Asas Legalitas
Asas legalitas atau the principle of legality merupakan asas yang menentukan
bahwa tindak pidana haruslah diatur terlebih dulu dalam undang-undang atau suatu
aturan hukum sebelum seseorang melakukan pelanggaran atau perbuatannya.
Menurut Amir Ilyas dalam Asas-Asas Hukum Pidana, Memahami Tindak Pidana dan
Pertanggungjawaban Pidana sebagai Syarat Pemidanaan.
2. Asas Teritorial
Asas hukum pidana yang satu ini dilandasi oleh kedaulatan negara. Negara yang berdaulat
wajib menjamin ketertiban hukum di wilayahnya dan oleh sebab itu, negara berhak
menjatuhkan pidana bagi siapapun yang melakukan tindak pidana di wilayahnya. Kehadiran
asas teritorial dalam peraturan perundang-undangan dapat ditemukan dalam Pasal 2
KUHP yang menerangkan bahwa ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana di Indonesia.
Jika diartikan, dengan asas personalitas atau nasional aktif, peraturan perundang-undangan
pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana yang dilakukan warga negara di mana pun
warga tersebut berada, sekalipun di luar negeri.
Diterangkan Eddy Hiariej dalam Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, arti penting dari asas
universal adalah jangan sampai ada pelaku kejahatan internasional yang lolos dari hukuman.
Agar tidak ada pelaku yang lolos, setiap negara berhak untuk menangkap, mengadili dan
menghukum pelaku kejahatan internasional.
Kemudian, jika pelaku kejahatan internasional telah diadili dan dihukum oleh suatu negara,
negara lain tidak boleh mengadili dan menghukum pelaku kejahatan internasional atas kasus
yang sama. Asas universal ini berlaku bagi tindak pidana yang dinilai sebagai kejahatan
internasional, bukan kejahatan transnasional.
1. Asas Konsensualisme
Makna dari asas konsensualisme adalah para pihak yang mengadakan perjanjian harus
sepakat dalam setiap isi atau hal-hal yang pokok dalam perjanjian yang dibuat. Asas
konsensualisme tersirat dalam salah salah satu syarat sah perjanjian berdasarkan KUH
Perdata.
Pasal 1320 KUH Perdata menerangkan bahwa supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu
dipenuhi empat syarat:
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.
Kemudian, Purwanto juga menerangkan bahwa asas hukum perdata yang satu ini berkaitan
dengan kontrak atau perjanjian yang dilakukan antara para individu dan mengandung makna,
bahwa:
1. perjanjian merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya; dan
2. mengisyaratkan bahwa pengingkaran terhadap kewajiban yang ada pada perjanjian
merupakan tindakan melanggar janji atau wanprestasi.
5. Asas Kepribadian
Diterangkan M. Muhtarom dalam Asas-Asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan dalam
Pembuatan Kontrak, asas kepribadian adalah asas yang menentukan bahwa seseorang akan
melakukan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan pribadi atau perseorangan saja.
alam KUH Perdata, asas hukum perdata ini tersirat dalam pasal berikut.
1. Pasal 1315 KUH Perdata yang menerangkan bahwa pada umumnya seseorang tidak
dapat mengadakan pengikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.
2. Pasal 1340 KUH Perdata yang menerangkan bahwa persetujuan hanya berlaku
antara pihak-pihak yang membuatnya. Persetujuan tidak dapat merugikan pihak
ketiga; persetujuan tidak dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga selain dalam
hal yang ditentukan.
Proses penanganan perkara pidana pada tahap penyelidikan , penyidikan dan Penuntutan
Penyelidikan” merupakan tindakan tahap pertama permulaan “penyidikan”. Akan tetapi harus diingat,
penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi “penyidikan”. Penyelidikan
merupakan bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan. Kalau dipinjam kata-kata yang dipergunakan
buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP, penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode atau
sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan berupa penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan
penyerahan berkas kepada penuntut umum.motivasi dan tujuan penyelidikan, merupakan tuntutan
tanggung jawab kepada aparat penyidik, untuk tidak melakukan tindakan penegakan hukum yang
merendahkan harkat martabat manusia. Sebelum melangkah melakukan pemeriksaan penyidikan seperti
penangkapan atau penahanan, harus lebih dulu berusaha mengumpulkan fakta dan bukti, sebagai landasan
tindak lanjut penyidikan.
Jadi sebelum dilakukan tindakan penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan
maksud dan tujuan mengumpulkan “bukti permulaan” atau “bukti yang cukup” agar dapat dilakukan
tindak lanjut penyidikan. Mungkin penyelidikan dapat disamakan dengan pengertian “tindak pengusutan”
sebagai usaha mencari dan menemukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti suatu peristiwa yang
diduga merupakan tindak pidana. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan mulai dilakukan setelah
diketahui atau diduga telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan, pengaduan, dan informasi dari
masyarakat. Baik laporan ataupun pengaduan serta informasi dari masyarakat yang diterima penyelidik
atau penyidik merupakan bahan yang masih mentah dan perlu diadakan penelitian dan penyaringan.
Setelah laporan diterima, petugas kepolisian segera mengambil tindakan yaitu dengan mendatangi Tempat
Kejadian Perkara (TKP).
