Anda di halaman 1dari 62

Sumber Hukum

Oleh :
Dr. Indra Yulianingsih

1
Sumber Hukum
 L.J. Van Apeldoorn perkataan sumber hukum dipakai
dalam arti sejarah, kemasyarakatan, filsafat dan arti
formal
 Victor Situmorang sumber hukum adalah segala sesuatu
yg dapat melakukan, menimbulkan aturan hukum serta
tempat ditemukannya aturan hukum.
 Dapat dirumuskan sumber hukum adalah segala
sesuatu yg menimbulkan aturan-aturan, yg mengikat dan
memaksa, sehingga apabila aturan2 itu dilanggar akan
menimbulkan sanksi yg tegas dan nyata bagi
pelanggarnya.

2
Sudikno Mertokusuma

Sumber hukum sendiri sering digunakan dalam beberapa


arti :
 Sebagai azas hukum, sbg sesuatu yg merupakan
permulaan hukum, misal kehendak Tuhan, akal
manusia, jiwa bangsa.
 Menunjukkan hukum terdahulu yang memberikan
bahan-bahan pada hukum saat berlaku spt : Hukum
Romawi, hukum Perancis
 Sebagai sumber berlakunya hukum, yg memberi
kekuatan berlaku secara formal kepada peraturan
hukum (penguasa, masyarakat).

3
lanjutan

 Sebagai sumber darimana kita mengenali hukum. Cont :


dokumen, UU, lontar, batu tulis dll
 Sebagai sumber terjadinya hukum/ sumber yg
menimbulkan hukum

4
Macam Sumber Hukum
1. Sumber Hukum Formal
2. Sumber Hukum Materiil

 Sumber hukum Formal adalah sumber hukum yg


dirumuskan peraturannya dalam suatu bentuk. Karena
bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku umum,
mengikat dan ditaati.

 Sumber hukum Materiil adalah sumber hukum yg


menentukan isi hukum itu.

5
Lanjutan
Sumber hukum materiil di Indonesia adalah
Pancasila yg merupakan norma tertib hukum
tertinggi serta merup. Staatsfundamentalnorm
(pokok kaidah yg fundamental). Oleh karena itu,
setiap peraturan perundang-undangan yg dibentuk
tidak boleh bertentangan dg Pancasila.

6
ALGRA
Membagi sumber hukum menjadi 2 :
1. Sumber hukum formil  tempat atau sumber dari mana
suatu peraturan memperoleh kekuatan mengikat,
berkaitan dangan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum itu formal berlaku
>> yang di akui umum sbg sumber hk formil :
UU, perjanjian antar negara, yurisprudensi,
kebiasaan
2. Sumber hukum materiil  merupakan tempat dari mana
hukum itu di ambil, mrpk faktor yg membantu
pembentukan hukum. Cont : hub. Sosial, hub kekuatan
politik, situasi sosial ekonomi, tradisi dll

7
Peraturan perUndang-undangan
 Peraturan ?........... Aturan ? ……………….
 Pasal 1 angka 2 UU No. 10 Tahun 2004 :
peraturan perUUan adalah peraturan tertulis
yang di bentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yg berwenang dan mengikat secara
umum
 Merupakan sumber hukum yg utama civil law
sytem
 Istilah peraturan perUUan memiliki makna yang
lebih luas dari pada UU
 Peraturan perUUan terdiri dari : UUD, UU , dan
peraturan di bawah UU
8
Lanjutan peraturan perUUan

 Tersusun dalam khirarki yang tertinggi ke


yang terendah (stufen theory: hans
kelsen)
 Terdapat azas “lex superior derogat legi
inferiori”

9
SUMBER-SUMBER HUKUM
FORMIL

 1. Undang-Undang
 2. Yurisprudensi

 3. Traktat

 4. Kebiasaan

 5. Doktrin

10
11
Undang-Undang
Undang-undang sebagai sumber hukum
mempunyai dua arti yaitu :

