Anda di halaman 1dari 11

25 Asas Hukum

Nur Ainy Amira PS


19040704070
2019C

1. Asas Preferensi
Pengertian : Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi diberi hak
prseferensi yaitu didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas ini merupakan
penyimpangan dari asas persamaan.

Contoh : dalam Perpajakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang


dibuat harus didasarkan atas semangat Pasal 23A UUD 1945 yang berbunyi “Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang.” Pasal tersebut menghendaki bahwa pajak dan pungutan lain diatur dengan
undang-undang.

2. Asas the binding forse of precedent atau staro decises et quieta nonmovere
Pengertian : arti dari asas ini adalah putusan hakim sebelumnya mengikat hakim-hakim
lain dalam perkara yang sama. Hal ini berarti putusan pengadilan saat ini untuk kasus
yang sama, harus memutuskan sama seperti yang pernah diputus di masa lalu. Walaupun
dalam sistem hukum Indonesia tidak menganut asas ini, namun dalam kenyataannya,
hakim juga dapat terlibat dalam pembentukan hukum melalui putusan-putusannya yang
dibuat dan dipedomani oleh hakim lain di masa mendatang sebagai yurisprudensi. Salah
satu hal yang memengaruhi isi dari putusan hakim tersebut adalah hukum adat yang
berlaku di berbagai daerah.

Contoh : Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 792 K/Sip/1973 berlaku kaidah
hukum dalam hubungan keluarga dan anak sesuai dengan hukum adat di Daerah
Balige

3. Asas Personalitas (asas umum)


Pengertian : Asas untuk menentukan status personal pribadi seseorang yang berlaku
baginya adalah Hukum Nasionalnya / negaranya ( Lex Partriae ). Prinsip ini dianut yang
pada intinya mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku
bagi warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar wilayah negara
Indonesia. Prinsip ini dinamakan nasionalitas aktif karena berhubungan dengan keaktifan
berupa kejahatan dari seorang warga negara. Prinsip ini dianut Pasal 5 KUHP berbunyi
sebagai berikut:

1. Ketentuan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi warga Negara


Indonesia yang melakukan di luar Indonesia:
a. Salah satu kejahatan yang tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua, dan dalam pasal-
pasal 160,161,240,279,450, dan 451;
b. Suatu perbuatan terhadap suatu yang dipandang sebagai kejahatan meurut ketentuan
pidana dalam undang-undang negeri, tempat perbuatan itu dilakukan.

2. Penuntutan terhadap suatu perbuatan yang dimaksudkan pada huruf b boleh juga
dilakukan, jika tersangka baru menjadi warga negara Indonesia setelah melakukan
perbuatan itu.

Contoh : Kasus wanita berusia 40 tahun ini akan diadili di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dengan hukum nasional, karena dalam proses hukum diberlakukan asas nasionalitas
aktif atau personalitas, walau korbannya berada di Singapura.

1. Penjelasan Pasal 4 ayat 3 UU No 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik yang berbunyi :
“Pengesahan pendirian Partai Politik melalui pengumuman dalam Berita Negara
Republik Indonesia oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dimaksudkan untuk
keperluan administrasi hukum yang bersifat nasional dan memenuhi asas publisitas.”

2. Penjelasan pasal 11 UU No 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi :


“Pendaftaran Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia dilaksanakan di tempat
kedudukan Pemberi Fidusia dan pendaftarannya mencakup benda, baik yang berada di
dalam maupun di luar wilayah negara Republik Indonesia untuk memenuhi asas
publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditor lainnya mengenai
Benda yang telah dibebani Jaminan Fidusia.”

4. Asas praduga rechtmatig


Pengertian : Memiliki arti setiap tindakan penguasa selalu harus dianggap berdasarkan
hukum (benar) sampai ada pembatalan. Dengan asas ini, gugatan tidak menunda
pelaksanaan keputusan Tata Usaha Negara yang digugat. asas praduga rechtmatig dalam
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara yang menyatakan bahwa gugatan tidak
menunda pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara

Contoh : Tercantum dalam pasal 67 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986 yang menyatakan
bahwa Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya Keputusan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara serta tindakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
digugat.

