Anda di halaman 1dari 9

UBI SOCIETAS, IBI JUS (di mana ada masyarakat, di situ ada hukumnya)

IUS CURIA NOVIT (seorang hakim dianggap tahu akan hukumnya).

LEX SEMPER DABIT REMEDIUM – The law always give a remedy (hukum
selalu memberi obat)

EQUUM ET BONUM EST LEX LEGUM – (apa yang adil dan baik adalah
hukumnya hukum).

LEX NEMINI OPERATUR INIQUUM, NEMININI FACIT INJURIAM – The law


works an injustice to no one and does wrong to no one (hukum tidak
memberikan ketidakadilan kepada siapapun dan tidak melakukan kesalahan
kepada siapapun)

DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE –The law give no more
than is demanded (hukum memberi tidak lebih dari yang dibutuhkan).

LEX REJICIT SUPERFLUA, PUGNANTIA, INCONGRUA – The law rejects


superfluous, contradictory, and incongruous things (hukum menolak hal yang
bertentangan dan tidak layak)

DORMIUNT ALIQUANDO LEGES, NUNQUAM MORIUNTUR – Laws


sometimes sleep but never die (hukum terkadang tidur, tetapi hukum tidak
pernah mati).

INDE DATAE LEGES BE FORTIOR OMNIA POSSET – Law were made lest
the stronger should have unlimited power(hukum dibuat, jika tidak maka orang
yang kuat akan mempunyai kekuasaan tidak terbatas).

FIAT JUSTITIA RUAT COELUM ATAU FIAT JUSTITIA PEREAT


MUNDUS – Let justice be done though the heaven should fall (sekalipun esok
langit akan runtuh, meski dunia akan musnah, atau walaupun harus
mengorbankan kebaikan,keadilan harustetap ditegakkan)

JUSTITIAE NON EST NEGANDA, NON DIFFERENDA – Justice is not to be


denied or delayed (keadilan tidak dapat disangkal atau ditunda).

LEX DURA, SED TAMEN SCRIPTA – (sekalipun isi undang-undang itu


terasa kejam, tetapi memang demikianlah bunyinya, dan harus dilaksanakan).

LEX DURA SED ITA SCRIPTA ATAU LEX DURA SED TAMENTE SCRIPTA
–(undang-undang adalah keras tetapi ia telah ditulis demikian – pasal 11
KUHP).

LA BOUCHE DE LA LOI / LA BOUCHE DE DROIT – Spreekhuis van de wet


(apa kata Undang-undang itulah hukumnya).

INTERPRETATIO CESSAT IN CLARIS – (jika teks atau redaksi UU telah


terang benderang dan jelas, maka tidak diperkenankan lagi menafsirkannya,
karena penafsiran terhadap kata-kata yang jelas sekali berarti penghancuran
–interpretation est perversio)

ABSOLUTE SENTIENFIA EXPOSITORE NON INDIGET – Simple


Proposition Needs No Expositor (sebuah dalil yang sederhana tidak
membutuhkan penjelasan lebih lanjut).

EQUALITY BEFORE THE LAW – (setiap orang bersamaan kedudukannya


dalam hukum)

AUDI ET ALTERAM PARTEMATAU AUDIATUR ET ALTERA PARS – (para


pihak harus didengar. Apabila persidangan dimulai, hakim harus mendengar
dari kedua belah pihak yang bersengketa, bukan hanya dari satu pihak saja).

UNUS TESTIS NULLUS TESTIS – (satu orang saksi bukanlah saksi – pasal
185 ayat 2 KUHP).

TESTIMONIUM DE AUDITU– (kesaksian yang didengar dari orang lain).

SIMILIA SIMILIBUS – (dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal
yang sama pula, tidak pilih kasih)
BIS DE EDEM RE NE SIT ACTIO ATAU NE BIS IN IDEM – (untuk perkara
sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang kedua kalinya – pasal
76 KUHP).

SUMMUM JUS SUMMA INJURIA; SUMMA LEX SUMMA CRUX –(keadilan


yang setinggi-tingginya dapat berarti ketidakadilan tertinggi).

ACCIPERE QUID UT JUSTITIAM FOCIAS NON EST TEAM ACCIPERE


QUAM EXIORQUERE – To accept anything as a reward for doing justice is
rather estorting than accepting (menerima sesuatu sebagai imbalan untuk
menegakkan keadilan lebih condong ke tindakan pemerasan, bukan hadiah).

VAN RECHTSWEGE NIETING; NULL AND VOID – (suatu proses peradilan


yang dilakukan tidak menurut hukum adalah batal demi hukum)

UBI JUS IBI REMEDIUM- (dimana ada hak, disana ada kemungkinan
menuntut, memperolehnya atau memperbaikinya bilamana hak tersebut
dilanggar).

LEX NEMINEM CIGIT AD IMPOSSIBILIA – (undang-undang tidak


memaksakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin –
pasal 44 KUHP)

MONEAT LEX, PRIUSQUAM FERIAT – (UU harus memberikan peringatan


terlebih dahulu sebelum merealisasikan ancaman yang terkandung di
dalamnya).

