Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBANGUNAN DAERAH DALAM RANGKA NKRI

Di Susun Oleh Kelompok 2 :

1. Muhammad Rinaldi Harahap


2. Yusmidar Hasibuan
3. Sarmadan Nasution

Dosen pengampu : Hopman Daulay M , pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BARUMUN RAYA


( STAIBR ) 2022

BAB I

PENDAHULUAN

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 1


1.1 Latar Belakang
Judul pembahasan yang kita bahas adalah “ pembangunan daerah dalam
kerangka NKRI”. Tema ini relevan untuk dibahas ditengah upaya kita untuk
memperkuat sistem demokrasi dan sistem pemerintahan yang baik di daerah,
terutama sejak dimunculkannya semangat desentralisasi pada masa reformasi
1998 lalu. Pada saat ini kita tengah berada pada era pelaksanaan otonomi daerah,
dimana tujuannya adalah membuat daerah menjadi lebih mandiri, maju dan
sejahtera –dalam kerangka penguatan pembangunan nasional.
Keberhasilan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
keberhasilan pembangunan nasional dalam kerangka NKRI. Desentralisasi
merupakan paradigma yang memperkokoh pembangunan daerah dewasa ini.
Paradigma desentralisasi tersebut, tidak saja semata-mata merupakan reaksi atas
praktik pembangunan nasional yang sentralistik, sebagaimana diterapkan
sedemikian rupa pada masa Orde Baru, tetapi sudah menjadi tuntutan mendasar
yang harus diterapkan dengan mengimplementasikan konsep otonomi daerah
secara luas.

1.2 Perumusan Masalah


1. Membahas tentang Otonomi daerah dalam kerangka NKRI?
2. Menjelaskan tentang kebijakan otonomi daerah ?
3. Menjelaskan sejarah tentang otonomi daerah di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang sejarah otonomi daerah di indonesia
2. Memahami apa itu kebijakan otonomi daerah dalam kerangka NKRI
3. Memahami tentang otonomi daerah dalam kerangka NKRI

BAB II
PEMBAHASAN

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 2


2.1 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia

UU nomor 1 tahun 1945 tentang pemerintahan daerah pasca proklamasi


UU ini menekenken pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan
pembentukan Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Ditetapkan 3 daerah otonom
(Karesidenan, Kabupaten dan Kota).
UU nomor 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan
pemerintahan daerah yang demokratis. Diletakkan 2 daerah otonom (otonom biasa
dan otonom istimewa), serta 3 tingkatan daerah otonom (propinsi, kebupaten/kota
besar dan desa/kota kecil).
Perjalanan sejarah otonomi daerah di Indonesia selalu ditandai dengan lahirnya
suatu perundang-undangan yang menggantikan produk sebelumnya.
Prinsip yang dipakai dalam pemberian otonomi kepada daerah bukan lagi
“otonomi yang riil dan seluas-luasnya” tetapi “otonomi yang nyata dan
bertanggung jawab” alasannya, pandangan otonomi daerah yang seluas-luasnya
dapat menimbulkan kecenderungan pemikiran yang dapat membahayakan
keuruhan NKRI dan tidak serasi dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi
kepada daerah sesuai dengan prinsip-prinsip GBHN yang berorientasi pada
pembangunan dalam arti luas.Pergantian UU no.5 tahun 1974 menjadi UU no.22
tahun 1999 adalah adanya perubahan mendasar pada format otonomi daerah dan
substansi desentralisasi.Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.1

1. Dilaksanakan denga aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi


dan keanekaragaman daerah.
2. didasarkan pada otonomi luas dan bertanggung jawab.

1
http://www.seribuserbi.com/2014/05/kebijakan-otonomi-daerah-dalam-kerangka.html
Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI selasa 9:31 am alfian kHaris

3. Pelaksanaan yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kebupaten dan
daerah kota, pada daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas.
4. Harus sesuai dengan konastitusi negara (tetap terjamin hubungan yang

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 3


serasi antara pusat dan daerah serta antar-daerah).
5. Lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom.
6. Lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik
fungsi legislatif, pengawasan maupun anggaran atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
7. Pelaksanaan asaz dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah.
8. pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari
pemerintahan kepada daerah desa yang disertai dengan pembiayaan,
sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung-jawabkan kepada yang
menugaskan.