1. Undang-undang dalam arti formil

2. Undang-undang dalam arti materiil.

12
Undang-undang dalam arti formil
 Setiap peraturan atau ketetapan yang dibentuk oleh
alat perlengkapan negara yang diberi kekuasaan
membentuk undang-undang, dan diundangkan
sebagaimana mestinya (lihat Ps.5 ayat 1 UUD 1945)
atau
 setiap peraturan yang di lihat dari bentuk dan cara
terjadinya di sebut UU

13
Undang-undang dalam arti materiil

Setiap peraturan atau ketetapan yang


dilihat dari isinya di sebut UU dan
berlaku mengikat kepada setiap
orang secara umum

Catatan :
pengertian umum (setiap orang), tidak selalu seluruh Warga Negara
Indonesia

14
lanjutan
 Algra : UU merupakan suatu peraturan
yang berasal dari penguasa yg berwenang
untuk itu
 UU No. 10 Th 2004 : UU adalah peraturan
perUUan yg di bentuk oleh DPR dengan
persetujuan bersama dengan Presiden
(pasal 1 angka 3)

15
UNDANG-UNDANG

FORMIL DAN
MATERIIL MATERIIL
FORMIL

16
Beberapa bagian UU
1. Konsiderans yaitu : pertimbangan- pertimbangan
mengapa UU tersebut di buat, terdiri dari
“menimbang” : landasan atau pertimbangan non yuridis
(cont : filosofis, sosiologis dll)
“ membaca”
“ mengingat” : landasan/ pertimbangan yuridis
2. Diktum/ amar : isi atau pasal-pasal UU
3. Ketentuan peralihan : untuk mengisi kekosongan dalam
hukum dengan menghubungkan waktu yg lampau
dengan sekarang

17
 Materi muatan  pasal 8 UU no.10 Th. 2004
- mengatur lebih lanjut ketentuan dalam
UUD
- Diperintahkan oleh suatu UU untuk di
atur dalam UU
 UU di beri No urut dan tahun di keluarkannya, no urut
nya tiap th kembali ke no.1

18
Syarat agar suatu undang-undang
mempunyai kekuatan berlaku
mengikat

• Harus diundangkan dalam Lembaran Negara


• Yang mengundangkan adalah Sekretaris
Negara

19
Lembaran Negara

 Tempat
pengundangan resmi
Undang-undang.

 Dahulu pada jaman Hindia


Belanda disebut Staatsblad
(disingkat Stb atau S).
20
Prof. Kusumadi Pudiosewojo, S.H.,

Undang-undang sebagaimana termuat


dalam Lembaran Negara adalah
bentuk satu-satunya yang resmi, sah
dan mempunyai kekuatan mengikat.

Penerbitan dengan bentuk lain tidak


mempunyai kekuatan demikian

21
Pengumuman oleh Presiden
dilakukan atas ketentuan yang
dinyatakan dalam akhir isi
Undang-undang atau Peraturan
Pernerintah,
sebagai berikut :

"agar supaya setiap orang mengetahuinya,


memerintahkan pengumuman
Undang-undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti
Undang-undang/Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia".

22
Diundangkan di : Jakarta

pada tanggal : .......

Sekretaris Negara,

(tanda tangan)

(nama terang)

23
WAKTU BERLAKUNYA PERATURAN PERUUAN atau
KAPAN MULAI BERLAKU ?

 Pada tanggal di undangkan


 Ditentukan sendiri oleh peraturan per-UU-an ybs
 Ditentukan oleh peraturan per-UU-an lain
 UU NO.2 TAHUN 1950 LN 1950 NO.32 TENTANG
LEMBARAN NEGARA  PASAL 13 Jika tidak di
tentukan tanggal berlakunya, maka suatu
peraturan per-UU-an berlaku pada hari ke 30
sesudah di undangkan

24
Berlaku suatu fictie hukum atau
persangkaan hukum

"Setiap orang dianggap


telah mengetahui adanya
sesuatu
undang-undang".
25
Tiap-Tiap Undang-undang
mempunyai penjelasan resmi

