Negara kita adalah negara yang terbesar dalam menyediakan tenaga kerja bidang
pelayaran, perlu adanya perlindungan kepada tenaga kerja pelaut Indonesia yang
dihadapkan pada resiko persaingan dengan pelaut asing, ancaman keamanan
terhadap keselamatan. Laut tidak saja menjanjikan, laut adalah tempat
membangkitkan kejayaan, mengentaskan kemiskinan dan mendorong kesejahteraan,
laut adalah tempat yang sampai saat ini belum dilihat secara maksimal sebagai jalan
keluar. Tingginya kasus kecelakaan di laut saat ini harus menjadi perhatian seluruh
pihak, bukan hanya pemilik kapal tetapi juga pemerintah. Keselamatan dan keamanan
pelayaran adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, kontruksi,
bangunan permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan
alat penolong dan radio, elektronik kapal yang dibuktikan dengan sertifikat setelah
dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Sehingga perlu adanya, prosedur dan sistem
standarisasi, serta SDM yang profesional untuk mewujudkan pelayaran transportasi
yang utuh dan berhasil guna serta berdaya guna demi terwujudnya pelayanan
transportasi yang selamat, aman, lancar, tertib, nyaman, efisien dengan biaya yang
wajar serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.
i
KATA PENGANTAR
Pembaca yang budiman, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, penulis
akhirnya dapat menyelesaikan Buku Teks Bahan Ajar Hukum Maritim kelas X
Semester 2. Buku Teks Bahan Ajar ini disusun untuk memberikan gambaran,
pengetahuan dan informasi bagi para siswa, guru, nelayan, ataupun pembaca pada
umumnya. Buku Teks Bahan Ajar ini disusun, untuk memberi bekal dalam
mengembangkan kemampuan siswa bidang keahlian pelayaran yang dapat
berpengaruh terhadap kegiatan pelayaran dan keselamatan pelayaran.
Keberadaan Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan menjadi jembatan dalam
menstimulus siswa untuk lebih tertarik lagi mempelajari hukum maritim, memahami
fakta bahwa Indonesia adalah negara maritim dan dikenal dengan kebahariannya.
Buku Teks Bahan Ajar ini disusun dengan mengacu pada Ujian profesi kepelautan dan
dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk persiapan menghadapi ujian Negara
Kepelautan.
Akhirul Kalam, selamat membaca semoga buku teks ini bermanfaat. Tidak ada
motivasi lain dalam penulisan buku teks ini kecuali niat terbesar memberikan
sumbangan yang terbaik bagi bangsa dengan niat ikhlas hanya untuk Allah SWT
semata.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN FRANCIS.................................................................................................................................... i
GLOSARIUM .................................................................................................................................................. x
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Deskripsi ................................................................................................................................... 1
B. Prasyarat .................................................................................................................................. 2
II. PEMBELAJARAN.................................................................................................................................... 8
A. Deskripsi ................................................................................................................................... 8
B. Kegiatan Belajar.................................................................................................................. 10
3. Refleksi .............................................................................................................................. 34
4. Tugas .................................................................................................................................. 35
1. Sikap ................................................................................................................................... 42
2. Pengetahuan .................................................................................................................... 43
3. Keterampilan ................................................................................................................... 44
A. Deskripsi ................................................................................................................................ 49
B. Kegiatan Belajar.................................................................................................................. 50
3. Refleksi .............................................................................................................................. 63
4. Tugas .................................................................................................................................. 68
C. Penilaian ................................................................................................................................ 69
1. Sikap ................................................................................................................................... 69
2. Pengetahuan .................................................................................................................... 71
3. Keterampilan ................................................................................................................... 71
A. Deskripsi ................................................................................................................................ 76
B. Kegiatan Belajar.................................................................................................................. 77
3. Refleksi ............................................................................................................................170
4. Tugas ................................................................................................................................171
iv
C. Penilaian ..............................................................................................................................172
1. Sikap .................................................................................................................................172
2. Pengetahuan ..................................................................................................................174
3. Keterampilan .................................................................................................................175
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR
1
7
2
8
3
9
4
10
5
6 11
viii
13. Melakukan dinas jaga / P2TL di kapal
14. Melaksanakan penanganan dan penyimpanan hasil tangkap
15. Menerapkan tatalaksana perikanan yang bertanggung jawab (CCRF)
16. Mengolah gerak dan mengendalikan kapal
17. Menggunakan bahasa Inggris maritim dan perikanan
ix
GLOSARIUM
xi
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Hukum laut tumbuh dan berkembang senantiasa dalam kaitan dan hubungannya
yang sangat erat dengan pertumbuhan dan perkembangan politik, baik yang
berhubungan dengan perkembangan sejarah maupun yang berkaitan dengan
kepentingan yang kini sedang timbul. Menilik perkembangan jumlah negara yang
merdeka yang naik sangat cepat dan meluas sesudah berakhirnya Perang Dunia II
maka tidak mengherankan jika perkembangan terus menimbulkan gelombang
perubahan baru dalam suasana dan selera perikehidupan umat manusia dan
masyarakat bangsa-bangsa dewasa ini. Hal tersebut tercermin sangat jelas sekali
dalam perubahan dari perkembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai
organisasi internasional bagi negara-negara merdeka. Perubahan yang demikian
cepat dan luas dalam jumlah negara itu sudah barang tentu mempengaruhi tata
pengaturan dan tata pengelolaan kehidupan bangsa-bangsa di bidang maritim.
Buku Teks Bahan Ajar ini mengacu pada ujian profesi kepelautan untuk calon
perwira di kapal niaga, untuk memberi bekal dalam mengembangkan kemampuan
siswa bidang pelayaran yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan
pelayaran, dan keselamatan pelayaran.
Keberadaan Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan menjadi jembatan dalam
menstimulus siswa untuk lebih tertarik lagi mempelajari hukum maritim. Apalagi
jika memahami fakta bahwa Indonesia adalah negara maritim yang dikenal
dengan kebahariannya. Tetapi dalam konteks keilmuan, hal ini merupakan
langkah maju menuju pembumian kembali nilai dan makna kebaharian atau
kemaritiman di kalangan generasi penerus.
1
Materi Hukum Maritim ini disajikan dalam 2 (dua) semester di kelas X, untuk
materi pokok dari kegiatan pembelajaran di semester 2 ini disajikan dalam 3 (tiga)
pokok materi pembelajaran yaitu :
Setelah menguasai Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan para siswa SMK di bidang
Keahlian Pelayaran memiliki pemahaman, kesadaran, kepedulian, kearifan serta
komitmen terhadap penegakan dalam menerapkan dan melaksanakan hukum
maritim sesuai hukum yang berlaku, khususnya yang berkaitan dengan peraturan
hak dan kewajiban awak kapal, Perjanjian Kerja Laut (PKL) dan Kelaikan laut
kapal dalam rangka menjaga keselamatan pelayaran dan kapal beserta seluruh
isinya, termasuk manusia dan barang bawaannya, baik selama pelayaran maupun
ketika berada dan keluar atau masuk pelabuhan.
B. Prasyarat
2
C. Petunjuk Penggunaan Buku Teks Bahan Ajar
Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam Buku Teks Bahan Ajar sebaiknya
Anda :
1. Mempelajari isi Buku Teks Bahan Ajar ini mulai dari pendahuluan
(uraian materi), bahan latihan, rangkuman sampai dengan tes formatif sebagai
kesatuan utuh.
2. Memperkaya pemahaman dan memperluas wawasan para siswa di sarankan
agar membaca buku-buku referensi yang menunjang pemahaman Anda dalam
mempelajari lembar informasi, lembar kerja dan lembar evaluasi.
3. Berkonsentrasi secara penuh dalam memperhatikan uraian-uraian serta
langkah-langkah kerja agar benar-benar dapat di pahami dan bukan
menghapalnya.
4. Menanyakan langsung kepada guru pembimbing apabila terdapat kata atau
istilah yang tidak Anda pahami atau tidak terdapat pada daftar peristilahan
(glossary).
5. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam lembar cek
kemampuan untuk mengetahui apakah Anda benar-benar membutuhkan Buku
Teks Bahan Ajar.
6. Mempelajari isi Buku Teks Bahan Ajar secara sistematis.
7. Mengerjakan semua soal-soal latihan dan evaluasi secara cermat dan teliti
dengan tetap mengacu pada kriteria keberhasilan yang ada.
8. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, kemudian buatlah
kelompok belajar, buatlah berbagai soal-soal latihan, sebab semakin banyak
berlatih penguasaan materi atau keterampilan akan semakin meningkat.
9. Konsultasikan segera dengan guru atau pembimbing apabila Anda menemukan
kesulitan-kesulitan dalam mempelajari isi Buku Teks Bahan Ajar.
3
Peranan Guru dalam Penggunaan Buku Teks Bahan Ajar
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari Buku Teks Bahan Ajar ini, Anda sebagai siswa SMK bidang
Keahlian Pelayaran diharapkan memiliki kemampuan, pemahaman, kesadaran,
kepedulian, kearifan serta komitmen terhadap penegakan dalam menerapkan dan
melaksanakan hukum maritim sesuai hukum yang berlaku khususnya yang
berkaitan dengan peraturan hak dan kewajiban awak kapal, penerapan perjanjian
kerja laut dan kelaikan laut kapal dalam kegiatan Pelayaran.
4
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Hukum Maritim Kelas X
Semester 2 sebagai berikut :
5
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
6
F. Cek Kemampuan Awal
Jawaban
Pernyataan
Ya Tidak
Apabila Jawaban Anda adalah “ Ya” untuk semua pertanyaan, maka sebenarnya
Anda tidak memerlukan Buku Teks Bahan Ajar ini, silahkan Anda lanjutkan
dengan mengerjakan Tes Formatif pada Buku Teks Bahan Ajar ini.
Apabila salah satu atau lebih jawaban Anda adalah ”tidak” maka Anda perlu
mempelajari Buku Teks Bahan Ajar ini.
7
II. PEMBELAJARAN
A. Deskripsi
Indonesia dengan ciri sebagai negara kepulauan dan negara maritim, maka
peranan transportasi laut bagi Indonesia adalah sangat strategis dalam berbagai
aspek mulai dari aspek ekonomi, ideologi, politik, budaya maupun dalam aspek
pertahanan dan keamanan. Sebagai negara kepulauan sudah selayaknya Indonesia
memiliki armada laut yang sangat kuat bukan hanya armada militer, tetapi juga
armada-armada atau kapal-kapal niaga yang kuat yang mampu bersaing dengan
kapal niaga asing. Namun pada kenyataannya kita belum banyak memiliki
armada-armada kapal yang bisa mendukung keberadaan sebagai negara
kepulauan, apalagi sebagai negara maritim. Sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia, industri pelayaran merupakan infrastruktur dan tulang punggung
(backbone) kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun demikian, industri
pelayaran nasional saat ini dalam kondisi terpuruk yang antara lain disebabkan
oleh sulitnya memperoleh pendanaan dari lembaga keuangan yang berakibat pada
kesulitan dalam pengadaan kapal, sehingga berdampak pada masih dominannya
kapal asing terutama pada kegiatan ekspor impor dan berakibat pada hilangnya
peluang pendapatan negara dari sektor pelayaran. Meskipun daya saing
sumberdaya manusia pelayaran, baik pelaut maupun sumberdaya manusia di
industri pelayaran masih relatif rendah.
Tentang layak lautnya kapal itu hanyalah merupakan salah satu faktor saja bagi
terjaminnya keselamatan pelayaran, sebab masih ada faktor–faktor lain yang
dapat mempengaruhi keselamatan pelayaran, antara lain: diisyaratkannya
kemampuan dan kebijaksanaan nahkoda sebagai pemimpin kapal atau bidang
teknis–nautis serta adanya pengetahuan dan keahlian dari perwira kapal serta
kepandaian yang cukup dari anak buah kapal tersebut dalam melakukan tugasnya.
Hal ini sehubungan dengan adanya suatu pendapat yang mengatakan bahwa
apabila kapal telah berada dilautan merupakan suatu masalah tersendiri dan
disinilah kedudukan nahkoda memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan.
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
2. Uraian Materi
Keahlian atau keterampilan yang dimiliki oleh seorang awak kapal, dari waktu
ke waktu perlu dibina keseimbangannya antara jumlah kesediaan dengan
jumlah kebutuhan pelaut. Bahwa untuk menjamin keselamatan pelayaran
sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak
kapal yang berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap
kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan
cakap untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya dengan
mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran.
Mengingat tugas sebagai awak kapal memiliki ciri khusus yang antara lain
meninggalkan keluarga dalam waktu yang relatif lama, saat terjadi kerusakan
kapal harus menangani sendiri tanpa batas waktu dan jam kerja, dan bekerja
pada segala cuaca, maka diperlukan adanya pengaturan perlindungan kerja
tersendiri. Atas dasar hal-hal tersebut maka disusunlah peraturan pemerintah
yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, pelatihan,
perijasahan, kewenangan serta hak dan kewajiban pelaut.
a. Peraturan Pemerintah yang berkait dengan Hak dan Kewajiban Awak kapal
adalah :
11
3) UU RI No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri.
b. Jabatan-Jabatan Kepelautan
Pengertian Jabatan-jabatan Kepelautan
1) Awak kapal adalah orang yang bekerja atau di pekerjakan di atas kapal
oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal
sesuai dengan jabatan yang tercantum dalam buku sijil (UU RI No.
17/2008 tentang pelayaran).
2) Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal
oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal
sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (PP. RI No. 7
/2000 tentang kepelautan).
3) Awak kapal adalah orang yang bekerja atau yang dipekerjakan di atas
kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas
kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (PP RI.
No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan).
4) Anak kapal adalah mereka yang tercantum dalam daftar anak kapal
(KUHD).
5) Anak buah kapal adalah awak kapal selain nakhoda ataupun pemimpin
kapal (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan).
6) Anak Buah Kapal adalah Awak Kapal selain nakhoda (UU RI.No.
17/2008 tentang pelayaran).
12
7) Anak Buah Kapal adalah semua orang yang ada di kapal selain nakhoda
(KUHD).
8) Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian atau
keterampilan sebagai awak kapal ( PP 7/ 2000 tentang kepelautan ).
9) Nakhoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan
umum di atas kapal serta menjadi wewenang dan tanggung jawab
tertentu sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku (UU RI
No. 17/2008).
10) Nakhoda adalah orang yang memimpin kapal (KUHD pasal 34 ).
11) Nakhoda adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pemimpin
tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggug jawab
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (UU
RI No. 17/2008).
12) Nakhoda kapal adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan
umum di atas kapal serta mempunyai wewenang dan tanggung jawab
tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan).
13) Pemimpin kapal adalah seorang dari awak kapal yang menjadi
pimpinan umum di atas kapal untuk jenis dan ukuran tertentu serta
mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu, berbeda dengan
yang di miliki Nakhoda (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan).
14) Perwira adalah mereka yang dalam daftar anak kapal di berikan
pangkat sebagai perwira ( KUHD ).
15) Rating adalah awak kapal selain nakhoda, para mualim, masinis dan
operator radio.
16) Perwira-perwira kapal : mualim, masinis dan operator radio, ahli
mesin.
17) Pelayar adalah semua orang yang ada di atas kapal (PP RI. No. 51
tahun 2002 tentang Perkapalan).
13
18) Dinas awak kapal adalah pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh anak
kapal yang diterima untuk bekerja di kapal, kecuali pekerjaan nakhoda.
19) Penumpang adalah mereka yang termasuk sebagai pelayar tetapi bukan
merupakan awak kapal di atas kapal dan mereka membayar untuk
perjalanan tersebut.
20) Penumpang adalah pelayar yang ada di atas kapal selain awak kapal
dan anak berumur kurang dari 1 (satu) tahun (PP RI. No. 51 tahun 2002
tentang Perkapalan).
21) Operator kapal adaah orang atau badan hukum yang mengoperasikan
kapal (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan).
