Anda di halaman 1dari 168

MODUL PERKULIAHAN

HUKUM BISNIS
MODUL 1
KONSEPSI HUKUM
DEFINISI HUKUM MENURUT
PAKAR
 Utrecht:
“Hukum adalah himpunan peraturan yang mengatur kehidupan,
dimana peraturan tersebut dapat berupa perintah atau larangan
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan harus
ditaati oleh seluruh anggota masyarakat.”
 JCT Simorangkir:

“Hukum merupakan peraturan yang bersifat memaksa dan


berfungsi sebagai pedoman tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang disusun oleh lembaga berwenang. Hukum
memiliki konsekuensi bagi siapa saja yang melanggar.”
 Immanuel Kant:

“Hukum merupakan keseluruhan peraturan yang dibuat dengan


batasan-batasan dari hak milik orang lain.”
UNSUR-UNSUR HUKUM
Unsur-unsur hukum:
 Seperangkat aturan

 Ditetapkan oleh lembaga yang berwenang

 Penetapannya melalui kesepakatan/konsensus

 Untuk mengatur dan membatasi perilaku dan perbuatan


manusia
 Bersifat memaksa dan mengikat

 Memiliki konsekuensi

 Memiliki ruang lingkup, baik locus maupun tempus


DEFINISI HUKUM
Hukum adalah:
“Seperangkat aturan yang ditetapkan oleh otoritas yang
berwenang melalui konsensus sosial dan memiliki ruang
lingkup, baik locus maupun tempus, serta memiliki daya
paksa dan konsekuensi, guna mengatur dan membatasi
perilaku dan perbuatan masyarakat.”
SUBYEK DAN OBYEK HUKUM
Subyek hukum:
 Perorangan

 Badan hukum

Obyek hukum adalah benda, yaitu segala sesuatu yang


bermanfaat dan memiliki nilai guna bagi subyek.
TUJUAN HUKUM
Hukum diciptakan dengan membawa suatu tujuan. Apakah tujuan
hukum itu?
 Prof. Subekti:

“Hukum mengabdi pada tujuan negara, yaitu mendatangkan


kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat.”
 L.J. Van Apeldoorn:

“Tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup manusia secara


damai. Hukum menghendaki perdamaian.”
 Jeremy Bentham:

“Hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang


berfaedah bagi orang. Karena apa yang berfaedah bagi orang yang
satu, mungkin merugikan orang lain, maka menurut teori utilitas
tujuan hukum ialah menjamin adanya kebahagiaan sebanyak-
banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya.”
TUJUAN HUKUM
Achmad Ali mengemukakan bahwa persoalan tujuan
hukum dapat dikaji melalui tiga sudut pandang, masing-
masing:
1. Dari sudut pandang ilmu hukum positif-normatif atau
yuridis dogmatik, di mana tujuan hukum dititik-
beratkan pada segi kepastian hukumnya.
2. Dari sudut pandang filsafat hukum, di mana tujuan
hukum dititk-beratkan pada segi keadilan.
3. Dari sudut pandang sosiologi hukum, tujuan hukum
dititik-beratkan pada segi kemanfaatannya.
SUMBER HUKUM
Sumber hukum adalah tempat timbulnya hukum. Sumber hukum
terbagi menjadi sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.
Sumber hukum materiil merupakan tempat dari mana materi
hukum itu diambil. Sumber hukum materiil itu merupakan faktor
yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial,
hubungan kekuatan politik, dan dinamika sosial.
Sumber hukum formil antara lain:
 Undang-undang

 Kebiasaan dan adat yang dipertahankan dalam keputusan yang


berkuasa dalam masyarakat
 Traktat

 Yurisprudensi

 Pendapat pakar hukum atau doktrin


KLASIFIKASI HUKUM
 Berdasarkan ruang lingkupnya
 Hukum nasional

 Hukum internasional

 Hukum asing

 Hukum gereja

 Berdasarkan masa berlakunya:

 Ius Constitutum

 Ius Constituendum

 Berdasarkan cara mempertahankannya:

 Hukum materiil

 Hukum formil

 Berdasarkan isi pembahasannya:

 Hukum publik

 Hukum privat
HIERARKI PERUNDANG-
UNDANGAN
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang;
 Peraturan Pemerintah;

 Peraturan Presiden;

 Peraturan Daerah Provinsi; dan

 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.


ASAS HUKUM
Asas hukum terbagi dalam 2 kelompok, yaitu asas hukum umum dan asas hukum khusus.
Asas-asas hukum di Indonesia:
 Asas legalitas

 Asas culpabilitas

 Asas non retroaktif

 Lex posteriori derogat legi priori

 Lex superior derogat legi inferior

 Lex specialis derogat lex generalis

 Pacta sunt servanda

 Asas audit et alteram partem

 Asas oportunitas

 Asas presumption of innocent

 Asas individualiteit

 Asas kebebasan berkontrak

 Asas konsensualisme

 Asas kepercayaan

 Asas fiksi hukum

 Asas canselling
ASAS HUKUM
 In dubio pro reo
 Asas kekuatan mengikat
 Asas persamaan hukum
 Asas publiciteit
 Asas preferensi
 Asas spesialiteit
 Asas keseimbangan
 Asas kepastian hukum
 Asas moral
 Ius sanguinis
 Ius soli
 Asas perlindungan
 Asas kepatutan
 Ne bis vexari rule
 Asas kepribadian
 Asas itikad baik
LETAK DAN POSISI HUKUM BISNIS
DALAM KONSTELASI HUKUM NASIONAL
Hukum bisnis membahas banyak hubungan hukum antara
orang-perorang. Sehingga termasuk ke dalam ranah hukum
privat, dalam hal ini Hukum Perdata dan Hukum Dagang.
BURGERLIJK WETBOEK
 Dikenal sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata)
 Terdiri dari 4 buku

 Buku Kesatu tentang Orang / Van Personnenrecht

 Buku Kedua tentang Benda / Van Zaken

 Buku Ketiga tentang Perikatan / Van Verbintenessenrecht

 Buku Keempat tentang Pembuktian dan Daluwarsa / Van


Bewijs en Verjaring
WETBOEK VAN KOOPHANDELING
 Dikenal sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD)
 Terdiri dari 2 buku

 Buku Kesatu tentang Dagang Pada Umumnya

 Buku Kedua tentang Hak-Hak dan Kewajiban-


Kewajiban Yang Timbul Dari Pelayaran
MODUL 2
KONSEPSI BISNIS
DAN HUKUM BISNIS
DEFINISI BISNIS
“Kegiatan yang dilakukan satu orang atau lebih melalui
penyediaan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, baik
berorientasi profit maupun tidak.”
DEFINISI HUKUM BISNIS
“Seperangkat kaidah hukum yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang guna mengatur dan membatasi kegiatan
sekelompok orang dalam menjalankan bisnis, baik yang
berorientasi profit maupun tidak berorientasi profit,
sehingga dapat dapat menyelesaikan permasalahan yang
timbul akibat interaksi orang-perorang.”
PENTINGNYA HUKUM BISNIS
 Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian atau
kesepakatan membutuhkan sesuatu yang dapat mengikat
lebih kuat dibanding hanya janji dan itikad baik.
 Dibutuhkan upaya-upaya hukum yang kuat jika di
kemudian hari salah satu pihak melakukan wanprestasi.
FUNGSI HUKUM BISNIS
 Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi
bisnis.
 Untuk memahami hak-hak dan kewajiban masing-
masing pihak dalam praktik bisnis.
 Untuk mewujudkan watak dan perilaku aktivitas di
bidang bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat, dan
dinamis.
RUANG LINGKUP HUKUM BISNIS
 Kontrak dan perikatan
 Bentuk badan usaha