2.2 Kebijakan Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI


2.2.1  Hakikat Otonomi daerah
Otonomi daerah Dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban
yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah
adalah kepala daaerah beserta perangkat  daerah otonom yang lain sebagai badan
eksekutif daerah. DPRD adalah badan legislative daerah. Sedangkan Daerah
otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

2.2.2 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI


Implementasi paradigma desentralisasi di Indonesia, selaras dengan

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 4


konstitusi (UUD Negara RI 1945) dilakukan untuk memperkuat format negara
kesatuan (NKRI), bukan dalam format negara federal (federalisme). Kerangka
otonomi daerah secara luas di Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat
berjalan secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan di berbagai bidang
di daerah, dalam memperkuat NKRI. Dengan implementasi otonomi daerah secara
luas dalam kerangka penguatan NKRI, maka diharapkan :
1. Akan muncul kemandirian yang digerakkan oleh kreativitas dan inovasi
daerah dalam mengoptimalisasikan berbagai potensi sumberdaya yang
ada, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, untuk
kepentingan kemajuan dan kesejahteraan daerah –dan dengan demikian
otomatis akan mendukung atau memperkokoh pembangunan nasional
dalam bingkai NKRI.
2. Tata hubungan antara pusat-daerah diharapkan akan menjadi lebih
proporsional, harmonis dan produktif dalam rangka penguatan integrasi
(persatuan dan kesatuan) bangsa dan pembangunan nasional. Dengan
demikian, tidak akan ada lagi keluhan-keluhan dari daerah atas kebijakan
pemerintah pusat yang dinilai tidak adil. Demikian pula, tidak akan ada
lagi resistensi dan gejolak terkait dengan hubungan pusat-daerah.
Pergerakan pendulum antara sentralisasi dan desentralisasi sangat jelas
terlihat dari rumusan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah yang
ada, baik sebelum dan setelah era reformasi. Sebelum era reformasi,
berlaku UU No. 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah. Pada saat itu,
terjadi turbulensi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, sampai
diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Setelah itu, kini telah berlaku UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Membandingkan pokok-pokok pikiran antara UU
No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun
2004, ada perbedaan mendasar.
Pertama, dari sisi filosofis. UU No. 32 tahun 2004 filosofinya adalah
keseragaman atau uniformitas, sedangkan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No.
32 tahun 2004 filosofinya adalah keanekaragaman dalam kesatuan.
Kedua, dari aspek pembagian satuan pemerintahan. UU No. 5 tahun 1974

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 5


menggunakan pendekatan tingkatan (level approach), ada Daerah Tingkat I dan
Daerah Tingkat II. Sedangkan, UU No 22 tahun 1999 menggunakan pendekatan
besaran dan isi otonomi (size and content approach), ada daerah yang besar dan
ada daerah yang kecil berdasar kemandirian masingmasing, ada daerah dengan isi
otonomi terbatas dan ada daerah yang otonominya luas. Sementara, UU No. 32
tahun 2004 menggunakan pendekatan besaran dan isi otonomi (size and
content approach), dengan menekankan pada urusan yang berkeseimbangan
dengan azas eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi.
  Ketiga, fungsi utama pemerintahan daerah, menurut UU No. 5 tahun 1975
adalah sebagai promotor pembangunan, sedangkan menurut UU No. 22 tahun
1999 sama dengan UU No. 32 tahun 2004 yaitu sebagai pemberi pelayanan
masyarakat.
Keempat, terkait dengan penggunaan azas penyelenggaraan pemerintah
daerah. Menurut UU No. 5 tahun 1974 adalah seimbang antara desentralisasi,
dekonsetrasi dan tugas pembantuan pada semua tingkatan. Sementara pada UU
No. 22 tahun 1999, desentralisasi terbatas pada daerah provinsi dan pada luas
daerah kabupaten/kota, dekonsentrasi terbatas pada kebupaten/kota dan luas pada
provinsi, tugas pembantuan yang seimbang pada semua tingkatan pemerintahan
sampai ke desa. Sedangkan, menurut UU No. 32 tahun 2004, desentralisasi diatur
berkesimbangan antara daerah provinsi, kabupaten/kota, desentralisasi terbatas
pada kabupaten/kota dan luas pada provinsi, tugas pembantuan berimbang pada
semua tingkatan pemerintahan. Bagaimanapun, otonomi Daerah merupakan
kewenangan untuk membuat kebijakan (mengatur) dan melaksanakan kebijakan
(mengurus) berdasarkan perkara sendiri. Sehingga, masyarakat yang berada pada
satu teritori tertentu adalah pemilik dan subyek Otonomi daerah. Hal ini,
membawa konsekwensi perlunya partisipasi aktif dari masyarakat dalam setiap
tahap penyelenggaraan otonomi.
Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk pengejawantahan dari proses
desentralisasi. Kepentingannya adalah upaya untuk lebih mendekati tujuan-tujuan
diselenggarakannya pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang
lebih baik, yang adil dan makmur. Dua tema adil dan makmur dalam konteks ini
berarti terciptanya suatu tatanan yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 6


di daerah. Kebijakan desetralisasi akan mendorong terciptanya tatanan yang
demokratis dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2.2.3 Alasan Indonesia membutuhkan desentralisasi otonomi daerah


1. Kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini sangat terpusat di Jakarta,
pembangunan wilayah lain sebagian dilalaikan.
2. Pembagian kekayaan secara tidak adil dan tidak merata.
3. Kesenjangan sosial sangat mencolok

2.2.4 Pentingnya penerapan kebijakan desentralisasi otonomi daerah adalah:


1. Paradigma desentralisasi juga selaras dengan prinsip pemerintahan yang
demokratis, dengan adanya pengaturan kewenangan yang seimbang antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Desentralisasi tidak menafikkan
peran dan kewenangan pemerintah pusat. Asas dekonsentrasi tetap harus
Dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik, seiring sejalan (sinergis) dengan
laju implementasi otonomi daerah.
2. Desentralisasi juga mencegah terjadinya pemusatan kekuasaan, yang dapat
menimbulkan munculnya pemerintahan yang otoriter, serta mendorong
demokratisasi di tingkat lokal, karena rakyat lebih mempunyai peluang
untuk terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan di wilayahnya
masing-masing (grass roots democracy).
3. Desentralisasi menciptakan efisiensi pemerintahan, karena sebagian
urusanurusan pemerintahan diselenggarakan oleh satuan-satuan
pemerintahan tingkat daerah, sehingga memperpendek rentang birokrasi
bila dibandingkan dengan pengendalian dari Pusat.

4. Dari segi sosiokultural, desentralisasi menyebabkan kepentingan rakyat di


daerah-daerah yang memiliki kekhususan-kekhususan tertentu dapat
tertangani dengan lebih baik.
5. Desentralisasi membuat pembangunan dapat berjalan dengan lebih baik
dan terarah, karena dilakukan langsung oleh satuan-satuan pemerintahan di
tingkat daerah.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 7


2.2.5 Argumentasi dalam pelaksanaan desentralisasi pada otonomi daerah
Pelaksanan desentralisasi harus dilandasi argumentasi yang kuat dan
baik secara teoritik atau empirik. Argumen dalam memilih desentralisasi
otonomi daerah:
1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan
 Fungsi distributif (mengelola berbagai dimensi kehidupan)
 Fungsi regulatif (menyangkut penyediaan barang dan jasa)
 Fungsi Ekstraktif (memobilisasi sumberdaya keuangan untuk aktivitas
negara)
2. Sebagai sarana pendidikan politik
3. pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan
terutama karir dibidang politik dan pemerintah ditingkat nasional
4. stabilitas politik
5. kesetaraan politik, masyarakat tingkat lokal mempunyai kesempatan untuk
terlibat dalam politik
6. Akuntabilitas public Demokrasi memberikan ruang dan peluang kepada
masyarakat, untuk berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan
penyelenggaraan Negara.

2.2.6 Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam Konteks Otonomi Daerah


1. Dekonsentrasi
Hanya berupa pergesran volume pekerjaan dari parlemen pusat kepada
perwakilannya yang ada didaerah tanpa adanya penyerahan atau
pelimpahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan
untuk membuat keputusan dapat ditempuh melalui:
   Transfer kewajiban dan bantuan keuangan dari pemerintah pusat
kepada propinsi, distrik dan unit administratif lokal 
 Koordinasi unit-unit pada level sub-nasional atau melalui insentif dan
paraturan perjanjian diantara pemerintah pusat dan daerah serta unti-
unit tersebut.
2. Delegasi

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 8


Adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan
manajerial untuk melakukan tuga-tugas khusus kepada organisasi yang
tidak secara langsuang berada dibawah pangawasan pemerintah pusat .
3. Devolusi
Adalah kondisi dimana pemerintahan pusat membentuk unit-unit
pemerintahan diluar pemerintahan pusat dengan menyerahkan sebagian
fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk dilaksanakan secara
mandiri. Menurut Rondinelli, devolusi merupakam upaya memperkuat
pemerinyahan didaerah secara lelgal yang secara subtantif kegiatan-
kegiatan yang dilakukannya diluar kendali langsung pemerintah pusat.