Pada dasarnya hak-hak awak kapal, baik itu nahkoda, kelasi adalah sama,
walaupun ada perbedaan sedikit namun tidak begitu berarti. Hak
disebutkan dalam pasal 18 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2000
tentang Kepelautan antara lain menjelaskan Hak-hak dan kewajiban dari
14
masing-masing pihak sekurang-kurangnya adalah (a) Hak pelaut
Menerima gaji, upah, lembur, uang pengganti hari-hari libur, uang delegasi,
biaya pengangkutan dan upah saat diakhirinya pengerjaan, pertanggungan
untuk barang-barang milik pribadi yang dibawa serta, kecelakaan pribadi
serta perlengkapan untuk musim dingin untuk yang bekerja di wilayah
yang suhunya 15 derajat celcius atau kurang yang berupa pakaian dan
peralatan musim dingin;
(a) gaji;
(b) jam kerja dan jam istirahat;
(c) jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke
tempat asal;
(d) kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami
kecelakaan;
(e) kesempatan mengembangkan karier;
(f) pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan atau minuman;
dan
(g) pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi
kecelakaan kerja.
15
(b) Fasilitas kesehatan meliputi ruang pengobatan atau
perawatan,peralatan medis dan obat-obatan sertatenaga medis.
Biasanya jumlah upah yang diterima anak buah kapal paling sedikit
adalah yang sesuai dengan yang tertuang dalam perjanjian laut, kecuali
upah yang dipotong untuk hal-hal yang sudah disetujui oleh anak buah
16
kapal tersebut atau pemotongan yang didasarkan pada hukum yang
berlaku. Pengaturan mengenai pemotongan tersebut sehingga gaji bisa
berkurang menurut pasal 1602r Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
adalah sebagai berikut :
(d) Sewa rumah atau lain–lain yang dipergunakan oleh anak buah kapal
di luar kepentingan dinas.
(h) Biaya pengobatan yang harus dibayar oleh anak buah kapal
(Pasal 416 Kitab Undang-undang Hukum Dagang).
(i) Istri atau anggota keluarga lainnya sampai dengan keempat dengan
jumlah maksimum 2/3 dari upah (pasal 444-445 Kitab Undang-
Undang hukum dagang ).
17
(b) Pengurangan upah karena sakit yang sampai membuat anak buah
kapal tidak dapat bekerja.
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa upah anak buah kapal
dapat bertambah besarnya (bertambah) karena:
(a) Pengganti libur yang seharusnya dinikmati anak buah kapal, akan
tetapi tidak diambilnya (Pasal 409 dan 415 KUH Dagang ) atau atas
permintaan pengusaha angkutan perairan paling sedikit
20 hari kalender untuk setiap jangka waktu 1 tahun bekerja akan
mendapatkan imbalan
upah sejumlah cuti yang tidak dinikmati (Pasal 24 PP No.7
tentang kepelautan).
(c) Pembayaran kerja lembur, yaitu jam kerja melebihi jam kerja
wajib. Khusus untuk upah lembur hari minggu dihitung dua kali lipat
pada hari biasa. Menurut Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor
7 tentang Kepelautan, Perhitungan upah lembur sebagai berikut :
18
(e) Mengemban tugas yang lebih tinggi yang tidak bersifat insidentil,
seperti Mualim II (Pasal 443 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).
Peraturan mengenai hak tempat tinggal dan makan bagi anak buah
kapal diatur pada pasal 436-438 Kitab Undang-Undang-Undang Hukum
Dagang dan Pasal 13 Schepelingen Ongevalin (S.O) 1935. Berdasarkan
ketentuan pasal tersebut. Anak buah kapal berhak atas tempat tinggal
yang baik dan layak serta berhak atas makan yang pantas
yaitu cukup untuk dan dihidangkan dengan baik dan menu yang cukup
bervariasi setiap hari. Ketentuan ini dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor
7 tahun 2000 tentang Kepelautan pasal 25 yaitu :
19
(b) Makanan harus memenuhi jumlah, serta nilai gizi dengan jumlah
minimum 3.600 kalori perhari yang diperlukan anak buah kapal
agar sehat dalam melaksanakan tugas-tugasnya di kapal.
(c) Air tawar harus tetap tersedia di kapal dengan cukup dan memenuhi
kesehatan. Apabila ketentuan diatas dilanggar, maka dapat
dikatakan sebagai pelanggaran hukum, dimana anak buah kapal
dapat melakukan pemaksaan terhadap pelayaran untuk membayar
ganti rugi terhadap kerugian yang diderita.
3) Hak Cuti
Ketentuan yang mengatur hak cuti anak buah kapal terdapat dalam
Pasal-pasal 409 dan 415 KUHDagang, yang prinsipnya sama dengan cuti
yang diberikan kepada tenaga kerja di perusahaan pada umumnya.
Hak cuti ini gugur bila diajukan sebelum satu tahun masa kerjanya
berakhir. Hak ini berlaku untuk perjanjian kerja laut yang didasarkan atas
pelayaran. Pasal 415 KUH Dagang yang menyebutkan :
20
4) Hak waktu sakit atau kecelakaan
Selama anak buah kapal sakit atau kecelakaan ia berhak atas upah
sebesar 80 % dengan syarat tidak lebih dari 28 minggu
(Pasal 416a KUH Dagang) dan jaminan diperoleh disamping biaya
perawatan sampai sembuh. Pasal tersebut mensyaratkan bahwa
anak buah kapal mengadakan perjanjian kerja laut untuk waktu
paling sedikit satu tahun atau bekerja terus menerus selama paling
sedikit satu setengah tahun. Demikian juga sebaliknya, Pasal 416b
Kitab Undang-undang hukum dagang menentukan bahwa jika anak
buah kapal mengadakan perjanjian kerja laut kurang dari satu
tahun, maka ia hanya mendapat perawatan sampai sembuh, dan
upah yang diterima diperhitungkan dengan interval waktu tidak
kurang dari 4 (empat) minggu tapi tidak lebih dari 26
(dua puluh enam) minggu.
21
Jaminan-jaminan dalam hal perawatan dapat ditolak oleh
perusahaan pelayaran, apabila:
22
Berdasarkan pasal 30 PP. RI. No. 7 tahun 2000 tentang kepelautan
menyebutkan :
24
5) Hak menggugat dan menuntut
Selain hak-hak yang telah diterangkan di atas, anak buah kapal juga
mempunyai hak-hak yang bersifat azasi dan kebebasan serta hak-hak
untuk menuntut jika diperlakukan tidak adil.
a) Awak kapal berhak atas perlakuan yang patut. Hal ini tercermin dari
beberapa alasan mendesak untuk awak kapal yang dapat
membatalkan perjanjian kerja laut. Jika diperlakukan itu
merupakan penghinaan atau merusak nama baik awak kapal maka
awak kapal yang bersangkutan mempunyai hak untuk menuntut
ganti rugi atas penghinaan tersebut.
b) Awak kapal berhak meminta izin mempelajari Perjanjian Kerja Laut
dan melihat sijil anak buah kapal.
c) Anak Buah kapal berhak mengadukan nakhoda kepada syahbandar
atau konsul (di luar negeri) jika ternyata mereka diberi perintah
oleh nakhoda yang bertentangan dengan hukum.
d) Anak buah Kapal berhak mengetahui tujuan kapalnya.
e) Bilamana 1/3 atau lebih anak buah kapal meminta untuk diadakan
penyelidikan terhadap makanan tersebut harus diselidiki apakah
pantas dan memenuhi syarat gizi atau sesuai dengan perjanjian.
f) Jika makanan tidak diberikan, maka awak kapal berhak menuntut
ganti rugi sesuai dengan nilai makanan yang tidak diberikan.
g) Anak buah kapal berhak naik banding ke pengadilan Negeri atas
hukuman yang dijatuhkan oleh nakhoda jika hukuman tersebut
dianggap tidak sepatutnya.
25
6) Hak Pengangkutan
26
d. Kewajiban Awak Kapal
1) Bekerja sekuat tenaga, wajib mengerjakan segala sesuatu yang
diperintahkan oleh nakhoda.
2) Tidak boleh membawa atau memiliki minuman keras, membawa barang
terlarang, senjata di kapal tanpa izin nakhoda ( Pasal 391 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang).
3) Keluar dari kapal selalu dengan ijin nahkoda dan pulang kembali
tidak terlambat (Pasal 385 Kitab Undang-undang Hukum Dagang).
4) Wajib membantu memberikan pertolongan dalam penyelamatan kapal
dan muatan dengan menerima upah tambahan (Pasal 452/c Kitab
Undang-undang Hukum Dagang).
5) Menyediakan diri untuk nakhoda selama 3 hari setelah habis
kontraknya untuk kepentingan membuat kisah kapal (Pasal 452/b
Kitab Undang-undang Hukum Dagang).
6) Taat kepada atasan, teristemewa menjalankan perintah-perintah
nahkoda (Pasal 384 Kitab Undang-undang Hukum Dagang).
7) Kewajiban pelaut : Pasal 18 ayat 3 PP RI. No. 7 tahun 2000
adalahMelaksanakan tugas sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan
sesuai dengan perjanjian, menanggung biaya yang timbul karena
kelebihan barang bawaan di atas batas ketentuan yang ditetapkan
perusahaan, mentaati perintah perusahaan dan bekerja sesuai dengan
jangka waktu perjanjian.
29
Pasal 143 UU RI No. 17 tahun 2008 tentang kepelautan menjelaskan
bahwa : ayat (1)Nakhoda berwenang memberikan tindakan disiplin atas
pelanggaran yang dilakukan setiap Anak Buah Kapal yang :
a) Meninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda;
b) Tidak kembali ke kapal pada waktunya;
c) Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
d) Menolak perintah penugasan;
e) berperilaku tidak tertib; dan/atau
f) berperilaku tidak layak.
Nakhoda
Ketentuan Pasal 341 dan Pasal 377 KUHD menyebutkan bahwa nahkoda
adalah pemimpin kapal, yaitu seorang tenaga kerja yang telah
menandatangani perjanjian kerja laut dengan perusahaan pelayaran
sebagai nakhoda yang memenuhi syarat dan tercantum dalam sijil anak
buah kapal sebagai nakhoda ditandatangani dengan mutasi dari
perusahaan dan pencantuman namanya dalam surat laut. Nakhoda dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari diatas kapal me mp u n ya i j a b a t a n
p e n t i n g.
1) Pemimpin kapal.
2) Pemegang kewibawan umum di atas kapal.
3) Pegawai kepolisian atau abdi hukum/jaksa.
4) Pegawai pencatatan sipil.
5) Notaris.
6) Nakhoda sebagai wakil perusahaan.
7) Nakhoda sebagai wakil muatan.
30
1) Nahkoda sebagai Pemimpin kapal
Tugasnya selaku pemimpin kapal, mengandung arti nahkoda
merupakan pemimpin tertinggi dalam mengelola, melayarkan dan
mengarahkan kapal tersebut. Mampu membawa kapal dengan selamat
kepelabuhan tujuan, Mampu mengurus kapal, penumpang dan
muatan,Mampu memelihara kapal agar tetap layak Laut, mampu
mengelola tertib administrasi kapal.
Demikian pula , setiap anak buah kapal akan turun ke darat bila kapal
sedang berlabuh, maka ia harus meminta ijin terlebih dahulu kepada
nakhoda, dan jika ijin tersebut ditolaknya, maka nakhoda harus
menulis dalam buku harian kapal dengan alasan yang cukup
sebagaimana ditentukan pada pasal 385 KUHD. Selain itu nakhoda
harus melayarkan kapalnya dari suatu tempat ke tempat lain dengan
aman, tepat waktu, praktis dan selamat.
31
b) Menyita barang–barang bukti (menyita barang-barang yang
dipakai dalamperistiwa itu).
c) Mendengar para tertuduh dan saksi serta mencatat dalam berita
acara keterangannya.
d) Mengamankan tertuduh, mengambil tindakan terhadap tertuduh,
menurut kebutuhan. Misalnya mengasingkan (menutup) di dalam
kamar tertutup.
e) Menyerahkan berkas, barang bukti dan tertuduh kepada polisi
setibanya kapal kepada Pengadilan negeri di pelabuhan pertama
yang disinggahi. Nahkoda wajib pula mencatat peristiwanya dan
tindakan-tindakan yang telah diambilnya di dalam daftar hukuman.
(Djoko Triyono, 2005:34).
b) Pada Kematian
Apabila ada seorang meninggal dunia dikapal, nahkoda
harus membuat akta kematian juga dalam waktu 24 jam
dengan dihadiri pula oleh dua orang saksi. Sebab-sebab
kematian tidak boleh disebutkan, karena sebab-sebab kematian
hanya dapat diberikan oleh orang yang berwenang/ahli dengan
otopsi. Nakhoda menyerahkan berita acara kepada catatan sipil di
pelabuhan berikutnya atau kalau di luar negeri melalui perwakilan
RI, baru dibuatkan akte kelahiran atau kematian.
32
5) Nakhoda menjabat sebagai wakil pengusaha kapal dalam hal :
a) Penandatangan Perjanjian Kerja Laut.
b) Pengaturan tugas anak buah kapal.
c) penandatangan konosemen.
d) pemungutan uang tambang atau upah-upah lain.
e) memperlengkapi kapalnya untuk berlayar.
f) sebagai tergugat dan penggugat untuk pengusaha dalam proses
pengadilan.
33
3. Refleksi
a . Berdasarkan pembahasan m a t e r i 1 t e n t a n g p e r a t u r a n h a k d a n
k e w a j i b a n A w a k K a p a l dapat disimpulkan sebagai berikut :
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang hak dan kewajiban Awak
kapal adalah :
b. Hak Awak Kapal adalah mendapatkan gaji, cuti, makan dan tempat tinggal,
perawatan pada saat sakit dan kecelakaan, hak menggugat dan menuntut,
hak pengangkutan.
c. Kewajiban Awak kapal adalah mentaati perintah perusahaan, bekerja
sesuai dengan jangka waktu perjanjian, melaksanakan tugas sesuai jam
kerja yang ditetapkan, mentaati semua perintah nakhoda (atasan), tidak
membawa barang-barang terlarang.
d. Pihak tenaga kerja di kapal atau awak kapal dan ABK
seharusnya semakin menumbuhkan kesadaran hukum yang
tinggi pada diri sendiri sehingga pelanggaran-pelanggaran di
atas kapal tidak akan terjadi. Dengan adanya kesadaran hukum yang
tinggi maka kinerja tenaga kerja tidak terganggu sehingga dapat terwujud
situasi kerja yang saling menghormati,
34
menghargai antara pihak perusahaan dan pihak tenaga kerja atau awak
kapal.
e. Pihak Perusahaan, seharusnya lebih
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja di kapal atau awak kapal
dan ABK dan keluarganya. Salah satunya dengan
mengingat resiko bahaya dalam berlayar dan jauh dari
keluarga. Dan harusnya pihak perusahaan lebih menaikkan upah kerja.
f. Pihak Pemerintah, hendaknya dapat merespon dan lebih
memperhatikan nasib para tenaga kerja baik yang di darat
maupun yang di laut. Dan lebih aktif untuk mengadakan
pengawasan agar tenaga kerja dapat memperoleh hak mereka sesuai
dengan sifat pekerjaan yang mereka lakukan. Dan lebih
memperhatikan terhadap segala permasalahan yang dialami
oleh Perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi laut maupun
darat.
4. Tugas
Tugas individu :
Siswa diminta untuk mempelajari kegiatan pembelajaran 1, kemudian
membuat resume dari materi yang sudah dipelajari.
Tugas Kelompok :
Untuk memahami materi 1, siswa diminta untuk tampil bersama kelompoknya
melakukan role play (bermain peran) beberapa naskah drama yang diberikan
oleh guru yang berhubungan dengan materi yang sudah dipelajari
(naskah terlampir). Kemudian tiap kelompok menyimpulkan isi dari naskah
drama. Laporkan hasil kegiatanmu kepada guru pembimbing.
35
a. Persiapan :
1) Dibentuk kelompok kerja siswa, terdiri 5-6 siswa.
2) Setiap siswa memerankan sebuah peran.
3) Setiap siswa terlibat aktif dalam peran tersebut.
4) Siswa 1 sebagai calon pelaut.
5) Siswa 2 sebagai pelaut penangkap ikan.
6) Siswa 3 sebagai fishing master / nakhoda.
7) Siswa 4 sebagai agen pemberangkatan.
8) Siswa 5 sebagai pemilik perusahaan.
b. Skenario
Dialog I. (siswa dapat memahami syarat-syarat menjadi awak kapal
(pelaut) atau yang ingin bekerja ke laut).
Amir : Kabar baik, saya datang sore kemarin. Bagaimana kabar kamu ?
Amir : Mau kan kamu bekerja bersama saya ke negara Spanyol? Sebagai
seorang nelayan.
36
Amir : Persyaratannya mudah, pertama bekerja keras pantang
urus passport.
Darto : baiklah mulai besok saya akan daftar BST, dimana ya?
Amir : kamu daftar saja di SMKN 1 Mundu Cirebon, dan disana bisa
handphone nya.
Agen : tolong kamu carikan ABK untuk kapal ikan di negara Spanyol,
Amir : kebetulan pa, ini ada sahabat saya, yang mau kerja di kapal
dah,....bagus pa orangnya.
37
Agen : ya...sudah kalo begitu, kamu persiapkan saja segala
dan Darto).
Amir : Pak, kenalkan ini Darto, yang satu bulan saya perkenalkan
yang isinya sertifikat BST, buku pelaut), (Pak Budi meneliti isi
map)
38
Darto : Pak Budi Apa hak-hak dan kewajiban saya sebagai anak buah
Budi : Hak yang kamu peroleh, kamu akan mendapatkan gaji (upah,
(tanya Darto).
39
Dialog 3 (Siswa memahami jabatan-jabatan kepelautan)
Satu bulan kemudian Amir beserta Darto sudah berada di negara Spanyol,
dan bertemu dengan nakhoda kapal (Amir memperkenalkan Darto kepada
nakhoda dalam bahasa Spayol, lalu diterjemahkan kepada Darto).
$ 50.
Amir : Mas Syamsul kenalkan ini Darto, yang saya bawa dari
kampung.
Syamsul : Darto, tugas kamu disini adalah sebagai ABK yang melayani,
proses penyortiran.
Syamsul : saya harap kamu dapat bekerja dengan baik, penuh rasa
40
5. Tes Formatif
f) Jelaskan Hak atas tempat tinggal dan makan seorang awak kapal !
41
C. Penilaian
1. Sikap
Nilai diperoleh dari pengamatan guru terhadap keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung
Kriteria Penilaian
Aktif
Nama Jumlah
Mendengar
No Perhatian Disiplin Tekun Ket.
Siswa dan Skor
(1) (2) (3)
bertanya
(4)
1.
2.
3.
dst
Keterangan Skor :
kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
Skor perolehan
Nilai akhir = X 4
Skor Maksimal
2. Pengetahuan
Pedoman penilaian :
∑ Skor perolehan
Nilai akhir = X 4
Skor Maksimal
Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
43
3. Keterampilan
Aspek Pengamatan
Menghargai pendapat
Mengkomunikasikan
Nama Jml
Kerja sama
Keaktifan
Toleransi
pendapat
No Nilai Ket
teman
Siswa Skor
1.
2.
3.
4.
dst
Keterangan Skor :
Kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
44
Pedoman Penskoran :
Keterangan Skor :
∑ Skor perolehan
Nilai = X 4
Skor Maksimal
Aspek Penilaian
dan penampilan
penyampaian
Komuni Kasi
Nama ∑
Sistematika
Keberanian
Wawasan
Antusias
No Nilai Ket
Gesture
Siswa Skor
1.
2.
3.
4.
5.
dst
45
Keterangan Skor :
kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
Pedoman Penskoran :
Keterangan Skor :
∑ Skor perolehan
Nilai = X 4
Skor Maksimal
46
c. Lembar Pengamatan Bermain Peran
Aspek Penilaian
Rata-Rata
Nama Partisipasi Penghayatan Kerjasama
Nilai
Peran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dst
Pedoman Penskoran
Aspek Deskripsi Nilai
Penilaian
Partisipasi Keterlibatan dalam bermain
peran
60 – 100
Peran dari tokoh yang
diperankan
Penghayatan Penjiwaan terhadap tokoh
Peran Kesesuaian kostum tokoh 60 – 100
Semangat bermain peran
Kerjasama Membantu teman
60– 100
Tenggang rasa dengan teman
47
Kriteria Pencapaian Kompetensi /Ketuntasan Belajar
Aspek
Bila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM > 2.66, maka anda
dinyatakan tuntas dan dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya.
Tetapi apabila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM < 2.66
maka anda dinyatakan belum tuntas, maka anda harus mengulangi mulai
dari kegiatan belajar, terutama pada bagian yang masih belum anda kuasai.
48
Kegiatan Pembelajaran 2 : PKL (Perjanjian Kerja Laut)
A. Deskripsi
Selain itu, sesuai dengan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang
menyatakan bahwa “setiap calon tenaga kerja Indonesia mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan
mengingat tenaga kerja pelaut merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia,
maka para tenaga kerja pelaut ini wajib dilindungi yang dalam hal dokumen
identitas pelaut, yang merupakan bentuk lain dari Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri
(KTKLN). Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Indonesia perlu
meratifikasi Konvensi ILO NO. 185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen
Identitas Pelaut, 1958.
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
50
c. Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil pembelajaran Perjanjian
Kerja Laut.
d. Bersikap jujur, disiplin serta bertanggungjawab sebagai hasil dari
pembelajaran Perjanjian Kerja Laut.
e. Menjelaskan pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL).
f. Menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam PKL.
g. Menjelaskan jenis-jenis (bentuk-bentuk) PKL.
h. Menjelaskan isi PKL.
i. Menjelaskan keuntungan dari PKL kolektif (Kesepakatan Kerja Bersama).
j. Menjelaskan berakhirnya PKL.
2. Uraian Materi
51
Pasal 396 KUHD Terhadap Perjanjian Kerja Laut di samping ketentuan bab
ini berlaku ketentuan-ketentuan dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Buku Ketiga, Bab VIIA Bagian ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 bila berlakunya itu
tidak dilarang. (KUHD 402, 4042, 4104, 416h, 4205, 4282, 4292, 4302,
4352, 4413, 444, 4452 , 4463, 4482, 4493, 4504 , 452c2 , 452d.)
Pasal 398 KUHD Perjanjian Kerja Laut dapat diadakan untuk waktu
tertentu, untuk satu perjalanan atau lebih, untuk waktu yang tidak tertentu
atau sampai pemutusan perjanjian. (KUHPerd. 1603g; KUHD 405.)
Pasal 399 KUHD Perjanjian kerja antara pengusaha kapal dan seorang
buruh yang akan bertindak sebagai nakhoda atau perwira kapal, harus
diadakan secara tertulis dengan ancaman hukuman jika perjanjian kerja
menjadi batal.
1) Perjanjian Kerja Laut atau PKL adalah perjanjian yang dibuat antara
seorang pengusaha kapal di suatu pihak dengan seorang buruh di pihak
lain, dengan mana pihak tersebut menyanggupi untuk di bawah
perintah pengusaha itu melakukan pekerjaan dengan mendapat upah
baik sebagai nakhoda atau anak buah kapal (KUHD Pasal 395).
2) Perjanjian Kerja Laut (PKL) adalah perjanjian kerja perorangan yang di
tanda tangani oleh Pelaut Indonesia dengan pengusaha angkutan di
perairan (PP. 7 Tahun 2000 Pasal 1 tentang Kepelautan).
3) Menurut KUHD PKL antara pengusaha harus dibuat tertulis tapi tidak
harus di hadapkan kepada pejabat pemerintah, tapi PKL untuk anak
kapal harus tertulis dan dibuat dihadapkan pejabat pemerintah.
52
4) Tapi sesuai peraturan pemerintah No. 7 tahun 2000 tentang kepelautan,
semua PKL harus di ketahui pejabat pemerintah yang di tunjuk oleh
Menteri.
5) Selain dari PKL kita mengenal Perjanjian Kerja Kolektif (PKK) atau di
sebut juga Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yaitu perjanjian antara
satu atau beberapa pengusaha kapal dengan satu atau beberapa
organisasi perburuhan .
6) Pasal 1601a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan : “
Persetujuan perburuhan adalah persetujuan dengan mana pihak yang
satu, si buruh mengikatkan dirinya untuk dibawah perintahnya pihak
yang lain, si majikan untuk sesuatu waktu tertentu melakukan
pekerjaan dengan menerima upah.
7) Pengertian Perjanjian Kerja laut diatur dalam Pasal 395 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang. Jadi, secara singkat perjanjian kerja laut dapat
dikatakan sebagai perjanjian kerja yang dibuat antara seorang majikan
atau pengusaha kapal dengan seseorang yang mengikatkan diri untuk
bekerja padanya, baik nakhoda atau anak kapal dengan menerima upah
dan perjanjian tersebut harus dibuat atau ditandatangani dihadapan
pejabat yang ditunjuk pemerintah serta pembuatannya harus pula
menjadi tanggung jawab perusahaan pelayaran. Maksud dari perjanjian
kerja dibuat di hadapan pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah
(administratur pelabuhan) adalah agar pembuatan akta perjanjian
tersebut harus berdasarkan atas kemauan kedua belah pihak atau tanpa
adanya paksaan dan dalam perjanjian tidak terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan undang-undang atau peraturan yang berlaku.
Dengan demikian dalam pelaksanaannya administratur pelabuhan
harus memberitahu yang seterang-terang nya. Melakukan perjanjian
kerja laut antara pengusaha kapal dengan nakhoda atau perwira kapal
harus dibuat secara tertulis, supaya dianggap sah (berlaku) dan
53
ditandatangani oleh kedua belah pihak (Pasal 399 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang).
8) Melakukan perjanjian kerja laut antara pengusaha kapal dengan anak
kapal harus dibuat dihadapan anak kapal, dihadapan syahbandar atau
pegawai yang berwajib dan ditandatangani olehnya, pengusaha kapal
dan anak buah kapal tesebut (Pasal 400 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang).
9) Disamping syarat tertulis perjanjian kerja laut harus memenuhi pula
ketentuan yang diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, antara lain:
a) Adany kesepakatan atau kemauan secara sukarela dari kedua belah
pihak.
b) Masing-masing mempunyai kecakapan untuk bertindak.
c) Persetujuan mengenai atau mengandung suatu hak tertentu.
d) Isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
54
PKL antara pengusaha kapal dengan awak kapal pada dasarnya adalah
ikatan kerja berdasarkan perjanjian keperdataan, yaitu pihak-pihak yang
terlibat tidak dapat dipaksakan melalui tindakan kepolisian untuk mentaati
perjanjian. Pada umumnya sanksi yang diberikan adalah dikenakan ganti
rugi kepada pihak yang dirugikan.
3) PKL dilihat dari pihak yang mengikatkan diri, perjanjian kerja laut
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a) Perjanjian kerja laut pribadi atau perseorangan, yaitu
perjanjian kerja laut yang dibuat antara seorang tenaga kerja dengan
perusahaan pelayaran.
b) Perjanjian kerja laut kolektif atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
yaitu perjanjian kerja laut yang
dibuat antara perusahaan pelayaran atau gabungan
perusahaan pelayaran dengan gabungan tenaga kerja
(anak buah kapal), dengan syarat masing-masing pihak harus
berbentuk badan hukum. Atau Perjanjian Kerja Laut antara majikan
atau gabungan dari majikan dengan gabungan pelaut. Kedua belah
pihak harus berbentuk badan hukum. Perjanjian ini pada
hakekatnya belumlah Perjanjian Kerja dengan pelaut, jadi perjanjian
kerja secara individu masih harus dibuat. Akan tetapi isi perjanjian
kerja dengan individu pelaut kemudian tidak boleh bertentangan
dengan perjanjian kerja laut kolektif. Bilamana ada pertentangan
yang dapat mengakibatkan dibatalkannya perjanjian tersebut.
Perjanjian Kerja Laut Kolektif sangat menguntungkan buruh
(pelaut), sebab mereka berunding dengan majikan sebagai satu
56
kesatuan, yaitu organisasi yang sah dan diakui
(di Indonesia : Kesatuan Pelaut Indonesia), sehingga tidak mudah
ditekan oleh majikan, karena jika perundingan atau musyawarah
mendapat jalan buntu, secara kuantitatif majikan akan lebih banyak
menderita rugi daripada pelautnya, karena kapalnya tidak
beroperasi. Namun demikian majikan juga mendapat keuntungan
berupa kepastian mengenai syarat-syarat kerja, sehingga tidak dapat
pula dituntut perubahan-perubahan oleh pelaut setiap waktu
sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja laut Kolektif tersebut. Kedua
belah pihak tidak perlu berunding setiap waktu dan kedua belah
pihak dapat bekerja dengan tenang tanpa kecurigaan akan sesuatu
pihak untuk mengambil kesempatan dalam hal-hal yang
menyulitkan pihak yang lain. Pelaut juga mendapat keuntungan
berupa jaminan lapangan kerja yang merata, sebaliknya majikan
juga mendapat jaminan penyediaan pelaut, sehingga kurang
kemungkinan terhalangnya operasi kapal, disebabkan karena
kekurangan pelaut yang tersedia. Jika sistem ini telah diterapkan
benar-benar secara konsisten, maka tidak akan ditemui lagi pelaut
perusahaan, sebab semua pelaut tidak terikat dengan perusahaan
pelayaran, akan tetapi kepada organisasi pelautnya. Dengan
demikian masing-masing pelaut akan mendapat pengalaman yang
seragam atau hampir seragam, sehingga istilah pelaut domestik dan
pelaut internasional tidak mungkin kita temui lagi. Untuk
perusahaanpun dapat menyeragamkan ongkos exploitasi
perusahaannya dengan perusahaan lain, paling kurang dalam
bidang pembiayaan personil, yang di negara-negara yang sudah
berkembang merupakan komposisi biaya yang cukup besar, yaitu
20% sampai 35 % dari biaya exploitasi. Tanggung jawab mengenai
pembinaan dan penataran pelaut akan menjadi tanggung jawab
organisasi, sebagai pembina dan pengatur pelaut.
57
Keuntungan dari KKB (Kesepakatan Kerja Bersama atau PKL Kolektif)
adalah :
a. Persyaratan kerja sudah di tentukan.
b. Berlaku secara luas dan dalam waktu tertentu.
c. Pelaut tidak harus bernegosiasi setiap pembutan PKL karena PKL
tidak boleh bertentangan dengan KKB.
d. Jaminan lapangan kerja lebih merata.
Menurut UU RI. NO. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran (Sijil Awak Kapal)
Pasal 224 :
1) Setiap orang yang bekerja di kapal dalam jabatan apa pun harus
memiliki kompetensi, dokumen pelaut, dan disijil oleh Syahbandar.
2) Sijil Awak Kapal dilakukan dengan tahapan :
a) penandatanganan perjanjian kerja laut yang dilakukan oleh
pelaut dan perusahaan angkutan laut diketahui oleh Syahbandar;
dan
b) berdasarkan penandatanganan perjanjian kerja laut, nakhoda
memasukkan nama dan jabatan awak kapal sesuai dengan
kompetensinya ke dalam buku sijil yang disahkan oleh
Syahbandar.
58
f. Sebagai apa ia dipekerjakan atau jabatan tenaga kerja di kapal, baik
sebagai nahkoda atau anak buah kapal.
g. Pernyataan yang berisi : apakah tenaga kerja tersebut
mengikatkan diri untuk tugas-tugas lain selain tugas di kapal.
h. Nama syahbandar yang menyaksikan atau mengesahkan
perjanjian kerja laut itu.
i. Gaji atau upah dan jaminan-jaminan lainnya selain yang harus atau
diharuskan oleh Undang-undang.
j. Saat perjanjian kerja laut itu dimulai.
k. Pernyataan yang berisi : Undang-undang atau peraturan yang
berlaku dalam penentuan hari libur atau cuti .
l. Hak dan kewajiban pelaut.
m. Hak dan kewajiban pengusaha.
n. Tanda tangan tenaga kerja, pengusaha pelayaran dan
syahbandar.
o. Tanggal ditandatanganinya atau disahkannya perjanjian kerja laut
tersebut.
p. Perihal pengakhiran hubungan kerja.
q. Penyelesaian perselisihan (PP No. 7 tahun 2000)
r. Jabatan pelaut di kapal
s. Tanda tangan buruh, majikan dan syahbandar
t. Tanggal di tanda tanganinya atau disyahkannya perjanjian kerja laut.
Berlakunya Perjanjian Kerja Laut adalah seperti yang telah ditetapkan
dalam perjanjian atau setelah pelaut terdaftar dalam sijil anak buah
kapal. Jika tidak ada keterangan apa-apa, maka Perjanjian Kerja Laut
berlaku mulai tanggal penanda tanganan (pasal 408 dan 413 KUHD).
59
a. waktu perjalanan berakhir. Jika waktu perjanjian berakhir pada
waktu kapal sedang dalam pelayaran, maka perjanjian kerja laut
dianggap berlaku sampai di pelabuhan berikutnya, dimana
perjanjian kerja boleh berakhir. Dalam hal ini perjanjian boleh
diteruskan dengan syarat-syarat yang sama dengan PKL yang lama
(PKL yang lama masih berlaku).
e. Jika salah satu pihak tidak setuju selama dalam jangka akte
percobaan (tiga bulan menurut undang-undang perburuhan).
f. Perusahaan likwidasi.
Alasan mendesak bagi majikan ialah tindakan, sifat atau perilaku buruh
yang mengakibatkan bahwa dari pihak majikan secara wajar tidak dapat
dibenarkan (tolelir) untuk hubungan kerja selanjutnya misalnya :
a. Pelaut menipu waktu pembuatan PKL (penipuan dengan
memberikan keterangan palsu seperti ijazah, surat-surat dan bukti-
bukti palsu).
60
h. Sipelaut memberikan keterangan-keterangan palsu atau
menyesatkan, sehubungan dengan pekerjaan.
61
j. Bila PKL dibuat satu/beberapa perjalanan, sedangkan majikan
menyuruhmelakukan perjalanan lain.
62
3. Refleksi
63
10) Saat perjanjian kerja laut itu dimulai.
11) Pernyataan yang berisi : Undang-undang atau peraturan yang berlaku
dalam penentuan hari libur atau cuti .
12) Hak dan kewajiban pelaut.
13) Hak dan kewajiban pengusaha.
14) Tanda tangan tenaga kerja, pengusaha pelayaran dan syahbandar.
15) Tanggal ditandatanganinya atau disahkannya perjanjian kerja laut
tersebut.
16) Perihal pengakhiran hubungan kerja.
17) Penyelesaian perselisihan (PP No. 7 tahun 2000)
2) PKL jika ditinjau dari sudut perbedaan Perjanjian Kerja Laut dalam
Undang-Undang, yaitu menyangkut persoalan alasan-alasan yang
sah untuk melakukan pemutusan hubungan kerja, maka Perjanjian
Kerja Laut dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
3) PKL dilihat dari pihak yang mengikatkan diri, Perjanjian Kerja Laut
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
65
Kedua belah pihak harus berbentuk badan hukum. Perjanjian ini
pada hakekatnya belumlah perjanjian kerja dengan pelaut, jadi
perjanjian kerja secara individu masih harus dibuat. Pihak
tenaga kerja dikapal anak buah kapal (ABK) seharusnya semakin
menumbuhkan kesadaran hukum yang tinggi pada diri sendiri
sehingga pelanggaran-pelanggaran diatas kapal tidak akan
terjadi. Dengan adanya kesadaran hukum yang tinggi maka
kinerja tenaga kerja tidak terganggu sehingga dapat terwujud
situasi kerja yang saling menghormati.
menghargai antara pihak perusahaan dan pihak tenaga kerja
atau anak buah kapal (ABK).
h. Berakhirnya PKL
Mengakhiri secara sah
66
Alasan mendesak bagi majikan ialah tindakan, sifat atau perilaku buruh
yang mengakibatkan bahwa dari pihak majikan secara wajar tidak dapat
dibenarkan (tolelir) untuk selanjutnya hubungan kerja misalnya :
67
g. Bila tempat tinggal tidak memenuhi syarat sehingga mempengaruhi
kesehatan.
h. Buruh sakit menjadi tidak mampu bekerja.
i. Bila kapal kehilangan hak atas negara bendera.
j. Bila PKL dibuat satu/beberapa perjalanan, sedangkan majikan
menyuruh melakukan perjalan lain.
k. Bila majikan memberi tugas yang bertentangan dengan perjanjian dan
undang-undang.
l. Majikan menyuruh kapal berlayar ke wilayah perang.
m. Majikan memerintahkan buruh bekerja pada majikan lain yang tidak
diperjanjikan.
n. Bila kapal dipergunakan untuk perdagangan budak, pembajakan atau
pengangkutan barang-barang yang dilarang.
4. Tugas
C. Penilaian
1. Sikap
Nilai diperoleh dari pengamatan guru terhadap keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Kriteria Penilaian
Aktif
Nama Jumlah
Mendengar
No Perhatian Disiplin Tekun Ket.
Siswa dan Skor
(1) (2) (3)
bertanya
(4)
1.
2.
3.
dst
69
Keterangan Skor :
kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
Pedoman Penskoran :
∑ Skor perolehan
Nilai akhir = X 4
Skor Maksimal
70
2. Pengetahuan
Pedoman penilaian :
∑ Skor perolehan
Nilai akhir = X 4
Skor Maksimal
Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
3. Keterampilan
71
a. Rubrik kegiatan Diskusi
Aspek Pengamatan
Mengkomunikasikan
pendapat teman
Nama Jml
Menghargai
Kerja sama
Keaktifan
Pendapat
Toleransi
No Nilai Ket
Siswa Skor
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Keterangan Skor :
kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
72
Pedoman Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
Aspek Penilaian
dan penampilan
penyampaian
Komuni Kasi
Nama ∑
Sistematika
Keberanian
Wawasan
Antusias
No Nilai Ket
Gesture
Siswa Skor
1.
2.
3.
4.
5.
dst
73
Keterangan Skor :
kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
Pedoman Penskoran :
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
74
Kriteria Pencapaian Kompetensi /Ketuntasan Belajar
Aspek
Bila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM > 2.66, maka anda
dinyatakan tuntas dan dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya.
Tetapi apabila tingkat pencapain kompetensi anda mencapai KKM < 2.66
maka anda dinyatakan belum tuntas, maka anda harus mengulangi mulai
dari kegiatan belajar, terutama pada bagian yang masih belum anda kuasai.
75
Kegiatan Pembelajaran 3 : Kelaiklautan Kapal
A. Deskripsi
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
77
d. Bersikap jujur, disiplin serta bertanggung jawab sebagai hasil dari
pembelajaran kelaikan laut kapal.
e. Menjelaskan pengertian kelaik lautan kapal.
f. Menjelaskan pengertian keselamatan kapal.
g. Menyebutkan persyaratan kapal laik laut.
h. Menjelaskan tentang status hukum kapal.
i. Menyebutkan peran dan fungsi dari BKI (Balai Klasifikasi Indonesia).
j. Menyebutkan jenis-jenis dokumen (sertifikat-sertifikat) yang harus dimiliki
oleh sebuah kapal.
k. Menyebutkan dokumen-dokumen awak kapal.
l. Menjelaskan pencegahan pencemaran dari kapal.
m. Menjelaskan fungsi sertifikat garis muat kapal dan pemuatannya.
n. Menjelaskan sertifikat kesempurnaan, surat laut dan sertifikat keselamatan.
o. Menjelaskan Manajemen Keselamatan kapal.
p. Menjelaskan Manajemen Keamanan Kapal.
2. Uraian Materi
Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada aturan
yang harus dipatuhi, dan di dalam semua proses pelaksanaannya selalu ada
badan independen yang menjadi pengawasnya. Pada saat kapal dirancang
kemudian pemilihan bahan, dan selama proses pembangunannya, selain
pemilik kapal, pihak galangan kapal, dan pihak pemerintah selaku
administrator dan pihak Klasifikasi dalam hal ini di Indonesia oleh Biro
Klasifikasi Indonesia yang akan melakukan pengawasan dan pemberian kelas
bagi kapal yang telah selesai dibuat, hingga nanti setelah kapal beroperasi
mereka juga akan melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian
kecelakaan di laut.
78
Sebagai suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan
yang menyangkut angkutan di perairan dan kepelabuhan. Terdapat banyak
penyebab kecelakaan kapal laut; karena tidak diindahkannya keharusan tiap
kendaraan yang berada di atas kapal untuk diikat (lashing), hingga pada
persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat kapal
dan gaya lengan stabil. Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah kapal
tidak dapat disebutkan secara pasti, melainkan perlu dilakukan pengkajian.
a. Standar Nasional
b. Standar Internasional
80
9) ILO NO. 147 Tahun 1976 tentang Minimum Standar Kerja bagi Awak
Kapal Niaga.
10) ILO Convention NO. 185 Tahun 2008 tentang SID (Seafarers
Identification Document) yang telah diratifikasi berdasarkan UU No. 1
Tahun 2009.
11) Demikian pula bab-bab lain dalam SOLAS yaitu Penerapan ketentuan-
ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran
termasuk didalamnya penerapan of the International Safety
Management (ISM) Code dan International Ship and Port Facility
Security (ISPS) Codeserta IMDG Code (international maritime
dangerous Goods) yang baru di revisi 1 Januari 2002 dan mulai berlaku
1 Juli 2002.
Selain konvensi yang disebutkan di atas terdapat satu aturan yang tidak
dapat dilepaskan dari keselamatan pelayaran yang mengatur tentang Radio
Komunikasi Laporan yang erat hubungannya dengan GMDSS yaitu Radio
Regulation (RR), Telegraph and Telephone Regulation di bawah konvensi
International Telecomunication Union (ITU). Dari semua standard konvensi
di atas disimpulkan bahwa untuk mencapai sasaran keselamatan jiwa di
laut dapat diperlukan 4 (empat) kelompok persyaratan utama yaitu :
Persyaratan Kapal
83
Selain itu, banyak armada kapal di Indonesia merupakan kapal bekas yang
dibeli dari negara lain. Perawatan kapal-kapal ini juga di bawah standar,
umur kapal bekas yang dipakai dalam pelayaran di Indonesia biasanya
sangat tua. Sehingga kapal-kapal ini tidak laik berlayar. Kapal-kapal bekas
tersebut, di negara asalnya, sebetulnya sudah tidak digunakan sebagai salah
satu modal transportasi laut. Sebab kedua adalah operasional armada, baik
aspek kapal maupun aspek muatan. Problem ini adalah problem yang
muncul karena lemahnya pengawasan standar keselamatan pelayaran yang
akhirnya mengakibatkan masalah kelebihan beban atau muatan berbahaya
yang tidak dilaporkan. Alasan tentang cuaca buruk dan kondisi alam,
sebenarnya tidak layak diajukan sebagai alasan utama kecelakaan
pelayaran, karena Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
selalu mengumumkan kondisi cuaca berikut prakiraan-prakiraannya.
84
Dapat di simpulkan bahwa penyebab kecelakaan kapal terjadi pada :
1) Operator
a) Keselamatan Kapal
Banyak kapal dibuat secara tradisional dan tidak mempunyai
sertifikat
Banyak pembuatan kapal tidak mengikuti arahan gambar kapal
yang sudah disyahkan.
Banyak sertifikat kapal sudah kadaluarsa.
Peralatan komunikasi dan navigasi kapal kurang berfungsi.
b) Pemuatan
Pemuatan berlebihan terutama on-deck.
Penempatan muatan atau peningkatan tidak benar.
Pemuatan penumpang berlebihan.
Kesadaran penumpang masih kurang.
2) Pengawasan Aparat
a) Kapal dapat keluar atau masuk tempat dimana saja.
b) Jumlah lokasi aparat pengawas terbatas, Tidak semua tempat
singgah kapal dapat diawasi.
c) Kemungkinan pemeriksaan kurang teliti.
85
Berdasarkan survey dan audit atas pelaksanaan semua aturan keselamatan
yang harus dipenuhi. Kecelakaan angkutan laut yang menelan banyak
korban jiwa dan harta benda terjadi silih berganti, dalam beberapa tahun
belakangan ini diantaranya Kecelakaan KM Digoel. Sedangkan faktor-faktor
penyebab terjadinya kecelakaan secara langsung di laut seperti :
1) Faktor manusia.
2) Faktor teknis.
3) Faktor alam.
1) Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar yang antara lain
meliputi:
a) Kecerobohan didalam menjalankan kapal.
b) Kekurang mampuan awak kapal dalam menguasai berbagai
permasalahan yangmungkin timbul dalam operasional kapal.
c) Secara sadar memuat kapal secara berlebihan.
2) Faktor teknis
Faktor teknis biasanya terkait dengan kekurang cermatan didalam
desain kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan
kerusakan kapal atau bagian-bagian kapal yang menyebabkan kapal
mengalami kecelakaan, terbakarnya kapal seperti yang dialami Kapal
Tampomas diperairan Masalembo, Kapal Livina.
3) Faktor alam
Faktor cuaca buruk merupakan permasalahan yang seringkali dianggap
sebagai penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang
biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi
oleh musim atau badai, arus yang besar, kabut yang mengakibatkan
jarak pandang yang terbatas.
86
Gambar 1. Kecelakaan transportasi laut
87
Gambar 2. Contoh Alat Keselamatan “Pelampung” SOLAS 1974
88
Gambar 4. Beberapa contoh alat bantu keselamatan
91
Pengertian Kelaiklautan kapal dan Keselamatan kapal :
Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan,
garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang
status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran
dari kapal , manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.
Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
material, kontruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata
susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio,
elektronik kapal yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan
pemeriksaan dan pengujian.
Laik tangkap adalah kesesuaian hubungan antara ukuran kapal, mesin, alat
tangkap, alat bantu penangkapan, jalur penangkapan, dan kecakapan pekerja
(ABK) di atas kapal ikan. Sarana Bantu Navigasi pelayaran adalah sarana yang
dibangun atau terbentuk secara alami yang berada di luar kapal yang berfungsi
membantu navigasi dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta
memberitahukan bahaya dan atau rintangan pelayaran untuk kepentingan
keselamatan berlayar.
92
Gambar 5. Penyebab kecelakaan pelayaran, kedaruratan pelayaran
dan penanganannya
Pada BAB. II Pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa pada setiap kapal niaga yang
berlayar harus diawaki dengan susunan terdiri dari : seorang nakhoda,
sejumlah rating. Susunan awak kapal didasarkan pada daerah pelayaran,
tonase kotor kapal (Gross tonnage/GT) dan ukuran tenaga penggerak kapal
(kilowatt/KW).
93
Pada pasal 8 menetapkan dan memperjelas bahwa awak kapal yang
mengawaki kapal niaga sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Bagi nakhoda , mualim atau masinis harus memiliki sertifikat keahlian
pelaut yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan daerah pelayaran,
tonase kotor dan ukuran tenaga penggerak kapal dan memiliki sertifikat
keterampilan pelaut.
2) Bagi operator radio harus memiliki sertifikat keahlian pelaut bidang radio
yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan peralatan radio yang
ada di kapal dan di kapal dan memiliki sertifikat keterampilan pelaut.
