1. Asas Legalitas
2. Asas Culpabilitas. Nulla poena sine culpa, artinya tiada pidana tanpa
kesalahan.
3. Asas Opportunitas.
Dalam hal terjadi keragu – raguan maka yang diberlakukan adalah peraturan yang
paling menguntungkan terdakwa.
8. Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak
memihak (Trilogi Peradilan).
Sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka untuk umum, kecuali diatur oleh
UU dalam perkara tertentu seperti perkara kesusilaan, sidang tertutup untuk umum
tetapi pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk
umum.
11. Asas Bantuan Hukum.
Semua putusan harus memuat alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili.
Alasan ini harus mempunyai nilai yang obyektif.
Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang sudah pernah diajukan
kemuka pengadilan dan sudah mendapat putusan hakim yang berkekuatan hukum
tetap.
Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk mendapatkan ganti rugi / rehabilitasi
atas tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses penyidikan. Diatur dalam Pasal
95 dan 97 KUHAP.
Hak – hak kebendaan tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa
yang sudah ditentukan dalam dalam undang – undang. Dengan lain perkataan,
kehendak para pihak itu tidak dapat mempengaruhi isi hak kebendaan.
2. Asas Individualiteit.
Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang individueel bepaald, yaitu
barang yang dapat ditentukan . Artinya seseorang hanya dapat memiliki barang
yang berwujud yang merupakan kesatuan.
3. Asas Totaliteit.
Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia mempunyai hak atas
keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang tidak tersendiri.
4. Asas Onsplitsbaarheid ( tidak dapat dipisahkan ).
Seseorang tidak akan untuk kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai atau hak
memungut hasil atas barang miliknya sendiri.
5. Asas Publiciteit. Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak
( Hipotik ) maka harus didaftarkan didalam register umum.
6. Asas Spesialiteit. Hipotik hanya dapat diadakan atas benda – benda yang
ditunjuk secara khusus ( letaknya, luasnya, batas-batasnya ).
7. Asas Reciprositas. Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk
kepada mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan anaknya yang
belum dewasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing ( Pasal 298 BW , dan
seterusnya ).
9. Asas Pacta Sunt Servanda ( janji itu mengikat ). Suatu perjanjian berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
10. Asas Konsensualitas. Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah
tercapai kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi sayarat sahnya kontrak
11. Asas Batal Demi Hukum. Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian
itu batal demi hukum apabila tidak memenuhi syarat obyektif.
12. Asas Kepribadian. Suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya
boleh melakukan perjanjian untuk dirinya sendiri.
13. Asas Canselling. Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat dimintakan pembatalan.
15. Asas Actio Pauliana. Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap
segala perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikannya.
14. Asas Persamaan. Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan
sederajat terhadap barang-barang milik debitor.
17. Asas Preferensi. Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi
diberi hak prseferensi yaitu didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas ini
merupakan penyimpangan dari asas persamaan.
15. Zakwaarneming ( 1345 BW ). Asas dimana seseorang yang melakukan
pengurusan terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan,
maka ia wajib mengurusnya sampai tuntas.
16. Asas Droit invialablel et sarce. Hak milik tidak dapat diganggu gugat.
18. Asas Monogami. Dalam suatu perkawinan seorang laki – laki hanya boleh
memiliki seorang perempuan sebagai isterinya dan seorang perempuan hanya boleh
memiliki seorang suami.
19. Asas Hakim bersifat menunggu. Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak
diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hakim hanya menunggu saja.
20. Asas Hakim Pasif. Ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan
kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang
breperkara dan bukan oleh hakim.
24. Asas Mendengar Kedua belah pihak. Didalam hukum acara perdata, kedua
belah pihak harus diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-sama.
25. Asas beracara dikenakan biaya. Biaya ini meliputi biaya kepaniteraan, biaya
materai dan biaya untuk pemberitahuan para pihak. Namun bagi pihak yang tidak
mampu berdasarkan keteranganyang berwenang dapat berperkara tanpa biaya
( Prodeo ).
26. Asas Actor Sequitur Forum Rei. Gugatan harus diajukan ditempat dimana
tergugat bertempat tinggal.
27. Asas Gugatan Balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara ( Pasal 132 a HIR ).
28. Unus Testis Nullus Testis. Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan
seorang saksi harus dilengkapi dengan bukti-bukti lain.