5. Asas nemo judex indoneus in propria


Pengertian : asas ini memiliki arti bahwa hakim tidak boleh mengadili dalam perkara
dimana ia punya kepentingan. Oleh karenanya, Hakim harus meminta untuk tidak
ditugaskan dalam perkara yang didalamnya dia ada kepentingan. Karena jika masih
ditunjuk dan dilanjutkan proses persidangan, maka hakim tersebut ditakutkan tidak akan
adil dalam artian berat sebelah dalam memutus suatu perkara.

Contoh : putusan No.005/PUU-IV/2006 perihal pengujian Undang-Undang No.22 Tahun


2004 Tentang Komisi Yudisial mengenai pengesampingan asas hukum acara.

6. Asas fair rial atau self incrimination


Pengertian : ialah pemeriksaan yang tidak memihak, atau memberatkan salah satu pikah
atau terdakwa. di mana seseorang dianggap tidak bersalah hingga pengadilan menyatakan
bersalah
Contoh : dijelaskan dalam Penjelasan Umum KUHAP butir ke 3 huruf c

7. Asas ius curia novit,Asas unus testis nullus testis (satu saksi bukanlah saksi)
Pengertian : hakim dianggap mengetahui seluruh hukum. Asas Ius Curia Novit
memandang bahwa setiap hakim tahu akan hukumnya sehingga harus mengadili dengan
benar terhadap setiap perkara yang diajukan kepadanya.

Contoh : Semua hakim dilarang menolak mengadili perkara yang diajukan karena
dianggap sudah mengetahui seluruh hukum

8. Asas Vermenging atau asas percampuran


Pengertian : Dalam hukum kebendaan, hak milik atas suatu kebendaan yang diberikan
hak kebendaan terbatas tidak mungkin menjadi pemegang hak kebendaan tersebut.
Apabila hak yang membani dan hak dibebani ada orang yang sama, maka hak yang
membebani menjadi lenyap. Jadi jika orang yang mempunyai hak memungut hasil atas
tanah kemudian membeli tanah itu maka hak memungut hasil itu menjadi lenyap.

Contoh : hak milik,, hak guna usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.

9. Asas ultitum remidium (asas khusus)


Pengertian : memiliki arti bahwa sanksi pidana dipergunakan manakala sanksi-sanksi
yang lain sudah tidak berdaya. Dengan perkataan lain, dalam suatu undang-undang sanksi
pidana dicantumkan sebagai sanksi yang terakhir,setelah sanksi perdata, maupun sanksi
administratif. Ultimum remedium merupakan salah satu asas yang terdapat di dalam
hukum pidana Indonesia yang mengatakan bahwa hukum pidana hendaklah dijadikan
upaya terakhir dalam hal penegakan hukum. Hal ini memiliki makna apabila suatu
perkara dapat diselesaikan melalui jalur lain (kekeluargaan, negosiasi, mediasi, perdata,
ataupun hukum administrasi) hendaklah jalur tersebut terlebih dahulu dilalui.

Contoh : ketika seseorang menggunakan obat-obatan terlarang atau narkoba. orang


tersebut dapat meminta dirinya untuk direhabilitasi dan tidak dikenai pasal pidana
penggunaan obat-obatan terlarang, selagi orang tersebut adalah kapasitasnya hanya
sebagai pengguna yang dapat dikategorikan sebagai korban namun tentu dengan berbagai
pertimbangan dan beberapa prosedur yang berlaku.

10. Asas Culpabilitas (asas khusus)


Pengertian : Asas ini biasanya berkaitan dengan tindak pidana atau perbuatan pidan
dihubungkan dengan dapat tidaknya seseorang dipertanggungjawabkan. Unsur kesalahan
dari si pelaku tindak pidana berupa kesengajaan atau kelalaian. Seseorang tak bisa
dihukum jika kesalahannya tidak terbukti. Culpabilitas adalah sebutan lain terhadap asas
tiada hukuman tanpa kesalahan (geen straaf zonder schuld) yang dikenal dalam hukum
pidana. Pasal 6 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (“UU
Kekuasaan Kehakiman”) menyebutkan “Tiada seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali
apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat
keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas
perbuatan yang didakwakan atas dirinya”
Contoh : Pelaksana Operasi dan Asisten Operasi dalam Tim Dokter pada Kasus
Malapraktik Tindakan Operasi

11. Asas kesetaraan kedaulatan (equality before sovereign rights) (asas khusus)
Pengertian : meiliki arti yaitu kesetaraan atas hak berdaulat. Ini berarti setiap Negara
memiliki kesamaan kedaulatan, kesetaraan hak dan kewajiban, kesetaraan sebagai
anggota organisasi internasional, tanpa mempertimbangkan adanya perbedaan ekonomi,
sosial, politik, dan sifat lainnya

Contoh : Jepang dan Thailand walaupun memiliki perbadaan keadaan ekonomi dan
politik memiliki kedudukan yang sama dan memiliki hak dan kewajiban yang sama
dalam hubungan internasional.

12. Asas opinion necessitates (asas khusus)


Pengertian : memiliki arti suatu keyakinan bahwa suatu tindakan atau kebiasaan
dilakukan sesuai dengan kewajiban hukum yang ada. Istilah ini biasanya digunakan
dalam konteks hukum internasional. Suatu kebiasaan hanya dapat dianggap sebagai
sumber hukum internasional apabila dua unsur telah terpenuhi, yaitu unsur material
berupa keberadaan suatu praktik internasional dan unsur subjektif berupa opinio juris.
Opinio juris di sini berarti suatu negara mendasarkan kebiasaannya dari keyakinan bahwa
kebiasaan tersebut diwajibkan oleh hukum. Opinio juris tidak dapat ditunjukkan dari
tindakan yang hanya dilakukan atas dasar kepentingan pribadi, kesopanan atau tradisi.

Contoh : terdapat dalam putusan pengadilan tinggi bandung tingkat banding register
nomor 141/Pdt.G/2007/PTA,Bdg tanggal 27 Desember 2007

13. Lax agendi lex essendi (asas umum)


Pengertian : memiliki arti hukum berbuat adalah hukum keberadaan. Berarti hukum yang
berlaku adalah hukum yang sesuai dengan keadaan tempat tersebut.

Contoh : keharusan bagi bangsa Indonesia untuk menjaga nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalam Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945 dan keutuhan NKRI
tetapi disaat yang sama harus ada sikap untuk beradaptasi dalam melihat perubahan
jaman.

14. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali


Pengertian: Tiada suatu perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan dalam ketentuan
pidana dalam UU yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu. Hal tersebut dapat
dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) KUH Pidana yang berbunyi “Tidak ada suatu perbuatan
yang dapat dihukum, kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut undang-undang yang
telah ada terlebih dahulu daripada perbuatannya itu sendiri"

Contoh: Umar Patek yang buron selama sekitar 10 tahun. Terdakwa kasus terorisme,
Umar Patek alias Hisyam bin Alizein alias Abu Syekh alias Mike (45), divonis 20 tahun
penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Patek, yang kepalanya
pernah dihargai 1 juta dollar AS, dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar enam dakwaan berlapis yang dikenakan jaksa penuntut umum (kompas, 20
Juni 2012) Keenam dakwaan tersebut adalah Pasal 15 juncto Pasal 9 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme mengenai
pemufakatan jahat memasukkan senjata dan amunisi ke Indonesia untuk melakukan
tindakan terorisme, Pasal 13 Huruf (c) Perppu Nomor 1 Tahun 2002 UU Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme yaitu menyembunyikan informasi tentang tindak pidana
terorisme, Pasal 340 juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP tentang Pembunuhan
Berencana, Pasal 266 Ayat (1) dan (2) KUHP juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP
tentang Pemalsuan Dokumen, dan Pasal 1 Ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun
1951 juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP tentang Kepemilikan Bahan Peledak Tanpa
Izin.

15. Asas Nemo plus juris transferre potest quam ipse habet (asas umum)
Pengertian : memiliki arti bahwa tidak seorangpun dapat mengalihkan lebih banyak
haknya dari pada yang ia miliki. Ini artinya seseorang tidak berhak mengakukan sesuatu
sebagai milik orang lain, padahal ia sendiri bukan pemilik barang itu.

