Anda di halaman 1dari 3

Nama : Naura Khayla Setyowati

NIM : 2308010171
Matkul : Pengantar Hukum Indonesia
Prodi : Ilmu Hukum
Rombel : 18

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA


Hukum perdata adalah cabang hukum yang mengatur hubungan antara individu atau entitas hukum
dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa prinsip dasar hukum perdata :
1. Prinsip Otonomi Kepribadian (Prinsip Autonomi):
 Hukum perdata memberikan kebebasan kepada individu untuk membuat perjanjian
atau kontrak sesuai dengan keinginan mereka, selama tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku.
2. Prinsip Kekuatan Hukum Kontrak (Pacta Sunt Servanda):
 Kontrak yang sah harus dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat, dan pengadilan akan
menegakkan isi kontrak tersebut.
3. Prinsip Pembuktian (Onus Probandi):
 Pihak yang mengajukan tuntutan di pengadilan harus membuktikan klaim mereka.
4. Prinsip Ganti Rugi (Damages):
 Hukum perdata memberikan hak kepada pihak yang menderita kerugian akibat
pelanggaran hukum oleh pihak lain untuk meminta ganti rugi.
5. Prinsip Tanggung Jawab (Liability):
 Individu atau entitas hukum bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan hukum
perdata mengatur cara-cara pemulihan kerugian akibat tindakan yang melanggar
hukum.
6. Prinsip Kepentingan Umum (Public Policy):
 Kontrak atau perjanjian yang melanggar kepentingan umum atau melanggar hukum
tidak akan diberlakukan oleh pengadilan.
7. Prinsip Perlindungan Pihak yang Lebih Lemah (Protection of the Weaker Party):
 Hukum perdata dapat memberikan perlindungan khusus bagi pihak yang lebih lemah
dalam suatu transaksi atau kontrak, seperti konsumen atau pekerja.
8. Prinsip Pembagian Risiko (Risk Allocation):
 Kontrak sering digunakan untuk membagi risiko antara pihak yang terlibat dalam
transaksi bisnis atau perjanjian lainnya.
9. Prinsip Restitusi (Restitution):
 Prinsip ini berkaitan dengan pengembalian keadaan kepada kondisi semula jika suatu
perjanjian dinyatakan batal atau tidak sah.
10. Prinsip Pembuktian yang Ketat (Strict Proof):
 Dalam beberapa kasus, hukum perdata mengharuskan bukti yang lebih kuat atau
tegas untuk mendukung klaim tertentu.
11. Prinsip Kedaulatan Hukum (Rule of Law): Hukum harus ditegakkan secara adil dan setiap
individu harus tunduk pada hukum yang sama.
Ingatlah bahwa hukum perdata dapat berbeda antara negara dan yurisdiksi, jadi penting untuk
memahami hukum yang berlaku di wilayah tertentu ketika berurusan dengan masalah hukum perdata.

Sebagaimana dikutip dari buku Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi Perkara
Perdata oleh Bambang Sugeng AS, SH, MH, asas hukum acara perdata di Indonesia adalah:

1. Hakim bersifat menunggu


Mengajukan tuntukan adalah hak pihak yang berkepentingan, hakim bersifat menunggu datangnya
tuntutan yang diajukan kepadanya, namun sekali datang perkara diajukan kepadanya, hakim tidak
boleh menolak untuk memeriksa dan mengadilinya, meski dengan dalih hukum tidak dan kurang
jelas.

2. Hakim Bersifat Pasif


Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009. Hakim hanya
membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat
tercapainya peradilan cepat sederhana dan biaya ringan.

3. Persidangan Terbuka untuk Umum


Ketentuan Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009. Asas ini bertujuan untuk
memberi perlindungan hak asasi manusia di peradilan, sehingga terjadi pemeriksaan yang adil dan
objektif dan didapat keputusan yang objektif pula.

Masyarakat boleh menyaksikan jalannya persidangan yang terbuka untuk umum, kecuali ditentukan
lain oleh undang-undang dan persidangan dinyatakan dilakukan tertutup.

4. Mendengarkan Kedua Belah Pihak


Tercermin pada Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Pasal 121 Dan 132 HIR.
Pengadilan harus memperlakukan kedua belah pihak sama, memberi kesempatan kepada kedua belah
pihak untuk menyatakan pendapat dan tidak memihak.

5. Putusan Harus Disertai Alasan


Pertanggungjawaban hakim dari putusannya terhadap masyarakat, para pihak, pengadilan yang lebih
tinggi, ilmu hukum sehingga oleh karenanya mempunyai nilai objektif

6. Beracara Dikenakan Biaya


Diatur dalam Pasal 2 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Pasal 145 Ayat (4), Pasal 192-
194 Rbg, dsb.
Biaya perkara ini dipakai untuk: biaya kepaniteraan, biaya panggilan, biaya pemberitahuan, biaya
materai, dll biaya yang memang diperlukan seperti biaya pemeriksaan setempat.
7. Tidak ada keharusan mewakilkan dalam beracara
HIR tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan penyelesaian perkara kepada orang lain. Dengan
demikian, pemeriksaan di persidangan terjadi secara langsung terhadap pihak yang berkepentingan

8. Peradilan Secara Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan


Asas hukum acara perdata ini tercermin dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 dalam Pasal 2
Ayat (4) dan Pasal 4 Ayat (2). Pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien
dan efektif; biaya ringan adalah biaya yang bisa dijangkau oleh masyarakat. Namun tidak
mengesampingkan kecermatan dalam mencari kebenaran dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai