Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : NI PUTU NITA DARASINTA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043137972

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4204/HUKUM ADAT

Kode/Nama UPBJJ : 81/MAJENE

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWAB
Nomor 1
a) Bulan dan Bintang merupakan Masyarakat Hukum Adat yaitu sekelompok orang yang hidup
secara turun temurun di wilayah geografis tertentu, memiliki asal usul leluhur dan/atau
kesamaan tempat tinggal, identitas budaya, hukum adat, hubungan yang kuat dengan tanah
dan lingkungan hidup, serta sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial,
budaya, dan hukum.
b) Masyarakat hukum adat tersebut adalah kesatuan masyarakat bersifat teritorial atau
geneologis yang memiliki kekayaan sendiri, memiliki warga yang dapat dibedakan dengan
warga masyarakat hukum lain dan dapat bertindak ke dalam atau luar sebagai satu kesatuan
hukum (subyek hukum) yang mandiri dan memerintah diri mereka sendiri.

Nomor 2
a) Keberadaan peraturan adat istiadat sudah ada sejak zaman kuno yakni zaman pra hindu. Para
ahli hukum adat berpendapat bahwa adat istiadat yang saat itu dijadikan pedoman adalah
adat-adat Melayu Polinesia. Seiring berjalannya waktu, datanglah kultur dari berbagai
agama, mulai Hindu, Islam hingga Kristen yang membawa pengaruh kepada kultur asli
tersebut hingga menguasai tata kehidupan masyarakat Indonesia sebagai suatu hukum adat.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adat di Indonesia yang kini masih bertahan
merupakan akulturasi antara peraturan-peraturan adat istiadat zaman pra-Hindu dan
peraturan-peraturan hidup yang dibawa oleh kultur Hindu, kultur Islam dan kultur Kristen.
Setelah terjadi akulturasi itu, maka hukum adat atau hukum pribumi yang terdiri dari hukum
asli penduduk dan yang ditulis seperti ketentuan hukum agama.
b) Sebelum Indonesia dijajah oleh Belanda, hukum yang digunakan untuk menyelesaikan setiap
sengketa yang terjadi di masyarakat selalu menggunakan hukum adat. Namun pada jaman
kolonial, terjadi pendekatan dualisme terhadap hukum adat sehubungan dengan adanya
pembedaan golongan penduduk dan hukum yang berlaku bagi golongan-golongan itu.
Pemberlakuan hukum adat bagi golongan pribumi tentu saja menimbulkan masalah,
mengingat adat yang terdapat di Indonesia sangat beraneka-ragam. Selain itu, pembagian
golongan penduduk dapat menimbulkan bias negatif dalam kaitannya dengan hubungan
antara hukum adat dan hukum Islam yang dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia.
Sebagaimana diketahui, hukum Islam di Indonesia sudah lama ada di Indonesia, jauh
sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagaimana terlihat dari adanya kerajaan Islam yang
besar, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Pada masa kolonial pun masih terdapat banyak sekali
kerajaan Islam, misalnya di Bima, Bone, Jawa, Sumatra, Ternate, dll. Sistem hukum di
Indonesia adalah sistem hukum yang unik, yang dibangun dari proses penemuan,
pengembangan, adaptasi, dan kompromi dari beberapa sistem yang telah ada. Karena itu
sistem hukum Indonesia tidak boleh hanya mengakomodasi prinsip-prinsip universal yang
dianut oleh masyarakat internasional, tetapi harus juga mengedepankan ciri-ciri lokal berupa
tradisi, hukum Adat, dan hukum Islam.

Nomor 3
a) Usia dewasa menurut Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004 adalah 18 Tahun,
sedangkan menurut KUHPerdata adalah 21 Tahun. Dimana Badan Pertanahan Nasional yang
mengacu pada KUHPerdata dalam menentukan batas usia dewasa yaitu 21 Tahun. Dengan
demikian waktu pendaftaran tanah, balik nama, dan Akta Jual Beli melalui PPAT, BPN tidak
menerimanya. Karena mengacu pada Undang-Undang yang ada di Indonesia pada saat ini
dimana menjadi perdebatan antara batas usia dewasa dalam melakukan pendaftaran tanah.
Dimana batas usia dewasa menurut hukum di Indonesia tidak semua sama antara satu
Undang-Undang dengan Undang-Undang yang lainnya dimata hukum batas usia dewasa
seseorang menjadi penting. Perbedaan batas usia dewasa dalam perbuatan ini memicu
timbulnya perbedaan persepsi yang menjadi masalah hukum.
b) Solusinya, harus ditunjuk wali untuk mewakili dalam melakukan perbuatan hukum
mengalihkan hak milik atas tanah yang menjadi haknya tersebut, melalui Penetapan Wali dari
Pengadilan Negeri dalam pembuatan Akta Jual Beli di hadapan Notaris/PPAT dan
mendaftarkan peralihan hak atas tanah dalam rangka mendapat perlindungan hukum bagi
pihak penerima hasil perolehan jual beli tanah dan bangunan selaku pemegang hak atas
tanah yang baru serta demi ketertiban tata usaha pendaftaran tanah sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Anda mungkin juga menyukai