Anda di halaman 1dari 2

lOMoAR cPSD| 32866800

JAWABAN:

1. Renvoi atau yang dikenal juga sebagai doktrin penunjukan kembali


merupakan suatu doktrin yang dapat digunakan untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah atau sistem hukum yang seharusnya berlaku (lex
causae) yang sudah ditetapkan berdasarkan prosedur hukum perdata
internasional secara normal dan mengubah acuan kepada suatu kaidah atau
sistem hukum yang lain, seperti contoh kaidah-kaidah hukum intern lex fori
atau sistem hukum lain selain lex causae .
Oleh karena itu, renvoi digunakan sebagai alat bagi para hakim untuk
merekayasa penentuan lex causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan
memberikan putusan yang dianggapnya terbaik. Sehingga sudah pasti dalam
proses renvoi, ada kaidah hukum perdata internasional yang dikesampingkan.
Dalam HPI Indonesia sendiri telah terjadi pertentangan istilah (Contraditio in
Termins), dengan kata lain seolah-olah terdapat hukum perdata yang berlaku
di semua negara padahal hukum perdata tersebut (HPI) berlaku di Indonesia.

2. Menurut saya tidak sah karena Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”), perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanit sebagai suami
isteri. Selain itu, didalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya. Ini berarti selain negara hanya
mengenal perkawinan antara wanita dan pria, negara juga mengembalikan
lagi hal tersebut kepada agama masing-masing. Jadi, dapat kiranya
disimpulkan bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia
perkawinan sesama jenis tidak dapat dilakukan karena menurut hukum,
perkawinan adalah antara seorang pria dan seorang wanita. Pada sisi lain,
hukum agama Islam secara tegas melarang perkawinan sesama jenis.

3. Kasus tersebut menggunakan teori kualifikasi bertahap


 Tahap Pertama
Berdasarkan hukum Swiss hakim terlebih dahulu menentukan kategori
hukum dari sekumpulan fakta yang dihadapinya. Seandainya Hukum
Swiss menganggap peristiwa tersebut sebagai pewarisan, maka langgak
selanjutnya adalah menetapkan Kaedah HPI apa dari Hukum Swis yang
harus digunakan untuk menetapkan lex Causae. Kaedah HPI swis
menetapkan bahwa pewarisan harus diatur oleh hukum dari tempat
tinggal terakhir pewaris tanpa membedakan benda bergerak dan tidak
bergerak. Dengan demikian berarti HPI Swis menunjuk hukum Inggris.
 Tahap Kedua
Berdasarkan hukum Inggris hakim kemudian menetapkan bagianbagian
dari harta peninggalan yang dikatagorikan sebagai sebagai benda
bergerak atau tidak bergerak. Setelah itu berdasarkan kaedah hukum
ingris hakim menetapkan hukum apa yang harus digunakan untuk
mengatur pewarisan tersebut. Pada tahap ini hakim akan dapat
menjumpai untuk benda bergerak pewarisan akan dilakukan
berdasarkan hukum dari tempat pewaris berdomisili pada saat
meninggal ( hukum Inggris ).Untuk benda- benda tetap kaedah HPI
inggris menetapkan yang berlaku adalah hukum dari tempat dimana
lOMoAR cPSD| 32866800

benda itu berada. Seandainya Sipewaris meninggalkan sebidang tanah


di Prancis maka tidak mustahil akan dipergunakan hukum Prancis untuk
mengatur pewarisan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai