Anda di halaman 1dari 14

ADAGIUM DALAM HUKUM

Dalam istilah bahasa Latin Ilmu Hukum, terdapat banyak sekali kata - kata
yang sebenarnya merupakan pemikiran bijak dari filsuf Yunani. Walaupun hanya
sekedar pemikiran, namun istilah ini seringkali digunakan dalam pembahasan
mengenai Hukum dan dapat menjadi acuan pembuatan peraturan. Dibawah ini
terdapat beberapa istilah Ilmu Hukum, antara lain:
A. Hukum dan Keadilan .
1. UBI SOCIETAS, IBI JUS (di mana ada masyarakat, di situ ada
hukumnya).
2. IUS CURIA NOVIT ( seorang hakim dianggap tahu akan hukumnya).
3. LEX SEMPER DABIT REMEDIUM – The law always give a remedy
(hukum selalu memberi obat). EQUUM ET BONUM EST LEX LEGUM
(apa yang adil dan baik adalah hukumnya hukum).
4. LEX NEMINI OPERATUR INIQUUM, NEMININI FACIT INJURIAM – The
law works an injustice to no one and does wrong to no one (hukum
tidak memberikan ketidakadilan kepada siapapun dan tidak melakukan
kesalahan kepada siapapun).
5. DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE – The law give no
more than is demanded (hukum memberi tidak lebih dari yang
dibutuhkan).
6. LEX REJICIT SUPERFLUA, PUGNANTIA, INCONGRUA – The law
rejects superfluous, contradictory, and incongruous things (hukum
menolak hal yang bertentangan dan tidak layak).
7. DORMIUNT ALIQUANDO LEGES, NUNQUAM MORIUNTUR – Laws
sometimes sleep but never die (hukum terkadang tidur, tetapi hukum
tidak pernah mati).
8. INDE DATAE LEGES BE FORTIOR OMNIA POSSET – Law were made
lest the stronger should have unlimited power (hukum dibuat, jika tidak
maka orang yang kuat akan mempunyai kekuasaan tidak terbatas).
9. FIAT JUSTITIA RUAT COELUM atau FIAT JUSTITIA PEREAT
MUNDUS – Let justice be done though the heaven should fall
(sekalipun esok langit akan runtuh, meski dunia akan musnah, atau
walaupun harus mengorbankan kebaikan, keadilan harus tetap
ditegakkan).
1
10. JUSTITIAE NON EST NEGANDA, NON DIFFERENDA – Justice is not
to be denied or delayed (keadilan tidak dapat disangkal atau ditunda).
11. LEX DURA, SED TAMEN SCRIPTA (sekalipun isi undang-undang itu
terasa kejam, tetapi memang demikianlah bunyinya, dan harus
dilaksanakan).
12. LEX DURA SED ITA SCRIPTA atau LEX DURA SED TAMENTE
SCRIPTA (undang-undang adalah keras tetapi ia telah ditulis demikian –
pasal 11 KUHP).
13. LA BOUCHE DE LA LOI / LA BOUCHE DE DROIT – Spreekhuis van de
wet (apa kata UU itulah hukumnya). Hakim adalah corong atau mulut
undang-undang à Menurut paham ini, hakim bukan saja dilarang
menerapkan hukum di luar undang-undang. Penafsiran terhadap undang-
undang adalah wewenang pembentuk undang-undang dan bukan
wewenang hakim. Yang benar: Hakim bukan mulut atau corong undang-
undang, melainkan mulut atau corong keadilan (Bagir Manan, 2005 : 10).
14. INTERPRETATIO CESSAT IN CLARIS (jika teks atau redaksi UU telah
terang benderang dan jelas, maka tidak diperkenankan lagi
menafsirkannya, karena penafsiran terhadap kata-kata yang jelas sekali
berarti penghancuran – interpretation est perversio).
15. ABSOLUTE SENTIENFIA EXPOSITORE NON INDIGET – Simple
Proposition Needs No Expositor (sebuah dalil yang sederhana tidak
membutuhkan penjelasan lebih lanjut).
16. EQUALITY BEFORE THE LAW (setiap orang bersamaan kedudukannya
dalam hukum).
17. AUDI ET ALTERAM PARTEM atau AUDIATUR ET ALTERA PARS (para
pihak harus didengar. Apabila persidangan dimulai, hakim harus
mendengar dari kedua belah pihak yang bersengketa, bukan hanya dari
satu pihak saja).
18. UNUS TESTIS NULLUS TESTIS (satu orang saksi bukanlah saksi – pasal
185 ayat 2 KUHP). TESTIMONIUM DE AUDITU (kesaksian dapat
didengar dari orang lain).
19. SIMILIA SIMILIBUS (dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal
yang sama pula, tidak pilih kasih).

2
20. BIS DE EDEM RE NE SIT ACTIO atau NE BIS IN IDEM ( untuk perkara
sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang kedua kalinya –
pasal 76 KUHP).
21. SUMMUM JUS SUMMA INJURIA; SUMMA LEX SUMMA CRUX
(keadilan yang setinggi-tingginya dapat berarti ketidakadilan tertinggi).
22. ACCIPERE QUID UT JUSTITIAM FOCIAS NON EST TEAM ACCIPERE
QUAM EXIORQUERE – To accept anything as a reward for doing
justice is rather estorting than accepting (menerima sesuatu sebagai
imbalan untuk menegakkan keadilan lebih condong ke tindakan
pemerasan, bukan hadiah).
B. KEPASTIAN HUKUM
1. VAN RECHTSWEGE NIETING; NULL AND VOID (suatu proses peradilan
yang dilakukan tidak menurut hukum adalah batal demi hukum).
2. UBI JUS IBI REMEDIUM (dimana ada hak, disana ada kemungkinan
menuntut, memperolehnya atau memperbaikinya bilamana hak tersebut
dilanggar).LEX NEMINEM CIGIT AD IMPOSSIBILIA (undang-undang
tidak memaksakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
mungkin – pasal 44 KUHP).
3. MONEAT LEX, PRIUSQUAM FERIAT (UU harus memberikan peringatan
terlebih dahulu sebelum merealisasikan ancaman yang terkandung di
dalamnya).
4. GEEN STRAF ZONDER SCHULD (tiada hukum tanpa kesalahan).
5. CULPUE POENA PAR ESTO – Let the punishment be equal the crime
(jatuhkanlah hukuman yang setimpal dengan perbuatan).
6. NULLUM DELICTUM NOELA POENA SINE PRAEVIA LEGE POENALI
suatu aturan hukum tidak bisa diterapkan terhadap suatu peristiwa yang
timbul sebelum aturan hukum yang mengatur tentang peristiwa itu dibuat
dan diberlakukan. tiada suatu perbuatan dapat dihukum, kecuali atas
kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang telah ada lebih
dahulu daripada perbuatan itu.
7. PRESUMPTION OF INNOCENCE (asas praduga tidak bersalah:
seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan hakim yang
menyatakan ia bersalah dan putusan hakim tersebut telah mempunyai
kekuatan tetap).
3
8. IN DUBIO PRO REO (dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang
paling menguntungkan bagi si terdakwa).
9. INDEX ANIMI SERMO – Speech is the index of the mind (cara seorang
berbicara menunjukkan jalan pikirannya).
COGITATIONIS POENAM NEMO PATITUR (tiada seorang pun dapat
dihukum oleh sebab apa yang dipikirkannya).
10. DE GUSTIBUS NON EST DISPUTANDUM (mengenai selera tidak dapat
disengketakan).
11. VOLENTI NON FIT INIURA; NULLA INIURA EST, QUAE IN VOLENTEM
FIAT (terhadap tindakan yang didasari persetujuan maka sifat melawan
hukum yang terdapat dalam perbuatan tersebut dihilangkan).
C. PERBUATAN PEMERINTAH
1. HET VERMOEDEN VAN RECHMATIGHEID (kebijakan pemerintah harus
dianggap benar dan memiliki kekuatan hukum mengikat sampai dibuktikan
sebaliknya).
2. PRESUMPTION JUSTAE CAUSA (gugatan tidak menunda pelaksanaan
keputusan TUN).