Tindakan tersebut dilakukan untuk mencari keterangan-keterangan dan bukti guna menentukan suatu
peristiwa yang dilaporkan tersebut merupakan tindak pidana atau bukan tindak pidana, melengkapi
keterangan dan bukti-bukti yang diperoleh agar menjadi jelas sebelum dilakukan tindakan selanjutnya dan
juga sebagai persiapan pelaksanaan penindakan dan atau pemeriksaan. Menurut Kanit Reskrim Polisi
Sektor Lima Puluh bahwasanya penyidikan tindak pidana berawal dari terjadinya suatu peristiwa yang
diketahui atau disampaikannya, melalui adanya:
1. Informasi.
2. Laporan atau Laporan Polisi.
3. Pengaduan.
4. Keadaan tertangkap tangan.
Tertangkap tangan, menurut Pasal 1 angka 19 KUHAP, adalah tertangkapnya seseorang pada waktu
sedang melakukan tindak pidana atau tengah melakukan tindak pidana dipergoki oleh orang lain, atau
dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana dilakukan. 5. Penyerahan tersangka dan atau barang
bukti dari masyarakat atau lembaga diluar polisi.
Setiap peristiwa yang diketahui, dilaporkan, diadukan kepada polri atau penyidik belum pasti tindak
pidana, untuk itu diperlukan proses penyelidikan yang menentukan apakah peristiwa tersebut merupakan
tindak pidana atau bukan. Apabila merupakan tindak pidana, penyidik sesuai dengan kewajibannya
memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pe melakukan penyidikan dan secara bersamaan nyidikan
menurut cara yang ditentukan dalam KUHAP. Sebaliknya apabila bukan tindak pidana, maka penyidik
tidak mempunyai kewajiban hukum/ KUHAP tidak memberi kewenangan untuk bertindak selaku
penyidik.
Untuk memulai penyidikan tindak pidana, maka dikeluarkan Surat Perintah Penyidikan, penyidik atau
penyidik pembantu melakukan tindakan-tindakan hukum terhadap orang, maupun benda ataupun barang
yang ada hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi. Tindakan-tindakan dalam suatu penyidikan
antara lain:
1. Penangkapan
Untuk memperlancar proses pelaksanaan penyidikan tindak pidana, maka perlu dilakukan penangkapan
terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
2. Penahanan
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah berwenang untuk
melakukan penahanan atas bukti permulaan yang cukup bahwa tersangka diduga keras melakukan tindak
pidana yang dapat dikenakan penahanan. Penahanan dilakukan dengan pertimbangan bahwa tersangka
dikhawatirkan akan melarikan diri, merusak dan menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak
pidana yang telah dilakukannya.
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan keterangan atau kejelasan tersangka dan atau saksi dan atau
barang bukti maupun tentang unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan dan
peranan seseorang maupun Pemeriksaan (BAP).
4. Penggeledahan
Pertimbangan penggeledahan dan pembuatan surat perintah penggeledahan adalah laporan polisi, hasil
pemeriksaan tersangka dan atau saksi-saksi dan laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas
perintah penyidik atau penyidik pembantu. Yang berwenang mengeluarkan surat perintah penggeledahan
adalah kepala kesatuan atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik pembantu.
Sasaran penggeledahan adalah rumah dan tempat-tempat tertutup, pakaian serta badan. Penggeledahan
rumah dilakukan dengan surat perintah penggeledahan setelah mendapat surat izin dari Ketua Pengadilan
Negeri setempat kecuali dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak tidak memerlukan izin terlebih
dahulu dari Ketua Pengadilan Negeri.
Dalam hal tertangkap tangan penggeledahan dilakukan tanpa surat perintah penggeledahan maupun surat
izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat.
5. Penyitaan
Perkembangan penyitaan dan pembuatan surat perintah penyitaan adalah laporan polisi, hasil pemeriksaan,
laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas perintah penyidik atau penyidik pembantu dan
hasil penggeledahan. Yang mempunyai wewenang mengeluarkan surat perintah penyitaan adalah Kepala
Kesatuan atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik pembantu. Penyitaan dilakukan dengan
surat perintah penyitaan setelah mendapat izin dan izin khusus dari Ketua Pengadilan Negeri setempat.
Benda-benda yang dapat disita antara lain:
1) Benda atau tagihan tersangka bila seluruh atau sebagian diduga di peroleh dari tindak
pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.
2) Benda yang digunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya.
3) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan suatu tindak pidana.
Dimulainya Penyidikan dalam hal penyidik telah memulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang
diduga merupakan perbuatan pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Jaksa Penuntut Umum
(Vide Pasal 109 ayat (1) KUHAP) Pemberitahuan dimulainya penyidikan dilakukan dengan SPDP (Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan), yang dilampiri :
Laporan polisi, terkait dengan tempat kejadian perkara;
1) Resume Berita Acara Pemeriksaan saksi;
2) Resume Berita Acara Pemeriksaan Tersangka;
3) Berita acara penangkapan;
4) Berita acara penahanan;
5) Berita acara penggeledahan;
6) Berita acara penyitaan.