Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH DOSEN PEMBIMBING

PENGANTAR ILMU HUKUM Dr. FEBRI HANDAYANI, S H.I, M.H

MAKALAH ASAS-ASAS HUKUM

DISUSUN OLEH

FADHLUR RAHMAN (12220215380)

RESTI NUR FADILAH (12220223654)

WIDYA AFRILIANI (12220225208)

SURYA FEBRI (12220215233)

M.AZZIDAN SHOLIHIN (12220212556)

VIKRAM ALHAPSYI (12220215008)

MARIANI ULFA (122202222774)

ROY JORDI (12220210919)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH (MU’AMALAH)


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

‫أ‬
1. Asas Lex Specialis Derogat Legi General
Merupakan asas yang mendasari "ketentuan peraturan perundang-undangan
yang bersifat khusus menyampingkan ketentuan-ketentuan yang bersifat umum".
Misalnya jika terjadi pertentangan antara ketentuan yang sifatnya khusus dan
sifatnya umum. Maka yang berlaku adalah ketentuan yang sifatnya khusus.
2. Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
Merupakan asas dari "Ketentuan peraturan perundang-undangan yang
memiliki derajat lebih tinggi didahulukan, dari sisi pemanfaatannya atau
penyebutannya daripada ketentuan yang memiliki derajat lebih rendah". Jadi ketika
terjadi pertentangan antara undang-undang yang lebih tinggi dan lebih rendah, maka
yang diberlakukan adalah ketentuan yang lebih tinggi.
3. Asas Lex Post Teriori Derogat Legi Priori
Ialah "Ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru
mengenyampingkan atau menghapus berlakunya ketentuan peraturan lama yang
mengatur materi hukum yang sama".
Misalnya terjadi pertentangan antara ketentuan undang-undang lama dengan
yang baru. Maka yang didahulukan adalah undang-undang yang baru.
4. Asas Lex Dura Secta Mente Scripta
Merupakan penjelasan dasar bahwa "Ketentuan undang-undang memang
keras karena sudah ditentukan oleh pembuatnya seperti itu". Dengan kata lain
Hukum telah ditentukan seperti itu dan wajib di taati.
5. Asas Lex Niminem Codig Ad Imposibilia
" Ketentuan undang-undang tidak memaksa seseorang untuk mentaatinya, apabila
orang tersebut benar-benar tidak mampu melakukannya.
Contohnya :
1. Orang Gila yang diatur dalam pasal 44 KUHP
2. Orang di Bawah Umur yang diatur dalam pasal 45 KUHP
6. Asas Equality Before The Law
Adalah asas "Kesedarajatan di mata hukum". Dimana dari kaca mata hukum
semua orang dipandang sama dalam hak, harkat dan martabatnya.
7. Asas Res Judicata Veritate Pro Habetur
Merupakan asas yang berkata "Keputusan hakim wajib dianggap benar
kecuali dibuktikan sebaliknya". Dengan maksud jika terjadi pertentangan antara
Keputusan hakim dengan ketentuan undang-undang, maka yang diberlakukan
adalah keputusan hakim atau pengadilan.

