Berikut ini asas-asas hukum acara perdata dari Benny Rijanto dalam modul berjudul Sejarah,
Sumber, dan Asas-asas Hukum Acara Perdata sebagai berikut:
1. Hakim Bersifat Menunggu
Pertama, dalam asas acara perdata yaitu inisiatif untuk mengajukan gugatan diserahkan
kepada pihak yang berkepentingan atau pihak yang beperkara. Jika tidak ada gugatan, maka
tidak ada hakim. Jadi, hakim bersifat menunggu diajukannya perkara atau gugatan. Dengan
kata lain, hakim tidak boleh aktif mencari perkara atau menjemput bola di masyarakat. Akan
tetapi, sekali suatu perkara diajukan, hakim tidak boleh menolak memeriksa dan
mengadilinya dengan alasan apapun.
2. Hakim Pasif
Asas acara perdata yang kedua yaitu hakim dalam memeriksa suatu perkara bersikap pasif.
Artinya, ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim ditentukan oleh
pihak yang beperkara dan bukan oleh hakim. Dengan kata lain, penggugat menentukan
apakah ia akan mengajukan gugatan, seberapa luas (besar) tuntutan, juga tergantung para
pihak (penggugat/tergugat) suatu perkara akan dilanjutkan atau dihentikan, misalnya lewat
perdamaian atau gugatan dicabut. Semua tergantung para pihak, bukan pada hakim. Hakim
hanya membantu para pencari keadilan dan menilai siapa di antara para pihak yang berhasil
membuktikan kebenaran dalilnya dan mana yang benar dari dalil yang dikemukakan tersebut.
3.Hakim Aktif
Hakim harus aktif sejak perkara dimasukkan ke pengadilan, dalam artian untuk memimpin
sidang, melancarkan jalannya persidangan, membantu para pihak mencari kebenaran, sampai
dengan pelaksanaan putusan (eksekusi). Hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang
menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih dari yang
dituntut sebagaimana dimaksud Pasal 178 ayat (2) dan (3) HIR, Pasal 189 ayat (2) dan (3).
Adapun asas hakim pasif dan aktif dalam hukum acara perdata disebut dengan
verhandlungsmaxime. Meskipun hakim bersifat pasif (tidak menentukan luasnya pokok
perkara), bukan berarti hakim tidak berbuat apa-apa. Sebagai pimpinan sidang, hakim harus
aktif memimpin jalannya persidangan, menentukan pemanggilan, menetapkan hari sidang,
karena jabatan memanggil sendiri saksi (apabila perlu), serta memerintahkan alat bukti untuk
disampaikan di depan persidangan.
Mengutip Modul Pengantar Hukum Acara Pidana oleh Eddy O.S. Hiariej. Asas hukum acara
pidana sebagai berikut:
1. Asas Legalitas dalam Upaya Paksa
Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan
perintah tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang. Caranya pun juga
harus sesuai dengan peraturan undang-undang.
4. Asas Oportunitas
Asas oportunitas adalah hak yang dimiliki oleh penuntut umum untuk tidak menuntut ke
Pengadilan. Di Indonesia wewenang ini hanya diberikan pada kejaksaan. Secara sederhana,
asas oportunitas artinya bahwa demi kepentingan umum, Jaksa Agung dapat
mengesampingkan penuntutan perkara pidana.
8. Asas Akusator
Menurut asas akusator, terdakwa atau tersangka bukanlah obyek dari persidangan.
Kedudukan mereka adalah sebagai subjek pemeriksaan sehingga dapat memberikan
keterangan dengan bebas.
Berikut ini adalah asas-asas yang terdapat dalam Hukum Adminitrasi Negara:
1. Asas Ne bis Vexari Rule
Adalah asas yang menginginkan setiap tindakan dalam administrasi negara itu harus
berdasarkan undang-undang dan hukum yang ada.
7. Asas Principle of Meeting Raised Expectation (Asas Menanggapi harapan yang Wajar)
Adalah asas yang menginginkan pemerintah dapat menimbulkan harapan yang wajar bagi
kepentingan rakyatnya.
8. Asas Principle of Public Service (Asas Penyelenggaraan Umum)
Adalah asas yang mengingankan agar kiranya pemerintah selalu mengutamakan kepentingan
umum dalam melaksanakan tugasnya.
2. Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya, menurut asas ini setiap
negara dimanapun juga dia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya. Asas
ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial, artinya hukum negara tersebut tetap berlaku juga
bagi warga negara, walaupun berada di negara lain.
6. Asas Reciprositas
Yaitu tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang
bersifat negatif ataupun positif.
7. Asas Courtesy
Asas saling menghormati dan saling menjaga kehormatan negara.
8. Asas Rebuc Sic Stantibus
Asas yang dapat digunakan terhadap perubahan yang mendasar atau fundamental dalam
keadaan yang bertalian dengan perjanjian Internasional.
6. Asas
ASAS HUKUM SECARA UMUM