OTONOMI
DAERAH
Berdasarkan Undang Undang No. 32 tahun 2004
berkaitan dengan Undang Undang No. 23 tahun
2014 tentang pemerintahan daerah
Disusun Oleh:
Tieo Pebrian (13150016)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada sehingga makalah yang berjudul Pemerintahan Daerah Berdasarkan Undang
Undang No. 32 tahun 2004 berkaitan dengan Undang Undang No. 23 tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah berdasarkan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya
Makalah ini diharapkan dapat menambah informasi dan membuka wawasan pengetahuan
kita tentang pemerintahan daerah di Indonesia. Namun begitu penulis menyadari bahwa makalah
ini masih memiliki kekurangan. Sehubungan dengan hal ini, kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyelesaian makalah ini sejak awal hingga akhir. Semoga Allah senantiasa memberkati
segala usaha kita.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .
ii
BAB I
PENDAHULUAN ...
1.1
Latar Belakang
1.2
BAB II
PEMBAHASAN ..
2.1
2.2
2.3
2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.5
2.6
Kesimpulan
3.2
Saran .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya Negara kesatuan Republik Indonesia sudah
dikenal adanya otonomi daerah yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945
(Haris, 2005). Sedangkan inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan
pemerintah daerah (discretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas
dasar prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan
memajukan daerahnya. Selama lima tahun pelaksanaan UU No. 22 tahun 1999, otonomi daerah
telah menjadi kebutuhan politik yang penting untuk memajukan kehidupan demokrasi. Bukan
hanya kenyataan bahwa masyarakat Indonesia sangat heterogen dari segi perkembangan
politiknya, namun juga otonomi sudah menjadi alas bagi tumbuhnya dinamika politik yang
diharapkan akan mendorong lahirnya prakarsa dan keadilan.
Sesungguhnya UU otonomi daerah telah mengalami beberapa kali perubahan setelah
disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Namun perubahan
tersebut meskipun penting namun tidak bersifat substansial dan tidak terlalu memberikan
pengaruh terhadap tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah karena hanya berkaitan
dengan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan
Apa yang dimaksud dengan Otonomi Daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004?
2.
3.
4.
5.
6.
Apakah perubahan yang terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2014 yang menggantikan UU
No. 32 Tahun 2004?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
hukum. Jadi, secara harfiah otonomi berarti hukum sendiri. Inti dari otonomi adalah kesediaan
dan kesanggupan untuk mengatur diri sendiri. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan keentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004, terdapat beberapa istilah dalam pelaksanaan otonomi
daerah, yaitu:
a.
b.
c.
Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau wali kota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintah daerah.
d.
e.
f.
g.
h.
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
i.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setemapt berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah negara
kesatuan republik Indonesia.
2.2
berdirinya negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) otonomi daerah sudah diterapkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia.
Hal tersebut dapat kita lihat dari adanya berbagai macam peraturan perundang-undangan
mengenai otonomi daerah sejak kemerdekaan hingga sekarang. Undang-undang mengenai
otonomi daerah yang pernah berlaku di Indonesia adalah:
a.
b.
c.
d.
UU No. 5/1974 (menganut otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab)
e.
UU No. 22/1999 (menganut otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab)
f.
UU NO. 32/2004 (menganut otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab)
g.
UU No. 23/2014 (menganut otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab
2.3
pemerintah dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan daerah. Dengan
b.
c.
Keadilan
d.
Pemerataan
e.
Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
f.
g.
2.4
hangat dibicarakan oleh berbagai lapisan masyarakat adalah mengenai pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah harus jelas dan tegas, sehingga dalam penerapannya tidak ada yang tmang
tindih, maupun saling berbenturan.
2.4.1
pemerintah pusat maka pemerintah pusat akan mengurus urusan pemerintahan sebagaimana yang
diatur dalam undang-undang pemerintah pusat memiliki kewenangan yang bukan merupakan
kewenangan pemerintah daerah, yakni meliputi :
a.
b.
Pertahanan
c.
Keamanan
d.
Yustisi
e.
f.
Agama
2.4.2
keuangan atau pandangan di daerah. Dalam hal ini, daerah kabupaten/kota/provinsi memiliki
kewenangan untuk mengupayakan diperolehnya keuangan atau pandangan daerah termasuk di
dalamnya adalah pengelolaannya. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang RI
Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, pendapatan daerah bersumber dari :
a.
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan PAD lain lain yang sah, contohnya :
jasa, giro, pendapatan, bunga, keuntungan silsilah nilai tukar menukar rupiah terhadap mata uang
asing, komisi, potongan harga, dan lain-lain.
b.
Dana Perimbangan
Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber
daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak, terdiri dari :
1. Pajak bumi dan bangunan (PBB)
2. Bea Peroleha Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
3. Pajak Penghasilan (PPh)
Sedangkan Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam, berasal dari :
1. Kehutanan
2. Pertumbuhan umum
3. Perikanan
4. Pertambangan minyak bumi
5. Pertambangan gas bumi
6. Pertambangan panas bumi
c.
dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
d.
dipergunakan untuk membantu mendanai kegiatan khusus pada daerah tertentu sesuai dengan
prioritas nasional.
e.
Dana Perimbangan, yang meliputi, dan darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari
pemerintah (pusat) masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri.
2.4.3
b.
c.
Pengaturan hubungan sebagaimana disebutkan pasal 18A ayat (1) diatur lebih lanjut
dalam UU Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
d.
e.
Pengaturan hubungan sebagaimana disebutkan pasal 18A ayat (2) diatur lebih
lanjut dalam UU Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan pemerintahan daerah.
Kewenangan provinsi diatur dalam Pasal 13 UU No. 32 Tahun 2004 dapat diuraikan
sebagai berikut :
1.
2.
Urusan pemerintahan propinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan kondisi kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan Kewenangan
kabupaten/kota diatur dalam pasal 14 yang dapat diuraikan sebagai berikut:
pemerintahannya dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupatan dan kota mempunyai pemerintahan daerah untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pemerintah daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Pembahasan materi Hakikat
Otonomi Daerah menggunakan sejumlah kata kunci yang dapat mengantarkan kalian untuk lebih
mengenal berbagai istilah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah. Agar istilah-istilah tersebut dapat
kalian kuasai dengan baik, kalian dapat mempelajarinya melalui Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari
Presiden beserta para menteri. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat
daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. DPRD adalah Badan legislatif daerah.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenangpemerintah oleh Pemerintah kepada Daerah
Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dekonsentrasi adalah pelimpahan
wewenang dari pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau perangkat
pusat di daerah. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan desa
serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana,
prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggung jawabkannya kepada yang menugaskan. Otonomi daerah adalah kewenangan
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah
Administrasi adalah wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah. Instansi Vertikal adalah
perangkat departemen dan/atau lembaga pemerintah non departemen di daerah.
Pejabat yang berwenang adalah pejabat pemerintah di tingkat pusat dan/atau pejabat
pemerintah di daerah propinsi yang berwenang membina dan mengawasi penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah
kabupaten dan daerah kota. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah
kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan
Nasional dan berada di daerah kabupaten. Desentralisasi adalah transfer (perpindahan)
kewenangan dan tanggungjawab fungsi-fungsi publik. Transfer ini dilakukan dari pemerintah
pusat ke pihak lain, baik kepada daerah bawahan, organisasi pemerintah yang semi bebas
ataupun kepada sektor swasta. Selanjutnya desentralisasi dibagi menjadi empat tipe, yaitu :
a.
b.
c.
d.
yang sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan cara diberikan kewenangan yang
lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab. Terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan
menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
Desentralisasi merupakan simbol atau tanda adanya kepercayaan pemerintah pusat
kepada daerah. yang akan mengembalikan harga diri pemerintah dan masyarakat daerah.
Diberlakukannya UU No. 32 dan UU No. 33 tahun 2004, kewenangan Pemerintah
didesentralisasikan ke daerah, ini mengandung makna, pemerintah pusat tidak lagi mengurus
kepentingan rumah tangga daerahdaerah. Kewenangan mengurus, dan mengatur rumah tangga
daerah diserahkan kepada masyarakat di daerah. Pemerintah pusat hanya berperan sebagai
supervisor, pemantau, pengawas dan penilai. Visi otonomi daerah dapat dirumuskan dalam tiga
ruang lingkup utama, yaitu : Politik, Ekonomi serta Sosial dan Budaya.