 Jual beli perusahaan

 Permodalan dan investasi

 Kepailitan dan likuidasi

 Merger, konsolidasi, dan akuisisi

 Kredit dan pembiayaan

 Jaminan hutang

 Surat berharga

 Ketenagakerjaan

 HAKI

 Persaingan usaha dan perlindungan kosumen


RUANG LINGKUP HUKUM BISNIS
 Keagenan dan distribusi
 Asuransi

 Perpajakan

 Penyelesaian sengketa bisnis dan hubungan industrial

 Bisnis internasional

 TPPU
ASAS HUKUM DALAM
KONTEKS BISNIS
Beberapa asas yang penting untuk dipahami dalam
berusaha:
 Asas legalitas

 Asas culpabilitas

 Asas non retroaktif

 Lex posteriori derogat legi priori

 Lex superior derogat legi inferior

 Lex specialis derogat lex generalis

 Pacta sunt servanda

 Asas fiksi hukum

 Asas canselling
ASAS HUKUM DALAM
KONTEKS BISNIS
 Asas kebebasan berkontrak
 Asas konsensualisme
 Asas kepercayaan
 Asas kekuatan mengikat
 Asas persamaan hukum
 Asas keseimbangan
 Asas kepastian hukum
 Asas moral
 Asas perlindungan
 Asas kepatutan
 Asas kepribadian
 Asas itikad baik
SUBJEK DAN OBJEK HUKUM
BISNIS
Pada dasarnya, subjek hukum bisnis sama dengan subjek
hukum pada umumnya, yaitu individu dan badan hukum.
Objek hukum bisnis juga tidak berbeda dengan objek
hukum pada umumnya, yaitu benda.
KLASIFIKASI BENDA SEBAGAI
OBJEK HUKUM BISNIS
 Benda berwujud (Materiekegoderen)
 Benda berwujud bergerak

 Benda berwujud bergerak karena sifatnya

 Benda berwujud bergerak karena ketentuan undang-undang

 Benda berwujud tidak bergerak

 Benda berwujud tidak bergerak karena sifatnya

 Benda berwujud tidak bergerak karena tujuannya

 Benda berwujud tidak bergerak karena ketentuan undang-


undang
 Benda tidak berwujud (Immateriekegoderen)

 Benda tidak berwujud bergerak

 Benda tidak berwujud tidak bergerak


BADAN USAHA YANG MERUPAKAN
SUBJEK HUKUM
 Koperasi
 Perseroan Terbatas

 BUM Pemerintah (BUMN, BUMD, BUMDes)


BADAN USAHA YANG TIDAK
MERUPAKAN SUBJEK HUKUM
 Persekutuan Perdata
 Persekutuan Firma

 Persekutuan Komanditer
MODUL 3
HUKUM KONTRAK
DEFINISI KONTRAK
“Kontrak atau perjanjian – sering juga disebut perikatan –
adalah suatu perbuatan hukum antara 2 (dua) pihak atau
lebih – baik perorangan dengan perorangan, badan dengan
badan, maupun perorangan dengan badan – yang saling
mengikatkan diri, sehingga menimbulkan hak dan
kewajiban.”
UNSUR-UNSUR KONTRAK
 Kontrak adalah perbuatan hukum;
 Melibatkan 2 pihak atau lebih, baik perorangan dengan
perorangan, badan dengan badan, atau perorangan
dengan badan;
 Para pihak saling mengikatkan diri;
 Menimbulkan hak dan kewajiban.
SYARAT SAH KONTRAK
1. Kesepakatan
2. Kecakapan

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

(Pasal 1320 KUHPerdata)


AKIBAT HUKUM TIDAK
TERPENUHINYA SYARAT SAH
KONTRAK
 Tidak terpenuhi point 1 dan 2 (syarat subyektif) adalah
DAPAT DIMINTAKAN PEMABATALAN.
 Tidak terpenuhi point 3 dan 4 (syarat obyektif) adalah
BATAL DEMI HUKUM.
ASAS-ASAS BERKONTRAK
 Asas Kebebasan Berkontrak
Para pihak mempunyai kebebasan menentukan isi perjanjian sejauh
tidak melanggar perundangan, kepatutan, dan kesusilaan.
 Pacta Sunt Servanda
Semua perjanjian yang dibuat secara sah menjadi
undang-undang/hukum bagi mereka yang membuatnya.
 Asas Konsensualisme
Perjanjian itu lahir sejak adanya kesepakatan (konsensus).
 Asas Itikad Baik
Perjanjian harus dibuat tanpa adanya paksaan, dan penyalahgunaan
situasi, kepatutan, dan kewajaran.
ASAS KEBEBASAN
BERKONTRAK
 Dasar hukum: Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
 Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang
menjamin kebebasan orang melakukan kontrak. Asas ini
berarti setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa
saja walaupun perjanjian itu belum atau tidak diatur
dalam undang-undang.
 Asas ini menganut sistem terbuka yang memberikan
kebebasan seluas-luasnya pada masyarakat untuk
mengadakan perjanjian. Jadi para pihak diberikan
kebebasan untuk menentukan sendiri isi dan bentuk
perjanjian.
ASAS KEBEBASAN
BERKONTRAK
 Kebebasan yang diberikan adalah untuk:
a) Mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian

b) Mengadakan perjanjian dengan siapa saja

c) Menentukan isi dan syarat-syarat perjanjian yang


dibuatnya
d) Menentukan peraturan hukum mana yang berlaku bagi
peraturan perjanjian yang dianutnya.
 Asas kebebasan berkontrak ini dalam pelaksanaannya
dibatasi oleh tiga hal seperti yang tercantum dalam Pasal
1337 KUH Perdata, yaitu perjanjian itu tidak dilarang oleh
undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan
tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
ASAS KEKUATAN MENGIKAT
 Dasar hukum: Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
 Asas kekuatan mengikat atau asas pacta sunt servanda
ini berkaitan dengan akibat dari perjanjian.
 Arti dari pacta sunt servanda adalah bahwa perjanjian
yang dibuat secara sah mempunyai kekuatan mengikat
dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya, sehingga para pihak harus tunduk
dan melaksanakan mengenai segala sesuatu yang telah
diperjanjikan.
ASAS KEKUATAN MENGIKAT
 Dasar hukum: Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
 Asas kekuatan mengikat atau asas pacta sunt servanda
ini berkaitan dengan akibat dari perjanjian.
 Arti dari pacta sunt servanda adalah bahwa perjanjian
yang dibuat secara sah mempunyai kekuatan mengikat
dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya, sehingga para pihak harus tunduk
dan melaksanakan mengenai segala sesuatu yang telah
diperjanjikan.
ASAS KONSENSUALISME
 Dasar hukum: Pasal 1338 (1) jo. Pasal 1320 angka I
KUH Perdata.
 Dalam hukum perjanjian, asas konsensualisme berasal
dari kata konsensus yang berarti sepakat antara pihak-
pihak mengenai pokok perjanjian. Menurut Subekti, asas
konsensus itu dilahirkan sejak detik tercapainya
kesepakatan.
 Dengan kata lain perjanjian itu mempunyai akibat
hukum sejak saat tercapainya kata sepakat dari para
pihak yang bersangkutan.
ASAS KONSENSUALISME
 Konsensus antara pihak dapat diketahui dari kata “dibuat
secara sah”, sedangkan untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat yang tercantum di dalam Pasal
1320 KUH Perdata yang salah satunya menyebutkan
“sepakat mereka yang mengikatkan dirinya”.
 Kata sepakat itu sendiri timbul apabila ada pernyataan
kehendak dari sate pihak dan pihak lain menyatakan
menerima atau menyetujuinya. Oleh karena itu unsur
kehendak dan pernyataan merupakan unsur-unsur pokok
disamping unsurlain yang menentukan lahirnya
perjanjian. Berlakunya asas konsensualisme menurut
hukum perjianjian Indonesia memantapkan adanya asas
kebebasan berkontrak.
ASAS KONSENSUALISME
 Tanda sepakat dari salah satu pihak yang membuat perjanjian, maka
perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan.Orang tidak dapat dipaksa untuk
memberikan sepakatnya.Sepakat yang diberikan, dengan paksa adalah
Contradictio In Terminis. Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya
sepakat yang mungkin dilakukan oleh pihak lain adalah untuk memberikan
pilihan kepadanya, yaitu untuk setuju mengikatkan diri pada perjanjian
yang dimaksud, atau menolak mengikatkan diri pada perjanjian dengan
akibat transaksi yang diinginkan tidak terlaksana.
 Hal ini tersimpul dari kesepakatan para pihak, namun demikian pada
situasi tertentu terdapat perjanjian yang tidak mencerminkan wujud
kesepakatan yang sesungguhnya.Hal ini disebabkan adanya cacat
kehendak (wilsgebreke) yang mempengaruhi timbulnya perjanjian. Dalam
BW cacat kehendak meliputi tiga hal, yaitu:
 Kesesatan atau dwaling

 Penipuan atau bedrog

 Paksaan atau dwang


ASAS ITIKAD BAIK
 Dasar hukum: Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata
 Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dalam
perundingan atau perjanjian antara para pihak, kedua
belah pihak akan berhadapan dalam suatu hubungan
hukum khusus yang dikuasai oleh itikad baik.
 Bagi masing-masing calon pihak dalam perjanjian,
terdapat suatu kewajiban untuk mengadakan
penyelidikan dalam batas-batas yang wajar terhadap
pihak lawan sebelum menandatangani kontrak atau
masing-masing pihak harus menaruh perhatian yang
cukup dalam menutup kontrak yang berkaitan dengan
itikad baik.
ASAS ITIKAD BAIK
 Itikad baik juga diperlukan dalam proses negosiasi dan
penyusunan kontrak. Dengan demikian, itikad baik tersebut
sebenarnya sudah harus ada sejak saat proses negosiasi dan
penyusunan kontrak hingga pelaksanaan kontrak. Kewajiban
itikad baik pada masa pra kontrak meliputi kewajiban untuk
meneliti (onderzoekplicht) dan kewajiban untuk
memberitahukan dan menjelaskan (mededelingsplicht).
 Itikad baik pra kontrak tetap mengacu kepada itikad baik yang
bersifat subjektif. Itikad yang bersifat subjektif ini
digantungkan pada kejujuran para pihak. Dalam proses
negosiasi dan penyusunan kontrak, pihak kreditur memiliki
kewajiban untuk menjelaskan fakta material yang berkaitan
dengan pokok yang dinegosiasikan sedangkan debitur
memiliki kewajiban untuk meneliti fakta material tersebut.
ANATOMI AKTA PERJANJIAN
 Kepala akta, yang meliputi:
 Judul;

 Pembukaan.

 Badan akta, yang meliputi:

 Komparisi;

 Premis/Recital;

 Isi perjanjian;

 Penutup;

 Halaman pengesahan.
WANPRESTASI
Wanprestasi adalah istilah dari bahasa Belanda
"wanprestatie" yang sering disebut juga sebagai cacat
prestasi atau cidera janji.
Wanprestasi atau cacat prestasi adalah:
“Prestasi yang buruk salah satu pihak dalam suatu
perjanjian karena tidak terpenuhinya kewajiban oleh pihak
yang bersangkutan”
BENTUK WANPRESTASI
 Tidak melaksanakan sama sekali apa yang dijanjikan.
 Melaksanakan sesuatu yang dijanjikan tetapi terlambat.

 Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak seperti yang


dijanjikan (tidak sempurna).
 Melakukan sesuatu yang dilarang dalam perjanjian.
TERJADINYA WANPRESTASI
Menurut ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata, seseorang
dinyatakan wanprestasi jika memenuhi 2 syarat, yaitu
lewat masa yang dinyatakan dalam akta atau surat kontrak
dan bila telah dinyatakan lalai dalam surat pernyataan atau
legal notice, yang sering disebut somasi.
Hal ini dikuatkan dalam yurisprudensi putusan MA no. 186
K/Sip/1959, yang menyatakan “apabila perjanjian secara
tegas menentukan kapan pemenuhan perjanjian, menurut
hukum, debitur belum dapat dikatakan alpa memenuhi
kewajiban sebelum hal itu dinyatakan kepadanya secara
tertulis oleh pihak kreditur”
AKIBAT WANPRESTASI
 Batalnya perjanjian
 Membayar ganti rugi (langsung atau pada pihak ke III)

 Membayar biaya pengadilan


SOMASI
Somasi atau somatie atau ingebrekestelling atau legal
notice adalah teguran terhadap pihak calon tergugat dengan
tujuan memberi kesempatan pada calon tergugat untuk
berbuat sesuatu guna menyelesaikan kewajibannya yang
tertunda, agar gugatan dapat terselesaikan tanpa melalui
proses hukum.
SOMASI
Somasi bisa dilakukan individual atau kolektif, baik oleh
kuasa hukum maupun pihak yang dirugikan
3 hal utama yang harus dimuat di dalam somasi, antara
lain:
 Hal yang harus dituntut;

 Dasar tuntutannya; dan

 Jangka waktu pemenuhan hal yang dituntut.


FORCEMAJEUR
 Tidak bisa dituntut ganti rugi;
 Dapat berupa win-win maupun lose-lose;

 Rekontraktual;

 Selesai perjanjian.
MODUL 4
BADAN USAHA DAN
PERUSAHAAN
KONSEP BADAN USAHA DAN
PERUSAHAAN
 Badan usaha dan perusahaan seringkali dianggap
memiliki arti yang sama. Padahal, walaupun saling
berhubungan, badan usaha memiliki arti yang berbeda
dengan perusahaan.
 Badan usaha adalah suatu bentuk satu kesatuan hukum,
teknis, dan prinsip ekonomi yang bertujuan mencari laba
atau keuntungan. Sedangkan perusahaan adalah tempat
dimana faktor-faktor produksi seperti produk, sumber
daya, tenaga kerja dikelola dan diolah.
 Dengan kata lain, badan usaha mengacu pada konteks
kelembagaannya, sedangkan perusahaan terkait dengan
tempat atau locus suatu usaha berlangsung.
KLASIFIKASI BADAN USAHA
Badan usaha secara umum diklasifikasikan ke dalam 2
kelompok, yaitu:
 Badan usaha berbadan hukum

 Badan usaha tidak berbadan hukum


BADAN USAHA BERBADAN
HUKUM
 Koperasi
 Perseroan Terbatas

 Yayasan, jika memiliki badan usaha

 Perusahaan Patungan atau Joint Venture

 BUM Pemerintah (BUMN, BUMD, BUMDes)


BADAN USAHA TIDAK BERBADAN
HUKUM
 Persekutuan Perdata
 Persekutuan Firma

 Persekutuan Komanditer
KOPERASI
 Dasar hukum: UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
 Kata koperasi, atau dalam Bahasa Belanda disebut
cooperatieve vereniging, berasal dari Bahasa Latin, cum
(dengan) dan aperari (bekerja).
 Koperasi menganut asas kekeluargaan dan gotong
royong.
KOPERASI
 Jenis koperasi menurut fungsinya:
 Koperasi pembelian/pengadaan/konsumsi

 Koperasi penjualan/pemasaran

 Koperasi produksi

 Koperasi jasa

 Jenis koperasi menurut tingkat dan luas daerah kerja:

 Koperasi primer

 Koperasi sekunder

 Jenis koperasi menurut status keanggotaannya

 Koperasi produsen

 Koperasi konsumen
KOPERASI
Prinsip koperasi:
 Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

 Pengelolaan dilakukan secara demokratis

 Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil


sebanding dengan besarnya jasa usaha tiap-tiap anggota
 Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

 Kemandirian

 Pendidikan perkoperasian
YAYASAN
 Dasar hukum: UU nomor 16 tahun 2001.
 Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan
yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
 Menilik dari tujuan pendirian yayasan sendiri, badan
hukum ini tidak berorientasi profit. Sehingga dalam
praktiknya yayasan tidak boleh menjalankan usaha
sendiri, namun boleh memiliki badan usaha.
YAYASAN
 Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan
mempunyai status badan hukum setelah akta pendirian
memperoleh pengesahan dari Kementerian Hukum dan
HAM atau pejabat yang ditunjuk.
 Perbuatan hukum penggabungan yayasan dapat
dilakukan dengan menggabungkan satu atau lebih
yayasan dengan yayasan lain, dan mengakibatkan
yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Yayasan dapat bubar karena jangka waktu yang
ditetapkan Anggaran Dasar berakhir, tujuan yang
ditetapkan tercapai atau tidak tercapai, putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum.
YAYASAN
 Kekayaan yayasan dapat berbentuk uang maupun barang, baik itu yang
berasal dari sumbangan, wakaf, hibah, hibah wasiat dan perolehan lain
yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Yayasan dapat didirikan oleh warga negara indonesia maupun warga
negara asing, dimana hal tersebut akan berpengaruh pada penetapan
jumlah minimal kekayaan awal yayasan. Hal ini diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 pada pasal 6 yang berbunyi:
 Jumlah kekayaan awal Yayasan yang didirikan oleh Orang Indonesia,
yang berasal dari pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri, paling
sedikit senilai Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); dan
 Jumlah kekayaan awal Yayasan yang didirikan oleh Orang Asing atau
Orang Asing bersama Orang Indonesia, yang berasal dari pemisahan
harta kekayaan pribadi pendiri, paling sedikit senilai
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
PERSEROAN TERBATAS
 Dasar hukum PT tertuang di beberapa kitab, yaitu Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHD) UU Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU Nomor
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
PERSEROAN TERBATAS
Syarat umum pendirian perseroan terbatas:
 Fotokopi KTP para pemegang saham dan pengurus, minimal 2 orang.

 Fotokopi KK penanggung jawab / direktur.

 Nomor NPWP penanggung jawab.

 Pas foto penanggung jawab ukuran 3X4 (2 lembar berwarna).

 Fotokopi PBB tahun terakhir sesuai domisili perusahaan.

 Fotokopi surat kontrak/sewa kantor atau bukti kepemilikan tempat usaha.

 Surat keterangan domisili dari pengelola gedung jika berdomisili di


gedung perkantoran.
 Surat keterangan RT/RW (jika dibutuhkan, untuk perusahaan yang
berdomisili di lingkungan perumahan) khusus luar Jakarta.
 Kantor berada di wilayah perkantoran/plaza, atau ruko, atau tidak berada
di wilayah permukiman.
 Siap disurvei.
PERSEROAN TERBATAS
Syarat pendirian PT secara formal berdasarkan UU No. 40/2007
adalah sebagai berikut:
 Pendiri minimal 2 orang atau lebih (pasal 7 ayat 1).

 Akta Notaris yang berbahasa Indonesia.

 Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam


rangka peleburan (pasal 7 ayat 2 dan ayat 3).
 Akta pendirian harus disahkan oleh Menteri kehakiman dan
diumumkan dalam BNRI (ps. 7 ayat 4).
 Modal dasar minimal Rp. 50 juta dan modal disetor minimal 25%
dari modal dasar (pasal 32 dan pasal 33).
 Minimal 1 orang direktur dan 1 orang komisaris (pasal 92 ayat 3 &
pasal 108 ayat 3).
 Pemegang saham harus WNI atau badan hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia, kecuali PT PMA.
STRUKTUR PERMODALAN
Dalam Perseroan Terbatas modal tidak melulu dalam
bentuk uang. Modal dapat pula berupa barang atau disebut
barang modal.
Jenis dan struktur modal PT
 Modal dasar

Minimal Rp 50,000,000,-.
 Modal ditempatkan

Minimal 25% dari modal dasar.


 Modal disetor

Modal yang benar-benar disetor ke kas perusahaan.


PERUSAHAAN PATUNGAN
 Dasar hukum Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal.
 Perusahaan Patungan atau Joint Venture adalah sebuah
kesatuan perusahaan atau korporasi yang dibentuk antara
2 pihak atau lebih dengan tujuan menyatukan sumber
daya untuk menjalankan aktivitas ekonomi atau proyek
tertentu secara bersama-sama.
PERUSAHAAN PATUNGAN
 Secara umum, skema bisnis joint venture dapat
dilakukan dalam jangka waktu yang singkat ataupun
lama. Durasi ini sendiri tergantung dengan persetujuan
kedua belah pihak.
 Alasan dan pertimbangan membentuk JV:

 Penggabungan sumber daya

 Efisiensi biaya

 Penggabungan keahlian

 Pertukaran pengetahuan dan teknologi

 Sinergi

 Diversifikasi
PERUSAHAAN PATUNGAN
Contoh perusahaan patungan:
 Sony Ericsson – Sony dan Ericsson

 PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia – Nestle dan


Indofood
 PT Sari Husada – PT Kimia Farma dan PT Tigakarsa
Perkasa
INBRENG
 Modal berusaha dapat berupa uang maupun barang.
Penyertaan modal dalam bentuk barang disebut
“inbreng”.
MODUL 5
SURAT BERHARGA
DEFINISI SURAT BERHARGA
Secara etimologis surat berharga bisa diartikan sebagai
surat yang mempunyai harga.
Dalam bahasa Belanda, surat berharga disebut “Papier Van
Waarde”
Tujuan penerbitan surat berharga ini sebagai pemenuhan
prestasi berupa pembayaran sejumlah uang.
FUNGSI SURAT BERHARGA
 Sebagai alat pembayaran atau alat tukar uang.
 Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih yakni dapat
diperjualbelikan dengan mudah.
 Sebagai surat bukti hak tagih atau surat legitimasi, yaitu
surat bukti diri bagi pemegangnya sebagai orang yang
memiliki hak tagih.
JENIS SURAT BERHARGA
 Wesel
 Cek

 Bilyet Giro

 Konosemen

 Promes

 Obligasi

 Saham
WESEL
Menurut pasal 100 KUHD wesel adalah “surat berharga
yang memuat kata “WESEL” di dalamnya, ditanggali dan
ditandatangani di suatu tempat, dimana penerbit (trekker)
memberi perintah tak bersyarat kepada tersangkut
(betrokkene) untuk membayar sejumlah uang pada hari
bayar (vervaldag) kepada orang yang ditunjuk oleh
penerbit yang disebut penerima (nemer) atau penggantinya
di suatu tempat tertentu.”
YANG HARUS TERMUAT
DALAM WESEL
 Pemberian nama "surat wesel", yang dimuat dalam teksnya sendiri
dan dinyatakan dalam bahasa yang digunakan dalam surat itu;
 Perintah tak bersyarat untuk membayar suatu jumlah uang tertentu;

 Nama orang yang harus membayar (tertarik);

 Penunjukan hari jatuh tempo pembayaran;

 Penunjukan tempat pembayaran harus dilakukan;

 Nama orang kepada siapa pembayaran harus dilakukan, atau orang


lain yang ditunjuk kepada siapa pembayaran itu harus dilakukan;
 Pernyataan hari ditandatangani beserta tempat penarikan surat
wesel itu;
 Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat wesel itu (penarik).
CEK
Cek pada dasarnya adalah surat berharga yang berfungsi
sebagai alat pembayaran. Cek, seperti wesel, melibatkan 3
pihak, yaitu penerbit, pihak tertarik, dan penerima.
Ketentuan penerbitan cek:
 Cek hanya diterbitkan kepada bankir;

 Cek boleh diterbitkan jika bankir telah mempunyai dana


untuk pembayaran itu;
 Cek berlaku dalam jangka waktu singkat, dalam jangka
waktu nama cek tidak boleh dicabut.
JENIS-JENIS CEK
 Cek atas nama (aan order)
 Cek atas unjuk (aan tonder)
PERBEDAAN CEK DAN WESEL
Wesel dan cek pada dasarnya sama-sama merupakan alat
pembayaran, dimana pembayaran dilakukan di masa
depan.
Perbedaan mendasar antara cek dan wesel terletak pada
teknis pembayarannya. Jika cek dibayarkan secara tunai
seketika cek ditunjukkan pada pihak tertarik, wesel
dibayarkan pada kemudian hari setelah surat wesel
ditunjukkan kepada pihak tertarik.
BILYET GIRO
Bilyet giro atau BG adalah surat perintah dari penarik ​
kepada bank tertarik untuk melakukan pemindahbukuan
sejumlah dana kepada rekening penerima.
Di sinilah perbedaan mendasar antara BG dengan cek. Jika
cek dibayarkan secara tunai oleh pihak bank tertarik, BG
dibayarkan dengan melakukan pemindah bukuan sejumlah
dana yang tercantum ke rekening pihak penarik.
PROMES
Promes atau promissary note, atau sering disebut surat
sanggup, adalah penyanggupan tak bersyarat untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal jatuh
tempo dan pada tempat pembayaran yang ditentukan
dengan mencantumkan nama orang yang kepadanya
pembayaran itu harus dilakukan atau yang kepada tertunjuk
pembayaran harus dilakukan dengan ditanda tangani oleh
orang yang mengeluarkan promes.
KONOSEMEN
Konosemen atau Bill of Lading merupakan surat bertanggal
yang dibuat oleh pengangkut, dimana pengangkut dalam
hal ini adalah perusahaan pelayaran yang menerangkan
bahwa pihak tersebut sudah menerima barang dari
pengirim untuk diangkut pihak tertentu (penerima).
Sederhananya, konosemen adalah manifesto dari barang-
barang yang dimuat di kapal.
OBLIGASI
Obligasi atau bond adalah surat pernyataan hutang, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
Obligasi berisi janji dari pihak yang menerbitkan obligasi
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode
tertentu dan melunasi pokok utang pada akhir waktu yang
telah ditentukan, kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Obligasi dalam prakteknya dapat dipindah tangankan
melalui proses jual beli.
JENIS-JENIS OBLIGASI
 Obligasi Pemerintah, yaitu obligasi dalam bentuk Surat Utang Negara yang
diterbitkan oleh Pemerintah RI. Pemerintah menerbitkan obligasi dengan
kupon tetap (seri FR- Fixed Rate), obligasi dengan kupon variable (seri VR
–Variable Rate) dan obligasi dengan prinsip syariah/ Sukuk Negara.
 Obligasi Korporasi, yaitu obligasi berupa surat utang yang diterbitkan oleh
Korporasi Indonesia baik BUMN maupun korporasi lainnya. Sama seperti
obligasi pemerintah, obligasi korporasi terbagi atas obligasi dengan kupon
tetap, obligasi dengan kupon variabel dan obligasi dengan prinsip syariah.
Ada Obligasi Korporasi yang telah diperingkat atau ada yang tidak
diperingkat.
 Obligasi Ritel, yang diterbitkan oleh Pemerintah yang dijual kepada
individu atau perseorangan melalui agen penjual yang ditunjuk oleh
Pemerintah. Biasanya ada beberapa jenis yaitu ORI atau Sukuk Ritel.
SAHAM
Saham atau stock adalah surat bukti kepemilikan modal di
suatu perusahaan.
Perusahaan yang mengeluarkan saham biasa disebut
sebagai emiten.
Jenis-jenis saham:
 Saham biasa

 Saham preferen
PENGALIHAN SAHAM
Saham, seperti obligasi, dapat dialihkan kepada pihak lain.
Pengalihan saham kepada pihak lain harus dilakukan
dengan proses jual beli saham.
Saham yang baru pertama kali dikeluarkan oleh perusahaan
disebut sebagai saham primer (primary stock), sedangkan
saham yang diperjual belikan antara investor atau
perusahaan disebut saham sekunder (secondary stock)
Penawaran saham perdana yang dilakukan oleh perusahaan
disebut proses Initial Public Offering (IPO).
MODUL 6
ASURANSI DAN
PERBANKAN
DEFINISI ASURANSI
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian yang
mengikat penanggung kepada tertanggung dengan cara
menerima sejumlah premi yang dimaksudkan menjamin
penggantian terhadap tertanggung akibat adanya kerugian
yang timbul, terjadinya kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, hal tersebut mungkin akan
terjadi akibat terjadinya suatu evenemen (peristiwa yang
tidak pasti).
DASAR HUKUM ASURANSI
 UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal
1320 dan Pasal 1774
 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab 9
Pasal 246
 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992

 PP Nomor 63 Tahun 1999


UNSUR-UNSUR ASURANSI
Unsur-unsur terminologi asuransi, yaitu:
 Penanggung (insure)

 Tertanggung (insured)

 Objek asuransi

 Suatu peristiwa belum tentu akan terjadi (evenement).

Unsur-unsur utama asuransi, antara lain:


 Polis asuransi

 Premi asuransi

 Klaim asuransi
TUJUAN ASURANSI
 Pengalihan risiko
Pengalihan risiko adalah tujuan utama dari memiliki asuransi. Risiko akan dialihkan dari
tertanggung kepada pihak penanggung yang adalah perusahaan asuransi. Sebab maksud dari
asuransi memang untuk menanggung segala macam kerugian yang mungkin dialami tertanggung,
baik kepada dirinya sendiri maupun kepada keluarga atau ahli warisnya
 Ganti rugi
Ganti rugi jika terjadi apa-apa terhadap tertanggung semisal tiba-tiba mengalami bahaya atau
kerugian yang menimpanya. Namun, bahaya dan kerugian tersebut sebenarnya jarang sekali
terjadi. Lebih sering terjadi hanya sebagian sehingga kerugian yang ditanggung pun bukan
kerugian total.
 Pemberi santunan
Asuransi kerugian ataupun asuransi jiwa dilakukan dengan perjanjian bebas (sukarela) antara
penanggung dan tertanggung. Namun, perjanjian ini diatur undang-undang yang berlaku sehingga
asuransi sifatnya berubah menjadi wajib karena terikat undang-undang. Ini yang kemudian
membuatnya menjadi asuransi sosial. Asuransi sosial ini bertujuan untuk melindungi masyarakat
dari berbagai ancaman kecelakaan yang bisa menyebabkan cacat permanen atau bahkan
kematian.
SAAT TERJADINYA PERJANJIAN
ASURANSI
 Asuransi bersifat konsensual-perjanjian harus dibuat
tertulis dlam suatu akta yg disebut Polis (Psl 255 ayat (1)
jo 258 (1) KUHD).
 Pembuktian adanya kata sepakat – polis belum ada
pembuktian dilakukan dengan segala catatan, nota, surat
perhitungan, telegram.
 Pembuktian janji-janji dan syarat-syarat khusus harus
tertulis dalam polis, jika janji-janji/syarat-syarat khusus
tidak tercantum dlm polis maka janji-syarat tersebut
dianggap tidak ada (batal)
POLIS SEBAGAI BUKTI
TERTULIS
Polis merupakan bukti tertulis yang mengikat pihak penanggung dan
tertanggung dalam asuransi. Untuk itu, polis sedikitnya harus berisi:
 Hari pembuatan perjanjian asuransi ;

 Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau untuk pihak ketiga;

 Uraian yang jelas mengenai benda obyek asuransi;

 Jumlah yang dipertanggungkan;

 Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung;

 Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan


penanggung;
 Premi asuransi;

 Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan


segala syarat yang diperjanjikan antara para pihak;
 Dalam polis juga harus dicantumkan isi polis dari berbagai asuransi yang
diadakan lebih dahulu (sebelumnya), dengan ancaman batal jika tidak
dicantumkan.
BANK

 UU Nomor 10 Tahun 1998:


 “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.”
SKEMA ALUR KEGIATAN
BANK
AKTIVITAS INTI BANK

Funding

Lending

Support
JENIS BANK MENURUT
KEGIATAN USAHANYA
Bank Umum: Bank Perkreditan Rakyat:
“Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
“Bank yang melaksanakan secara konvensional dan / atau berdasarkan
kegiatan usaha secara syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas
konvensional dan / atau pembayaran.”
berdasarkan prinsip syariah yang Kegiatan usaha BPR terbatas pada:
dalam kegiatannya memberikan 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk.
jasa dalam lalu lintas
2. Memberikan kredit.
pembayaran.” 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan

Bank umum dapat melakukan dana berdasarkan prinsip Syariah sesuai


dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
hampir semua aktivitas Indonesia
perbankan, mulai funding, 4. Menempatkan dananya dalam bentuk

lending, hingga perdagangan Serifikat Bank Indonesia (SBI), deposito


berjangka, dan / atau tabungan pada bank lain
valas.
MODUL 7
HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL
HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL (HAKI)
Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI adalah hak yang
didapatkan dari hasil olah pikir manusia untuk dapat
menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, dan
proses yang berguna untuk masyarakat.
HAKI adalah hak yang ada agar manusia dapat menikmati
secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektualnya.
DASAR HUKUM HAKI
 HaKI pertama kali di atur melalui UU Nomor 7 tahun
1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia. Namun dalam UU tersebut HaKI
belum diatur secara detail.
FUNGSI DAN TUJUAN HAKI
 Sebagai perlindungan hukum terhadap pencipta yang dipunyai
perorangan ataupun kelompok atas jerih payahnya dalam
pembuatan hasil cipta karya dengan nilai ekonomis yang
terkandung di dalamnya.
 Mengantisipasi dan juga mencegah terjadinya pelanggaran atas
HAKI milik orang lain.
 Meningkatkan kompetisi, khususnya dalam hal komersialisasi
kekayaan intelektual. Karena dengan adanya HAKI akan
mendorong para pencipta untuk terus berkarya dan berinovasi,
dan bisa mendapatkan apresiasi dari masyarakat.
 Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
menentukan strategi penelitian, industri yang ada di
Indonesia.
RUANG LINGKUP HAKI
HaKI memiliki 2 ruang lingkup, yaitu:
 Hak Ekonomi

Hak yang memiliki hubungan dan dampak langsung


terhadap ekonomi perusahaan, seperti hak pengadaan,
hak distribusi, hak penyiaran, hak pertunjukan, dan juga
hak pinjam masyarakat.
 Hak atas Ciptaan

Hak yang merujuk langsung terhadap subjek ciptaanya,


seperti program komputer, buku, fotografi, database, dan
lainya.
JENIS-JENIS HAKI
 Hak Cipta
 Hak Kekayaan Industri, yang meliputi Paten, Merek,
Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
Rahasia Dagang, Indikasi Geografis
HAK CIPTA
 Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah
suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Hak Cipta diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2014.

 Hak eksklusif dalam definisi Hak Cipta bermakna bahwa


hak tersebut hanya diperuntukkan kepada penciptanya,
sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan
hak tersebut tanpa izin penciptanya.
HAK CIPTA
 UU Hak Cipta mengatur 2 macam hak, yaitu Hak Cipta
itu sendiri dan Hak Terkait.
 Yang dimaksud dengan Hak Terkait adalah hak yang
berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan hak
eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram,
atau Lembaga penyiaran.
PATEN
 Paten diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2016.
 Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut
kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
 Invensi sendiri merupakan ide inventor yang dituangkan ke
dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di
bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
 Paten Sederhana adalah setiap invensi berupa produk atau alat
yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan
karena bentuk, konfigurasi, konstruksi atau komponennya dapat
memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten
sederhana.
PATEN
 Masa perlindungan Paten adalah 20 tahun.
 Masa perlindungan Paten Sederhana adalah 10 tahun.

 Tidak semua invensi dapat didaftarkan Paten. Invensi yang


dapat didaftarkan paten, antara lain:
1. Baru. Jika pada saat pengajuan permohonan Paten invensi
tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan
sebelumnya;
2. Mengandung langkah inventif. Jika invensi tersebut
merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya bagi
seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik;
3. Dapat diterapkan dalam industri. Jika invensi tersebut dapat
diproduksi atau dapat digunakan dalam berbagai jenis industri.
MEREK
 Merek diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2016.
 Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua)
atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau
jasa.
MEREK
 Masa berlaku perlindungan merek adalah 10 tahun sejak tanggal penerimaan
dan dapat diperpanjang.
 Tidak semua merek dapat didaftarkan. Beberapa merek yang tidak didaftarkan
adalah karena sebab berikut:
1. Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,
moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
2. Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa
yang dimohonkan pendaftarannya;
3. Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas,
jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang
dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
4. Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau
khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi;
5. Tidak memiliki daya pembeda; dan/atau

6. Merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.


DESAIN INDUSTRI
 Desain Industri diatur dalam UU Nomor 31 Tahun 2000.
 Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis
dan warna, atau gabungan dari padanya yang berbentuk
tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan
estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, barang komoditas industri, atau kerajinan
tangan.
DESAIN INDUSTRI
 Desain Industri yang dapat didaftarkan, yaitu:
1. Desain Industri yang memiliki kebaruan (novelty)
dengan catatan jika pada tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran Desain Industri tersebut tidak
sama dengan pengungkapan Desain Industri yang telah
ada sebelumnya;
2. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau
kesusilaan.
 Masa berlaku perlindungan Desain Industri adalah 10
tahun sejak tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang.
DESAIN TATA LETAK SIRKUIT
TERPADU
 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu atau DTLST adalah kreasi
berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai
elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam
suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut
dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.
 Sirkuit terpadu sendiri adalah suatu produk dalam bentuk jadi
atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai
elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah
bahan semikonduktor untuk menghasilkan fungsi elektronik.
DESAIN TATA LETAK SIRKUIT
TERPADU
 Masa perlindungan DTLST adalah selama 10 tahun sejak
desain dieksplorasi atau sejak permohonan dinyatakan
diterima.
 DTLST dapat didaftarkan jika memenuhi beberapa
syarat, yaitu:
1. DTLST tersebut orisinal

2. Desain tersebut merupakan hasil karya mandiri


pendesain
3. Pada saat DTLST tersebut dibuat tidak merupakan
sesuatu yang umum bagi para pendesain.
RAHASIA DAGANG
 Diatur dalam UU Nomor 30 Tahun 2000.
 Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh
umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai
nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
 Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode
produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau
informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang
memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh
masyarakat umum.
 Rahasia Dagang tidak memiliki batas waktu perlindungan
hukum sebagaimana Paten, Merek, dan hak yang lain.
INDIKASI GEOGRAFIS
 Diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2016 bersama Merek.
 Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan
daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena
faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor
manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu
pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.
 Tanda yang digunakan sebagai Indikasi Geografis dapat
berupa etiket atau label yang dilekatkan pada barang
yang dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa nama
tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut.
INDIKASI GEOGRAFIS
 Komoditas yang dapat didaftarkan sebagai produk
Indikasi Geografis, antara lain:
1. Sumber daya alam

2. Kerajinan tangan

3. Hasil olah industri


MODUL 8
HUKUM
PERLINDUNGAN
KONSUMEN
KONSUMEN DAN PRODUSEN
 Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
 Produsen, atau disebut juga pelaku usaha, adalah setiap
orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
DASAR HUKUM PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Dasar hukum perlindungan konsumen di Indonesia adalah
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.
Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas –
asas dan kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen
dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan
produk konsumen antara penyedia dan penggunaanya
daam bermasyarakat.
ASAS HUKUM
PERLINDUNGAN KONSUMEN
 Asas manfaat
 Asas keadilan

 Asas keseimbangan

 Asas keamanan dan keselamatan konsumen

 Asas kepastian hukum


TUJUAN HUKUM PERLINDUNGAN
KONSUMEN
 Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri;
 Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
 Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
 Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi;
 Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
 Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
PRINSIP HUKUM PERLINDUNGAN
KONSUMEN
 Prinsip Kehati-Hatian (Caveat Emptor)
 Prinsip The Due Care

 Prinsip The Privity of Contract

 Prinsip Kontrak Bukan Syarat


HAK-HAK KONSUMEN
 Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
 Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau
jasa sesuai dengan nilai tukar, kondisi, serta jaminan
yang dijanjikan;
 Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
 Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan;
 Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut;
HAK KONSUMEN
 Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen;
 Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan
jujur, serta tidak diskriminatif;
 Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
KEWAJIBAN KONSUMEN
 Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau
jasa, demi keamanan dan keselamatan;
 Beritikad baik dalam melakukan pembelian barang
dan/atau jasa;
 Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

 Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa hukum


perlindungan konsumen secara patut.
HAK PELAKU USAHA
 Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan;
 Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan
konsumen yang beritikad tidak baik;
 Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di
dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
 Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara
hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
KEWAJIBAN PELAKU USAHA
 Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
 Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa,
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
 Memperlakukan dan melayani konsumen secara benar
dan jujur, serta tidak diskriminatif;
 Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar
mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
KEWAJIBAN PELAKU USAHA
 Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,
dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
 Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
 Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
BADAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN NASIONAL (BPKN)
 BPKN dibentuk dalam rangka mengembangkan upaya
perlindungan konsumen di wilayah hukum negara
Republik Indonesia.
 BPKN berfungsi memberikan saran dan pertimbangan
kepada pemerintah dalam mengembangkan perlindungan
konsumen di Indonesia.
 BPKN dalam tugasnya bertanggung jawab langsung
kepada Presiden.
TUGAS BADAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN NASIONAL (BPKN)
 Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah
dalam rangka penyusunan kebijaksanaan di bidang
perlindungan konsumen;
 Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang
perlindungan konsumen;
 Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa
yang menyangkut keselamatan konsumen;
 Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat;
TUGAS BADAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN NASIONAL (BPKN)
 Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai
perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap
keberpihakan kepada konsumen;
 Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen
dari masyarakat, lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat, atau pelaku usaha;
 Melakukan survei yang menyangkut kebutuhan
konsumen.
UNSUR BADAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN NASIONAL (BPKN)
 Pemerintah
 Pelaku usaha
 Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
 Akademisi
 Tenaga ahli
PENYELESAIAN SENGKETA
 Sengketa konsumen termasuk dalam perkara perdata.
 Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan di
dalam maupun di luar pengadilan berdasarkan pilihan
para pihak.
 Apabila gugatan telah didaftarkan, namun di kemudian
hari disepakati oleh para pihak bahwa penyelesaian
sengketa dilakukan melalui non-judicial, maka upaya
melalui pengadilan hanya dapat dilakukan apabila upaya
di luar pengadilan tidak membuahkan hasil.
MODUL 9
HUKUM LARANGAN
MONOPOLI DAN
PERSAINGAN USAHA TIDAK
SEHAT
DEFINISI MONOPOLI
 Monopoli adalah bentuk pasar persaingan tidak
sempurna, dimana hanya ada 1 penjual/produsen dengan
potensi pasar yang luas. Oleh sebab itu, produsen di
pasar monopoli memiliki posisi tawar yang lebih tinggi
dibandingkan pembeli/konsumen.
 Posisi tawar yang tinggi ini membuat produsen dapat
dengan bebas menentukan harga.
 Tidak hanya menentukan harga, sebagai pemain tunggal
di pasar, penjual yang ada di pasar monopoli juga dapat
menentukan besar kecilnya hambatan untuk masuk ke
pasar, sehingga menghalangi calon produsen lain yang
ingin mencoba memasuki pasar yang sama.
JENIS PASAR MONOPOLI
 Pasar monopoli natural
 Pasar monopoli lokal-regional

 Pasar monopoli legal berdasar hukum


KARAKTERISTIK PASAR
MONOPOLI
 Hanya terdapat satu penjual atau produsen yang
menguasai penawaran atas barang dan jasa tersebut;
 Tidak adanya barang substitusi atas komoditas yang
diperdagangkan;
 Hambatan masuk ke pasar relatif besar, sehingga sulit
dimasuki pihak lain.
 Harga ditentukan oleh satu pihak, produsen.
BAHAYA YANG DITIMBULKAN
PRAKTIK MONOPOLI
 Penyalahgunaan kekuatan ekonomi.
 Hambatan untuk masuk ke pasar sangat besar, sehingga
tidak banyak produsen yang mau beroperasi di pasar
tersebut.
 Perimbangan daya tawar produsen jauh lebih besar
dibandingkan daya tawar konsumen.
 Rendahnya inovasi oleh produsen.
MONOPOLI YANG DILEGALKAN
 Meskipun secara teori, monopoli dapat mengarah pada
kondisi persaingan yang tidak sehat di pasar, namun ada
beberapa komoditas yang memang secara sengaja
diarahkan menuju pasar monopoli oleh pemerintah.
 Komoditas-komoditas yang dimonopoli secara legal
adalah komoditas-komoditas strategis yang menyangkut
hajat hidup masyarakat secara luas. Contoh komoditas
tersebut, antara lain listrik dan jasa transportasi kereta.
UU ANTI MONOPOLI DAN
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
Aturan mengenai larangan monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Pesaingan Usaha Tidak
Sehat.
PENTINGNYA PERSAINGAN
USAHA
 Persaingan memaksa perusahaan untuk bekerja seefisien
mungkin demi memaksimalkan profit.
 Persaingan memaksa perusahaan untuk terus berinovasi
dalam penciptaan produk dan nilai.
 Persaingan memaksa perusahaan untuk meningkatkan
layanan secara berkelanjutan.
PENTINGNYA PENGATURAN
PERSAINGAN USAHA
 Karena tidak ada entitas yang suka dipaksa.
 Persaingan ada untuk memberikan nilai lebih kepada
konsumen. Sedangkan untuk produsen, tidak ada
keuntungan eksplisit yang diperoleh.
 Produsen lebih suka menghilangkan persaingan demi
menguasai pasar. Dengan cara itu, mereka dapat
menentukan harga demi memaksimalkan profit.
TUJUAN HUKUM ANTI MONOPOLI DAN
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
 Menciptakan iklim persaingan usaha yang stabil demi
kepentingan semua pihak.
 Mencegah penyalahgunaan kekuatan ekonomi.

 Efisiensi ekonomi.

 Memberikan perlindungan bagi pelaku usaha skala kecil.

 Mengendalikan inflasi.
PERSAINGAN USAHA TIDAK
SEHAT
 Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha. (Pasal 1 angka 6 UU
No.5 Tahun 1999)
RUANG LINGKUP UU ANTI
MONOPOLI
 Perjanjian yang dilarang
 Kegiatan yang dilarang

 Penyalahgunaan posisi dominan

 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

 Sanksi

 Pengecualian
PERJANJIAN YANG DILARANG
DALAM UU ANTI MONOPOLI
 Oligopoli
 Pembagian wilayah yang melanggar UU

 Pemboikotan

 Kartel

 Trust

 Oligopsoni
PERBUATAN YANG DILARANG DALAM
UU ANTI MONOPOLI
 Price fixing
 Diskriminasi harga

 Predatory pricing

 Resale Price Maintenance

 Monopoli

 Monopsoni

 Persekongkolan

 Sabotase produksi dan distribusi pesaing


KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN
USAHA
 Pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 1999 berada di bawah
pengawasan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha atau KPPU.
 Komisi ini dibentuk dan merupakan suatu lembaga independen
yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah dan pihak
lain dan bertanggungjawab kepada presiden.
 Komisi ini terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota,
seorang Wakil ketua merangkap anggota dan sekurang-
kurangnya 7 orang anggota.
 Sebagai lembaga yang independen, anggota komisi diangkat oleh
presiden atas persetujuan DPR untuk masa jabatan 5 (lima) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan.
Pengangkatan anggota komisi dilakukan dengan penyaringan
berdasarkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam
pasal 32 UU Anti Monopoli.
TUGAS KPPU
 Melakukan penilaian terhadap perjanjian-perjanjian yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
 Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.
 Melakukan penilaian terhadap ada atau tidaknya
penyalahgunaan posisi dominan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat.
 Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi.
TUGAS KPPU
 Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
 Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan
dengan dengan UU ini.
 Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja
Komisi kepada presiden dan DPR.
WEWENANG KPPU
 Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
 Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
 Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai
hasil penelitiannya.
 Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau
tidaknya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
 Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan undang-undang ini.
 Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan UU ini.
WEWENANG KPPU
 Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli, atau setiap orang, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi.
 Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UU ini.
 Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat dokumen , dan atau alat bukti
lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan.
 Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat.
 Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
 Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha
yang melanggar ketentuan UU ini.
SANKSI TERHADAP
PELANGGARAN
 Sanksi administrasi
 Pidana pokok

 Pidana tambahan

Dalam hal pemberian sanksi, KPPU hanya berwenang


memberikan sanksi administrasi terhadap pelaku usaha
yang melanggar ketentuan UU.
Sedangkan apabila ditemukan unsur tindak pidana,
pemberian sanksi pidana pokok dan pidana tambahan
menjadi kewenangan fungsi yudikatif.
MODUL 10
PENYELESAIAN
SENGKETA DI LUAR
PENGADILAN
DEFINISI SENGKETA
Sengketa dapat diartikan sebagai situasi yang timbul akibat
benturan kepentingan antar individu atau atau organisasi
pada objek yang sama yang dimanifestasikan dalam
hubungan-hubungan diantara mereka.
PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
 Sengketa bisnis, sama seperti sengketa perdata lainnya,
dapat diselesaikan melalui jalur judikasi maupun jalur
ajudikasi.
 Jalur ajudikasi atau non judisial adalah alternatif
penyelesaian sengketa bisnis tanpa melalui pengadilan.
Alternatif penyelesaian semacam ini sering disebut juga
sebagai Alternative Dispute Resolution atau ADR.
PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
Sengketa Bisnis

Ajudikasi Penyelesaian Judikasi

Negosiasi Pilihan

Gagal
Pengadilan Arbitrase

Mediasi Konsiliasi
KONDISI YANG MENENTUKAN
KEBERHASILAN ADR
 Sengketa masih dalam batas wajar;
 Komitmen para pihak untuk menyelesaikan di luar
pengadilan;
 Kondisi hubungan pada saat terjadinya sengketa;

 Keseimbangan posisi tawar.


MANFAAT PENYELESAIAN
SENGKETA DI LUAR PENGADILAN
 Relatif lebih cepat dan murah.
 Keputusan yang diambil dapat memenuhi rasa keadilan
kedua belah pihak atau sering disebut sebagai win-win
solution, sehingga tidak ada alasan bagi pihak yang
bersengketa untuk tidak melaksanakan apa yang telah
disepakati.
 Hubungan antara kedua belah pihak masih dapat terjalin
harmonis.
 Reputasi para pihak yang bersengketa tetap terjaga
karena sifat ADR yang tertutup dan tidak dipublikasikan,
kecuali disepakati sebaliknya.
ALTERNATIF-ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR
PENGADILAN
 Konsultasi
 Negosiasi

 Mediasi

 Konsiliasi

 Penilaian ahli
KONSULTASI
Tindakan yang bersifat personal antara satu pihak tertentu
yang disebut Klien dan pihak lain yang merupakan
Konsultan yang memberikan pendapatnya kepada Klien
tersebut untuk memenuhi keperluan kliennya tersebut.
NEGOSIASI
Bentuk APS yang paling sederhana karena tidak
melibatkan orang ketiga atau pihak ketiga. Tetapi pada saat
para pihak tidak mampu berkomunikasi dengan baik, maka
dapat dipastikan negosiasi akan menemukan jalan buntu
(dead lock), tidak tertutup kemungkinan jika dipaksakan
justru akan menimbulkan konflik dan sengketa baru yang
jauh lebih kompleks, terutama bila para pihak menganggap
pihak lawannya sebagai musuh.
MEDIASI
Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu
oleh mediator.
Mediasi tidak hanya dilakukan di luar pengadilan. Namun
juga dapat ditemui di dalam pengadilan.
Mediasi dalam proses peradilan dapat ditemui dalam
bentuk:
1. Mediasi awal litigasi

2. Mediasi dalam litigasi

3. Mediasi dalam tingkat banding, kasasi, dan PK


KONSILIASI
Proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkan kepada
suatu komisi yang bertugas menguraikan/menjelaskan
fakta-fakta dan, biasanya setelah mendengar para pihak
mengupayakan agar mereka mencapai suatu kesepakatan,
membuat usulan-usulan untuk suatu penyelesaian, namun
keputusan tersebut tidak mengikat. Konsiliator dalam
proses konsiliasi mempunyai kewenangan yang aktif.
PENILAIAN AHLI
Suatu keterangan yang dimintakan oleh para pihak yang
sedang bersengketa kepada seorang ahli tertentu yang
dianggap lebih memahami tentang suatu materi sengketa
yang terjadi.
ARBITRASE
 Arbitrase pada dasarnya adalah proses penyelesaian
sengketa melalui proses peradilan. Hanya saja, peradilan
yang ditunjuk bukanlah peradilan umum.
 Sering juga disebut dengan istilah “perwasitan”,
arbitrase adalah suatu peradilan perdamaian, di mana
para pihak bersepakat agar perselisihan mereka tentang
hak pribadi yang dapat mereka kuasai sepenuhnya
diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak memihak
yang ditunjuk oleh para pihak sendiri dan putusannya
mengikat bagi kedua belah pihak.
ARBITRASE
 Dari definisi arbitrase, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perbedaan arbitrase dengan sistem peradilan umum
terletak pada penentuan hakim yang berwenang
mengadili.
 Jika pada peradilan umum hakim ditentukan oleh
pengadilan, sedangkan pada arbitrase para pihak dapat
menentukan sendiri pihak yang mengadili.

Anda mungkin juga menyukai