Tempat mengumumkannya di dalam

"Tambahan Lembaran Negara",

26
SAMPAI KAPAN UU BERLAKU?
 JANGKA WAKTU TELAH HABIS
(DITENTUKAN SENDIRI OLEH
PERATURAN PER-UU-AN TERSEBUT)
 KEADAAN YANG DI ATUR SUDAH TIDAK
ADA LAGI
 TELAH DI CABUT/ DIHAPUS OLEH
PERATURAN PER-UU-AN YG SEDERAJAT/
TELAH DI ADAKAN UU YANG BARU

27
AZAS
PERUNDANG-UNDANGAN

28
NULLA POENA SINE PRAEVIA
LEGE POENALI
 UU tidak berlaku surut , artinya tidak ada
hukuman tanpa terlebih dulu ada UU
 Termuat dalam Pasal 22 AB “ suatu uu hanya
mengikat suatu masa yang akan datang dan
tidak mempunyai kekuatan berlaku surut”
 Pasal 1 KUHP  azas legalitas
tiada suatu tindakan dapat di pidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam perUu-an yang
telah ada sebelum perbuatan di lakukan

29
LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIOR

UU yg tingkatannya lebih rendah tdk boleh


bertentangan dg UU yg kedudukannya lebih
tinggi dlm mengatUr hal yg sama)

LEX SPECIALIS DEROGAT LEGI GENERALI

UU yg bersifat khusus mengesampingkan UU yg


bersifat Umum apabila UU tsb mengatur hal yg
sama

30
 LEX POSTERIOR DEROGAT LEGI
PRIORI
UU yg baru membatalkan UU yg lama,
sejauh UU itu mengatur hal yg sama

 Presumtio iuris et de yure (Setiap


orang di anggap tahu hukumnya/ UU
yg telah diundangkan dianggap telah
diketahui oleh setiap orang)

 Lex certa (UU harus di rumuskan scr


cermat,tegas dan jelas)

 Ius contra Actus : setiap peraturan


perUUan harus di ganti dg yg setara
31
Perbedaan peraturan dan
keputusan
Peraturan keputusan
 Berisi norma pengaturan  Berisi penetapan
 Bersifat umum dan  Bersifat individual dan
abstrak konkrit
 Konsideran berisi  Konsideran terdiri dari
menimbang dan menimbang, mengingat
mengingat dan atau memperhatikan
 Belum menimbulkan  Menimbulkan akibat
akibat hukum hukum

32
Ruang lingkup berlakunya
peraturan per-UU-an
 Azas Teritorial : berlaku bagi siapa saja di
dalam suatu wil negara (wilayah RI); ps.2
KUHP
 Azas Personal : berlaku bagi orang
tertentu (WNI) di mana saja ( nasional
aktif)) ; Ps. 5 KUHP
 Azas Universal : berlaku bagi siapa saja di
mana saja ; Ps.4 KUHP (nas pasif)

33
34
Yurisprudensi sebagai istilah
tehnis Indonesia sama artinya
dengan

 Yurisprudentie dalam bahasa Belanda

 Yurisprudence dalam bahasa Perancis

DI ARTIKAN SEBAGAI PUTUSAN HAKIM /


PUTUSAN PENGADILAN ( CASE LAW ATAU
JUDGE MADE LAW
35
(beda)
Yurisprudence
dalam bahasa
InggRis

 TheorieIlmu Hukum
 Algemene Rechtsleer

 Generale Theory of
Law
36
Pasal 22 A.B
(STB. 1847 NO. 23)
(ALGEMENE BEPALINGEN VAN
WETGEVING VOOR INDONESIA)
” Bilamana seorang hakim menolak menyelesaikan suatu perkara dengan alasan
bahwa peraturan undang-undang yang bersangkutan tidak menyebutnya,
tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut karena penolakan
mengadili"
 Hakim mempunyai kewenangan untuk menciptakan / Membentuk Hukum
(Judge Made Law)
 Kewenangan untuk menyimpangi ketentuan-ketentuan hukum tertulis yang
telah ada yang telah usang ketinggalan zaman sehingga tidak
lagi mampu memenuhi rasa keadilan masyarakat (contra legem
37
 Hakim harus menciptakan hukum
sendiri terhadap peristiwa konkrit
yang dihadapinya, dan yang mengikat
kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.