Contoh : Jika A menggugat B mengenai rumah yang terletak di JL. Cendrawasih No. 12
yang merupakan rumah si A, bukan rumah si B. dalam perkara ini, yang digugat adalah si
B, yang kebetulan menguasai rumah itu. Didalam persidangan, si B selaku tergugat
mengadakan pengakuan murni, bahwa “benar rumah itu adalah milik si A”. padahal
sebenarnya si B hanyalah penyewa atau hanya menjaga rumah itu. Pemilik rumah resmi
adalah si A.
Dalam hal ini pengakuan murni si B tetap bukan merupakan alat bukti yang sah, karena
bertentangan dengan asas “Nemo Plus Juris Transfer Potest Quam Ipse Habet”, karena si
B tidak berhak mengakukan sesuatu sebagai milik orang lain, padahal ia sendiri bukan
pemilik rumah itu.

16. Modus vivendi


Pengertian: Modus vivendi adalah persetujuan sementara antara kedua belah pihak yang
bersengketa. Persetujuan ini dilakukan sampai adanya persetujuan baru yang pasti dan
permanen. Modus vivendi biasanya dibuat dengan cara yang informal dan tidak
membutuhkan ratifikasi. Modus vivendi menjadi hal yang rasional untuk dilakukan oleh
kedua belah pihak yang bersengketa jika terjadi kondisi berikut ini
 Situasi saat itu menunjukkan adanya keseimbangan kekuasaan.
 Tidak dapat dipastikan bahwa pada masa depan tidak ada pihak yang
mendominasi pihak lain.
 Ketika situasi di salah satu pihak terlihat begitu ofensif (ingin menyerang), pihak
lain mencoba kemungkinan untuk melawan dominasi tersebut dengan melakukan
perjanjian sementara.
Contoh: Modus vivendi antara Kanada dan Amerika Serikat[sunting | sunting sumber]
Perjanjian Washington (terkait perikanan) antara Kanada dan Amerika Serikat berakhir
pada tahun 1885. Daripada kasus perikanan internasional berhenti tiba-tiba dan akan
mengganggu ketersedian pangan. Kedua belah pihak setuju untuk memberikan akses
yang terbatas kepada nelayan Amerika untuk masuk ke Teluk
Kanada dan pelabuhan sambil menunggu ratifikasi perjanjian perikanan yang baru

17. Koop breekt geen huur


Pengertian: Jual beli tidak memutuskan sewa-menyewa. Perjanjian sewa menyewa tidak
berubah walaupun barang yang disewanya beralih tangannya. Lebih jelas periksa pasal
1576

Contoh: ketika saya menyewa satu rumah dalam 2 tahun, kemudian si pemilik rumah
menjual rumah tersebut kepada pihak lain. Maka pemilik yang baru tidak dapat
memutuskan sewa-menyewa yang telah terjadi sebelumnya.

18. LEX NIMINEM CODIG AD IMPOSIBILIA


MAKNA : ketentuan UU tidak memaksa seseorang untuk mentaatinya, apabila orang
tersebut benar-benar tidak mampu melakukannya, hukum tidak akan membuat aturan atas
sesuatu yang tidak mungkin. Ketidakmungkinan tersebut berdasarkan nalar dan
perbuatan. Melalui nalar bahwa suatu aturan tidak bisa dilaksanakan oleh masyarakatnya.
Masyarakat tentunya akan melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya(kemampuan
finansial,tenaga dan memenuhi sesuatu)- asas hukum umum
Contoh:
– Pasal 44 KUHP : orang gila
– Pasal 45 KUHP : dibawah umur
Bila si A telah di temukan bahwa dia adalah pelaku pembunuhan, tetapi ia masih dibawah
umur dia tidak mengerti perbuatan yang dilakukan nya adalah kasus pidana , maka si A
dihukum menurut Undang-Undang khusus untuk anak dan tidak disesuaikan dengan
orang dewasa pada umumnya

19. LEX NIMINEM CODIG AD IMPOSIBILIA


MAKNA: aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum
Asas Lex Specialis Derogst Legi Generali merupakan salah satu asas preferensi. Asas
preferensi adalah asas hukum yang menunjuk hukum mana yang lebih didahulukan
(untuk diberlakukan), jika dalam suatu peristiwa (hukum) terkait atau terlanggar beberapa
peraturan.
CONTOH : Kasus membuka rahasia perusahaan PasaL 17 ayat (1) UU no.30 tahun 2000
(LEX SPECIALISPasal 17 huruf b UU Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) tentang
perlindungan HAKI) (LEGI GENERALI Dalam penerapan asas Lex specialis derogat
legi generali, Pasal 17 ayat (1) UU no.30 tahun 2000 menjadi dakwaan primer dan Pasal
17 huruf b UU Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) tentang perlindungan HAKI
ialah dakwaan subsider. Subsider ialah sebagai pengganti apabila hal pokok tidak terjadi.)

20. Pacta Sunt Servanda (asas khusus)


Pengertian : (aggrements must be kept) adalah asas hukum yang menyatakan bahwa
“setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang melakukan
perjanjian. Asas ini menjadi dasar hukum Internasional karena termaktub dalam pasal 26
Konvensi Wina 1969 yang menyatakan bahwa “every treaty in force is binding upon the
parties to it and must be performed by them in good faith” (setiap perjanjian mengikat
para pihak dan harus dilaksanakan dengan itikad baik).

Contoh : bentuk sanksi yang diperoleh oleh negara pelanggar dapat bervariasi sesuai
dengan beratnya pelanggaran. Sanksi yang paling ringan adalah negara yang melanggar
tersebut diharuskan kembali menaati perjanjian yang telah ia langgar sebelumnya,
sedangkan sanksi terberat yang mungkin dihadapkan pada pihak pelanggar adalah ia
dikeluarkan dari keanggotaan PBB yang dapat menyebabkan ia dikucilkan dari pergaulan
internasional.

21. ASAS NASIONAL AKTIF (Termasuk asas hukum umum.)


Pengertian : ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi semua WNI yang
melakukan tindak pidana di mana pun ia berada (pasal 5 KUHP) Sebuah negara dapat
menjalankan yurisdiksi kriminal dan privat terhadap warga negaranya meskipun yang
bersangkutan sedang berada di negara lain. Contoh, di Inggris dalam kasus Joyce v.
Director of Public Prosecutions (1946) dan Amerika Serikat dalam kasus Iran Hostages
Crisis (1979-1980).

Contoh : WNI yang membunuh 2 majikan di Singapura diadili dengan pedoman KHUP.

22. ASAS KONKORDANSI


Asas kornondansi adalah asas yang diberlakukannya hukum eropa atau belanda pada
masa itu untuk diberlakukan juga kepada bangsa pribumi / Indonesia. Sehingga hukum
eropa yang diberlakukan kepada pihak belanda pada masa itu, dikenai juga oleh bangsa
indonesia. Sehingga jelas asa korkondansi adalah satu asas

Contoh : Pemberlakuannya hukum belanda pada masa itu kepada bangsa pribumi yaitu
Indonesia.

23. Asas Pembacaan Putusan


Pengertian : Asas yang mengharuskan putusan pengadilan dibacakan sehingga bersifat
sah dalam artian mempunyai kekuatan hukum pada sidang terbuka untuk umum.
Termasuk : Asas hukum Khusus (Pidana)

Contoh Pasal : Pasal 13 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa Semua
putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.

24. Asas res judicata pro veritate habeteur (asas umum)


Pengertian : Res judicata pro veritate habetur adalah salah satu prinsip dalam kekuatan
putusan hakim. Res judicata pro veritate habetur menurut Sudikno Mertokusumo adalah
prinsip mengenai kekuatan suatu putusan dalam arti positif, yaitu apa yang telah diputus
oleh hakim harus dianggap benar

Contoh : Dalam perkara Nomor 101/PHPU.D-X/2012, Mahkamah Konstitusi


menegaskan, yaitu adalah suatu prinsip bahwa putusan pengadilan harus dianggap benar
(res judicata pro veritate habetur) sampai dinyatakan adanya putusan pengadilan yang
lebih tinggi yang berwenang yang membatalkan putusan tersebut

25. Asas bis de eadem re ne sit action atau ne bis in idem (asas umum)
Pengertian : Nebis in Idem adalah salah satu asas dalam hukum ,yang memiliki
pengertian sebagai tindakan yang tidak boleh dilakukan untuk kedua kalianya dalam
perkara yang sama,

contonya : seseorang tidak boleh di tuntut untuk kudua kalinya dalam kasus yang sama.
Nebis in idem lazim disebut execeptio rei judicatae atau gewijsde zaak. Dengan
berlakunya asas ne bis in idem dalam hukum acara pidana, seseorang tidak dapat dituntut
untuk perkara yang sama dengan pasal yang sama. Asas ne bis in idem berlaku dalam
proses acara di pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai