16. Lex posteriorderogat legi priori atau lex posterior derogat legi anteriori
(Undang-undang yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang yang lama). Contohnya UU no 14/1992 tentang
UU Lalu-Lintas dan Angkutanb Jalan Mengenyampingkan Undang-Undang no 13/1965.
2.Asas Culpabilitas.
Nulla poena sine culpa
artinya tiada pidana tanpa kesalahan.
3.Asas Opportunitas.
Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan dengan pertimbangan demi kepentingan umum.
8.Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak. Asas ini menghendaki proses
pemeriksaan tidak berbelit – belit dan untuk melindungi hak tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat
agar segera didapat kepastian hukum. ( Pasal 24 dan 50 KUHAP).
15. Asas ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk mendapatkan ganti rugi /
rehabilitasi atas tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses penyidikan. Diatur dalam Pasal 95 dan 97 KUHAP.
2. Asas Individualiteit.
Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang individueel bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan .
Artinya seseorang hanya dapat memiliki barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.
3. Asas Totaliteit.
Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia mempunyai hak atas keseluruhan barang itu / bagian-
bagian yang tidak tersendiri.
6. Asas Publiciteit.
Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak ( Hipotik ) maka harus didaftarkan didalam register
umum.
7. Asas Spesialiteit.
Hipotik hanya dapat diadakan atas benda – benda yang ditunjuk secara khusus ( letaknya, luasnya, batas-
batasnya ).
8. Asas Reciprositas.
Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada mereka dan orang tua wajib memelihara dan
membesarkan anaknya yang belum dewasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing ( Pasal 298 BW , dan
seterusnya ).
27. Asas Gugatan Balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara ( Pasal 132 a HIR ).
2. Ius Soli.
Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat / negara dimana orang tersebut dilahirkan.
3. Asas Bipatride.
Asas dimana seseorang dimungkinkan mempunyai kewarganegaraan rangkap.
4. Asas Apatride.
Seseorang sama sekali tidak memiliki kewarga negararaan.
5. Asas Desentralisasi.
Asas dimana urusan Pemerintahan yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan wewenang pemerintah daerah yang bersangkutan.
6. Asas Dekonsentralisasi.
Asas dimana Urusan Pemerintah Pusat yang tidak dapat diserahkan kepada pemerintah daerah dilakukan oleh
perangkat pemerintah pusat didaerah yang bersangkutan.