38
Dalam proses analisa dan penciptaan
hukum atas perkara yang belum ada
aturan hukumnya tersebut,

”Hakim wajib menggali nilai-nilai hukum


yang hidup dan dipelihara baik
ditengah-tengah masyarakatnya”
(UU no. Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman)

39
NILAI-NILAI YANG HIDUP
 nilai-nilai ajaran agama
 nilai-nilai adat istiadat yang masih
terpelihara baik
 budaya dan tingkat kecerdasan
masyarakat
 keadaan sosial dan ekonomi
masyarakat, dan lain-lain

40
 putusan Hakim yang berisikan
suatu pertimbangan-pertimbangan
hukum sendiri berdasarkan
kewenangan yang menjadi dasar
putusan Hakim lainnya di
kemudian hari untuk mengadili
perkara yang memiliki unsur-unsur
yang sama, dan selanjutnya
putusan Hakim tersebut menjadi
sumber hukum di Pengadilan.

yurisprudensi
41
TUJUAN
 PENGISI KEKOSONGAN HUKUM

 PENGHARMONISASI
(ANTARA HUKUM DALAM PENGERTIAN
UNDANG-UNDANG DENGAN LIVING LAW)

Prof. Subekti : Pekerjaan hakim pada


dasarnya sama dengan pekerjaan pembuat UU,
keduanya harus di turuti

42
perbedaan
 pembuat undang-undang memberikan suatu peraturan yang
disusun dalam kata umum dan ditujukan kepada siapa saja
yang berada dalam keadaan yang diuraikan dalam
undang-undang itu
(in abstracto)

 hakim memberikan suatu peraturan yang berlaku terhadap


kedua belah pihak yang berperkara.
(in concreto)
43
44
 putusan atas suatu peristiwa hukum
yang belum jelas pengaturan dalam
peraturan perundang-undangannya;
 putusan hakim tersebut harus
merupakan putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap;
 Putusan hakim tsb telah dijadikan
dasar untuk memutus kasus yang sama
secara berulang-ulang dalam waktu
yang lama ;
 putusan tersebut telah memenuhi rasa
keadilan masyarakat;
 putusan tersebut dibenarkan oleh
Mahkamah Agung.

45
Putusan hakim terdiri dari
 Ratio decidendi  dasar yuridis atau
pertimbangan hukum dalam putusan
tersebut
 Obiter dicta  alasan-alasan yuridis

 Putusan hakim hanya mengikat pihak-


pihak yang berperkara

46
Fungsi yurisprudensi
 Terwujudnya standart hukum(law standart) dalam perkara
tertentu
- sbg pedoman
- agar putusan yang satu dg yg lain tdk
bertentangan
- tidak merusak citra peradilan
- kepastian hukum
 Menciptakan landasan dan persepsi hukum yang sama (Unified
Legal Frame work – Unified Legal Opinion)
- Dapat membina persamaan landasan hukum yg seragam
- menciptakan keseragaman nilai dan bahasa hukum yg sama
- menyelesaikan perkara hukum yg sama di terapkan
nilai hk yg sama dan seragam 47
lanjutan

 Tercipta kepastian penegakan hukum


- perasaan hukum yg sama
- memantapkan rasa kebenaran dan
keadilan yg sama
- menciptakan perilaku hk yang sama
 Mencegah terjadinya putusan disparitas
(kesenjangan perbedaan antara yg satu dg yg
lain) agar tidak terjadi Difference judge
difference sentence
 Proses peradilan lebih efisien

48
Bentuk Yurisprudensi
 YURISPRUDENSI TETAP

 YURISPRUDENSI TIDAK
TETAP

49
3 alasan hakim mengikuti
yurisprudensi

 Alasan psikologis  mengikuti keputusan


hakim lain yg memiliki kedudukan yg lebih
tinggi
 Alasan praktis
 Sependapat dengan keputusan hakim
sebelumnya

50
51
 Perjanjian antar negara yang di tuangkan
dalam bentuk tertentu
 Merupakan perjanjian internasional
 Azas pacta sunt servanda

