Anda di halaman 1dari 3

Ragam Asas Hukum

Asas hukum secara konseptual terdiri dari bermacam macam, beberapa asas hukum
yang digunakan di Indonesia, yaitu:

1) Asas Nullum Delictum Noella Poena Sine Praevia Lege Poenali, yaitu tiada
suatu perbuatanpun dapat dihukum, kecuali atas kekuatan undang-undang yang telah
ada sebelum perbuatan itu dilakukan.
2) Asas In Dubio Pro Reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si terdakwa.
3) Asas Similia Similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus diputus
sama (serupa)
4) Asas Pact Sunt Servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan.
5) Asas Geen Straft Zonder Schuld ialah asas tiada hukuman tanpa kesalahan.
f. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu asas undangundang yang berlaku
kemudian membatalkan undangundang terdahulu, sejauh undang-undang itu mengatur
objek yang sama.
6) Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori, yaitu suatu asas undang-undang
dimana jika ada 2 undang-undang yang mengatur objek yang sama maka undang-
undang yang lebih tinggi yang berlaku sedangkan undang-undang yang lebih rendah
tidak mengikat.
7) Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali yakni undangundang yang khusus
mengenyampingkan yang umum.
8) Asas Res judicata pro veritate habeteur, yaitu Putusan hakim dianggap benar
sampai ada putusan hakim lain yang mengoreksinya.
9) Asas Lex dura set tamen scripta, yaitu Undang – undang bersifat memaksa,
sehingga tidak dapat diganggu gugat.
10) Asas Audi et alteram partem atau audiatur et altera pars, yaitu bahwa para
pihak harus didengar. Contohnya, apabila persidangan sudah dimulai, maka hakim
harus mendengar dari kedua belah pihak yang bersengketa, bukan hanya dari satu
pihak saja.
11) Asas Bis de eadem re ne sit action atau Ne bis in idem, yaitu mengenai perkara
yang sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang kedua kalinya. Contohnya,
lihat Pasal 76 KUH Pidana.
12) Asas Clausula rebus sic stantibus, yaitu suatu syarat dalam hukum Internasional
bahwa suatu perjanjian antar Negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan
kondisinya tetap sama.
13) Asas Cogitationsis poenam nemo patitur, yaitu tiada seorang pun dapat
dihukum oleh sebab apa yang dipikirkannya.
14) Asas Summum Ius Summa Iniuria, yaitu kepastian hukum yang tertinggi,
adalah ketidakadilan yang tertinggi.
15) Asas Ius Curia Novit, yaitu hakim dianggap mengetahui hukum. Artinya, hakim
tidak boleh menolak mengadili dan memutus perkara yang diajukan kepadanya,
dengan alasan tidak ada hukumnya karena ia dianggap mengetahui hukum.
16) Asas Presumption of Innocence (praduga tak bersalah), yaitu seseorang tidak
boleh disebut bersalah sebelum dibuktikan kesalahannya melalui putusan hakim yang
berkekuatan hukum tetap.
17) Asas Unus Testis Nullus Testis (satu saksi bukanlah saksi), yaitu hakim harus
melihat suatu persoalan secara objektif dan mempercayai keterangan saksi minimal
dua orang, dengan keterangan yang tidak saling kontradiksi. Atau juga, keterangan
saksi yang hanya satu orang terhadap suatu kasus, tidak dapat dinilai sebagai saksi.
18) Asas In Dubio Pro Reo, yaitu apabila hakim ragu mengenai kesalahan terdakwa,
hakim harus menjatuhkan putusan yang menguntungkan bagi terdakwa.
19) Asas Fair Rial atau Self Incrimination, ialah pemeriksaan yang tidak memihak,
atau memberatkan salah satu pihak atau terdakwa.
20) Asas Speedy Administration of Justice (peradilan yang cepat), artinya,
seseorang berhak untuk cepat diperiksa oleh hakim demi terwujudnya kepastian
hukum bagi mereka.
21) Asas The Rule of Law, ialah semua manusia sama kedudukannya di depan
hukum, atau persamaan memperoleh perlindungan hukum.
22) Asas Nemo Judex Indoneus In Propria, ialah tidak seorang pun dapat menjadi
hakim yang baik dalam perkaranya sendiri. Artinya, seorang hakim dianggap tidak
akan mampu berlaku objektif terhadap perkara bagi dirinya sendiri atau keluarganya,
sehingga ia tidak dibenarkan bertindak untuk mengadilinya.
23) Asas The Binding Forse of Precedent atau Staro Decises et Quieta
Nonmovere, ialah pengadilan (hakim) terdahulu, mengikat hakim-hakim lain pada
peristiwa yang sama (asas ini dianut pada negera-negara yang menganut sistem
hukum Anglo Saxon, seperti Amerika Serikat dan Inggris).
24) Asas Cogatitionis Poenam Nemo Patitur, ialah tidak seorang pun dapat
dihukum karena apa yang dipikirkan atau yang ada di hatinya. Artinya, pikiran atau
niat yang ada di hati seseorang untuk melakukan kejahatan tetapi tidak dilaksanakan
atau diwujudkan maka ia tidak boleh dihukum. Di sini menunjukkan bahwa hukum
itu bersifat lahir, apa yang dilakukan secara nyata, itulah yang diberi sanksi.
25) Asas Restitutio In Integrum, ialah kekacauan dalam masyarakat, haruslah
dipulihkan pada keadaan semula (aman). Artinya, hukum harus memerankan
fungsinya sebagai “sarana penyelesaian konflik
26) Asas Errare humanum est, turpe in errore perseverrare, artinya Membuat
kekeliruan itu manusiawi, namun tidaklah baik untuk memprtahankan terus
kekeliruan tersebut.
27) Asas Fiat justitia ruat coelum atau fiat justicia pereat mundus, artinya
sekalipun esok langit akan runtuh atau dunia akan musnah, keadilan harus tetap
ditegakkan.
28) Asas Praduga Rechtmatig (benar menurut Hukum, presumptio iustea causa).
Asas ini menganggap bahwa setiap tindakan penguasa selalu harus dianggap
berdasarkan hukum (benar) sampai ada pembatalan. Dalam asas ini gugatan tidak
menunda pelaksanaan KTUN yang digugat (Pasal 67 ayat (1) UU No.5 tahun 1986).
29) Asas pembuktian bebas. Artinya hakimlah yang menetapkan beban pembuktian.
Hal ini berbeda dengan ketentuan 1865 BW (lihat Pasal 101, dibatasi ketentuan Pasal
100).
30) Asas dominus litis (Asas keaktifan hakim). Artinya keaktifan hakim
dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan para pihak yang tidak berimbang (lihat
Pasal 58, 63, ayat (1) dan (2), Pasal 80 dan Pasal 85).
31) Asas Erga Omnes (putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat), Artinya
Sengketa TUN adalah sengketa hukum publik. Dengan demikian putusan pengadilan
berlaku bagi siapa saja-tidak hanya bagi para pihak yang bersengketa.
32) Asas ultimum remidium (pengadilan sebagai upaya terakhir). Artinya sengketa
sedapat mungkin diselesaikan melalui upaya administrasi (musyawarah mufakat), jika
belum puas, maka ditempuh upaya peradilan (Pasal 48 UU PTUN).
33) Asas Eidereen Wordt Geacht De Wette Kennen. Artinya setiap orang dianggap
mengetahui hukum. Artinya, apabila suatu undang-undang telah dilembarnegarakan
(diundangkan), maka undang-undang itu dianggap telah diketahui oleh warga
masyarakat, sehingga tidak ada alasan bagi yang melanggarnya bahwa undangundang
itu belum diketahui berlakunya.
34) Asas Geen straf zonder schuld, ialah tiada hukuman tanpa kesalahan.
35) Asas Lex niminem cogit ad impossibilia, ialah Undangundang tidak memaksa
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Contohnya, Lihat Pasal 44
KUH Pidana.
36) Asas Nullum crimen nulla poena sine lege, ialah Tidak ada kejahatan tanpa
peraturan perundang – undangan yang mengaturnya. Jadi suatu tindak kejahatan
dikatakan sebagai perbuatan melanggar hukum apabila melanggar undang – undang
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
37) Asas Nemo plus juris tarnsferre potest quam ipse habet, ialah tidak seorang
pun dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia miliki.
38) Asas Opinio necessitates, ialah keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah
perlu sebagai syarat untuk timbulnya hkum kebiasaan.
39) Asas Quiquid est in territorio, etiam est de territorio, ialah asas hukum dalam
hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang ada berada dalam batasbatas
wilayah Negara tunduk kepada hukum Negara itu.
40) Asas Testimonium de auditu, kesaksian dapat didengar dari orang lain.
41) Asas Jus Cogen: sebuah norma yang memiliki keutamaan dibanding dengan
norma-norma lainnya. Dalam hal suatu norma telah memiliki status jus cogen tidak
dimungkinkan untuk mengalami pembatalan atau modifikasi oleh tindakan apapun
Contoh normanorma jus cogen seperti genosida, diskriminasi rasial, agresi, dll.
42) Asas kesetaraan kedaulatan (equality before sovereign rights), setiap negara
memiliki kesamaan kedaulatan, kesetaraan hak dan kewajiban, kesetaraan sebagai
anggota organisasi internasional, tanpa mempertimbangkan adanya perbedaan
ekonomi, sosial, politik, dan sifat lainnya.
43) Asas hidup berdampingan secara damai yang di dalam prinsip ini juga
terkandung makna larangan menggunakan metode perang sebagai instrument
kebijakan luar negeri serta menyelesaikan sengketa dengan cara-cara damai.

Anda mungkin juga menyukai