1
8. Asas Nullum Delictum Noela Poena Sine Praevia Leg
Merupakan "Asas Legalitas" hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat 1 KUHP
yaitu asas yang menentukan bahwa setiap perbuatan pidana mestinya harus di
tentukan sedemikian rupa oleh suatu aturan undang-undang, karena tidak ada
satupun perbuatan dapat dihukum tanpa ada peraturan yang mengatur perbuatan
tersebut sebelumnya.
9. Asas Geenstraf Zonder Shculd
"Tidak dapat dipidana jika tidak ada kesalahan". Dengan kata lain seseorang
tidak mendapatkan sanksi pidana jika tidak melakukan kesalahan
atau tindak pidana.
10. Asas Presumtion of Innocence
"Asas Praduga Tak Bersalah". Dimana asas yang mengatakan seseorang
tidak dapat dikatakan bersalah apabila belum diputuskan oleh pengadilan karena
belum memiliki kekuatan hukum yang sah didalamnya.
11. Asas Actio Pauliana.
Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap segala perbuatan yang
tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikannya.
12. Asas Actio Pauliana.
Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap segala perbuatan yang
tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikannya.
13. Asas Audit Et Alteram Partem:
Asas ini mewajibkan pada hakim untuk mendengar kedua belah pihak secara
bersama-sama, termasuk dalam hal kesempatan memberikan alat-alat bukti dan
menyampaikan kesimpulan. Asas ini merupakan implementasi asas persamaan.
14. Asas Apatride:
Seseorang sama sekali tidak memiliki kewarga negararaan.
15. Azas Legalitas _ Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali :
Tidak boleh di hokum seseorang apabila peraturan perundang-undangan
tidak mengatur tentang perbuatan yang dia lakukan.
16. Asas Non Retro aktif :
Suatu undang-undang tidak boleh berlaku surut
17. Asas Culpabilitas:
Nulla poena sine culpa, artinya tiada pidana tanpa kesalahan.
18. Asas Opportunitas:
Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan dengan
pertimbangan demi kepentingan umum.

2
19. Asas Presumption of Innocence ( Praduga tak bersalah ) :
Seseorang harus dianggap tidak bersalah sebelum dinyatakan bersalah oleh
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

20. Asas in dubio pro reo:


Dalam hal terjadi keragu – raguan maka yang diberlakukan adalah peraturan
yang paling menguntungkan terdakwa.
21. Asas Individualiteit:
Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang individueel bepaald,
yaitu barang yang dapat ditentukan . Artinya seseorang hanya dapat memiliki
barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.
22. Asas Totaliteit:
Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia mempunyai hak
atas keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang tidak tersendiri.
23. Undang-Undang Tidak Dapat Berlaku Surut
Artinya peraturan perundang-undangan yang dibuat hanya berlaku pada
peristiwa hukum yang terjadi setelah peraturan perundang-undangan hadir. Akan
tetapi, untuk mengabaikan asas ini dimungkinkan, dalam rangka memenuhi
keadilan masyarakat. Contoh, UU Pengadilan HAM tahun 2000 digunakan untuk
mengadili peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (“HAM”) di Timor Timur
yang terjadi pada tahun 1999.[7]
24. Undang-Undang Tidak Dapat Diganggu Gugat
Menurut asas ini, undang-undang tidak dapat diuji oleh badan peradilan,
melainkan oleh pembentuk undang-undang itu sendiri. Asas ini berlaku jika tidak
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar sebagai hukum tertinggi di sebuah
negara. Dengan kata lain, asas ini mengatur bahwa undang-undang dapat di-review
jika bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi.[8]
25. Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
Arti dari asas ini adalah peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
[9]
26. Lex Specialis Derogat Legi Generalis
Pengertian dari asas ini yaitu peraturan perundang-undangan yang bersifat
lebih khusus menyampingkan peraturan perundang-undangan yang lebih umum.[10]
27. Lex Posteriori Derogat Legi Priori
Menurut asas ini, peraturan perundang-undangan yang berlaku belakangan
membatalkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdahulu.[11]

