8111418404
International Class
Fakultas Hukum
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum dengan judul
“Sumber-Sumber Hukum”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, pasti tidak terlepas dalam benak kita
menganai Teori Stuffenbau Hans Kelsen. Hans Kelsen dalam Teori Stuffenbau membahas
mengenai jenjang norma hukum, dimana ia berpendapat bahwa norma-norma hukum itu
berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan. Teori Stufenbauadalah
teori mengenai sistem hukum oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa sistem hukum
merupakan sistem anak tangga dengan kaidah berjenjang dimana norma hukum yang paling
rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang
tertinggi (seperti konstitusi) harus berpegangan pada norma hukum yang paling mendasar
(grundnorm). Teori Stuffenbau semakin diperjelas dalam hukum positif di Indonesia dalam
bentuk undang-undang tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Undang-undang
menganai pembentukan peraturan perundang-undangan pertama kali dipositifkan dalam Undang-
Undang Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang macam-macam hukum nasional Indonesia
2. Menjelaskan hirarki perundang-undangan Indonesia
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi
tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya
mampu memahami sumber-sumber hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang jika di langgar mengakitbatkan sanksi
tegas dan nyata. Hakikatnya: tempat menemukan dan menggali hukum. arti sumber hukum:
3. Sumber berlakunya yang memberikekuatan berlaku secara formal kepada peraturan hukum.
1. Suber hukum materiil: tempat dari mana materi hukum di ambil, jadi merupakan faktor
a. UU (statute)
b. Kebiasaan (custom)
d. Trakta
UU adalah perturan negara yang mempunyai kekuatan hukum mengikat yang diadakan
b. UU (Materil) adalah setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat langsung setiap
penduduk.
Berlakunya UU: menurut tanggal yang ditentukan sendiri oleh UU itu sendiri:
Berakhirnya UU.
d. Timbulnya hukum kebiasaan yang bertentangan dengan UU/UU sudah tidak di taati lagi
Sebuah peraturan hukum biar berlaku terus harus (extraordineri). Di indonesia hanya
Asas-asas berlakunya UU
a. LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIORI: UU yang kedudukannya lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan UU yang kedudukannya lebih tinggi dalam mengatur hal yang sama.
d. NULLUM DELICTIM NOELLA POENA SINC PRAEVIA LEGI POENATE: tidak ada
pembuatan dapat di hukum kecuali sudah ada peraturan sebelum perbuatan dilakukan.
Jadi UU yang telah diundangkan di anggap telah di ketahui setiap orang sehingga
2. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan sumber hukum tertua. Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang
tetap dan berulang. Sehingga merupakan pola tingkah laku yang tetap, ajeg, lazim, dan
normal/perilaku yang di ulang yang mnimbulkan kesadaran bahwa perbuatan itu baik.
untuk di berlakukan. Pasal 15 AB: kebiasaan tidak menimbulkan hukum, kecuali jika UU
menunjuk pada kebiasaan untuk di berlakukan kebiasaan dapat menjadi sumber hukum,
Syarat-syaratnya yaitu:
Selanjutnya”
Pasal 1339 “BW” persutujuan tidak hanya mengikat untuk apa yang telah di tetapkan dengan
tegas oleh persetujuan, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat persetujuan itu di wajibkan
oleh kebiasaan.
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang
diajukan, dengan dalih bahwa hukum tidak/ kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.
3. Yurrisprudentie (presedent)
putusan hakim terdahulu dalam perkara yang sama. Ada 3 penyebab (alasan) seorang hakim
a. Psikologis: seorang hakim mengikuti putusan hakim lainnya kedudukannya lebih tinggi, karena
hakim adalah pengwas hakim di bawahnya. Putusan hakim yang lebih tinggi membpunyai
b. Praktisi: mengikuti 2 putusan hakim lain yang kedudukannya lebih tinggi yang sudah ada.
Karena jika putusannya beda dengan hakim yang lebih tinggi maka pihak yang di kalahkan akan
melakukan banding/kasasi kepada hakim yang pernah memberi putusan dalam perkara yang
c. Sudah adil, tepat dan patut: sehingga tidak ada alasan untuk keberatan mengikuti putusan hakim
yang terdahulu.
4. Traktat
a. Negara: bilateral.
c. Perjanjian terbuka/kolektif: perjanjian multilateral yang memberi kesempatan negara lain yang
Materi-materi treaty:
Agrement merupakan perjanjian dengan menteri-menteri lain yang hanya disampingkan kepada
Fase/tahap traktat.
c. Ratifikasi (pengesahan) oleh masing-masing kepala negara. Maka berlaku untuk semua wilayah
negara.
ratifikasi.
5. Doktrin
Berlaku: communis opinio doctorum: pendapat umum tidak boleh menyimpang dari
b. Ajaran imam syafi’i, banyak di gunakan oleh PA (pengadilan agama) dalam putusan
c. Trias politika
tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang mengikat secara umum.
Hierarki maksudnya peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan diatur dalam Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
diatur dalam Pasal 3 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
”Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik
Indonesia dalam Peraturan Perundang-undangan, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara. UUD 1945 ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
UUD1945 mulai berlaku sejak 18 agustus 1945 sampai 27 desember 1949. Setelah itu terjadi
perubahan dasar negara yang mengakibatkan UUD 1945 tidak berlaku, namun melalui dekrit
presiden tanggal 5 juli tahun 1959, akhirnya UUD 1945 berlaku kembali sampai dengan
sekarang.
pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR atau bentuk putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berisi hal-hal yang bersifat penetapan (beschikking).
Dimasukkannya kembali TAP MPR dalam tata urutan perundang-undangan berdasarkan apa
yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, hanya merupakan bentuk penegasan saja bahwa produk hukum yang
dibuat berdasarkan TAP MPR, masih diakui dan berlaku secara sah dalam sistem perundang-
undangan Indonesia.
Presiden. Perlu diketahui bahwa undang-undang merupakan produk bersama dari presiden dan
DPR (produk legislatif), dalam pembentukan undang-undang ini bisa saja presiden yang
mengajukan RUU yang akan sah menjadi Undang-undang jika DPR menyetujuinya, dan begitu
pula sebaliknya.
Undang-Undang memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi
posisi politik dan hukum, untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan
yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.”
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
c) DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan perubahan.
Definisi ”Peraturan Pemerintah” diatur dalam Pasal 1 angka 5 UU Nomor 12 Tahun 2011
“Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang undangan yang ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.”
Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan
Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang. Di dalam UU No.12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan bahwa Peraturan
Pemerintah sebagai aturan organik daripada Undang-Undang menurut hirarkinya tidak boleh
tumpangtindih atau bertolak belakang.
”Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.”
kegentingan yang memaksa (negara dalam keadaan darurat), dengan ketentuan sebagai berikut:
c) DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan perubahan.
d) Jika ditolak DPR, Perpu tersebut harus dicabut.
pemerintahan.
A. Kesimpulan
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang jika di langgar
mengakitbatkan sanksi tegas dan nyata dan dibentuk oleh badan yang berwenang.
Sumber hukum ada 2 yaitu:
1. Suber hukum materiil: tempat dari mana materi hukum di ambil, jadi merupakan faktor
pembantu permbertukan hukum, dapat di tinjau dari berbagai sudut.
2. Sumber hukum formil ada 5 yaitu:
a. UU (statute)
b. Kebiasaan (custom)
c. Keputusan hakim (jurisprudentie)
d. Traktat
e. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Adapun jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembetukan Peraturan Perundang-undangan ditegaskan dalam
Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, yang menegaskan bahwa, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan terdiri atas :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
DAFTAR PUSTAKA
CST Kansil,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum indonesia ,Jakarta :Pradnya Paramita,1990
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan Dan