3. INTERSET REIPUBLICAE RES JUDICATOAS NON RESCINDI – It is in
the interest of the state that judgments already given not be
rescinded (adalah kepentingan negara bahwa suatu keputusan tidak
dapat diganggu gugat).
4. GOUVERNEUR C'EST PREVOIR (menjalankan pemerintahan itu, berarti
melihat ke depan dan merencanakan apa saja yang akan atau harus
dilakukan).
5. LEX PROSPICIT, NON RESPICIT – The law looks forward, not
backward (hukum melihat kedepan bukan ke belakang).
6. ERRARE HUMANUM EST, TRUPE IN ERRORE PERSEVERARE
(membuat kekeliruan itu manusiawi, namun tidaklah baik untuk
mempertahankan terus kekeliruan).
7. HODI MIHI CRAS TIBI (ketimpangan atau ketidakadilan yang menyentuh
perasaan tetap tersimpan dalam hati nurani rakyat).
8. VERBA VOLANT SCRIPTA MANENT (kata-kata biasanya tidak
berbekas, sedangkan apa yang ditulis tetap ada).

4
9. POWER TENDS TO CORRUPT; ABSOLUTE POWER TENDS TO
CORRUPT ABSOLUTELY (kekuasaan cenderung disalahgunakan, dan
kekuasaan yang mutlak, pasti akan disalahgunakan). Hati-hati! THE KING
CAN DO NO WRONG (Raja tidak dapat berlaku salah). Hati-hati!
(Semestinya: Raja alim raja disembah, raja lalim raja disanggah).
10. PRIENCEPS LEGIBUS SOLUTUS EST (kaisar tidak terikat oleh undang-
undang atau para pemimpin sering berbuat sekehendak hatinya terhadap
anak buahnya). Hati-hati!
11. VEILIGDHEID CLAUSULE (apabila di kemudian hari ditemukan
kesalahan dalam sebuah keputusan, akan diperbaiki sebagaimana
mestinya). Hati-hati!

D. ILMU HUKUM
1. POLITIAE LEGIUS NON LEGES POLITII ADOPTANDAE (politik harus
tunduk pada hukum, bukan sebaliknya).
2. VOX POPULI VOX DEI (suara rakyat adalah suara Tuhan).
SALUS POPULI SUPREMA LEX (kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
adalah hukum yang tertinggi pada suatu negara).
3. UT SEMENTEM FACERIS ITA METES (siapa yang menanam sesuatu
dialah yang akan memetik hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah
yang akan menuai badai).
4. OPINIO NECESSITATIS (keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah
perlu sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan).
5. ADAEQUATIO INTELLECTUS ET REI (adanya kesesuaian pikiran
dengan obyek. prinsip ini pada dasarnya merupakan rambu-rambu dalam
merumuskan materi hukum yang telah diterima secara universal).
6. LEX POSTERIORi DEROGAT LEGI PRIORI atau LEX POSTERIORi
DEROGAT LEGI ANTERIORI – A later statute repeals an earlier one
(undang-undang yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang
yang lama).
7. JUDICIA POXTERIORA SUNT IN LEGE FORTIORA – The later
decisions is stronger in law (keputusan terakhir ialah yang terkuat di
mata hukum).

5
8. LEX SPECIALIS DEROGAT LEX GENERALI (undang-undang yang
khusus didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum.
Contoh: pemberlakuan KUHD terhadap KUHPerdata dalam hal
perdagangan).
9. LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIORI (undang-undang yang
lebih tinggi mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah
tingkatnnya).
10. JURU SUO UTI NEMO COGITUR (tak ada seorang pun yang diwajibkan
menggunakan haknya. Contoh: orang yang berpiutang tidak mempunyai
kewajiban untuk menagih terus).
11. NEMO PLUS JURIS TRANSFERRE POTEST QUAM IPSE HABET (tak
seorangpun dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia
miliki).
12. DIE RECHTS WISSENSSCHAFT IST BIS HEUTE EINE REINE RECHTS
PRECHUNGS WISSENSSCHAFT GEBLIEBEN / Die Rechts
Wetensschap heft zich te sterk geconcentreerd op de
wetgevingsproducten en de rechtspraak (Ilmu Hukum dewasa ini,
hanya tinggal Ilmu Peradilan).
13. PACTA SUNT SERVANDA (setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan
harus ditaati dengan itikad baik).
14. KOOP BREEKT GEEN HUUR (jual beli tidak memutuskan sewa-
menyewa. Perjanjian sewa-menyewa tidak berubah, walaupun barang
yang disewanya beralih tangan – pasal 1576 KUHPerdata).
15. RES NULLIUS CREDIT OCCUPANTI (benda yang ditelantarkan oleh
pemiliknya bisa diambil untuk dimiliki).
16. DA TUA SUNT, POST MORTEM TUNE TUA SUNT – Give the things
which are yours while they are yours; after death they are not yours
(berikanlah benda-benda kepunyaanmu saat kau masih memilikinya;
setelah meninggal benda-benda tersebut bukan kepunyaanmu lagi).
17. MATRIMONIUM RATUM ET NON CONSUMMATUM (perkawinan yang
dilakukan yang secara normal, namun belum dianggap jadi mengingat
belum terjadi hubungan kelamin). Hati-hati!
18. DIVORTIUM DICITUR A DIVERTENDO, QUIA VIR DIVERTITUR AB
UXORE – Divorce is so called from divertendo, because a man is diverted
6
from his wife (perceraian berasal dari kata Divertendo, artinya seseorang
pria dialihkan dari isrinya).
19. HOMO VOCABULUM EST NATURAE; PERSONA JURIS CIVILIS. –
“Man” (homo) is a term of nature; “Person“ is a term of civil law (pria ialah
istilah alami, person ialah istilah hukum perdata).
20. FILIUS EST NOMEN NATURAE, SED HAERES NOMEN – “Son” is a
name of nature, but “heir” a name of law (anak adalah nama yang
diberikan oleh alam, tetapi ahli waris adalah nama yang diberikan hukum).
21. FILIUS IN UTERO MATRIS EST PARS VISCERUM MATRIX – A child in
the mother’s womb is part of the mother’s vitals (seorang anak di dalam
kandungan adalah bagian dari kehidupan ibunya). CUM LETITIMAE
NUPTIAE FACTAE SUNT, PATREM LIBERI SEQUUNTUR – Children
born under a legitimate marriage follow the condition of the father (anak
yang terlahir dari sebuah perkawinan yang sah mengikuti kondisi
ayahnya).
22. HEARES EST CADEM PERSONA CUM ANTECESSORE – The heir is
the sinter person as the ancestor (ahli waris sama kedudukannya dengan
pendahulunya).
23. CUJUS EST DOMINIUM, EJUS EST PERICULUM – The risk lies upon
the owner (risiko atas suatu kepemilikkan ditanggung oleh pemilik).
24. CUM ALIQUIS RENUNCIAVERIT SOCIATATI, SOLVITUR SOCIETAS –
When any partner has renounced the partnership, the partnership is
dissolved (saat rekan telah meninggalkan persekutuannya, maka
persekutuan tersebut dinyatakan bubar).
25. POTIOR EST GUI PRIOR EST (siapa yang datang pertama, dialah yang
beruntung).
26. QUI TACT CONSENTIRE VIDETUR (siapa yang berdiam diri dianggap
menyetujui).
27. CLAUSAL REBUS SIC STANTIBUS (perjanjian antar-negara masih tetap
berlaku, apabila situasi dan kondisinya tetap sama).
28. QUIQUID EST IN TERRITORIO, ETIAM EST DE TERRITORIO (asas
dalam hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang berada
dalam batas-batas wilayah negara tunduk kepada hukum negara itu).

7
29. IGNORANTIA EXCUSATUR NON JURIS SED FACTI – Ignorance of
fact is excused but not ignorance of law. Ketidaktahuan akan fakta-
fakta dapat dimaafkan tapi tidak demikian halnya ketidaktahuan akan
hukum.
30. IGNORANTIA JURIS NON EXCUSAT – Ignorance of the law does not
excuse (ketidaktahuan akan hukum tidak dimaafkan).
31. JURIS QUIDEM IGNORANTIUM CUIQUE NOCERE, FACTI VERUM
IGNORANTIAM NON NOCERE – Ignorance of law is prejudicial to
everyone, but ignorance of fact is not (pengabaian terhadap hukum
akan merugikan semua orang; tetapi pengabaian terhadap fakta tidak).
32. IGNORANTIA JUDICIS EST CALANAITAX INNOCENTIS – The
ignorance of the judge is the misfortune of the innocent
(ketidaktahuan hakim ialah suatu kerugian bagi pihak yang tidak
bersalah).
33. JUDEX SET LEX LAGUENS – The judge is the speaking law (sang
hakim ialah hukum yang berbicara).
34. JUDEX DEBET JUDICARE SECUNDUM ALLEGATA ET PROBATA –
The judge ought to give judgment according to the allegations and
the proofs ( seorang hakim harus memberikan penilaian berdasarkan
fakta-fakta dan pernyataan).
35. IUDEX NON ULTRA PETITA atau ULTRA PETITA NON
COGNOSCITUR ( hakim hanya menimbang hal-hal yang diajukan para
pihak dan tuntutan hukum yang didasarkan kepadanya).
36. IUDEX NE PROCEDAT EX OFFICIO (hakim bersifat pasif menunggu
datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya).
37. JUDEX HERBERE DEBET DUOS SALES, SALEM SAPIENTIAE, NE SIT
INSIPIDUS, ET SALEM CONSCIENTIAE, NE SIT DIABOLUS – A judge
should have two silts; the salt of wisdom, lest he be foolish; and the
salt of conscience, lest he be devilish (seorang hakim harus
mempunyai dua hal: suatu kebijakan, kecuali dia adalah orang yang
bodoh; dan hati nurani, kecuali dia mempunyai sifat yang kejam ).
38. JUDEX NON REDDIT PLUS WUAM QUOD PETENS IPSSE REQUIRIT –
A judge does not give more than the plaintiff himself demands (seorang
hakim tidak memberikan permintaan lebih banyak dari si penuntut).
8
39. JUDEX NON PUTEST ESSE TESTIS IN PROPRIA CAUSE. A judge
cannot be a witness in his own cause (seorang hakim tidak dapat
menjadi seorang saksi dalam perkaranya sendiri).
40. INIQUUM EST ALIQUEM REI SUI ESSE JUDICEM – It is unjust for
anyone to be judge in his own (adalah tidak adil bagi seseorang untuk
diadili pada perkaranya sendiri).
41. NEMO JUDEX IN CAUSA SUA – No man can be a judge in his own
cause (hakim tidak boleh mengatur/mengadili dirinya sendiri).
42. JUDICANDUM EST LEGIBUS NON EXEMPLIS – Judgment must be
given by the laws, not by examples (putusan hakim harus berdasarkan
hukum, bukan berdasarkan contoh. seorang hakim tidak dibatasi untuk
menjelaskan penilaian/putusannya sendiri).
43. JURAMENTUM EST INDIVISINLE, ET NON EST ADMITTENDUM IN
PARTLY TRUE AND PARTLY FALSUM – An oath is indivisible; it is
not to be accepted as partly true and partly false (sebuah sumpah
tidak dapat dibagi; sumpah tersebut tidak dapat diterima jika sebagiannya
benar dan sebagian lagi salah).
44. JURARE EAT DEUM IN TESTEM VOCARE ET EST ACTUS DIVINI
CULTUS – To swear is to call God to witness, and is an act of religion
(memberikan sumpah ialah sama halnya dengan memanggil Tuhan
sebagai saksi hal itu adalah hal keagamaan).
45. CUM ADSUNT TESTIMONIA RERUM, QUID OPUS EST VERBIST –
When the proofs of facts are present, what need is there of words?
(saat bukti dari fakta-fakta ada, apa gunanya kata-kata?).
46. FACTA SUNT POTENTIORA VERBIS – Deeds or facts are more
powerful than words (perbuatan atau fakta lebih kuat dari kata-kata).
47. EI INCUMBIT PROBATIO QUIDICIT, NONQUI NEGAT – The burden of
the proof rest upon the person who affirms, not the one who denies
(beban dari bukti disandarkan pada orang yang menugaskan tuduhan
bukan yang menyangkal).
48. DEBET QUIS JURI SUBJACERE RRBI DELINQUIT – Any offender
should be subject to the law of the place where he offends (seseorang
Penggugat harus mengacu pada hukum yang berlaku di tempat dia
mengajukan gugatan).
9
E. LAIN-LAIN
1. HOMO HOMINI LUPUS; HOMO HOMINI SOCIUS (manusia adalah
serigala bagi manusia lainnya; manusia adalah kawan bagi sesamanya).
2. TRADITION ARE ADOPTED BY THE LAWS; AL-ADAT MUHAKKAMAH
(adat dapat dijadikan hukum).
3. PRIMUS INTER PARES (yang pertama / utama di antara sesama).
4. COGITO ERGO SUM – I think, therefore I am - Ich denke, also bin ich -
Je pense donc je suis (saya berpikir, dan oleh karenanya saya ada).
DUBITO ERGO COGITO ERGO SUM – I doubt, therefore I think, and
therefore I am.
5. ID PERFECTUM EST QUAD EX OMNIBUS SUIS PARTIBUS
CONSTANT (sesuatu dinyatakan sempurna bila setiap bagiannnya
komplit).
6. FRUSTRA LEGIS AUXILIUM QUAREIT QUI IN LEGEM COMMITTIT –
Vainly does a person who offends against the law seek the help of the law
(adalah sia-sia bagi seseorang yang menentang hukum tapi dia sendiri
meminta bantuan hukum).
7. CUM DUO INTER SE PUGNANTIA REPERIUNTUR IN TESTAMENTO,
ILTIMUM RATUM EST – When two clauses a will are found to be
contradictory, the last in order prevails (jika terdapat perbedaan dalam
suatu hakikat, maka terlihat jelas adanya 2 persepsi yang berbeda).
8. COMMUNI OBSERVANTIA NON EST RECEDENDUM – There should be
no departure from common observance (tidak dapat ditarik kesimpulan
dari pengamatan biasa; tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang
menandakan maksud yang terdapat dalam pikirannya).
9. CUJUS EST COMMODUM, EJUS DEBET ESSE INC OMMODUM – The
person who has the advantage should also have the disadvantage
(seseorang yang mendapatkan suatu keuntungan juga akan mendapatkan
suatu kerugian).
10. Actus non facid reum, nisi mens sitrea ( sikap batin yang tidak
bersalah, orang tidak boleh dihukum ).
11. All men are equal before the law, without distinction sex, race,
religion and social status (semua manusia adalah sama di depan
hukum, tanpa membedakan kelamin, kulit, agama dan status sosial ).
10
12. Alterum non laedere ( perbuatanmu janganlah merugikan orang lain ).
13. Audi et alteram partem atau audiatur et altera pars (para pihak harus
didengar).
14. Bis de eadem re ne sit actio atau ne bis in idem (mengenai perkara
yang sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang kedua
kalinya ).
15. Clausula rebus sic stantibus (suatu syarat dalam hukum internasional
bahwa suatu perjanjian antar Negara masih tetap berlaku apabila situasi
dan kondisinya tetap sama ).
16. Cogitationis poenam nemo patitur (tiada seorang pun dapat dihukum
oleh sebab apa yang dipikirkannya ).
17. De gustibus non est disputandum (mengenai selera tidak dapat
disengketakan).
18. Eidereen wordt geacht de wette kennen ( setiap orang dianggap
mengetahui hukum ).
19. Errare humanum est, turpe in errore perseverare (membuat kekeliruan
itu manusiawi,namun tidaklah baik untuk mempertahankan terus
kekeliruan ).
20. Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus ( sekalipun
esok langit akan runtuh atau dunia akan musnah, keadilan harus tetap
ditegakkan ).
21. Geen straf zonder schuld ( tiada hukuman tanpa kesalahan ).
22. Hodi mihi cras tibi (ketimpangan atau ketidakadilan yang menyentuh
perasaan, tetap tersimpan dalam hati nurani rakyat ).Hukum merupakan
suatu alat Bantu
23. In dubio pro reo ( apabila hakim ragu mengenai kesalahan terdakwa,
hakim harus menjatuhkan putusan yang menguntungkan bagi terdakwa ).
24. Justitia est ius suum cuique tribuere ( keadilan diberikan kepada tiap
orang apa yang menjadi haknya).
25. Juro suo uti nemo cogitur (tak ada seorang pun yang diwajibkan
menggunakan haknya ).
26. Koop breekt geen huur (jual beli tidak memutuskan sewa menyewa ).
27. Lex dura sed ita scripta atau lex dura sed tamente scripta (undang-
undang adalah keras tetapi ia telah ditulis demikian ).
11
28. Lex specialis derogat legi generalis (undang-undang yang khusus
didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum).
29. Lex superior derogate legi inferiori (undang-undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatannya).
30. Lex posterior derogate legi priori atau lex posterior derogat legi
anteriori (undang-undang yang lebih baru mengenyampingkan undang-
undang yang lama ).
31. Lex niminem cogit ad impossibilia (undang-undang tidak memaksa
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin). Manusia
dilahirkan sama dan merdeka yang memiliki hak asasi (human rights)
sebagai pemberian sang pencipta.
32. Matrimonium ratum et non consumatum ( perkawinan yang dilakukan
secara formal, namun belum dianggap jadi mengingat belum terjadi
hubungan kelamin ).
33. Melius est acciepere quam facere injuriam (lebih baik mengalami
ketidakadilan, daripada melakukan ketidakadilan ).
34. Nu is men he teens,dat recht op the een of andere wijze op de
menselijke samenleving is betrokken (umum telah menyepakati bahwa
bagaimanapun juga hukum itu ada hubungannya dengan masyarakat).
35. Nemo plus juris transferre potest quam ipse habet ( tak seorang pun
dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia miliki ).
36. Nemo judex indoneus in propria ( tidak seorang pun dapat menjadi
hakim yang baik dalam perkaranya sendiri ).
37. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali ( tiada suatu
perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam
undang-undang yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu ).
38. Opinio necessitatis (keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah
perlu sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan ).
39. Pacta sunt servanda (setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus
ditaati dengan itikad baik ).
40. Patior est qui prior est (siapa yang datang pertama, dialah yang
beruntung ).

12
41. Presumption of innocence (seseorang dianggap tidak bersalah sebelum
ada putusan hakim yang menyatakan bersalah dan putusan hakim
tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap ).
42. Princeps legibus solutus est (kaisar tidak terikat oleh undang-undang
atau para pemimpin sering berbuat sekehendak hatinya terhadap anak
buahnya ).
43. Quiquid est in territorio, etiam est de territorio (apa yang berada dalam
batas-batas wilayah Negara tunduk kepada hukum negara itu ).
44. Qui tacet consentire videtur ( siapa yang berdiam diri dianggap
menyetujui ).
45. Res nullius credit occupanti (benda yang diterlantarkan pemiliknya
dapat diambil untuk dimiliki ).
46. Recht is er over de gehele wereld ,overal waar een samenleving van
mensen is (hukum terdapat di seluruh dunia,di mana terdapat suatu
masyarakat manusia).
47. Resjudicata proveri tate habetur ( setiap putusan hakim atau pengadilan
adalah sah, kecuali dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi ).
48. Restitutio in integrum ( kekacauan dalam masyarakat, haruslah
dipulihkan pada keadaan semula / aman ).
49. Speedy administration of justice ( peradilan yang cepat ).
50. Summum ius summa injuria (keadilan tertinggi dapat berarti
ketidakadilan tertinggi )
51. Similia similibus (dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal
yang sama pula, tidak pilih kasih).
52. Testimonium de auditu ( kesaksian dapat didengar dari orang lain ).
53. The binding force of precedent ( putusan hakim sebelumnya mengikat
hakim-hakim lain dalam perkara yang sama ).
54. Unus testis nullus testis ( satu orang saksi bukanlah saksi ).
55. Ut sementem feceris ita metes ( siapa yang menanam sesuatu dialah
yang akan memetik hasilnya ).
56. Verba Volant scripta manent (kata-kata biasanya tidak berbekas
sedangkan apa yang ditulis tetap ada).
57. Vox populi vox dei (suara rakyat adalah suara Tuhan ).

13
14

Anda mungkin juga menyukai