Ciri yang melekat pada devolusi:


a. Adanya sebuah badan lokal yang secara konstitusional terpisah dari
pemerintah pusat dan bertanggung jawab pada pelayanan lokal yang
signifikan.
b. Pemerinyah daerah harus memiliki kekayaan sendiri, anggaran dan
rekening seiring dengan otoritas untuk meningkatkan pendapatannya.
c. Harus mengembangkan kompetensi staf.
d. Anggota Dewan yang terpilih, yang beroperasi pada garis partai, harus
menentukan kebijakan dan prosedur internal.
e. Pejabat pemerintah pusat harus melayani sebagai penasihat dan evaluator
luar yang tidak memiliki peranan apapun didalam otoritas local
4. Privatisasi
Adalah suatu tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada
badan-badan sukarela, swasta dan swadaya masyarakat, tetapi dapat pula
merupakan peleburan badan pemerintah menjadi badan usaha swasta.
Misal: BUMN dan BUMD dilebur menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Tugas Pembantuan Merupakan pemberian kemungkinan dari pemerintah
pusat/pemerintah daerah yang lebih atas untuk meminta bantuan kepada
pemerintah daerah yang tingkatannya lebih rendah agar menyelenggarakan
tugas/urusan rumah tangga dari daerah yang tingkatannya lebih atas.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 9


2.2.7 Kebijakan dan Tujuan Otonomi daerah
Jadi pada intinya, tujuan dan kebijakan desentralisasi otonomi daaerah
dalam kerangka NKRI adalah:
1. Pemerintahan otonomi daerah mewujudkan cita-cita masyarakat yang
lebih baik, yang adil dan makmur yang berarti terciptanya suatu tatanan
yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera di daerah.
2. Desentralisasi atau otonomi daerah yang mampu menumbuhkan modal
sosial dan tradisi kewargaan di tingkat lokal.
3. Penerapan Otonomi Daerah yang mendorong peningkatan kesejahteraan
rakyat daerah, khususnya rakyat miskin.
4. Otonomi daerah mempermudah mengakses sumberdaya dan
mengembangkan potensin untuk dapat meningkatkan kemajuan daerah
masing-masing, sehingga kesenjangan antardaerah dan pusat dapat
diperkecil.
5. Otonomi daerah dapat menjawab akar tuntutan politik yaitu tuntutan
keadilan ekonomi yang kurang adil antara pusat dan daerah.
6. otonomi daerah meningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
yang semakin baik, mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan
pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan
daerah dan antar daerah.
7. Pembagian kebijakan kewenangan Daerah Otonomi Propinsi dalam rangka
desentralisasi mencakup:
a. a Kebijakan Yang meliputi lintas kabupaten dan kota (bidang PU,
Perhubungan, Perkebunan)
b. b)   Kebijakan dalam Perencanaan dan pengendalian pembangunan
regional secara makro
c. c)   Kebijakan dalam hal kelautan yang meliputi eksplorasi,
akspluoitasi, konservasi
d. d)   Daerah Otonom Kabupaten dan Daerah Otonom Kota
bertanggung jawab atas beberapa bidang, misalnya Peternakan,
Pertanian, Pendidikan dan Kebudayaan, Tenaga Kerja, Kesehatan,
Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum, Perhubungan, Pedagangan

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 10


dan Industri, Penanaman Modal, dan Koperasi.
8. Otonomi Daerah sebagai komitmen dan kebijakan politik nasional
merupakan langkah strategi yang diharapkan akan mempercepat
pertumbuhan dan pembangunan Daerah, disamping menciptakan
keseimbangan pembangunan antar daerah di Indonesia.
9. Otonomi daerah memfasilitasi bentuk kegiatan didaerah dalam bidang
ekonomi.
10. Pemerintahan daerah harus kreatif.
11. Otonomi daerah membentuk Politik lokal yang stabil.
12. Pemerintahan Daerah harus menjamin kesinambungan berusaha.
13. Pemerintahan Daerah harus komunikatif dengan LSM, terutama dalam
bidang perburuhan dan lingkungan hidup. 

2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.


Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah :2
1. Penyelenggaraan Otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman
daerah.
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan
bertanggung jawab.
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakan pada daerah
kabupaten dan daerah kota, sedang pada daerah propinsi merupakan
otonomi yang terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara
sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta
antar daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah otonom, dan karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidak ada
lagi wilayah administrasi.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 11


6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi
badan legislatif daerah, baik fingsi legislasi, pengawasan maupun fungsi
anggaran.
7. Pelaksanan asas dekonsentrasi diletakan pada daerah propinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah.
8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari
pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada
desa yang disertai dengan pembiyayaan, sarana dan prasarana.

2.4 Pembagian Urusan Pemerintahan


Dengan adanya otonomi daerah akan terjadi pembagian kewenangan antara
pemerintah pusat dan daerah dalam menangani urusannya. Menurut UU Nomor
32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, urusan pemerintahan dapat dibagi ke
dalam urusan pemerintahan pusat, pemerintahan daerah tingkat I, dan
pemerintahan daerah tingkat II. Pembagian tersebut meliputi;

2
http://irhan-fitk.blogspot.com/2011/12/otonomi-daerah-dalam-kerangka-nkri.html

2.4.1 Urusan pemerintahan pusat


1) Politik luar negeri
2) Pertahanan

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 12


3) Keamanan
4) Yustisi
5) Moneter dan fiskal nasional
6) Agama
2.4.2 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi
1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan
2) Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata ruang
3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
4) Penyediaan sarana dan prasarana umum
5) Penanganan bidang kesehatan
6) Penyelenggaraaan pendidikan dan alokasi SDM potensial
7) Penanggualangan masalah sosial lintas kabupaten atau kota
8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
9) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah,
termasuk lintas kabupaten/kota
10) Pengendalian lingkungan hidup
11) Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota
12) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan
14) Pelayanan administrasi peneneman modal termasuk lintas
kabupaten/kota
15) Penyelenggraaan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota
16) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan.
2.4.3 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
kabupaten/kota.
1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan
2) Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata ruang
3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
4) Penyediaan sarana dan prasarana umum
5) Penanganan bidang pendidikan

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 13


6) Penanggulangan masalsah sosial
7) Pelayanan bidang ketenagakerjaan
8) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
9) Pengendalian lingkungan hidup
10) Pelayanan pertahanan
11) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
12) Pelayanan administrasi umum pemerintahan
13) Pelayanan administrasi penanaman modal
14) Penyelenggraan pelayanan dasar lainnya
15) Urusan wajib lainnya yang diamnatkan oleh peraturan perundang-
undangan.3

3
Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Salemba
Empat.:pukul 15.30
BAB III
PENUTUP

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 14


3.1 Kesimpulan
Otonomi daerah Dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban
yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah
adalah kepala daaerah beserta perangkat  daerah otonom yang lain sebagai badan
eksekutif daerah. DPRD adalah badan legislative daerah. Sedangkan Daerah
otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam Konteks Otonomi Daerah yaitu
Dekonsentrasi,Delegasi,Devolusi danPrivatisasi.
Implementasi paradigma desentralisasi di Indonesia, selaras dengan
konstitusi (UUD Negara RI 1945) dilakukan untuk memperkuat format negara
kesatuan (NKRI), bukan dalam format negara federal (federalisme). Kerangka
otonomi daerah secara luas di Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat
berjalan secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan di berbagai bidang
di daerah, dalam memperkuat NKRI.

3.2 Saran
Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan menjalankan urusan di beberapa
sektor di tingkat kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya
kapasitas dan mekanisme bagi pengaturan hukum tambahan atas bidang-bidang
tertentu danpenyelesaian perselisihan. Selain itu, pemerintah pusat juga harus
menguji kembali dan memperketat kriteria pemekaran wilayah dengan lebih
mengutamakan kelangsungan hidup ekonomi kedua kawasan yang bertikai,
demikian pula tentang pertimbangan keamanan.
Kalau perlu, sebaiknya pemerintah pusat membuat suatu lembaga
independen ditingkat daerah untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Tidak
hanya mengawasi dan menindak pelanggaran korupsi seperti yang tengah

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 15


gencar dilakukan KPK, tetapi juga mengawasi setiap kebijakan dan jalannya
pemerintahan dimana lembaga ini dapat melaporkan segala tidakan-tindakan
pemeritah daerah yang dianggap merugikan rakyat didaerah itu sendiri.
Perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang dilakukan oleh pemerintah
pusat sehingga jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang merusak
lingkungan yang terjadi di setiap kabupaten atau kota yang ada di Indonesia.
Pemerintah Pusat harus aktif dalam melakukan pengawasan sehingga
pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat dijalankan dengan baik oleh
pemerintah Indonesia baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.marzukialie.com/upload/arsip/100_Tadulako.pdf

http://irhan-fitk.blogspot.com/2011/12/otonomi-daerah-dalam-kerangka-nkri.html

Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta:


Salemba Empat

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 16


Syaukani dkk. 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta:
Pustaka

http://www.seribuserbi.com/2014/05/kebijakan-otonomi-daerah-dalam-
kerangka.html

Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

Otonomi daerah dalam kerangka NKRIPage 17

Anda mungkin juga menyukai