Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lingga Retno Amanda

Nim : 042860652

1.) Menurut anda, berdasarkan kasus di atas apakah dalam bidang kesehatan pasien
dapat disebut sebagai konsumen? Jelaskan berlandaskan hukum!
JAWAB: Pada umumnya masyarakat berpendapat bahwa seseorang yang menderita
suatu penyakit baik yang dapat dilihat secara kasat mata maupun tidak dimana orang
tersebut kemudian memeriksakan diri kepada ahli kesehatan atau tenaga medis dapat
dikatan sebagai seorang pasien. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No.
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pasien adalah “… setiap orang yang
melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau
dokter gigi.”18

2.) Berdasarkan cerita kasus ditas, berikan penjelasan perlindungan konsumen dari aspek
hukum pidana dan apakah hukum perlindungan konsumen yang ada dalam hukum perdata
adalah bagian dari aspek hukum publik? Jelaskan berdasarkan hukum!

JAWAB:

3.)Perlu diketahui bahwa hubungan hukum merupakan hubungan yang terhadapnya


melekat hak dan kewajiban, yaitu melekat hak pada satu pihak dan melekat kewajiban pada
pihak lain. jadi, hubungan hukum melibatkan sekurang-kurangnya 2 pihak, apabila salah satu
pihak tidak memperdulikan atau melanggar hak atau kewajiban tersebut maka hukum dapat
memaksakan agar hak dan kewajiban tadi dapat terpenuhi. Terkait kasus diatas apakah
pencantuman klausul baku dalam jual-beli dibolehkan? Berikan analisa hukum anda
berdasarkan UUPK!

JAWAB: Dalam Pasal 1233 KUHPerdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan


dilahirkan baik karena persetujuan, maupun karena undang-undang, yang dapat
ditafsirkan bahwa perikatan lahir karena perjanjian atau undang-undang, dengan kata lain
undang-undang dan perjanjian adalah sumber perikatan.14 Menurut Pasal 1313
KUHPerdata, pengertian perjanjian sendiri adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari perumusan
Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian dalam pasal
tersebut adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan (verbintenisscheppende
overeenkomst) atau perjanjian yang obligatoir.15

doktrin yang dapat digunakan untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku (lex causae) yang sudah ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata internasional secara normal dan mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum yang lain, seperti contoh kaidah-kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan sebagai alat bagi para hakim untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik. Sehingga sudah pasti dalam proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri telah terjadi pertentangan istilah (Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah terdapat hukum perdata yang berlaku di semua
negara padahal hukum perdata tersebut (HPI) berlaku di Indonesia.
doktrin penunjukan kembali merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku (lex causae) yang sudah ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata internasional secara normal dan mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum yang lain, seperti contoh kaidah-kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan sebagai alat bagi para hakim untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik. Sehingga sudah pasti dalam proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri telah terjadi pertentangan istilah (Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah terdapat hukum perdata yang berlaku di semua
negara padahal hukum perdata tersebut (HPI) berlaku di Indonesia.
doktrin penunjukan kembali merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku (lex causae) yang sudah ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata internasional secara normal dan mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum yang lain, seperti contoh kaidah-kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan sebagai alat bagi para hakim untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik. Sehingga sudah pasti dalam proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri telah terjadi pertentangan istilah (Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah terdapat hukum perdata yang berlaku di semua
negara padahal hukum perdata tersebut (HPI) berlaku di Indonesia.
doktrin penunjukan kembali merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku (lex causae) yang sudah ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata internasional secara normal dan mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum yang lain, seperti contoh kaidah-kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan sebagai alat bagi para hakim untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik. Sehingga sudah pasti dalam proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri telah terjadi pertentangan istilah (Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah terdapat hukum perdata yang berlaku di semua
negara padahal hukum perdata tersebut (HPI) berlaku di Indonesia.
doktrin penunjukan kembali merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku (lex causae) yang sudah ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata internasional secara normal dan mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum yang lain, seperti contoh kaidah-kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan sebagai alat bagi para hakim untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik. Sehingga sudah pasti dalam proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri telah terjadi pertentangan istilah (Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah terdapat hukum perdata yang berlaku di semua
negara padahal hukum perdata tersebut (HPI) berlaku di Indonesia.
doktrin penunjukan kembali merupakan suatu
doktrin yang dapat digunakan untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah atau sistem
hukum yang seharusnya berlaku (lex causae) yang sudah ditetapkan berdasarkan
prosedur hukum perdata internasional secara normal dan mengubah acuan kepada
suatu kaidah atau sistem hukum yang lain, seperti contoh kaidah-kaidah hukum
intern lex fori atau sistem hukum lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan sebagai alat bagi para hakim untuk merekayasa
penentuan lex causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan memberikan putusan
yang dianggapnya terbaik. Sehingga sudah pasti dalam proses renvoi, ada kaidah
hukum perdata internasional yang dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri telah terjadi pertentangan istilah (Contraditio in Termins),
dengan kata lain seolah-olah terdapat hukum perdata yang berlaku di semua
negara padahal hukum perdata tersebut (HPI) berlaku di Ind
mengembalikan lagi hal tersebut kepada agama masing-masing. Jadi, dapat kiranya
disimpulkan bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia
perkawinan sesama jenis tidak dapat dilakukan karena menurut hukum, perkawinan
adalah antara seorang pria dan seorang wanita. Pada sisi lain, hukum agama Islam
secara tegas melarang perkawinan sesama jenis.

3. Kasus tersebut menggunakan teori kualifikasi bertahap

Tahap Pertama; Berdasarkan hukum Swiss hakim terlebih dahulu menentukan kategori
hukum dari sekumpulan fakta yang dihadapinya. Seandainya Hukum Swiss
menganggap peristiwa tersebut sebagai pewarisan, maka langgak selanjutnya adalah
menetapkan Kaedah HPI apa dari Hukum Swis yang harus digunakan untuk
menetapkan lex Causae. Kaedah HPI swis menetapkan bahwa pewarisan harus diatur
oleh hukum dari tempat tinggal terakhir pewaris tanpa membedakan benda bergerak
dan tidak bergerak. Dengan demikian berarti HPI Swis menunjuk hukum Inggris.

Tahap Kedua; Berdasarkan hukum Inggris hakim kemudian menetapkan bagianbagian


dari harta peninggalan yang dikatagorikan sebagai sebagai benda bergerak atau tidak
bergerak. Setelah itu berdasarkan kaedah hukum ingris hakim menetapkan hukum apa
yang harus digunakan untuk mengatur pewarisan tersebut. Pada tahap ini hakim akan
dapat menjumpai untuk benda bergerak pewarisan akan dilakukan berdasarkan hukum
dari tempat pewaris berdomisili pada saat meninggal ( hukum Inggris ).Untuk benda-
benda tetap kaedah HPI inggris menetapkan yang berlaku adalah hukum dari tempat
dimana benda itu berada. Seandainya Sipewaris meninggalkan sebidang tanah di
Prancis maka tidak mustahil akan dipergunakan hukum Prancis untuk menga

Anda mungkin juga menyukai