3) Bagi ratting harus memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat
keterampilan pelaut yang jenis sertifikatnya sesuai dengan jenis tugas,
ukuran dan jenis kapal serta tata susunan kapal.
(Pasal 135) menyebutkan setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang
memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan
nasional dan internasional.
94
Pasal 3 PP RI NO. 7 tahun 2000 tentang Kepelautan menerangkan ;
1) Setiap awak kapal harus memiliki sertifikat kepelautan.
2) Jenis sertifikat kepelautan terdiri dari :
a) Sertifikat Keahlian Pelaut;
b) Sertifikat Keterampilan pelaut.
Pasal 4
1) Jenis Sertifikat Keahlian Pelaut terdiri dari :
a) Sertifikat Keahlian Pelaut Nautika;
b) Sertifikat Keahlian Pelaut Teknik Permesinan;
c) Sertifikat Keahlian Pelaut Radio Elektronika.
Pasal 5
1) Sertifikat Keahlian Pelaut Nautika terdiri dari :
a) Sertifikat Ahli Nautika Tingkat I;
b) Sertifikat Ahli Nautika Tingkat II;
c) Sertifikat Ahli Nautika Tingkat III;
d) Sertifikat Ahli Nautika Tingkat IV;
e) Sertifikat Ahli Nautika Tingkat V;
f) Sertifikat Ahli Nautika Tingkat Dasar.
95
e) Sertifikat Ahli Teknika Tingkat V;
f) Sertifikat Ahli Teknika Tingkat Dasar.
Pasal 6
1) Sertifikat Keterampilan Dasar Pelaut adalah Sertifikat Keterampilan dasar
Keselamatan (Basic Safety Training).
2) Jenis Sertifikat Keterampilan Khusus terdiri dari :
a) Sertifikat Keselamatan Kapal Tanki (Tanker safer);
b) Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang Roro;
c) Sertifikat Keterampilan Penggunaan Pesawat Luput Maut dan Sekoci
Penyelamat (Survival Craft dan Rescue Boats );
d) Sertifikat Keterampilan Sekoci Penyelamat Cepat (Fast Rescue Boats);
e) Sertifikat Keterampilan Pemadaman Kebakaran Tingkat Lanjut
(Advance Fire Fighting);
f) Sertifikat KeterampilanPertolongan Pertama (Medical Emergency First
Aid);
g) Sertifikat Keterampilan Perawatan Medis di atas kapal (Medical Care on
Boat).
h) Sertifikat Radar Simulator;
i) Sertifikat ARPA Simulator.
96
Pasal 7 (1) Pada setiap kapal yang berlayar harus berdinas :
a) Seorang nahkoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki sertifikat
keahlian pelaut dan sertifikat keterampilan pelaut sesuai dengan daerah
pelayaran, ukuran kapal, jenis kapal dan daya penggerak kapal;
b) Sejumlah rating yang memilki sertifikat keahlian pelaut dan/atau sertifikat
keterampilan pelaut sesuai dengan jenis tugas, ukuran dan tata susunan
kapal.
Pasal 151
1) Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraanyang meliputi:
a) gaji;
b) jam kerja dan jam istirahat;
c) jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke tempat
asal;
d) kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami
kecelakaan;
e) kesempatan mengembangkan karier;
f) pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan atau minuman; dan
g) pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi
kecelakaan kerja.
97
Pasal 152
1) Setiap kapal yang mengangkut penumpang wajib menyediakan fasilitas
kesehatan bagi penumpang.
2) Fasilitas kesehatan meliputi :
a) ruang pengobatan atau perawatan;
b) peralatan medis dan obat-obatan; dan
c) tenaga medis.
Pasal 153
Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kerja dan persyaratan fasilitas
kesehatan penumpang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Clasification Bureau (Biro Klasifikasi ) adalah suatu badan atau lembaga yang
berfungsi dan berwenang untuk memberikan kelas kepada kapal-kapal dalam
rangka pengawasan dan jaminan kekuatan konstruksi kapal, serta mesin dan
perlengkapan kapal lainnya.
Biro klasifikasi mempunyai hak dan kewajiban untuk mengadakan survey dan
menguji serta meneliti kepada setiap kapal pada periode-periode tertentu,
dengan tujuan agar kapal tetap berada dalam kelasnya atau kelaik lautannya.
Penelitian dan uji mutu serta survei yang dilakukan oleh Biro Klasifikasi antara
lain :
a) Survey tahunan adalah survey yang dilakukan satu kali dalam satu tahun.
b) Survey besar adalah survey yang dilakukan oleh Biro Klasifikasi secara
khusus dan lebih ketat (biasanya 2 tahun sekali).
c) Survey berlanjut adalah suatu survey dari Biro Klasifikasi yang sifatnya
berlanjut dan kontinyu.
98
d) Survey permulaan/pembuatan/pembangunan adalah suatu survey dari
Biro Klasifikasi dilakukan pada saat dibangun atau baru dibeli.
e) Survey sewaktu-waktu adalah survey dari Biro Klasifikasi dilakukan pada
waktu setelah kapal mengalami kecelakaan, tabrakan, kandas atau ada
perubahan nama kapal.
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) adalah badan hukum yang dimodali oleh
pemerintah dengan bentuk Perum (Perusahaan Umum) yang dikelola oleh
suatu management tersendiri. Sesuai dengan surat keputusan Menteri
Perhubungan Laut RI No.th. 1/17/1 tertanggal, 26 September 1964 tugas BKI
adalah sebagai berikut :
a) Meng “kelas” kan kapal-kapal yang dibangun di bawah pengawasan BKI
baik selama pembuatannya maupun setelah beroperasi.
b) Berwenang untuk menetapkan dan memberikan tanda-tanda lambung
timbul pada kapal-kapal tersebut.
c) Mengeluarkan sertifikat garis muat pada kapal-kapal berbendera nasional
yang dikeluarkan oleh BKI.
99
Status hukum kapal dapat ditentukan setelah melalui proses :
a) pengukuran kapal;
b) pendaftaran kapal; dan
c) penetapan kebangsaan kapal.
Kapal harus mempunyai surat tanda kebangsaan yang masih berlaku sesuai
ukuran kapal.
Pasal 156
1) Pada kapal yang telah diukur dan mendapat Surat Ukur wajib dipasang
Tanda Selar.
2) Tanda Selar harus tetap terpasang di kapal dengan baik dan mudah dibaca.
Sertifikat kapal dan surat kapal harus dimiliki oleh sebuah kapal pertama
sekali disaat kapal baru selesai dibangun atau baru dibeli. Tentu perlu
diadakan survey untuk melengkapi data-data kapal yang diperlukan
100
mengeluarkan sertifikat atau surat-surat kapal oleh instansi yang
berwenang dan sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang
berlaku, setelah segala sesuatunya selesai, maka kapal yang bersangkutan
diberikan sertifikat Kapal dan atau surat-surat kapal antara lain sertifikat
ukur kapal, surat tanda pendaftaran kapal, Flag of Convenience, sertifikat
garis muat, sertifikat penumpang kapal, sertifikat hapus tikus dan surat
kapal lainnya.
101
3.2 Pencegahan Pencemaran dari Kapal
Pasal 134 (Menurut PP. RI No. 7 tahun 2000 tentang Kepelautan) menerangkan
Sekitar tahun 1920 atau sebelum perang dunia II gagasan untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya pecemaran di laut akibat minyak sebenarnya telah
ada namun setelah perang dunia II masih saja membuang ke laut air cucian ke
tangki dan residu minyak ke laut . Di Inggris pada tahun 1954 telah di adakan
konvensi internasional tentang pencegahan pencemaran laut oleh minyak ‘”Oil
Pollution Convention yang di undangkan pada tanggal 26 Juli 1958 di sponsori
oleh IMCO (Internasional Govermental Maritime Consultative Organization)
yaitu suatu badan Internasional PBB yang khusus menangani masalah-masalah
102
kemaritiman yang baru diakui secara Internasional tahun 1958 (1948-1958)
yang kemudian berubah nama menjadi IMO pada tanggal 22 Mei 1982 .
Amandemen tahun 1962 yang mulai diundangkan pada tanggal 18 Mei 1967
mewajibkan tambahan terhadap pembuangan minyak atau campuran minyak
serta menetapkan penyediaan sarana penampungan limbah (Shore Reception
Facilities) terutama di loading Terminal.
Pada tahun 1967 terjadi pencemaran dari sebuah kapal tanker “ TORREY
CANYON “di pantai selatan Inggris yang menumpahkan menyak sekitar 35 juta
gallond crude oil.
103
Kapal tanker harus berada pada lokasi laut yang jaraknya dari pantai terdekat
lebih dari 50 mil.
Jumlah minyak yang boleh di buang 1/5000 kapasitas angkut dari kapal tanker.
104
Annex IV : Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh
Berikut adalah isi dan bentuk dari dokumen berdasarkan MARPOL 73/78 :
1. List of oil “sesuai appendix I MARPOL 73/78 adalah daftar dari minyak
yang akan menyebabkan pencemaran apabila tumpah ke laut dimana daftar
tersebut tidak akan sama dengan daftar minyak sesuai kriteria industri
perminyakan.
2. International Oil Pollution Prevention Certificate (IOPC) untuk semua kapal
dagang, dimana supplement atau lampiran mengenai “Record of
Construction and Equipment for ship other than oil tankers and oil tankers”
3. Oil Record Book adalah buku catatan yang ditempatkan di atas kapal, untuk
mencatat semua kegiatan menangani pembuangan sisa-sisa minyak serta
campuran minyak dan air di kamar mesin, semua jenis kapal, dan untuk
kegiatan bongkar muat muatan dan air ballast kapal tanker.
105
Pendekatan yang di lakukan IMO untuk mencegah jangan sampai terjadi
tumpahan minyak ke laut yakni melakukan kontrol pada struktur kapal di
lakukan pada tahun 1970 – an. Selanjutnya IMO pada tahun 1984 melakukan
beberapa modifikasi yang menitik berkaitan pencegahan hanya ada kegiatan
operasi tanker pada Annex 1 dan terutama adalah keharusan kapal di lengkapi
dengan Oil Water Separating Equipment dan Oil Discharge Monitoring System.
Pasal 65 ayat (1) UU. No.21 tahun 1992 menegaskan bahwa setiap kapal
dilarang melakukan pembuangan limbah atau bahan lainnya apabila tidak
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pembuangan limbah atau bahan lain
yang dilarang itu antara lain : Pembuangan (dumping) limbah air got dari kapal
tanpa prosedur, membuang sampah atau kotoran dan sisa-sisa muatan (dirty
Sweeping), membuang air cleaning dari tangki muat kapal dan lain sebagainya.
Menurut pasal 67 UU. No. 21 tahun 1992, setiap Nakhoda atau Pemimpin
perusahaan kapal mempunyai kewajiban dalam upaya menanggulangi atau
mencegah pencemaran laut yang bersumber dari kapalnya. Wajib segera
melaporkan kepada pejabat pemerintah atau instansi yang berwenang yang
106
menangani penanggulangan pencemaran laut , mengenai terjadinya
pencemaran laut yang disebabkan oleh kapalnya, atau oleh kapal lain atau
apabila melihat adanya pencemaran di laut.
Kapal ukuran 10.000 GRT atau lebih harus dilengkapi dengan kombinasi
antara Oil Water Separating Equipment dengan Oil Discharge Monitoring and
Control Systems, atau dilengkapi dengan Oil Filtering Equipment yang dapat
107
mengatur buangan campuran minyak ke laut tidak lebih dari 15 parts per
million (alarm akan berbunyi bila melebihi ukuran tersebut).
BAB. III dari MARPOL Annex I Reg.22 dan 23 mengatur mengenai “ Usaha
mengurangi seminim mengkin polusi minyak akibat kerusakan lambung dan
plat dasar dari kapal “. Dengan melakukan perhitungan secara hipotese aliran
minyak dari tangki muatan, maka pada annex I dibuat petunjuk perhitungan
untuk mencegah sekecil mungkin minyak yang tumpah ke laut apabila terjadi
tabrakan atau kandas.
Segregated Ballast Tanks (SBT) sesuai Reg. 13 E, harus berfungsi juga sebagai
pelindung atau “ Protective Location “daerah tangki muatan pada waktu
terjadi tabrakan atau kandas, untuk tangker minyak mentah 20.000 dwt atau
lebih.
108
Regulation 24, membatasi volume tangki muatan yang mengatur sedemikian
rupa sehingga tumpahan minyak dapat dibatasi bila kapal bertabrakan atau
kandas
Annex I MARPOL 73/78 berlaku untuk semua jenis kapal, dimana membuang
minyak ke laut di beberapa lokasi dilarang dan di tempat lain sangat dibatasi
Karena itu kapal harus memenuhi persyaratan konstruksi dan peralatan serta
mempersiapkan “Oil Record Book”
109
4. Tanker ukuran 150 grt atau lebih harus memenuhi semua persyaratan
sesuai Reg. 4 Annex I dan kondisi serta peralatan kapal harus dipelihara
untuk menghindari pencemaran,
5. Sertifikat IOPP hanya untuk tanker yang berlayar Internasional, dan tidak
dibutuhkan untuk tanker domestik, tetapi ditentukan sendiri oleh
Pemerintah yang ada hubungannya dengan survey (Reg.5).
110
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 4 tahun 2005
Tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal
Pencegahan Pencemaran adalah Upaya yang diambil oleh nakhoda atau awak
kapal sedini mungkin untuk menghindari atau mengurangi tumpahan minyak
atau bahan cair beracun dari kapal ke perairan.
1) Kapal dengan jenis tertentu dan tonase kotor tertentu harus memenuhi
ketentuan Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran Dari
kapal (International Convention of marine Pollution Prevention from Ships,
1973, protocol 1978) yang diratifikasi dengan keputusan Presiden Nomor
46 tahun 1986 tentang pengesahan International Convention for The
Prevention of Oil Pollution from Ships, 1973 and the protocol of 1978
Relating Thereto (Lembaran Negara tahun 1986 . Nomor 59).
2) Kapal dengan jenis tertentu dan tonase kotor tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat ( 1), yaitu:
a) Kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 150 atau lebih dan kapal
selain kapal selain kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 400
atau lebih wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran oleh
minyak sesuai dengan Annex I konversi MARPOL 73/ 78.
b) Kapal tangki denga ukuran berapapun yang mengangkut bahan cair
beracun wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran oleh
bahan cair beracun sesuai dengan Annex II KONVENSI MARPOL 73/78.
111
c) Kapal dengan ukuran berapapun yang mengangkut bahan pencemar
dalam bentuk kemasan yang tercantum dalam ketentuan IMDG Code
wajib memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran sesuai dengan
ANNEX III KONVENSI MARPOL 73/78.
d) Kapal dengan tonase kotor GT 200 atau lebih dan/atau kapal yang
mengangkut lebih dari 10 orang wajib memenuhi ketentuan
pencegahan pencemaran oleh kotoran dari kapal sesuai dengan ANNEX
V KONVENSI MARPOL 73/78.
e) Kapal dengan jenis tertentu dan tonase kotor tertentu wajib
memenuhi ketentuan pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal
sesuai dengan ANNEX IV KONVENSI MARPOL 37/78.
f) Kapal dengan jenis tertentu dan tonase kotor tertentu wajib memenuhi
ketentuan pencegahan pencemaran udara sesuai dengan Annex VI
KONVENSI MARPOL 73/78.
Pasal 3
1) Kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 100 sampai dengan (GT) 149
dan selain kapal tangki minyak dengan tonase kotor (GT) 100 sampai
dengan (GT) 399 dan/atau yang menggunakan mesin penggerak utama 200
PK atau lebih wajib memenuhi ketentuan Bab III peraturan ini.
2) Kapal berbendera asing dengan ukuran sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) yang beroperasi secara tetap sekurang-kuangnya dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan, wajib memenuhi ketentuan Bab III peraturan ini.
112
BAB III
PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH MINYAK DARI KAPAL
Pasal 4
113
f) Menyediakan Buku Catatan Minyak (Oil Record Book) untuk mencatat
kegiatan-kegiatan di kapal sebagai berikut :
i. Untuk kapal tangki minyak :
(1).Buku catatan minyak untuk ruang permesinan :
(a) Pencucian tangki minyak bahan bakar.
(b) Pembuangan air bilga melalui alat pemisah air dan minyak.
(c) Penyaluran limbah berminyak dari tangki penampungan
minyak kotor ke fasilitas penampungan di darat.
(2).Buku Catatan minyak untuk ruang muatan :
(a) Pemuatan minyak muatan.
(b) Pemindahan muatan minyak di dalam kapal selagi berlayar.
(c) Pembongkaran minyak muatan.
(d) Pencucian tangki muatan.
(e) Pengisian tolak bara di tangki muatan.
(f) Pembuangan air bilga ke luar kapal melalui alat pemisah air
dan minyak.
(g) Pencucian tangki minyak bahan bakar.
(h) Penyaluran limbah berminyak dari tangki slop kapal ke
fasilitas penampungan di darat.
114
2) Kapal tangki minyak, selain wajib memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), juga wajib dilengkapi dengan tangki slop
penampungan limbah dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Berkapasitas sekurang-kurangnya 3% dari kapasitas ruang muat;
b) Dilengkapi dengan alat pendeteksi batas permukaan air dan minyak (Oil
Water Interface Detector);
c) Dilengkapi dengan instalasi pembuangan ke fasilitas penampungan.
Pasal 5
Pemilik atau operator kapal bertanggung jawab atas pembuangan dan
pemindahan limbah berminyak dari tangki penampungan di kapal ke
fasilitas penampungan di darat.
Pasal 6
1) Pembuangan limbah berminyak dari kapal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5, hanya dapat dilakukan pada tempat penampungan limbah di darat
yang telah ditetapkan,
2) Pembuangan limbah minyak dari kapal ke tempat penampungan limbah di
darat dilakukan dengan cara diangkut menggunakan drum atau disalurkan
melalui pipa.
Pasal 7
1) Pemeriksaan kapal harus meliputi pemeriksaan atas kontruksi,
perlengkapan dan sistem peralatan pencegahan pencemaran di kapal
sebagaimana diatur dalam pasal 4 , yang dilakukan sebagai berikut :
a) Pemeriksaan pertama dilakukan sebelum kapal dioperasikan.
b) Pemeriksaan tahunan (endorse) dilakukan setiap 12 (dua belas) bulan
sekali; dan
c) Pemeriksaan pembaharuan dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum masa
berlakunya sertifikat berakhir.
2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh
pejabat pemeriksa keselamatan kapal.
115
Pasal 8
1) Kapal yang telah diperiksa dan memenuhi persyaratan kontruksi, peralatan
dan perlengkapan pencegahan pencemaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 diterbitkan Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh
minyak yang bersifat sementara oleh pejabat pemegang fungsi
keselamatan kapal sebagaiman tercantum dalam Lampiran II A Peraturan
ini.
2) Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak yang bersifat
sementara sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) berlaku paling lama 3
(tiga) bulan dan tidak dapat diperpanjang.
3) Untuk memperoleh Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh
Minyak yang bersifat sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pemilik/operator mengajukan permohonan dengan dilampiri :
a) Hasil pemeriksaan peralatan pencegahan pencemaran.
b) Fotokopi sertifikat lama.
c) Fotokopi surat ukur.
d) Gambar instalasi peralatan pencegahan pencemaran di kapal.
Pasal 9
1) Untuk mendapatkan Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh
Minyak dari kapal yang bersifat tetap sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II B Peraturan ini, pemilik/operator kapal mengajukan
permohonan kepada Direktur Kenderal dengan melampirkan :
a) hasil pemeriksaan peralatan pencegahan pencemaran.
b) fotokopi sertifikat sementara.
c) fotokopi surat ukur.
d) gambar instalasi peralatan pencegahan pencemaran di kapal.
116
2) Direktur Jenderal menerbitkan sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
setelah permohonan diterima secara lengkap.
3) Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku untuk jangka
waktu paling lama 5(lima).
Pasal 10
Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) dan pasal (9)
ayat . (1), dinyatakan tidak berlaku apabila terjadi ;
1) Perubahan atas kontruksi, penataan, perlengkapan, atau peralatan
pencegahan pencemaran; atau.
2) Perubahan data kapal yang tercantum dalam sertifikat.
Pasal 11
1) Kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dapat diberikan
pembebasan sebagian atau seluruhnya dari persyaratan pemasangan
peralatan pencegahan pencemaran
2) Kapal-kapal yang dapat diberikan pembebasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah :
a) Tongkang tidak berawak.
b) Kapal penyimpan terapung (floating storage).
c) Kapal hidrofil.
d) Kapal negara yang tidak dioperasikan secara komersil.
e) Kapal selam wisata.
f) Kapal yang tidak cukup ruangan di kamar mesin untuk memasang
peralatan pencegahan pencemaran.
3) Kapal-kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus mempunyai
sekurang-kurangnya tangki yang memadai untuk menampung minyak
kotor dan buku catatan minyak (Oil Record Book).
4) Pembebasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh
Direktur Jenderal.
117
BAB IV
PERALATAN PENANGGULANGAN AWAL PENCEMARAN
OLEH MINYAK DI KAPAL
Pasal 12
1) Kapal selain kapal tangki dengan tonase kotor (GT) 400 atau lebih dan
kapal tangki dengan tonase kotor (GT) 150 atau lebih wajib dilengkapi
dengan pola penanggulangan tumpahan minyak dari kapal yang
mencantumkan tata cara penanggulangan tumpahan minyak dari kapal dan
mendapat pengesahan dari Direktur Jenderal.
2) Nakhoda atau pemimpin kapal harus membuat sijil penanggulangan
tumpahan minyak dan harus dipasang ditempat yang mudah terlihat.
Pasal 13
1) Nakhoda harus melaksanakan latihan penanggulangan keadaan darurat
tumpahan minyak di kapal sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau
bila terjadi penggantian awak kapal yang telah melebihi 25% dari jumlah
anak buah kapal.
2) Latihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dicatat dalam Buku
Harian kapal.
Pasal 14
1) Apabila nakhoda merasa tidak mampu menanggulangi tumpahan minyak di
badan di sekitar kapal, harus segera meminta bantuan dari pihak-pihak
yang memiliki potensi dalam penanggulangan tumpahan minyak.
2) Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari penanggulangan tumpahan
minyak dan pencemaran perairan, sepenuhnya menjadi beban pemilik atau
operator kapal.
118
Pasal 15
1) Pemilik atau operator kapal wajib melengkapi kapalnya dengan peralatan
dan bahan penanggulangan tumpahan minyak yang berasal dari kapalnya.
2) Peralatan dan bahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu ;
a) bahan kimia pengendap (dispersant) 100 liter, untuk kapal tangki
minyak dengan tonase kotor GT 150 atau lebih sampai kurang dari
tonase kotor GT 1000;
b) bahan kimia pengendap (disperdsant ) 60 liter, untuk kapal selaik dari
kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 400 atau lebih sampai
kurang dari tonase kotor GT 1000;
c) oil boom berukuran panjang sekurang-kurangnya 140 meter, bahan
kimia pengendap (dispersant) 400 liter, alat penyemprot, dan bahan
penyerap (absorber) minyak 100 kg, untuk kapal tangki minyak dengan
tonase kotor GT 1000 sampai kurang dari tonase kotor GT 5000;
d) bahan kimia pengendap (dispersant) 400 liter dan bahan penyerap
(absorber) minyak 100 kg, untuk kapal selain dari kapal tangki minyak
dengan tonase kotor GT 1000 atau lebih sampai kurang dari tonase
kotor GT 5000.
e) Oil boom berukuran panjang sekurang-kurangnya 200 meter, bahan
kimia pengendap (dispersant) 600 liter, alat penyemprot, dan bahan
penyerap (absorber) minyak 200 kg untuk kapal tangki minyak dengan
tonase kotor GT 5000 sampai kurang dari tonase kotor GT 10.000;
f) Bahan kimia pengendap (dispersant) 600 liter, alat penyemprot dan
bahan penyerap (absorber) minyak 200 kg, untuk kapal selain dari
kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 5000 sampai kurang dari
tonase kotor GT 10.000;
g) Oil boom yang panjangnya sekurang-kurangnya 300 meter, bahan kimia
pengendap (dispersant) 1000 liter, alat penyemprot, dan bahan
penyerap (absorber) minyak 300 kg untuk kapal tangki minyak dengan
tonase kotor GT 10.000 atau lebih
119
h) Bahan kimia pengendap (dispersant) 1000 liter, alat penyemprot dan
bahan penyerap (absorber) minyak 300 kg, untuk kapal selain dari
kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT 10.000 atau lebih.
3) Kapal-kapal yang dilengkapi dengan oil boom harus dilengkapi pula dengan
sekoci kerja.
BAB V
TANGGUNG JAWAB PEMILIK ATAU
OPERATOR KAPAL
Pasal 16
Pasal 17
Kapal yang mengangkut bahan cair pencemar selain minyak, bertanggung
jawab untuk mengganti kerugian yang disebabkan karena pencemaran di
perairan yang berasal dari kapalnya.
120
Pasal 18
1) Pemilik atau operator kapal yang telah mengasuransikan tanggung
jawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1), diterbitkan
Sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi Pencemaran oleh Direktur Jenderal
sebagaimana contoh Lampiran III Peraturan ini.
2) Untuk dapat diterbitkannya sertifikat dana jaminan ganti rugi pencemaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemohon mengajukan permohonan
kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan :
a) Fotokopi dan asli bukti jaminan keuangan (blue card) dari asuransi
yang masih berlaku, yang nilai nominalnya mencapai jumlah tanggung
jawab pemilik kapal; dan
b) Fotokopi sertifikat pencegahan pencemaran oleh minyak di kapal.
Pasal 19
1) Masa berlaku sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi Pencemaran oleh Minyak
sama dengan masa berlaku jaminan ganti rugi pencemaran oleh minyak
dari perusahaan asuransi.
2) Sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi Pencemaran oleh Minyak tidak berlaku,
apabila :
a) Kapal ganti nama.
b) Perubahan konstruksi kapal.
c) Perubahan fungsi kapal.
d) Ganti pemilik atau operator.
e) Berakhirnmya masa berlaku jaminan ganti rugi pencemaran.
121
3) Sertifikat Dana jaminan Ganti Rugi Pencemaran oleh Minyak yang masih
berlaku harus berada di kapal; dan siap untuk ditunjukan kepada pejabat
yang berwenang setiap kali diminta.
Pasal 20
Pemilik atau operator kapal bertanggung jawab terhadap pencemaran yang
diakibatkan dari kapalnya sebesar nilai nominal dana jaminan ganti rugi
pencemaran yang dipertanggungkan
Pasal 21
1) Ganti rugi yang menjadi tanggung jawab pemilik kapal sekurang-kurangnya
meliputi :
a) Biaya operasi penanggulangan pencemaran tumpahaan minyak.
b) Biaya pemulihan lingkungan laut; dan
c) Biaya kerugian masyarakat.
2) Biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, sekurang-kurangnya
meliputi :
a) Biaya personil.
b) Biaya perjalanan dan akomodasi.
c) Biaya peralatan.
d) Biaya bahan yang dipakai.
e) Biaya pengangkutan.
f) Biaya penyimpanan sementara limbah.
g) Biaya analisa laboratorium.
h) Biaya administrasi dan komunikasi.
122
BAB VI
PENCUCIAN TANGKI KAPAL DAN DUMPING
Pasal 22
1) Pembersihan tangki kapal yang tidak dilakukan oleh awak kapal harus
dilaksanakan oleh badan usaha yang bergerak di bidang pembersihan
tangki kapal yang memenuhi syarat
BAB VII
PENGANGKUTAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN
Pasal 30
123
Contoh Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran
oleh Minyak dari kapal
124
Contoh sertifikat pembersihan tangki
(Tank Cleaning Certificate)
125
Kegiatan Pembelajaran 3 : Kelaiklautan Kapal
Pasal 169
Pengertian Manajemen Keselamatan kapal dan pencegahan pencemaran dari
kapal (UU RI No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran)
126
5) Sertifikat Manajemen Keselamatan dan Pencegahan Pencemaran diterbitkan
oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit dan penerbitan sertifikat
manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal diatur
dengan Peraturan Menteri.
127
Tabel 1. Jadwal Penerapan dan pemenuhan ISM Code
diberlakukan secara internasional
01 Juli 2002 GT >= 500 untuk Kapal Barang lainnya dan Mobile Offshore
Drilling Unit (MODUl)
01 Juli 1999 GT >= 500 untuk Kapal Tangki lainnya dan Kapal Tangki Gas
Cair
128
Tanggal Ukuran dan Tipe Kapal
01 Juli 2000 GT >= 500 untuk Kapal Muatan Curah
01 Juli 2002 100 <= GT < 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry)
GT >= 500 untuk Kapal Peti Kemas
01 Juli 2003 GT >= 500 untuk Mobile Offshore Drilling Unit (MODU)
01 Juli 2006 150 <= GT < 500 untuk Kapal Tangki Kimia, Kapal Tangki
Gas Cair dan Kapal Barang Kecepatan Tinggi
Sesuai dengan persyaratan ISM Code, semua perusahaan yang memiliki atau
mengoperasikan kapal-kapal sesuai dengan penjadwalan di atas, harus
menetapkan, Sistem Manajemen Keselamatan untuk perusahaan dan kapalnya
dalam rangka menjamin operasional kapal dengan aman. Persyaratan tersebut,
meliputi mendokumentasikan, menerapkan dan mempertahankan sistem
manajemen keselamatan yang pada akhirnya akan diverifikasi oleh Pemerintah
atau organisasi yang diakui (Recognized Organization / RO) dalam rangka
penerbitan sertifikat setelah dipenuhinya semua persyaratan ISM Code.
01 Juli 2003 GT >= 500 untuk Mobile Offshore Drilling Unit (MODU)
01 Juli 2006 150 <= GT < 500 untuk Kapal Tangki Kimia, Kapal Tangki Gas
Cair dan Kapal Barang Kecepatan Tinggi
130
pemohon untuk diperiksa kesesuaian antara manual dengan penerapannya.
Untuk ini, BKI akan mengirimkan auditor yang kompeten untuk memeriksa
penerapan sistem di perusahaan.
4) Jika memenuhi syarat, maka BKI akan menerbitkan Laporan Audit dan
Sertifikat DOC sementara yang berlaku 5 bulan.
5) Untuk penerbitan DOC permanen dari Pemerintah, BKI akan mengurus
penerbitannya setelah semua ketidak-sesuaian yang ditemukan saat
verifikasi sudah diperbaiki dan dilaporkan ke BKI.
Setelah mendapatkan sertifikat, baik DOC atau SMC, maka ada kewajiban dari
Perusahaan dan kapalnya untuk mempertahankan sertifikat tersebut dengan
mengajukan permohonan verifikasi periodik kepada BKI dengan jadwal sebagai
berikut :
131
Tabel 4. Jadwal permohonan verifikasi periodik kepada BKI
Selain itu, BKI juga diberi otorisasi untuk menerbitkan sertifikat DOC atau SMC
Interim yang ditujukan bagi perusahaan atau kapal dengan kondisi sebagai
berikut :
1) Perusahaan yang baru didirikan.
2) Tipe Kapal baru ditambahkan pada dokumen DOC yang sudah ada.
3) Kapal yang baru selesai dibangun.
4) Kapal yang baru bergabung dengan perusahaan.
5) Kapal baru berganti bendera kapal.
Persyaratan untuk mendapatkan DOC/SMC Interim adalah :
1) Telah memiliki manual Sistem Manajemen Keselamatan sesuai persyaratan
ISM Code.
2) Memiliki jadwal implementasi selama masa berlakunya DOC / SMC Interim.
132
Masa berlaku DOC Interim adalah 6 bulan dan sertifikat SMC Interim adalah 6
bulan (dapat diperpanjang maksimal 6 bulan lagi.)
Manajemen keamanan kapal adalah satu kesatuan sistem dan prosedur dan
mekanisme yang tertulis dan terdokumentasi bagi perusahaan angkutan laut
dan kapal niaga untuk pengaturan, pengelolaan, pengawasan dan peninjauan
ulang seta peningkatan terus menerus dalam rangka memastikan terpenuhinya
seluruh kesesuaian terhadap kesiapan kapal menghadapi, mempertahankan, dan
menjaga keamanan kapal dalam rangka meningkatkan keselamatan kapal.
1) Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk ukuran
tertentu harus memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal.
2) Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal diberi
sertifikat.
3) Sertifikat Manajemen Keamanan Kapal berupa Sertifikat Keamanan Kapal
Internasional (International Ship Security Certificate/ISSC).
4) Sertifikat diterbitkan setelah dilakukan audit eksternal oleh pejabat
pemerintah yang memiliki kompetensi atau lembaga yang diberikan
kewenangan oleh Pemerintah.
5) Sertifikat Manajemen Keamanan Kapal diterbitkan oleh pejabat berwenang
yang ditunjuk oleh Menteri.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit dan penerbitan sertifikat
manajemen keamanan kapal diatur dengan Peraturan Menteri.
133
Pada tanggal 12 Desember 2002, IMO telah menyetujui amandemen SOLAS
dalam meningkatkan sistem keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan.
Amandemen tersebut adalah Chapter baru dari SOLAS yaitu XI-2 "Special
Measure to Enhance Maritime Security". IMO juga menyetujui pemberlakuan
International Ship Security and Port Facility Code (ISPS Code). Pemenuhan Part
A dari ISPS Code adalah mandatory bagi kapal-kapal yang terkena lingkup
penerapan serta fasilitas pelabuhan yang melayani jasa kepelabuhan terhadap
kapal`yang beroperasi secara internasional.
ISPS-Code (Internasional Ship and Port Facility Security Code) adalah manajemen
keamanan penanggulangan terhadap ancaman kapal dan pelabuhan dari
gangguan, teror, bajak laut, perampok, pencurian, penyelundupan nakhoda,
penumpang gelap dan sabotase.ISPS-Code diberlakukan bagi pelabuhan dari
ancaman keamanan , berlaku mulai 1 Juli 2004.
Implementasi ISPS-Code :
ISPS Code ini mulai diberlakukan secara internasional mulai 1 Juli 2004, bagi
jenis atau tipe kapal yang melayari perairan internasional, yang meliputi :
1) Kapal Penumpang, termasuk High Speed Passenger Craft (HSC) / kapal
penumpang kecepatan tinggi,
2) Kapal barang termasuk kapal barang berkecepatan tinggi / Cargo Ship,
termasuk High Speed Craft dengan tonase > 500 GT dan
3) Mobile Offshore Drilling Unit (MODU) / Unit pengeboran Lepas Pantai
berpindah. Dan Fasilitas Pelabuhan yang memberi layanan terhadap kapal-
kapal yang melayari perairan internasional.
Resiko jika kapal tidak memilki atau tidak mempunyai ISPS-code : Kapal tidak
dapat berlayar ke luar negeri dan kapal asing tidak akan menyinggahi pelabuhan
company security officer (CSO) : ditunjuk perusahaan bertanggung jawab
terhadappedoman manajemen , Berlaku 5 tahun diaudit setiap 2,5 tahun.
134
ISPS Code (International Ship and Port facility Security Code) adalah suatu
ketentuan yang berisi tentang tindakan khusus untuk meningkatkan keamanan
kapal, perusahaan, dan fasilitas pelabuhan, tujuannya adalah :
1) Untuk menetapkan suatu kerangka kerja sama antara negara-negara
anggota badan pemerintah, administrasi lokal, industry pelayaran, dan
pelabuhan untuk mendeteksi ancaman keamanan dan mencegah insiden
keamanan serta cara mengatasinya yang berpengaruh terhadap kapal-kapal
atau fasilitas pelabuhan yang dipergunakan untuk perdagangan
internasional.
2) Menetapkan peran dan tanggung jawab setiap negara anggota (Contracting
Government), Badan-badan pemerintah, Pemerintah setempat, Industri
Pelayaran dan Pelabuhan, baik ditingkat nasional maupun internasional
untuk menjamin keamanan di laut (maritim).
3) Untuk menciptakan suatu metodologi untuk penilaian keamanan yang
digunakan untuk membuat rencana keamanan dan prosedur-prosedur untuk
mengambil langkah-langkah atau tindakan aksi terhadap perubahan setiap
level atau tingkat keamanan.
4) Untuk memastikan pengumpulan dan pertukaran informasi yang terkait
dengan keamanan lebih awal.
5) Untuk memastikan kepercayaan bahwa ketentuan keamanan maritim cukup
dan professional di bidangnya.
Jika merujuk kepada persyaratan ISPS Code, semua kapal yang terkena
peraturan ini, harus menetapkan Sistem Manajemen Keamanan kapal yang di
dokumentasikan dalam manual Ship Security Plan (SSP) dalam rangka menjamin
operasional kapal dengan aman. Persyaratan tersebut, meliputi
mendokumentasikan Ship Security Assessment (SSA) &Ship Security Plan (SSP),
menerapkan dan mempertahankan Sistem Manajemen Keamanan yang pada
akhirnya akan diverifikasi oleh Pemerintah atau organisasi yang diakui
(Recognized Security Organization / RSO) dalam rangka penerbitan sertifikat
135
International Ship Security Certificate (ISSC) setelah dipenuhinya semua
persyaratan ISPS Code.
Masa berlakunya sertifikat ISSC adalah 5 tahun. Kapal yang tidak dapat
memenuhi persyaratan ISPS Code akan menghadapi kesulitan dalam
operasionalnya, khususnya diperairan internasional.
BKI sebagai Organisasi keamanan yang diakui (RSO) oleh Pemerintah Indonesia
telah ditunjuk atas nama Pemerintah untuk melaksanakan approval, verifikasi
dan menerbitkan sertifikat ISSC Interim atau short term. Sedangkan sertifikat
ISSC permanen akan diterbitkan oleh Pemerintah cq Ditjen Perhubungan Laut.
Data perusahaan dan kapal yang telah disertifikasi akan didaftarkan dan
dipublikasikan dalam Buku Register ISPS Code oleh BKI.
136
penerapannya. Untuk ini, BKI akan mengirimkan auditor yang kompeten
dalam memeriksa penerapan Sistem Manajemen Keamanan di atas kapal.
6) Jika memenuhi syarat, maka BKI akan menerbitkan Laporan Verifikasi Awal
(Initial Verification Report) dan Sertifikat ISSC sementara (short term) yang
berlaku 5 bulan.
7) Untuk penerbitan ISSC permanen dari Pemerintah, BKI akan mengurus
penerbitannya setelah semua ketidak-sesuaian yang ditemukan saat
verifikasi sudah diperbaiki dan dilaporkan ke BKI.
Setelah mendapatkan sertifikat ISSC, maka ada kewajiban dari Perusahaan dan
kapalnya untuk mempertahankan sertifikat tersebut dengan mengajukan
permohonan verifikasi periodik dengan jadwal sebagai berikut :
1) Verifikasi Antara (Intermediate Verification), dengan masa pengajuan antara
tahun ke 2 hingga tahun ke 3 dari ulang tahun sertifikat.
2) Verifikasi Pembaruan (Renewal Verification), pada tahun ke 5 dengan masa
pengajuan 6 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat.
Selain itu, BKI diberi otorisasi untuk menerbitkan sertifikat ISSC Interim yang
ditujukan bagi kapal dengan kondisi sebagai berikut :
1) Kapal yang belum memiliki sertifikat ISSC.
2) Kapal ganti perusahaan induknya, yang sebelumnya belum mengoperasikan
kapal tersebut.
3) Kapal baru berganti bendera kapal.
137
3) Kapal dilengkapi dengan Ship Security Alert System (SSAS) sesuai dengan
pemberlakuannya.
4) Company Security Officer (CSO) menjamin SSP diterapkan diatas kapal,
termasuk pelaksanaan security drill, pelatihan dan internal audit.
5) Merencanakan waktu pelaksanaan Verifikasi Awal (Initial Verification).
6) Nakhoda dan awak kapalnya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya
dalam hal keamanan kapal.
7) Ship Security Officer (SSO) sesuai dengan persyaratan ISPS Code.
Masa berlaku ISSC Interim adalah 6 bulan dan tidak dapat diperpanjang.
Maksud dan tujuan Pendaftaran kapal ialah untuk mendapatkan bukti Tanda
Kebangsaan dan Surat Laut atau Surat Pas Kapal. Kapal yang belum
didaftarkan dalam register kapal tidak mungkin mendapat suatu bukti
kebangsaan. Tanda bukti kebangsaan berupa Surat laut atau Pas Kapal itu
penting karena dengan mengibarkan bendera kebangsaan dapat diketahui
kebangsaan dari kapal yang bersangkutan.
139
Surat Tanda Kebangsaan kapal Indonesia diberikan oleh Menteri dalam
bentuk :
Jadi dapat disimpulkan bahwa kapal diberi Surat Ukur setelah diadakan
pengukuran oleh Juru Ukur, kemudian kapal didaftarkan untuk memperoleh
Tanda Pendaftaran Kapal, setelah itu diberikan Bukti Kebangsaan.
140
3. Sertifikat lambung timbul/ Garis Muat Kapal(Lode Line Certificate
Sertifikat Garis Muat Kapal (Load Line Certificateional) adalah suatu sertifikat
yang diterbitkan oleh pemerintah Negara kebangsaan kapal, berdasarkan
perjanjian internasional tentang garis muat untuk tiap-tiap musim atau
daerah atau jenis perairan dimana kapal berlayar.
Lambung timbul adalah tanda pada lambung kapal yang menunjukkan batas
pemuatan kapal, merupakan salah satu pertimbangan syahbandar sebelum
menerbitkan surat izin berlayar.Lambang lambung timbul berupa lingkaran
beserta beberapa garis yang menunjukkan batas pemuatan pada beberapa
jenis atau daerah yang dilalui, hal ini penting karena berat jenis air di sungai
akan berbeda dengan laut di daerah tropis ataupun di daerah yang bersuhu
dingin.
Maksud dan tujuan dari sertifikat garis muat itu adalah agar kapal tidak
dimuati lebih dari garis muat yang diijinkan sehingga kapal tetap memiliki
daya apung cadangan (reserve of Buoyance) yang cukup sehingga menjamin
pula keamanan selama pelayaran.
Tanda merkah kambangan ini biasanya di cat putih atau kuning dengan dasar
gelap atau di cat hitam dengan latar belakang dengan warna muda.
Semua garis-garisnya mempunyai tebal 1” atau 25”. Tanda ini dibuat dengan
maksud agar setiap kapal membatasi jumlah berat muatan yang diangkutnya
sesuai dengan jenis kapal dan musim yang berlaku di tempat dimana kapal
tersebut berlayar.
Adapun isi dari sertifikat garis muat meliputi nama kapal, nama panggilan
kapal, nama pelabuhan pendaftaran, isi kotor dan ukuran serta susunan
lambung timbul kapal/merkah kambangan/plimsol Mark dituliskan huruf :
141
S = Musim panas
W = Musim dingin
T = daerah Tropis
Pasal 148
142
Pasal 149
1) Setiap peti kemas yang akan dipergunakan sebagai bagian dari alat
angkut wajib memenuhi persyaratan kelaikan peti kemas.
2) Tata cara penanganan, penempatan, dan pemadatan peti kemas serta
pengaturan balas harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal.
143
Gambar 6. Plimsoll mark pada kapal barang kapal pengangkut Log
4. Sertifikat Kesempurnaan
Sertifikat Kesempurnaan adalah surat keterangan kondisi kapal, alat
perlengkapan, alat navigasi, alat komunikasi kapal berfungsi tertentu dengan
ketentuan setelah diadakan pemeriksaan fisik kapal yang bersangkutan ;
Contoh sebuah kapal yang menggunakan bendera kemudahan itu adalah bila
pemilik kapal adalah warga Negara Indonesia akan tetapi kapalnya
didaftarkan di Panam, jadi kapal tersebut mempunyai register Panama.
Ada beberapa hal yang penting perlu diketahui mengapa banyak kapal yang
mencari bendera kemudahan karena :
145
6. Sertifikat kapal penumpang (Passanger Ship Safety Certificate)
Sertifikat kapal penumpang hanya diberikan kepada kapal penumpang yang
mengangkut penumpang lebih dari 12 orang. Sebuah kapal penunpang dapat
diberi sertifikat kapal penumpang harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
Masa berlaku sertifikat ini adalah 6 bulan dan dapat diperpanjang selama 1
tahun. Jika telah habis masa berlakunya tetapi kapal belum disemprot lagi
hanya diteliti dan ditemui bahwa tidak ada atau tidak banyak tikus di kapal,
maka kapal itu diberikan Surat keterangan yang disebut dengan pembebasan
Hapus Tikus (Dreating Exemption) yang berlaku 6 bulan.
Kapal berdasarkan jenis dan ukuran tertentu wajib diklasifikasi pada badan
klasifikasi untuk keperluan mempersyaratan keselamatan kapal.
147
Gambar 7. Prosedur Penertiban Sertifikat Keselamatan Kapal
148
9. Sertifikat Keselamatan radio
Sertifikat yang diberikan, apabila pesawat radio telegraf telah memenuhi
syarat. Sertifikat ini diwajibkan untuk tiap kapal yang menurut undang-
undang harus dilengkapi dengan radio telegraf.
a. Crew list adalah Daftar nama dari seluruh anggota atau awak kapal.
b. Personal effect list adalah daftar nama dan jumlah barang pribadi milik
awak kapal dibuat dalam kepentingan pemeriksaan petugas Bea dan
Cukai, dibuat untuk kapal yang dating dari luar negeri.
f. Harbor Report (warta kapal) merupakan suatu warta kapal yang berisi
segala keterangan mengenai kapal, muatan, air tawar, bahan
bakar,penumpang, hewan ada tidaknya senjata api di kapal, tempat
berlabuh atau tempat sandar.
h. Daftar atau sijil Awak kapal adalah suatu buku yang berisi daftar nama
dan jabtan anak kpal, yaitu mereka yang melakukan tugas di atas kapal
yang harus diketahui serta disyahkan oleh syahbandar (Pasal 375 KUHD).
149
Perbedaan Crew List dengan sijil Awak Kapal dapat dilihat dari :
Crew List hanya berlaku sekali pakai yaitu pada saat kapal memasuki
pelabuhan. Sijil Awak kapal berlaku terus, sepanjang tidak ada alasan untuk
menggugurkannya.Crew List dibuat dan ditanda tangani oleh nakhoda setiap
kali masuk pelabuhan. Sijil Awak kapal ditanda tangani oleh syahbandar
setiap ada awak kapal yang naik dan turun dari kapal (sign on atau sign off)
c. bahan pembuktian.
150
Larangan terhadap BHK :
BHK diisi oleh nakhoda atau mualim I tiap hari untuk menghindari lupa,
kekeliuran waktu. Sebagai fungsi kontrol terhadap aspek-aspek keselamatan
yang dilaksanakan di atas kapal selama pelayaran dan sebagai kontrol
terhadap pengisian BHK, buku harus diserahkan untuk diperiksa setiap
akhir pelayaran kepada syahbandar, yang kemudian menanda tanganinya,
sebagai bukti pemeriksaan (EXHIBITUM).
a. Nama perusahaan.
b. Nama kapal.
c. Ukuran-ukuran kapal.
d. Nama nakhoda.
151
f. Peringatan kepada nakhoda dan perwira akan dasar-dasar hukum yang
menyangkut pengisisan dan penyelenggaraan buku harian.
g. Nama-nama ABK, lengkap dengan jabatan, tanggal mutasi naik dan turun
atau tanggal promosi pangkat (jika BHK sambungan).
d. Jam jaga.
152
12. Buku Harian Mesin
Kapal dengan tenaga penggerak utama 200 TK atau lebih harus
menyelenggarakan Buku Harian Mesin adalah Buku yang berisi data-data
mengenai pengoperasian mesin kapal.
153
dengan kisah kapal yang lengkap dalam waktu 30 hari (hari minggu
dan hari besar tidak terhitung).
Pada lazimnya kisah kapal itu dibuat atas dasar buku harian kapal, dimana
diberikan penjelasan-penjelasan dan tambahan-tambahan mengenai apa
yang tercatat dalam buku harian itu. Harus ada persesuaian yang cukup
antara kisah kapal dengan buku harian kapal. Apabila misalnya kapal
tenggelam, dan buku harian itu hilang, maka kisah kapal dapat digunakan
sebagai bukti tersendiri. Tetapi di dalamnya harus disebutkan pula sebab-
sebab mengapa buku harian itu hilang. Pada semua kerugian-laut, paling
sedikit satu salinan dari kisah kapal yang resmi, harus dikirimkan kepada
pengusaha kapal. Apabila nakhoda lalai dalam hal ini, dan kemudian buku-
buku harian itu hilang karena kapal tenggelam atau terbakar, maka
pengusaha kapal akan mendapat kesukaran dalam menuntut ganti
kerugiannya. Kisah kapal memuat keterangan lebih rinci yang tidak dapat
ditulis dalam buku harian karena keterbatasan tempat.
Sertifikat kapal tidak berlaku apabila (UU RI. No. 17 tahun 2008)
f. Kapal tidak sesuai lagi dengan data teknis dalam sertifikat keselamatan
kapal.
154
g. Kapal mengalami perombakan yang mengakibatkan perubahan
konstruksi kapal, perubahan ukuran utama, perubahan fungsi, kapal
ditutuh (scrapping).
155
Isi Sijil Anak Buah Kapal
Sijil anak buah kapal merupakan buku yang halaman depannya berisi :
Personil yang tercantum dalam Sijilnakhoda yaitu anak buah kapal, (perwira
dan bawahan), supercargo, pedagang atau pengusaha yang berusaha di kapal
jika telah diijinkan pengusaha kapal,
a. daftar nama-nama anak buah kapal yang akan di sijilkan diajukan kepada
syahbandar di lampiri salinan pejanjian kerja laut;
b. kemudian dicantumkan ke dalam sijil dan ditanda tangani oleh nakhoda
atau orang yang ditunjuk oleh nakhoda atau orang yang ditunjuk oleh
nakhoda daftar nama ini kemudian oleh syahbandar;
c. kapal-kapal yang akan berangkat ke luar negeri, harus ada ijin dari
imigrasi untuk ijin berangkat keluar negeri (exit permit);
d. pada pelabuhan-pelabuhan kecil yang tidak ada syahbandar, dalam
keadaan mendesak seorang ABK boleh dinaikan ke kapal, kemudian
dicantumkan dalam sijil sampai pelabuhan berikutnya baru disyahkan;
e. sijil akan berubah susunannya bilaberganti nakhoda, berganti jabatan
anak buah kapal (satu atau lebih), jika ada anak buah kapal pengganti di
kapal.
f. semua kapal yang berangkat ke laut atau tiba di pelabuhan harus
mempunyai sijil.
156
Kapal tidak akan diijinkan meninggalkan pelabuhan jika tidak mempunyai
sijil ABK. ABK yang tidak sah sebagai ABK kapal, jika namanya tidak
tercantum dalam sijil ABK dan sendirinya membatalkan hak dan
kewajiban serta wewenang baik ABK maupun nakhoda atau pengusaha
dalam hubungan kerja, apabila menyangkut kapal yang berlayar ke luar
negeri, bisa dianggap sebagai hal yang menyangkut persoalan
penyelundupan orang ke luar negeri sebab belum mendapat ijin keluar
(exit permit).
g. bagi ABK, sijil merupakan bukti pengalaman berlayarnya di kapal , andai
kehilangan buku pelautnya.
h. sijil anak buah kapal diperbaharui bilamana :
1) kapal berganti nama.
2) kapal berganti pemilik.
3) kapal berganti bendera.
4) halaman-halaman sijil tersebut habis.
157
Buku pelaut berisi :
Kapal Perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan termasuk melakukan
survei dan eksplorasi perikanan Kelaiklautan kapal perikanan adalah
keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan
pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, pemuatan, kesehatan dan
158
kesejahteraan awak kapal, serta penumpang atau status hukum kapal untuk
berlayar diperairan tertentu.
Laik tangkap adalah kesesuaian hubungan antara ukuran kapal, mesin, alat
tangkap, alat bantu penangkapan, jalur penangkapan, dan kecakapan pekerja
(ABK) di atas kapal ikan.
3) Perlengkapan kapal.
159
4) Permesinan dan listrik kapal.
1) Satu tali tarik 2 tali tambat, diameter dan panjang tali sesuai
peraturan.
2) Satu lampu puncak merah dan dibawahnya 1 lampu puncak hijau yang
dapat terlihat dengan baik minimal 5 mil laut.
3) Satu lampu lambung kanan (hijau) dan 1 lampu lambung kiri (merah).
Panjang kapal < 12 meter, lampu lambung merah dan hijau dapat
diganti dengan 1 lampu gabungan hijau-merah yang dipasang diatas
puncak tiang.
6) Satu kerucut hitam dengan garis tengah alas 1 kaki, dipasang dihaluan
dengan puncaknya kebawah, apabila kapal berlayar menggunakan
pesawat penggerak bantu.
160
7) Dua pompa tangan, dipasang secara tetap untuk palka dan kamar
mesin serta kapal dilengkapi peralatan untuk menguras air.
8) Perlengkapan lainnya :
9) Isi kotor kapal > 100 m3, kapal dilengkapi 1 sampan dan dayung.
11) Dua Pelampung penolong dan tali secukupnya (wama Jingga dan
tulisan nama kapal).
15) Isi kotor kapal > 100 m3 kapal dilengkapi alat komunikasi radio.
162
Persyaratan pengawakan kapal penangkap ikan sesuai dengan ukuran
kapal dan daerah operasinya :
2) Kapal dengan bobot sampai dengan 88 GT dan daerah pelayaran < 200
mil.
163
c. Kelaikan Operasional Kapal Penangkap Ikan
Kelaikan Operasional Kapal Penangkap Ikan adalah “Keadaan kapal
perikanan yang memenuhi persyaratan kelaik lautan dan operasional
penangkapan ikan sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam
melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan harus memenuhi ketentuan
dan persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2003 tentang Perizinan
Usaha Penangkapan Ikan.
164
Gambar 9. Contoh Sertifikat Keahlian Teknik Permesinan Kapal Penangkap
Ikan (ATKAPIN II)
165
Gambar 10. Contoh Sertifikat Keterampilan Basic Safety Training (BST)
166
Gambar 11. Contoh Sertifikat Keterampilan SCRB
(Survival Craft and Rescue Boats)
167
e. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
Surat Ijin Penangkapan Ikan yang selanjutnya disebut SIPI adalah Ijin
tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan
penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
SIUP yaitu surat izin yang harus dimiliki setiap kapal perikanan
berbendera Indonesia untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di
wilayah pengelolaan perikanan.
3) Pelabuhan penangkapan.
168
g. Surat Izin Berlayar (SIB)
Surat yang diperbolehkan dari Syahbandar Pelabuhan Perikanan tempat
keberangkatan setelah memenuhi kelaikan operasional kapal
penangkapan ikan.
1) Identitas Kapal.
8) Peralatan.
3. Refleksi
170
keamanan kapal yang sejalan dengan konvensi hukum laut internasional.
Sebagai pelaksanaan UU RI No. 17 tentang Pelayaran perlu diatur hal-hal yang
bersifat teknis dengan peraturan pemerintah tentang kelaiklautan kapal yang
mencakup pengukuran kapal, pendaftaran kapal, kebangsaan kapal,
keselamatan kapal, nakhoda dan ABK, penanganan kecelakaan kapal, kelaikan
peti kemas dan pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan.
4. Tugas
5. Tes Formatif
171
f) Tuliskan jenis-jenis dokumen (sertifikat-sertifikat) yang harus dimiliki oleh
sebuah kapal !
g) Tuliskan dokumen-dokumen awak kapal !
h) Jelaskan pencegahan pencemaran dari kapal !
i) Jelaskan fungsi sertifikat garis muat kapal dan pemuatannya,
j) Jelaskan sertifikat kesempurnaan, surat laut dan sertifikat keselamatan
k) Jelaskan tentang Manajemen Keselamatan kapal !
l) Jelaskan Manajemen Keamanan Kapal !
C. Penilaian
1. Sikap
Kriteria Penilaian
Aktif
Nama Jumlah
Mendengar
No Perhatian Disiplin Tekun Ket.
Siswa dan Skor
(1) (2) (3)
bertanya
(4)
Dst.
172
Keterangan Skor :
kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
173
Pedoman Penskoran :
∑ Skor perolehan
Nilai akhir = X 4
Skor Maksimal
2. Pengetahuan
Pedoman penilaian :
∑ Skor perolehan
Nilai akhir = X 4
Skor Maksimal
174
Nilai untuk Keterampilan menggunakan penilaian kuantitatif 1 – 4:
Sangat Baik = 4.
Baik = 3.
Cukup = 2.
Kurang = 1.
3. Keterampilan
Aspek Pengamatan
Mengkomunikasikan
pendapat teman
Nama Jumlah
Menghargai
Kerja sama
Keaktifan
Toleransi
pendapat
No Nilai Ket
Siswa Skor
1.
2.
3.
4.
dst.
175
Keterangan Skor :
kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
Pedoman Penskoran :
∑ Skor perolehan
Nilai akhir = X 4
Skor Maksimal
176
b. Rubrik Penilaian Presentasi
Aspek Penilaian
dan penampilan
penyampaian
Komuni Kasi
Nama ∑
Sistematika
Keberanian
Wawasan
Antusias
No Nilai Ket
Gesture
Siswa Skor
1.
2.
3.
dst
Keterangan Skor :
kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
177
Pedoman Penskoran :
∑ Skor perolehan
Nilai akhir = X 4
Skor Maksimal
Aspek
Bila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM > 2.66, maka anda
dinyatakan tuntas dan dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya.
Tetapi apabila tingkat pencapain kompetensi anda mencapai KKM < 2.66 maka
anda dinyatakan belum tuntas, maka anda harus mengulangi mulai dari
kegiatan belajar, terutama pada bagian yang masih belum anda kuasai.
178
III. PENUTUP
Dengan menggunakan Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan siswa dapat mencapai
kompetensi puncak dan dapat menampilkan potensi maksimumnya sehingga tujuan
pencapaian kompetensi dapat terlaksana. Tujuan akhir dari proses pembelajaran
dengan menggunakan Buku Teks Bahan Ajar Hukum maritim di semester 2 adalah
siswa memiliki kemampuan, pemahaman, kesadaran, kebiasaan, kesenangan,
kepedulian, kearifan serta komitmen terhadap penegakan dalam menerapkan dan
melaksanakan hukum maritim sesuai hukum yang berlaku, khususnya dalam
peraturan hak dan kewajiban awak kapal, Perjanjian Kerja Laut, dan kelaik laut kapal
dalam kegiatan pelayaran. Buku Teks Bahan Ajar ini juga dapat digunakan sebagai
bahan ajar untuk persiapan menghadapi ujian profesi kepelautan. Untuk itu kepada
para siswa dan pengguna Buku Teks Bahan Ajar ini disarankan untuk membaca
literatur lain agar pemahaman materi menjadi lebih baik dan lengkap.
Demikian semoga Buku Teks Bahan Ajar ini benar-benar dapat digunakan oleh yang
memerlukan.
179
DAFTAR PUSTAKA
Adi, D. Bambang, S., dkk. 2008. Nautika Kapal Penangkap Ikan. Jilid 3. Buku Sekolah
Elektronik. Untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen
Pendidikan Nasional. Hal. 489-494.
Andrian, K. 2010. Pengertian Hukum Laut Nasional dan Hukum Laut Internasional
serta Sejarah Hukum Laut Nasional dan Hukum Laut Internasional. Artikel :
http://andriankami4u.blogspot.com/2010/06/hukum-laut-internasional-
html.20:37.
Aninomous. 2007. Kelaikan Operasional Kapal Perikanan. Bulletin Mina Diklat BPPP
Belawan. Medan.
Baharuddin, ST, MT. 2011. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
hibah Penulisan Buku Ajar Keselamatan Maritim. Program Studi Teknik Sistem
Sistem Perkapalan. Fakultas Teknis Universitas Hasanudin. Makasar.
Buyung, I. 2007. Buku Ajar Hukum Laut Internasional Indonesia. Diklat Fakultas
Hukum Unhas. Makasar.
http://andriankamil-44.blogspot.com/20%06/hukum-laut-internasional-html 20:37
http://id.wikipedia.org/wiki/berkas.
http://id.wikipedia.org/wiki/keselamatan_pelayaran#perangkat_keselamatan .
180
http://id.wikipedia.org/wiki/keselamatan pelayaran/09.56.4 februari 2011.
http://kemhubri-dephub.go.id/mahpel.
http://pelayaran.net/wp.content/uploads/2011/09/pinsol/jpg.
http://www.dephub.go.id/knkl.
http://www.hamline.Edu/apakabar/Basisidan/1996/11/12/0066html.
http ://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/dokumen/pm_7_2013.pdf.
http://wwwklasifikasiindonesia.com/ajax/sitemap/map.php.
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idnya=42.
ILO. No. 147.1976. Tentang Minimum Standar Kerja bagi Awak Kapal Niaga.
Krisdiana, R.D., A.Pi. M.Si. 2009. Memenuhi Persyaratan Kerja DI/DU. 16 hal
181
Rauf, A.R. 2007. Bahan Ajar Hukum Laut Internasional (pengantar). Fakultas Hukum
Unhas. Makasar.
Soebakti, H.R. Capt. (1977). Buku Pelajaran Hukum Maritim untuk Ahli Nautika-Ahli
Teknika Tingkat III-IV. Yayasan Pendidikan Pelayaran Djadajat. 165 hal.
Soegeng, Wartini, S.H, CN. 1988. Pendaftaran Kapal Indonesia. Penerbit PT. Eresco
Bandung. 93 hal.
Subekti, R., S.H. Prof; Tjitrosudibio, R. 2006. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan
Undang-Undang Kepailitan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 327 hal.
Subagyo, P. Joko. 2009. Hukum Laut Indonesia. Penerbit Rineka Cipta. 216 hal.
Triyanto Djoko, S.H. 2004. Hukum Kapal. CV. Mandar maju. Jakarta
Undang-Undang No. 17 tahun 2008. Tentang Pelayaran. Permata Press . Jakarta. 233
hal.
182
Undang-Undang RI No. 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31
tahun 2004 tentang Perikanan.2010. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis
Ikan. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
UU RI. No.43 tahun 2008. Tentang Wilayah Negara beserta penjelasannya. Tim
Permata Press.
Undang-undang RI No. 1 tahun 2008 tentang pengesahan ILO Convention No. 185
Concering Revising the documents Conventions 1958 (Konvensi ILO No. 185
mengenai Konvensi, perubahan Dokumen Identitas Pelaut. 1958)
Warokha, IH. Capt. (tanpa tahun). Program AMKPI. Balai Pendidikan Penyelenggaraan
dan Peningkatan Ilmu Pelayaran Corps. Perwira Pelayaran Besar. 103 hal.
183