52
macamnya
 traktat bilateral yaitu perjanjian yang diadakan antara dua
negara, cont : perjanjian batas wilayah laut
 Traktat multilateral atau kolektif yaitu perjanjian (traktat) yang
diadakan antara lebih dari dua negara , cont : Asean
 Traktat kolektif/ terbuka : traktat multilateral yg masih dapat di
masuki oleh negara lain

53
Mengapa menjadi sumber
hukum???
Traktat bersifat mengikat dan berlaku sebagai
peraturan hukum terhadap warga negara dari
masing-masing negara yang mengadakan

Dasar hukum : Pasal 11 UUD 1945


Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan
perang, mengadakan perdamaian dan membuat
perjanjian dengan negara lain

54
pembuatan perjanjian antar
negara melalui empat
tingkatan (fase) yaitu :

 penetapan (sluiting) - dimaksudkan di sini


adalah penetapan isi perjanjian oleh utusan
atau delegasi pihak-pihak yang
bersangkutan dalam konverensinya. Hasil
penetapan diberi nama traktat konsep atau
perjanjian konsep ("concept verdrag" atau
"concept overeen komst"). Juga diberi nama
' 'sluitingsoorkonde";
 persetujuan masing-masing Dewan
Perwakilan Rakyat dari pihak yang
bersangkutan;
 ratifikasi atau penegasan oleh
masing-masing kepala negara;  berlaku
 pelantikan atau pengumuman (afkondiging).
 hanya bersifat formal
55
 Setelah prosedur tadi dilalui, maka traktat itu terbentuk dan
berlaku mengikat kepada negara-negara yang bersangkutan.

 Berlaku mengikatnya suatu traktat itu pada umumnya adalah


didasarkan pada suatu asas yang disebut Pacta Sunt Servanda,
artinya setiap perjanjian harus dihormati dan ditaati.

56
PERBUATAN YG TETAP DILAKUKAN
BERULANG-ULANG DLM MASYARAKAT
MENGENAI SUATU HAL TERTENTU

57
SYARAT-SYARAT TIMBULNYA
HUKUM KEBIASAAN
 SYARAT MATERIIL :
ADANYA PERBUATAN YG DILAKUKAN BERULANG-ULANG YAITU
SUATU RANGKAIAN PERBUATAN YANG SAMA DALAM KEADAAN
YANG SAMA DAN HARUS DIIKUTI OLEH UMUM (LONGA ET
INVETERATA CONSEUTUDO)

 SYARAT INTELEKTUAL :
KEBIASAAN ITU HARUS MENIMBULKAN OPINIO NECESSITATIS/
OPINIO IURIS SIVE / SEU NECESSITATIS YAITU KEYAKINAN UMUM
BAHWA PERBUATAN ITU MERUPAKAN KEWAJIBAN HUKUM) ATAU
ADANYA KEYAKINAN HUKUM DR MASY.YG BERSANGKUTAN BAHWA
PERBUATAN ITU BENAR

 ADANYA AKIBAT HUKUM/ SANKSI APABILA KEBIASAAN ITU


DILANGGAR

58
59
DOKTRIN
 Pendapat ahli-ahli hukum/ ahli lainnya yang
ternama, yang ada relevansinya terhadap kasus-
kasus hukum yang mempunyai pengaruh dalam
pengambilan putusan pengadilan
 Doktrin yang menjadi sumber hukum formil
adalah doktrin yang menjelma menjadi putusan
hakim

60
 MENJADI PENTING KALAU
SECARA LANGSUNG DAPAT
MEMBERIKAN PENYELESAIAN
DALAM SUATU MASALAH
HUKUM

61
SYARAT-SYARAT MENJADI
SUMBER HUKUM
 HARUS ADA RELEVANSINYA
 TELAH DI AKUI KEBENARANNYA
 TELAH TERUJI DENGAN BAIK
 TIDAK BERTENTANGAN DENGAN NORMA
HUKUM LAINNYA
 TELAH DI BUKTIKAN SECARA BENAR

62

Anda mungkin juga menyukai