara Undang-Undang sudah sering diterbitkan namun dalam
kenyataannya pengelolaan kekayaan alam dan sumber daya alam daerah masih diatur oleh
pusat.Sehingga masyarakat daerah yang kaya sumber daya alamnya merasa sangat
dirugikan.Akhirnya,pada masa reformasi mereka menuntut dilaksanakannya otonomi daerah.
Sehingga lahirlah UU no 22 tahun 1999 dan pelaksanaan otonomi daerah mulai terealisasi
sejak tahun 2000 secara bertahap.

Setelah dilaksanakannya otonomi daerah maka perimbangan keuangan sesuai UU no 25


tahun 1999 memberikan peluang kepada daerah untuk mendapatkan 70% dari hasil
pengelolaan kekayaan alamnya sendiri untuk dimanfaatkan bagi kemajuan daerahnya sendiri.

Pelaksanaan otonomi daerah ini diperbarui menurut UU no.32 tahun 2004 dan
perimbangan keuangan diperbarui juga menurut UU no.33 tahun 2004. Sehingga dengan
adanya otonomi daerah ini , daerah yang memiliki potensi sumber daya alam mengalami
kemajuan Dalam pembangunan sedangkan daerah yang tidak memiliki kekayaan alam
mengalami kesulitan untuk memajukan wilayahnya.

C. DASAR HUKUM DAN LANDASAN TEORI OTONOMI DAERAH

D. TUJUAN DAN PRINSIP OTONOMI DAERAH

E. PEMERAN PENTING DALAM OTONOMI DAERAH


F. DAMPAK OTONOMI DAERAH
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Fajri,Muhammad,dkk. 2012.Otonomi Daerah. Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu


Sosial Dan Politik Universitas Islam Riau.

Sani Safitri. februari 2016. jurnal criksetra . volume 5, nomor 9. Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai