Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan-aturan yang sifatnya
memaksa apabila di langgar akan menimbulkan sanksi yang tegas.
Undang-Undang
Dalam arti Formil, adalah setiap peraturan yang di buat oleh badan pengundang-
pengundang dan isinya mengikat secara umum
Contoh :
Dalam arti Materiil, adalah setiap peraturan atau keputusan yang di buat oleh badan
pengundang-pengundang tapi isinya mengikat secara umum
Contoh :
Supaya Undang-Undang memiliki kekuatan yang mengikat maka syaratnya adalah
Undang-Undang tersebut harus diundangkan di Lembaran Negara dan harus
diundangkan oleh Sekretaris Negara
Undang-Undang tersebut di beri nomor urut, dan tahun pembuatannya, Lembaran
Negara juga diberi nomor urut dan tahun pembuatannya namun nomor urut
Undang-Undang Tidak sama dengan Lembaran Negara karena lembaran negara
sering terbit daripada Undang-Undang dan merupakan tempat pengundangan
Undang-Undang dan peraturan pemerintah.
Berlakunya suatu undang-undang biasanya di sebutkan di salah satu pasal undang-
undang tersebut namun apabila dalam undang-undang tersebut tidak menyebutkan
tanggal berlakunya undang-undang tersebut maka, undang-undang tersebut berlaku
30 hari setelah diundangkan dalam lembaran negara untuk wilayah daerah Jawa dan
Madura dan 100 hari setelah di undangkan di lembaran negara untuk luar pulau
Jawa
Suatu Undang-Undang Tidak Berlaku lagi apabila
Jangka waktu berlaku yang telah di tetapkan oleh Undang -Undang
tersebut telah lampau
Keadaan yang membuat Undang-Undang tersebut di buat tidak ada lagi
Undang-Undang tersebut dengan tegas dicabut oleh instansi yang
membuatnya
Telah di adakan Undang-Undang baru yang isinya bertentangan dengan
undang-undang yang berlaku
Menurut Pasal 45 Undang-Undang No 10 Tahun 2004 menyatakan, “ Agar setiap orang
mengetahui peraturan perundang-undangan harus di undangkan dengan menempatkannya
dalam :
a. Lembagan Negara Republik Indonesia;
b. Berita Negara Republik Indonesia;
c. Lembaran Daerah; atau
d. Berita Daerah
Asas Nonretroaktif, artinya Undang-Undang tidak berlaku surut dan hanya mengikat
masa mendatang.
Undang-Undang tidak boleh di ganggu gugat. Namun asas ini tidak berlaku lagi
sejak adanya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 pasal 10 menyatakan bahwa
“ Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji terhadap Undang-undang Republik
Indonesia Tahun 1945.
Lex Posteriore Derogat Lex Priori, artinya Undang-Undang yang berlaku kemudian
membatalkan Undang-Undang terdahulu yang mengatur materi yang sama
Undang-Undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi kedudukannya lebih
tinggi pula
Asas Fictie hukum, semua orang mengetahui hukumnya atau undang-undang yang
di undangkan
Untuk hierarki Perundang-undangan di Indonesia telah diatur dalam Undang-
Undang telah di atur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 pasal 7, antara
lain
a. UUD 1945
b. Tap MPR
c. Undang-Undang
d. Perpuu
e. Peraturan pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan Presiden
Setiap Undang-Undang memerlukan penjelasan yang dituangka di lembaran negara
tambahan
B. Yurisprudensi
Kata Yurisprudensi berasal dari bahasa Belanda “ Yurisprudentie”, sedangkan dalam bahasa
Prancis di sebut “ Yurisprudence” yang artinya keputusan hakim yang terdahulu diikuti oleh
hakim lain dan dijadikan dasar keputusan hakim lain mengenai kasus yang sama.
Prof Soebekti dalam bukunya Dasar-dasar hukum dan pengadilan bahwa pekerjaan hakim
sama dengan pembuat Undang-Undang. Keduanya sama-sama memberikan peraturan yang
harus diikuti perbedaanya pembuat undang-undang memberikan peraturan yang di susun
dalam kata-kata umum dan ditujukan kepad siapa saja dan dalam keadaan apasaja sesuai
dengan Undang-Undang itu, sedangkan hakim memberikan suatu peraturan yang berlaku
terhadap para pihak yang berperkara.
Ada tiga alasan mengapa seorang hakim mengikuti keputusan hakim lain :
Keputusan Hakim mempunyai kekuasaan terutama bila keputusan tersebut berasal
dari Mahkamah Agung dan Pengadilan Tinggi, secara psikologis hakim akan
mengikuti keputusan hakim lain yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi
Karena alasan praktis
Sependapat, hakim mengikuti keputusan hakim lain karena ia
sependapat/menyetujui keputusan hakim tersebut.
Dasar hukum yurisprudensi antara lain:
UU No. 48 Tahun 2009 Mengenai Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan “ pengadilan
tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara, mengadili perkara dan memutuskan perkara
yang diajukan dengan alasan hukum tidak ada atau kurang jelas (kabur), melainkan wajib
memeriksa serta mengadilinya”
Putusan Hakim telah memiliki kekuatan yang tetap ( in Kracht Van gewijsde )
Putusan/penetapan tersebut atas suatu hal baru
Berfungsi sebagai sumber hukum yaitu putusan / penetapan hakim terdahulu atas
hal baru tersebut dijadikan rujukan bagi putusan/penetapan hakim selanjutnya
( tidak wajib Civil Law system)
Putusan hakim terdiri dari :
Ratio Deciendi Dasar Yuridis/ pertimbangan hukum dalam putusan tersebut.
Obiter Dicta alasan-alasan non yuridis
Fungsi Yurisprudensi
Terwujudnya standar hukum ( law standard) dalam jenis perkara tertentu
Sebagai Pedoman
Agar Putusan yang satu& yang lain tidak bertentangan
Tidak merusak citra pengadilan
Kepastian Hukum
Menciptakan landasan dan persepsi hukum yang sama ( unified legal frame work-
unified Legal Opinion)
Dapat membina persamaan landasan hukum yang seragam
Menciptakan keseragaman nilai dan bahasa hukum yang sama
Dalam menyelesaikan kasus yang sama diterapkan nilai hukum yang sama
dan seragam.
Jenis-Jenis Yurisprudensi
Yurisprudensi Tetap
Yurisprudensi Tetap adalah suatu putusan dari hakim yang terjadi oleh karena rangkaian
putusan yang sama dan dijadikan sebagai dasar bagi pengadilan untuk memutuskan suatu
perkara.
2. Yurisprudensi Tidak Tetap
Yurisprudensi Tidak Tetap ialah suatu putusan dari hakim terdahulu yang tidak dijadikan
sebagai dasar bagi pengadilan.
3. Yurisprudensi Semi Yuridis
Yurisprudensi Semi Yuridis yaitu semua penetapan pengadilan yang didasarkan pada
permohonan seseorang yang berlaku khusus hanya pada pemohon. Contohnya : Penetapan
status anak.
4. Yurisprudensi Administratif
Yurisprudensi Administratif adalah SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) yang berlaku
hanya secara administratif dan mengikat intern di dalam lingkup pengadilan.
YURISPRUDENSI MAHKAMAH AGUNG
Yurisprudensi Mahkamah Agung Indonesia adalah putusan Majelis Hakim Agung di
Mahkamah Agung Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap berisi kaidah
hukum yang diberlakukan dalam memeriksa dan memutus perkara dalam lingkup Peradilan
Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara, Agama dan Niaga yang dikualifikasi.
C. Traktat
Traktat/treaty adalah perjanjian yang diadakan antara dua atau lebih dari dua negara. Bila
traktat diadakan antara dua negara dinamakan bilateral, sedangkan bila perjanjian diadakan
banyak negara maka disebut multilateral.
Perjanjian multilateral memberi kesempatan bagi pihak negara yang awalnya bukan pihak
dari perjanjian tersebut, menjadi pihak dari perjanjian tersebut, perjanjian tersebut menjadi
perjanjian terbuka
Contoh : Jakarta Charter
Apabila negara lain yang awalnya bukan pihak dari perjanjian tersebut dan tidak di
mungkinkan untuk menjadi pihak perjanjian tersebut, maka perjanjian tersebut dinamakan
perjanjian tertutup.
Terdapat 2 macam Perjanjian yaitu Traktat dan Agreement, Traktat dibuat oleh presiden dan
dengan persetujuan DPR, agreement dibuat hanya dengan keputusan presiden dan
menyangkut mengenai bidang politik
Suatu Traktat di dasarkan pada asas Pacta Sunt Servanda yang menyatakan bahwa setiap
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang dibuatnya.
Dalam pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Presiden
dengan persetujuan DPR menyatakan Perang, membuat Perjanjian, dengan
negara lain. Pasal 11 tidak mensyaratkan Pembuatan persetujuan dengan
negara lain di wujudkan dalam Umdang-Undang, namun karena dengan
persetujuan DPR sebagai pembentuk undang-undang maka lazimnya
persetujuan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang.
Menurut pandangan klasik, lahirnya traktat melalui empat fase:
Penetapan (Sluiting)
Persetujuan
Ratifikasi
Penukaran piagam perjanjian.
D. Kebiasaan
Kebiasaan adalah suatu perbuatan manusia yang tetap di lakukan
selama berulang-ulang dalam hal yang sama, kebiasaan bukan hasil
putusan dari badan legislatif dalam negara
Walaupun kebiasaan tidak ditentukan oleh pemerintah, namun hal itu
diakui oleh anggota masyarakat dan karena kebiasaan itu berulangkali
dijalankan dan di taati lambat laun kebiasaan itu menjadi peraturan
yang teguh. Dengan demikian terbentuklag peraturan hukum yang
tidak tertulis yang disebut hukum kebiasaan.
Terdapat 2 syarat yaitu :
Suatu perbuatan yang tetap dilakukan
Adanya keyakinan bahwa perbuatan itu harus dilakukan karena
merupakan kewajiban
Pengertian Hukum adat
Prof Soepomo : hukum adat adalah sebagai hukum yang tidak tertulis
(unstatutory law), meliputi peraturan-peraturan hidup,meskipun tidak
ditetapkan oleh yang berwajib tetapi ditaati dan di dukung oleh rakyat
berdasarkan keyakinan bahwa peraturan te
E. Pendapat Ahli Hukum
Para pendapat ahli hukum/ sarjana hukum memiliki kekuasaan dan
berpengaruh dalam mengambil keputusan hakim
Pendapat ahli hukum menjadi sumber hukum dalam Yurisprudensi bagi
hijin internasional pendapat para sarjana hukum merupakan hukum
yang sangat penting
Dalam Yurisprudensi terlihat hakim² mengintip pendapat sarjana
hukum yang terkenal karena pendapat itu menjadi dasar hakim untuk
melaksanakannya penetapan, apalagi bila sarjana hukum tersebut
menentukan harus bagaimana periaoalan itu diselesaikan