GEEN STRAF ZONDER SCHULD – (tiada hukum tanpa kesalahan)

CULPUE POENA PAR ESTO – Let the punishment be equal the crime
(jatuhkanlah hukuman yang setimpal dengan perbuatan).

NULLUM DELICTUM NOELA POENA SINE PRAEVIA LEGE POENALI –


suatu aturan hukum tidak bisa diterapkan terhadap suatu peristiwa yang
timbul sebelum aturan hukum yang mengatur tentang peristiwa itu dibuat dan
diberlakukan/ tiada suatu perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan
ketentuan pidana dalam undang-undang yang telah ada lebih dahulu daripada
perbuatan itu.

PRESUMPTION OF INNOCENCE – (asas praduga tidak bersalah: seseorang


dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia
bersalah dan putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan tetap)

IN DUBIO PRO REO – (dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang


paling menguntungkan bagi si terdakwa).

COGITATIONIS POENAM NEMO PATITUR – (tiada seorang pun dapat


dihukum oleh sebab apa yang dipikirkannya)

DE GUSTIBUS NON EST DISPUTANDUM – (mengenai selera tidak dapat


disengketakan).

VOLENTI NON FIT INIURA; NULLA INIURA EST, QUAE IN VOLENTEM


FIAT – (terhadap tindakan yang didasari persetujuan maka sifat melawan
hukum yang terdapat dalam perbuatan tersebut dihilangkan).

HET VERMOEDEN VAN RECHMATIGHEID (kebijakan pemerintah harus


dianggap benar dan memiliki kekuatan hukum mengikat sampai dibuktikan
sebaliknya)

INTERSET REIPUBLICAE RES JUDICATOAS NON RESCINDI – It is in the


interest of the state that judgments already given not be rescinded (adalah
kepentingan negara bahwa suatu keputusan tidak dapat diganggu gugat).

GOUVERNEUR C’EST PREVOIR (menjalankan pemerintahan itu, berarti


melihat ke depan dan merencanakan apa saja yang akan atau harus
dilakukan)

LEX PROSPICIT, NON RESPICIT – The law looks forward, not backward
(hukum melihat kedepan bukan ke belakang).

POLITIAE LEGIUS NON LEGES POLITII ADOPTANDAE (politik harus


tunduk pada hukum, bukan sebaliknya).

VOX POPULI VOX DEI (suara rakyat adalah suara Tuhan)

SALUS POPULI SUPREMA LEX (kemakmuran dan kesejahteraan rakyat


adalah hukum yang tertinggi pada suatu negara).

UT SEMENTEM FACERIS ITA METES (siapa yang menanam sesuatu dialah


yang akan memetik hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah yang akan
menuai badai).

OPINIO NECESSITATIS (keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah


perlu sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan).

ADAEQUATIO INTELLECTUS ET REI (adanya kesesuaian pikiran dengan


obyek. prinsip ini pada dasarnya merupakan rambu-rambu dalam
merumuskan materi hukum yang telah diterima secara universal).

LEX POSTERIORI DEROGAT LEGI PRIORI ATAU LEX POSTERIORI


DEROGAT LEGI ANTERIORI – A later statute repeals an earlier one
(undang-undang yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang yang
lama)

JUDICIA POXTERIORA SUNT IN LEGE FORTIORA – The later decisions is


stronger in law (keputusan terakhir ialah yang terkuat di mata hukum).

LEX SPECIALIS DEROGAT LEX GENERALI (undang-undang yang khusus


didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum)

LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIORI (undang-undang yang lebih


tinggi mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatannya).

NEMO PLUS JURIS TRANSFERRE POTEST QUAM IPSE HABET (tak


seorangpun dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia miliki).

PACTA SUNT SERVANDA (setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan
harus ditaati dengan itikad baik).

RES NULLIUS CREDIT OCCUPANTI (benda yang ditelantarkan oleh


pemiliknya bisa diambil untuk dimiliki)

DA TUA SUNT, POST MORTEM TUNE TUA SUNT – Give the things which
are yours while they are yours; after death they are not yours (berikanlah
benda-benda kepunyaanmu saat kau masih memilikinya; setelah meninggal
benda-benda tersebut bukan kepunyaanmu lagi).

HEARES EST CADEM PERSONA CUM ANTECESSORE – The heir is the


sinter person as the ancestor (ahli waris sama kedudukannya dengan
pendahulunya).

CUJUS EST DOMINIUM, EJUS EST PERICULUM – The risk lies upon the
owner (risiko atas suatu kepemilikkan ditanggung oleh pemilik).

CUM ALIQUIS RENUNCIAVERIT SOCIATATI, SOLVITUR SOCIETAS –


When any partner has renounced the partnership, the partnership is dissolved
(saat rekan telah meninggalkan persekutuannya, maka persekutuan tersebut
dinyatakan bubar).

CLAUSAL REBUS SIC STANTIBUS (perjanjian antar-negara masih tetap


berlaku, apabila situasi dan kondisinya tetap sama).

QUIQUID EST IN TERRITORIO, ETIAM EST DE TERRITORIO(asas dalam


hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-
batas wilayah negara tunduk kepada hukum negara itu).

IGNORANTIA EXCUSATUR NON JURIS SED FACTI – Ignorance of fact is


excused but not ignorance of law. Ketidaktahuan akan fakta-fakta dapat
dimaafkan tapi tidak demikian halnya ketidaktahuan akan hukum

IGNORANTIA JURIS NON EXCUSAT – Ignorance of the law does not excuse
(ketidaktahuan akan hukum tidak dimaafkan).
JURIS QUIDEM IGNORANTIUM CUIQUE NOCERE, FACTI VERUM
IGNORANTIAM NON NOCERE – Ignorance of law is prejudicial to everyone,
but ignorance of fact is not(pengabaian terhadap hukum akan merugikan
semua orang; tetapi pengabaian terhadap fakta tidak).

IGNORANTIA JUDICIS EST CALANAITAX INNOCENTIS – The ignorance of


the judge is the misfortune of the innocent (ketidaktahuan hakim ialah suatu
kerugian bagi pihak yang tidak bersalah).

JUDEX SET LEX LAGUENS – The judge is the speaking law (sang hakim
ialah hukum yang berbicara)

JUDEX DEBET JUDICARE SECUNDUM ALLEGATA ET PROBATA – The


judge ought to give judgment according to the allegations and the proofs
(seorang hakim harus memberikan penilaian berdasarkan fakta-fakta dan
pernyataan).

IUDEX NON ULTRA PETITA ATAU ULTRA PETITA NON COGNOSCITUR


(hakim hanya menimbang hal-hal yang diajukan para pihak dan tuntutan
hukum yang didasarkan kepadanya)

IUDEX NE PROCEDAT EX OFFICIO (hakim bersifat pasif menunggu


datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya).

JUDEX HERBERE DEBET DUOS SALES, SALEM SAPIENTIAE, NE SIT


INSIPIDUS, ET SALEM CONSCIENTIAE, NE SIT DIABOLUS – A judge
should have two silts; the salt of wisdom, lest he be foolish; and the salt of
conscience, lest he be devilish (seorang hakim harus mempunyai dua hal:
suatu kebijakan, kecuali dia adalah orang yang bodoh; dan hati nurani,
kecuali dia mempunyai sifat yang kejam).

JUDEX NON REDDIT PLUS WUAM QUOD PETENS IPSSE REQUIRIT – A


judge does not give more than the plaintiff himself demands (seorang hakim
tidak memberikan permintaan lebih banyak dari si penuntut).

JUDEX NON PUTEST ESSE TESTIS IN PROPRIA CAUSE. A judge cannot


be a witness in his own cause (seorang hakim tidak dapat menjadi seorang
saksi dalam perkaranya sendiri)

INIQUUM EST ALIQUEM REI SUI ESSE JUDICEM – It is unjust for anyone to
be judge in his own (adalah tidak adil bagi seseorang untuk diadili pada
perkaranya sendiri)

NEMO JUDEX IN CAUSA SUA – No man can be a judge in his own cause
(hakim tidak boleh mengatur/mengadili dirinya sendiri).

JUDICANDUM EST LEGIBUS NON EXEMPLIS – Judgment must be given by


the laws, not by examples (putusan hakim harus berdasarkan hukum, bukan
berdasarkan contoh. seorang hakim tidak dibatasi untuk menjelaskan
penilaian/putusannya sendiri).

JURAMENTUM EST INDIVISINLE, ET NON EST ADMITTENDUM IN


PARTLY TRUE AND PARTLY FALSUM – An oath is indivisible; it is not to be
accepted as partly true and partly false (sebuah sumpah tidak dapat dibagi;
sumpah tersebut tidak dapat diterima jika sebagiannya benar dan sebagian
lagi salah).

JURARE EAT DEUM IN TESTEM VOCARE ET EST ACTUS DIVINI CULTUS


– To swear is to call God to witness, and is an act of religion (memberikan
sumpah ialah sama halnya dengan memanggil Tuhan sebagai saksi hal itu
adalah hal keagamaan).

CUM ADSUNT TESTIMONIA RERUM, QUID OPUS EST VERBIST – When


the proofs of facts are present, what need is there of words? (saat bukti dari
fakta-fakta ada, apa gunanya kata-kata?)

FACTA SUNT POTENTIORA VERBIS –Deeds or facts are more powerful


than words (perbuatan atau fakta lebih kuat dari kata-kata).

EI INCUMBIT PROBATIO QUIDICIT, NONQUI NEGAT – The burden of the


proof rest upon the person who affirms, not the one who denies (beban dari
bukti disandarkan pada orang yang menugaskan tuduhan bukan yang
menyangkal).

DEBET QUIS JURI SUBJACERE RRBI DELINQUIT – Any offender should be


subject to the law of the place where he offends (seseorang Penggugat harus
mengacu pada hukum yang berlaku di tempat dia mengajukan gugatan).

Anda mungkin juga menyukai