Anda di halaman 1dari 6

Asas hukum bukanlah kaidah hukum yang konkrit (nyata), melainkan merupakan latar belakang peraturan yang

konkrit dan bersifat umum atau abstrak.

Macam - Macam Asas - Asas Hukum Pada Umumnya


1.udi et alteram partem atau audiatur et altera pars
(Bahwa para pihak harus didengar). 

2. Bis de eadem re ne sit acto atau Ne bis in idem


(Mengenai perkara yang sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang kedua kalinya).

3. Clausula rebus sic stantibus


(Suatu syarat dalam hukum internasional bahwa suatu perjanjian antar Negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan
kondisinya tetap sama).

4. Cogitationis poenam nemo patitur


(Tiada seorangpun dapat dihukum oleh sebab apa yang dipikirkannya).

5. Concubitus facit nuptias


(Perkawinan terjadi karena hubungan kelamin).

6. De gustibus non est disputandum


(Mengenai selera tidak dapat disengketakan).

7. Erare humanum est, turpe in errore perseverare


(Membuat kekeliruan itu manusiawi, namun tidaklah baik untuk mempertahankan terus kekeliruan).

8. Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus


(Sekalipu esok langit akan runtuh atau dunia akan musnah keadilan harus tetap ditegakan).

9. Geen straf zonder schuld


(Tiada hukuman tanpa kesalahan).

10. Hodi mihi cras tibi


(Ketimpangan atau ketidak adilan yang menyentuh perasaan, tetap tersimpan dalam hati nurani rakyat).

11. Indubio pro reo


(Dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan bagi siterdakwa).

12. Juro suo uti nemo cogitur


(Tak ada seorangpun yang diwajibkan menggunakan haknya).

13. Koop breekt geen huur


(Jual beli tidak memutuskan sewa menyewa.) Perjanjian sewa menyewa tidak berubah walaupun barang yang
disewanya beralih tangannya. Lebih jelas periksa pasal 1576
 
14. Lex dura sed ita scripta atau lex dura sed tamente scripta
(Undang-undang adalah keras tetapi ia telah ditulis demikian. Contoh periksa pasal 11 KUH Pidana).

15. Lex niminem cogit ad impossibilia


(Undang-undang tidak memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin). Contoh periksa pasal 44
KUH Pidana. 

16. Lex posteriorderogat legi priori atau lex posterior derogat legi anteriori
(Undang-undang yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang yang lama). Contohnya UU no 14/1992 tentang
UU Lalu-Lintas dan Angkutanb Jalan Mengenyampingkan Undang-Undang no 13/1965.

17. Lex specialis derogat legi generali


(Undang-udang yang khusus didahulukan berlakunya dari pada undang-undang yang umum).

18. Lex superior derogat legi inferiori


(Undang-undang yang lebih tinggi mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatannya).

19. Matrimonium ratum et non consummatum


(Perkawinan yang dilakukan secara formal, namun belum dianggap jadi, mengingat belum terjadi hubungan kelamin).

20. Melius est acciepere quam facere injuriam


(Lebih baik mengalami ketidak adilan dari pada melakukan ketidak adilan).
 
21. Modus vivendi
(Cara hidup bersama).

22. Nemo plus juris transferre potest quam ipse habet


(Tak seorangpun dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia miliki).

23. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali


(Tiada suatu perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang telah ada
lebih dahulu daripada perbuatan itu).

 24. Opinio necessitatis


(Keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan).

25. Pacta sunt servanda


(Setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus ditaati dengan itikad baik).
26. Potior est qui prior est
(Siapa yang pertama dialah yang beruntung).

27. Presumption of innocence


(Asas praduga tak bersalah Bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia
bersalah dan putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap).

28. Primus inter pares


(Yang pertama(utama) diantara sesame).
 
29. Princeps legibus solutus est
(Kaisar tidak terikat oleh undang-undang atau para pemimpin sering berbuat sekehendak hatinya terhadap anak
buahnya).

30. Quiquid est in territorio, etiam est de territorio


(Asas dalam hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-batas wilayah negara tunduk
kepada hukum negara itu).

31. Qui tacet consentire videtur


(Siapa yang berdiamdiri dianggap menyetujui).

32. Res nullius credit occupanti


(Benda yang diterlantarkan pemiliknya dapat diambil untuk dimiliki).

33. Summum ius summa injuria


(Keadilan tertinggi dapat berarti ketidak adilan tertinggi).

34. Similia similibus


(Dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal sama pula, tidak pilih kasih).

35. Testimonium de auditu


(Kesaksian dapat didengar dari orang lain).

36. Unus testis nullus testis


(Satu saksi bukanlah saksi).

37. Ut sementem feceris ita metes


(Siapa yang menanam sesuatu dialah yang akan memetik hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah yang akan
menuai badai).

38. Vox populi vox dei


(Suara rakyat adalah suara tuhan).

39. Verba volant scripta manent


(Kata-kata biasanya tidak berbekas sedangkan apa yang ditulis tetap ada).