Di bidang politik, pelaksanaan otonomi harus dipahami sebagai proses untuk membuka
ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan
berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang responsif terhadap kepentingan masyarakat
luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas
pertanggungjawaban publik. Gejala yang muncul dewasa ini partisipasi masyarkat begitu besar
dalam pemilihan Kepala Daerah, baik propinsi, kabupaten maupun kota. Hal ini bisa dibuktikan
dari membanjirnya calon-calon Kepala Daerah dalam setiap pemilihan Kepala Daerah baik di
tingkat propinsi maupun kabupaten atau kota. Di bidang ekonomi, otonomi daerah di satu pihak
harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di pihak lain
terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk
mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya.
Dalam konteks ini, otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa
pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perizinan usaha,
dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya.
Dengan demikian otonomi daerah akan membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi dari waktu ke waktu.
Di bidang sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi
menciptakan harmoni sosial, dan pada saat yang sama, juga memelihara nilai-nilai lokal yang
dipandang kondusif terhadap kemampuan masyarakat dalam merespon dinamika kehidupan di
sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa konsep otonomi daerah
mengandung makna :
a.
b.
Penguatan peran DPRD dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah; menilai
keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan kepala daerah.
c.
Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur (budaya) setempat demi
menjamin tampilnya kepemimpinan pemerintahan yang berkualifi kasi tinggi dengan
tingkat akseptabilitas (kepercayaan) yang tinggi.
d.
e.
Peningkatan efeisiensi administrasi keuangan daerah serta pengaturan yang lebih jelas
atas sumber-sumber pendapatan negara.
f.
Perwujudan desentralisasi fi skal melalui pembesaran alokasi subsidi pusat yang bersifat
block grant.
g.
2.5
b.
Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada ekonomi luas, nyata, dan bertanggung
jawab.
c.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan
daerah kota, sedang pada daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas.
d.
Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara sehingga tetap
terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar- daerah.
e.
f.
Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislative daerah, baik fungsi legislative, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran
atas pnyelenggaraan pemerintahan daerah..
g.
h.
Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan. Tidak hanya dari pemerintha kepada
daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desayang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
2.6
dengan UU No. 32 Tahun 2004 tidak mengubah substansi secara keseluruhan, namun hanya
mengubah sebagian substansi dan tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Perbedaan tersebut dapat terlihat dengan jelas pada tabel dibawah ini:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
(1) Pemerintah
pusat, selanjutnya
disebut
Pemerintah,
adalah
Presiden Republik Indonesia yang
memegang
kekuasaan
pemerintahan
negara
Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam
Undang-Undang
Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
(2) Pemerintahan
daerah
adalah
penyelenggaraan
urusan
pemerintahan
oleh
pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam
Undang-Undang
Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
(3) Pemerintah
daerah
adalah
Gubernur,
Bupati,
atau
Walikota, dan perangkat daerah
sebagai
unsur
penyelenggara
pemerintahan daerah.
(5) Otonomi
daerah
adalah
hak,
wewenang, dan kewajiban daerah
otonom
untuk
mengatur
dan
mengurus
sendiri
urusan
pemerintahan
dan
kepentingan
masyarakat
setempat
sesuai
dengan peraturan perundangundangan.
(6) Daerah
otonom,
selanjutnya
disebut daerah, adalah kesatuan
masyarakat
hukum
yang
mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan
dan
kepentingan
masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
(7)
(8)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
a.
b.
Otonomi daerah adalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajibandaerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahandan kepentingan
masyarakat
setempat
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.Wewenang
Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari
pemerintah daerah dalammenghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri. Bahkan
dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi
daripemerintah
pusat.
Dana
tersebut
memungkinkan
pemerintah
lokal
Pada Undang undang No. 23 Tahun 2014 yang mengatur tentang pemerintahan daerah
tidak terdapat banyak perubahan substansial. Perubahan yang cukup signifikan adalah
penambahan pasal pasal baru yang memperluas peran penyelenggara pemerintahan
daerah.
3.2
Saran
Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok
Negara, dan dalam membina kestabilan politik serta kesatuan bangsa maka hubungan yang serasi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah atas dasar keutuhan Otonomi Daerah yang nyata dan
bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah dan
dilaksanakan bersama-sama.