3
28. Kebebasan Berkontrak
Asas ini juga dikenal dengan istilah freedom of contract, party autonomy
liberty of contract. Asas ini merupakan wujud nyata dari penghormatan HAM.[12]
Kebebasan berkontrak artinya kebebasan untuk memilih dan membuat kontrak atau
perjanjian, menentukan isi kontrak atau perjanjian, dan memilih subjeknya.[13]
29. Konsensualisme
Asas ini menekankan bahwa pada dasarnya perjanjian dan perikatan sudah
ada sejak detik tercapaikan kesepatakan para pihak. Artinya, perjanjian ada sejak
tercapainya kata sepakat atau konsensus antara pihak mengenai pokok perjanjian.
[14]
30. Pacta Sunt Servanda
Berdasarkan asas ini, masing-masing pihak perjanjian wajib melaksanakan
isi perjanjian demi kepastian hukum. Asas ini tidak berdiri sendiri dan memiliki
kaitan dengan asas iktikad baik atau good faith.[15] Asas ini merupakan
fundamental, karena melandasi lahirnya perjanjian. Pada perjanjian, janji mengikat
sebagaimana undang-undang bagi pihak yang membuatnya.[16]
31. Iktikad Baik
Asas iktikad baik menghendaki bahwa dalam setiap pembuatan perjanjian,
para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan isi perjanjian, dengan siapa pihak
membuat perjanjian, dan setiap perjanjin selalu didasari pada asas iktikad baik,
tidak melanggar peraturan perundang-undangan, serta tidak melanggar kepentingan
masyarakat.[17]
32. Pacta tertiis nec nocent nec prosunt
Perjanjian tidak dapat memberikan hak dan kewajiban kepada pihak ketiga.
[18]
33. Absolut
Asas ini disebut juga sebagai asas hukum memaksa atau dwingendrecht,
yakni suatu benda hanya dapat diadakan hak kebendaan sebagaimana yang telah
disebut dalam undang-undang. Hak-hak kebendaan tidak akan memberikan
wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam undang-undang.
[19]
34. Dapat Dipindahtangankan
Menurut asas ini, semua hak kebendaan dapat dipindahtangankan, kecuali
hak pakai dan hak mendiami.[20]
35. Percampuran
Berdasarkan asas ini, hak kebendaan memiliki wewenang terbatas. Artinya,
hanya mungkin atas benda orang lain, dan tidak mungkin atas hak miliknya sendiri.

4
Tidak dapat orang tersebut untuk kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai,
hak memungut hasil atas barangnya sendiri. Jika hak yang membebani dan yang
dibebani itu terkumpul dalam satu tangan, maka hak yang membebani itu menjadi
lenyap. Hak ini juga dikenal dengan vermenging.
36. Perlakuan yang Berlainan Terhadap Benda Bergerak dan Tidak Bergerak
Antara benda bergerak dengan benda tidak bergerak ada perbedaan
pengaturan dalam hal terjadi peristiwa hukum yang berkaitan dengan penyerahan,
pembebanan, kepemilikan, kedaluwarsa, dan jura in re aliena yang diadakan.[21]
37. Publiciteit
Asas ini dianut atas kebendaan tidak bergerak, yang diberikan hak
kebendaan. Hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan didaftarkan
dalam register umum. Sedangkan untuk benda bergerak cukup dengan penyerahan
tanpa pendaftaran dalam register umum, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang.[22]
38. Nullum delictum, nulla poena sine lege praevia poenali
Hanya hukum yang tertulis saja yang dapat menentukan apakah norma
hukum itu telah dikaitkan dengan suatu ancaman hukum menurut hukum pidana
atau tidak. Asas ini juga dikenal dengan sebutan asas legalitas, yakni tidak ada
tindak pidana tanpa ada undang-undang yang mendahului.[23]
39. Penafsiran Secara Analogis
Penafsiran secara analogis pada dasarnya tidak boleh dipergunakan dalam
menafsirkan undang-undang pidana. Misalnya, peraturan tentang nullum delictum
dan seterusnya melarang penggunaan secara analogis, karena perbuatan semacam
itu bukan hanya dapat memperluas banyaknya delik yang ditentukan undang-
undang, melainkan juga dapat menjurus pada lebih diperberat atau diperingannya
hukuman yang dijatuhkan bagi perbuatan yang dilakukan tidak berdasarkan undang-
undang.[24]
40. Tiada Pidana Tanpa Kesahalahan
Berdasarkan asas ini, meskipun seseorang telah melakukan perbuatan pidana
dan telah memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam delik, namun tetap perlu
dibuktikan apakah ia dapat dipertanggungjawabkan atau tidak atas perbuatannya
tersebut, artinya apakah ia memiliki kesalahan atau tidak.[25]
41. Good Governance
Prinsip ini merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam
melaksanakan penyediaan public goods and services. Jika dilihat dari segi
functional aspect, good governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah

5
berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah
digariskan atau sebaliknya.[26]
42. Asas Kesadaran Hukum
Asas ini dimaknai baik warga masyarakat maupun penguasa, penegak
hukum harus dapat memahami, menghayati dan mematuhi hukum sesuai doktrin
negara hukum yang demokratis. Dengan diterapkannya prinsip kesadaran hukum,
maka hukum dapat bekerja sescara efektif mencapai tujuan keadilan, kepastian
hukum dan kemanfaatan hukum.[27]
43. Rebus sic stantibus
Asas ini artinya perjanjian yang telah berlaku akan terganggu berlakunya
bila terjadi perubahan keadaan yang fundamental.[28] Asas ini merupakan salah
satu alasan yang dapat digunakan untuk mengakhiri atau menunda
berlakunya perjanjian.[29]
44. Asas persamaan di muka hukum
artinya setiap orang harus diperlakukan sama di depan hukum tanpa
membedakan suku, agama, pangkat, jabatan dan sebagainya.
45. Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan, serta bebas jujur dan tidak
memihak Asas ini menghendaki proses pemeriksaan tidak berbelit- Belit dan
untuk melindungi hak tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat agar
segera didapat kepastian hukum )pasal 24 dan 50 KUHAP)
46. Asas hadirnya terdakwa. Pengadilan dan memeriksa perkara pidana harus
dengan hadirnya terdakwa
47. Asas nebis in idem.
Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang sudah pernah
diajukan ke muka pengadilan dan sudah mendapat putusan hakim yang
berkekuatan hukum tetap
48. Hukum benda merupakan dwingendrech.
Hak-hak kebendaan tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada
dari apa yang sudah ditentukan dalam undang undang . Dengan lain perkataan,
kehendak para pihak itu tidak dapat mempengaruhi isi hak kebendaan.
49. Asas Varmeging (asas pencampuran) Seseorang tidak akan untuk kepentingan
nya sendiri memperoleh badai atau hak memungut hasil atas barang
miliknya sendiri
50. Asas onsplitsbaarheid (tidak dapat dipisahkan). Pemisahan dari zakelijkrechten
dan tidak diperkenankan tetapi pemilik dapat membebani hak milik nya dengan
iura in realiena jadi seperti melepaskan sebagian dari wewenang nya.
51. Asas droid invialable et scrae. Hak milik tidak dapat diganggu gugat

6
52. Asas monogami. Dalam satu orang laki laki hanya boleh memiliki seorang
perempuan sebagai istrinya dan seorang perempuan hanya boleh memiliki
seorang suami.
53. Asas consiling. Suatu Asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat diminatkan pembatalan.
54. Asas ius soli, menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
tempat/negara di mana orang tersebut dilahirkan
55. Asas ius sanguinis, Untuk menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan
56. Asas apatride, seseorang sama sekali tidak memiliki kewarganegaraan
57. Lex fori,Dalam hal terjadi penyelewengan perdata, hukum yang berlaku adalah
hukum negara di mana perkara diadili
58. Principle of motivation (motivasi untuk setiap keputusan), dalam mengambil
suatu keputusan pejabat administrasi negara atau pemerintah harus bersandar
pada alasan atau motivasi yang kuat, benar, adil dan jelas
59. Principle of non-minuse of competence (asas jangan mencampuradukkan
kewenangan), dalam pengambilan suatu keputusan pejabat administrasi negara
jangan menggunakan kewenangan atau kekuasaan
60. Principle of fair paly (asas permainan yang layak), agar pejabat pemerintah atau
administrasi negara memberikan kesempatan yang seluas nya kepada warga
negara atau masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan adil
61. Principle of resonable or prohibition of arbitrariness (asas kewajaran dan
keadilan), dalam melakukan tindakan pemerintah tidak boleh berlaku sewenang-
wenang atau berlaku tidak wajar/ layak
62. Principle of meeting raised expectation (menanggapi harapan yang wajar), asas
yang menghendaki agar pemerintah dapat menimbulkan pengharapan
pengharapan yang wajar bagi kepentingan rakyat
63. Principle of undoing the consequence of Annule decision, asas yang
meniadakan akibat-akibat dari pembatalan suatu keputusan
64. Principle of public services (asas penyelenggaraan kepentingan umum), agar
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan kepentingan
umum
65. Principle of protecting the personal way of life, Asas perlindungan terhadap
pandangan hidup setiap pribadi
66. Asas kebijakan (Sapientia), pejabat administrasi negara senantiasa harus selalu
dijaga dalam melakukan tugasnya
67. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali

7
Merupakan asas yang mendasari "ketentuan peraturan perundang-undangan
yang bersifat khusus menyampingkan ketentuan-ketentuan yang bersifat
umum". Misalnya jika terjadi pertentangan antara ketentuan yang sifatnya
khusus dan sifatnya umum. Maka yang berlaku adalah ketentuan yang
sifatnya khusus.
68. Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
Merupakan asas dari "Ketentuan peraturan perundang-undangan yang
memiliki derajat lebih tinggi didahulukan, dari sisi pemanfaatannya atau
penyebutannya daripada ketentuan yang memiliki derajat lebih rendah". Jadi
ketika terjadi pertentangan antara undang-undang yang lebih tinggi dan lebih
rendah, maka yang diberlakukan adalah ketentuan yang lebih tinggi.
69. Asas Lex Post Teriori Derogat Legi Priori
Ialah "Ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru
mengenyampingkan atau menghapus berlakunya ketentuan peraturan lama yang
mengatur materi hukum yang sama".
Misalnya terjadi pertentangan antara ketentuan undang-undang lama dengan
yang baru. Maka yang didahulukan adalah undang-undang yang baru.
70. Asas Lex Dura Secta Mente Scripta
Merupakan penjelasan dasar bahwa "Ketentuan undang-undang memang
keras karena sudah ditentukan oleh pembuatnya seperti itu". Dengan kata lain
Hukum telah ditentukan seperti itu dan wajib di taati.
71. Asas Lex Niminem Codig Ad Imposibilia
" Ketentuan undang-undang tidak memaksa seseorang untuk mentaatinya,
apabila orang tersebut benar-benar tidak mampu melakukannya. Contohnya :
1. Orang Gila yang diatur dalam pasal 44 KUHP
2. Orang di Bawah Umur yang diatur dalam pasal 45 KUHP
3. Pembelaan Darurat yang diatur dalam pasal 48-49 KUHP
4. Karena Tugas diatur dalam pasal 50 KUHP
72. Asas Equality Before The Law
Adalah asas "Kesedarajatan di mata hukum". Dimana dari kaca mata hukum
semua orang dipandang sama dalam hak, harkat dan martabatnya.
73. Asas Res Judicata Veritate Pro Habetur
Merupakan asas yang berkata "Keputusan hakim wajib dianggap benar
kecuali dibuktikan sebaliknya". Dengan maksud jika terjadi pertentangan antara
Keputusan hakim dengan ketentuan undang-undang, maka yang diberlakukan
adalah keputusan hakim atau pengadilan.
74. Asas Nullum Delictum Noela Poena Sine Praevia Legi

8
Merupakan "Asas Legalitas" hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat 1 KUHP
yaitu asas yang menentukan bahwa setiap perbuatan pidana mestinya harus di
tentukan sedemikian rupa oleh suatu aturan undang-undang, karena tidak ada
satupun perbuatan dapat dihukum tanpa ada peraturan yang mengatur perbuatan
tersebut sebelumnya.
75. Asas Geenstraf Zonder Shculd
"Tidak dapat dipidana jika tidak ada kesalahan". Dengan kata lain seseorang
tidak mendapatkan sanksi pidana jika tidak melakukan kesalahan atau tindak
pidana.
76. Asas Presumtion of Innocence
"Asas Praduga Tak Bersalah". Dimana asas yang mengatakan seseorang
tidak dapat dikatakan bersalah apabila belum diputuskan oleh pengadilan karena
belum memiliki kekuatan hukum yang sah didalamnya.
77. Asas hukum benda merupakan Dwingendrecht. Hak hak kebendaan tidak akan
memberikan wewenang yang lain dari pada yang sudah ditentukan dalam
undang-undang. Dengan lain perkataan, kehendak para pihak itu tidak dapat
memengaruhi isi hak kebendaan
78. Asas Individualiteit: Obyek hak kebendaan selalu merupakan yang individueel
bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan . Artinya seseorang hanya dapat
memiliki barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.
79. Asas consiling. Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subjektif dapat diminatkan pembatalan
80. Asas Pemeriksaan Segi Rechtmatigheid dan Larangan Pemeriksaan Segi
Doelmatigheid: Hakim tidak boleh atau dilarang melakukan pengujian dari segi
Kebijaksanaan (doelmatigheid) suatu keputusan yang disengketakan meskipun
Hakim tidak sependapat dengan keputusan tersebut, sebatas keputusan itu bukan
merupakan keputusan yang bersifat sewenang-wenang ( willikeur / a bus de
droit ). Jadi Hakim hanya berwenang memeriksa segi rechmatigheid suatu
keputusan tata usaha negara, karena hal itu berkaitan dengan asas legalitas
dimana setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan atas hukum.
81. Asas Pengujian Ex tune. Pengujian Hakim Peradilan Administrasi hanya
terbatas pada fakta – fakta atau keadaan hukum pada saat keputusan tata usaha
negara dikeluarkan.
82. Asas Independent ( kemerdekaan ). Suatu Negara berdiri sendiri, merdeka dari
dari negara lainnya.
83. Asas Exteritorial: Seorang Diplomat / Duta yang ditugaskan disuatu negara
harus dianggap berada diluar wilayah negara dimana dia ditempatkan tersebut.

9
84. Asas Souvereignity: Kedaulatan suatu negara mempunyai kekuasaan yang
tertinggi.
85. Asas Receprocitet: Apabila suatu negara menerima duta dari negara sahabat,
maka negara itu juga harus mengirimkan dutanya.
86. Asas Statuta mixta: Dalam menghukum suatu perbuatan, digunakan hukum
negara dimana perbuatan itu dilakukan.
87. Asas Personalitas: Asas untuk menentukan status personal pribadi seseorang
yang berlaku baginya adalah Hukum Nasionalnya / negaranya ( Lex Partriae ).
88. Asas Teritorialitas: Yang berlaku bagi seseorang adalah hukum negara dimana
dia berdomilisi ( Lex domicili ).
89. Asas Communal ( sifat kebersamaan ). Manusia menurut hukum adat
merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat dengan rasa
kebersamaan meliputi seluruh lapangan hukum adat.
90. Asas Legal. Setiap pungutan pajak harus didasarkan atas undang-undang.
91. Asas Ekonomis, effisien: Pajak dipungut untuk membangun sarana-sarana bagi
kepentingan masyarakat ( kurang mampu ) . Dan dengan biaya pungutan yang
serendah-rendahnya.
92. Asas Non Distorsi: Pajak tidak boleh menimbulkan distorsi ekonomi, inflasi,
psikologikal effeck dan kerusakan-kerusakan.
93. Advokasi: Tindakan untuk mempermasalahkan suatu hal/ide/topik tertentu
94. Asas Pembuktian Bebas
95. Asas ini merupakan konsekuensi logis dari diterapkannya asas hakim aktif. Asas
pembuktian bebas bermakna hakim tidak terikat dengan alat bukti yang diajukan
oleh para pihak dan penilaian pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada
hakim. Selain itu, hakim juga dapat menguji aspek lain di luar sengketa.
96. Asas Het Verdomen van Rechmatigheid atau Asas Presumptio Iustea Causa
atau Asas Praduga Rechtmatig
97. Asas Wilayah, hampir sama dengan asas tempat tinggal. Asas ini berlaku
berdasarkan pada lokasi tempat tinggal wajib pajak.
98. Lex Actus = Hukum dari negara yang mempunyai hubungan erat dengan
transaksi yang dilakukan.
99. Lex Originis = Ketentuan hukum mengenai status dan kekuasaan atas subyek
hukum tetap berlaku diluar negeri.
100. Lex certa = ketentuan dalam perundang-undangan

10

Anda mungkin juga menyukai