40. Asas Nemo plus Yuris


(bahwa orang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak yang ada padanya. asas ini bertujuan melindungi pemegang
hak yang selalu dapat menuntut kembali haknya yang terdaftar atas nama siapapun).

Asas - Asas Hukum di Indonesia


ASAS HUKUM ACARA PIDANA.
1.Asas Legalitas
Suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana apabila telah ditentukan sebelumnya oleh undang-undang /
seseorang dapat dituntut atas perbuaatannya apabila perbuatan tersebut sebelumnya telah ditentukan sebagai tindak
pidana oleh hukum / undang-undang

2.Asas Culpabilitas.
Nulla poena sine culpa
artinya tiada pidana tanpa kesalahan.

3.Asas Opportunitas.
Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan dengan pertimbangan demi kepentingan umum.

4.Asas Presumption of Innocence ( Praduga tak bersalah ).


Seseorang harus dianggap tidak bersalah sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

5.Asas in dubio pro reo.


Dalam hal terjadi keragu – raguan maka yang diberlakukan adalah peraturan yang paling menguntungkan terdakwa.
6.Asas Persamaan dimuka Hukum.
Artinya setiap orang harus diperlakukan sama didepan hukum tanpa membedakan suku, agama, pangkat , jabatan
dan sebagainya.

7.Asas Perintah tertulis dari yang berwenang.


Artinya bahwa setiap penangkapan, penggeledahan, penahanan dan penyitaan harus dilakukan berdasarkan perintah
tertulis dari pejabat yang diberi wewenang oleh UU dan hanya dalam hal dan cara yang diatur oleh UU.

8.Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak. Asas ini menghendaki proses
pemeriksaan tidak berbelit – belit dan untuk melindungi hak tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat
agar segera didapat kepastian hukum. ( Pasal 24 dan 50 KUHAP).

9.Asas harus hadirnya terdakwa.


Pangadilan dalam memeriksa perkara pidana harus dengan hadirnya terdakwa.

10. Asas Terbuka untuk Umum.


Sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka untuk umum, kecuali diatur oleh UU dalam perkara tertentu
seperti perkara kesusilaan, sidang tertutup untuk umum tetapi pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam
sidang yang terbuka untuk umum.

11. Asas Bantuan Hukum.


Seseorang yang tersangkut perkara pidana wajib diberi kesempatan untuk memperoleh Bantuan Hukum secara
cuma-cuma untuk kepentingan pembelaan dirinya ( Pasal 35 dan 36 UU No.14 Tahun 1970 yo Pasal 54, 55 dan 56
KUHAP).

12. Putusan Hakim harus disertai alasan-alasan.


Semua putusan harus memuat alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan ini harus mempunyai
nilai yang obyektif.

13. Asas Nebis in idem.


Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang sudah pernah diajukan kemuka pengadilan dan sudah
mendapat putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.

14. Asas Kebenaran Material. ( kebenaran dan kenyataan ).


Pemeriksaan dalam perkara pidana, tujuannya untuk mengatahui apakah faktanya / senyatanya benar-benar telah
terjadi pelanggaran / kejahatan.

15. Asas ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk mendapatkan ganti rugi /
rehabilitasi atas tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses penyidikan. Diatur dalam Pasal 95 dan 97 KUHAP.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM PERDATA DAN HUKUM ACARA PERDATA.


1. Asas Hukum Benda merupakan Dwingendrecht.
Hak – hak kebendaan tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam
dalam undang – undang. Dengan lain perkataan, kehendak para pihak itu tidak dapat mempengaruhi isi hak
kebendaan.

2. Asas Individualiteit.
Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang individueel bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan .
Artinya seseorang hanya dapat memiliki barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.

3. Asas Totaliteit.
Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia mempunyai hak atas keseluruhan barang itu / bagian-
bagian yang tidak tersendiri.

4. Asas Onsplitsbaarheid ( tidak dapat dipisahkan ).


Pemisahan dari zakelijkrechten tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in
realiena, jadi seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya.

5. Asas Vermenging ( asas percampuran ).


Seseorang tidak akan untuk kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai atau hak memungut hasil atas barang
miliknya sendiri.

6. Asas Publiciteit.
Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak ( Hipotik ) maka harus didaftarkan didalam register
umum.

7. Asas Spesialiteit.
Hipotik hanya dapat diadakan atas benda – benda yang ditunjuk secara khusus ( letaknya, luasnya, batas-
batasnya ).

8. Asas Reciprositas.
Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada mereka dan orang tua wajib memelihara dan
membesarkan anaknya yang belum dewasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing ( Pasal 298 BW , dan
seterusnya ).

9. Asas Kebebasan berkontrak ( freedom of conctract / beginsel der contractsvrijheid ).


Para pihak berhak secara bebas membuat kontrak dan mengatur sendiri isinya sepanjang memenuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku.

10. Asas Pacta Sunt Servanda ( janji itu mengikat ).


Suatu perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

11. Asas Konsensualitas.


Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah tercapai kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi
sayarat sahnya kontrak
12. Asas Batal Demi Hukum.
Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian itu batal demi hukum apabila tidak memenuhi syarat
obyektif.

13. Asas Kepribadian.


Suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya boleh melakukan perjanjian untuk dirinya sendiri.

14. Asas Canselling.


Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif dapat dimintakan
pembatalan.

15. Asas Actio Pauliana.


Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap segala perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur
yang merugikannya.

16. Asas Persamaan.


Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat terhadap barang-barang milik debitor.
17. Asas Preferensi.
Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi diberi hak prseferensi yaitu didahulukan dal;am
pemenuhan piutangnya. Asas ini merupakan penyimpangan dari asas persamaan.

16. Zakwaarneming ( 1345 BW ).


Asas dimana seseorang yang melakukan pengurusan terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang
bersangkutan, maka ia wajib mengurusnya sampai tuntas.

17. Asas Droit invialablel et sarce.


Hak milik tidak dapat diganggu gugat.

18. Asas Kepentingan.


Dalam setiap perjanjian pertanggungan ( asuransi ) diharuskan adanya kepentingan ( Insurable interest – Pasal 250
KUHD ).

19. Asas Monogami.


Dalam suatu perkawinan seorang laki – laki hanya boleh memiliki seorang perempuan sebagai isterinya dan
seorang perempuan hanya boleh memiliki seorang suami.

20. Asas Hakim bersifat menunggu.


Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hakim hanya
menunggu saja.

21. Asas Hakim Pasif.


Ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan
oleh para pihak yang breperkara dan bukan oleh hakim.

24. Asas Mendengar Kedua belah pihak.


Didalam hukum acara perdata, kedua belah pihak harus diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-
sama.

25. Asas beracara dikenakan biaya.


Biaya ini meliputi biaya kepaniteraan, biaya materai dan biaya untuk pemberitahuan para pihak. Namun bagi
pihak yang tidak mampu berdasarkan keteranganyang berwenang dapat berperkara tanpa biaya ( Prodeo ).

26. Asas Actor Sequitur Forum Rei.


Gugatan harus diajukan ditempat dimana tergugat bertempat tinggal.

27. Asas Gugatan Balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara ( Pasal 132 a HIR ).

28. Unus Testis Nullus Testis.


Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan seorang saksi harus dilengkapi dengan bukti-bukti lain.
ASAS – ASAS DALAM HUKUM TATA NEGARA.
1. Asas Ius Sanguinis.
Untuk menentukan kewarga negaraan seseorang berdasarkan pertalian darah atau keturunan dari orang yang
bersangkutan.

2. Ius Soli.
Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat / negara dimana orang tersebut dilahirkan.

3. Asas Bipatride.
Asas dimana seseorang dimungkinkan mempunyai kewarganegaraan rangkap.

4. Asas Apatride.
Seseorang sama sekali tidak memiliki kewarga negararaan.

5. Asas Desentralisasi.
Asas dimana urusan Pemerintahan yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan wewenang pemerintah daerah yang bersangkutan.

6. Asas Dekonsentralisasi.
Asas dimana Urusan Pemerintah Pusat yang tidak dapat diserahkan kepada pemerintah daerah dilakukan oleh
perangkat pemerintah pusat didaerah yang bersangkutan.

7. Asas Medebewind ( Tugas Pembantuan ).


Penentuan kebijaksanaan, perencanaan dan pembiayaan tetap ditangan pemerintah pusat tetapi pelaksanaannya ada
pada pemerintah daerah.

8. Asas Welfare state ( negera kesejahteraan ).


Pemerintah Pusat bertugas menjaga keamanan dalam arti seluas-luasnya dengan mengutamakan kesejahteraan rakyat.

9. Asas Priorrestraint ( kendali dini ).


Suatu asas yang mempunyai makna pencegahan untuk mengadakan unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan.

10. Asas Non Lisensi,


yaitu suatu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau kebebasan menyampaikan pendapat dalam bentuk
tulisan.

11. Asas Naturalisasi ( pewarganegaraan ).


Suatu asas dimana seseorang yang telah dewasa dapat mengajukan permohonan menjadi warga negara ( Indonesia )
melalui Pengadilan Negeri.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM ADAT.


1.Asas Communal ( sifat kebersamaan ).
Manusia menurut hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat dengan rasa kebersamaan
meliputi seluruh lapangan hukum adat.

2. Mempunyai sifat yang sangat Visuil.


Artinya, hubungan-hubungan hukum dianggap hanya terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat
dilihat. ( tanda yang kelihatan ).

3. Bersifat serba kongkrit.


Hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya perhubungan-perhubungan dalam hidup yang
kongkrit. Sistem hukum adat mempergunakan bentuk perhubungan hukum yang serba kongkrit, misalnya bagaimana
keadaan teman-teman dalam kelompok masyarakat, perhubungan perkawinan antara dua klan yang eksogen,
perhubungan jual beli pada perjanjian atas tanah dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai