Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH EKOWISATA PESISIR & LAUT

ANALISIS KESESUAIAN WISATA DAN DAYA


DUKUNG WISATA
DI PULAU LIUKANG LOE BULUKUMBA

Oleh :
AMIRULLAH
NIM. 07320220044
PRODI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, wabihi nasta’in ‘ala umuriddunyawaddin,


ashsholatuwassalamu’ala asrofil ambiyaa iwal mursalin wa’ala alihi washohbihi
ajma’in. amma ba’du.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini yaitu “Analisis Kesesuaian Wisata dan Daya
Dukung Wisata di Pulau Liukang Loe Bulukumba”.
Pada kesempatan ini, Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Asbar, M.Si selaku dosen pengampuh mata kuliah Ekowisata Pesisir dan Laut yang
telah membimbing dan memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini.
Kami juga ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini serta dapat menjadi referensi pada pembuatan
makalah selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia
perikanan dan dalam duni Pendidikan khusnya serta semoga Allah memberikan
imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dapat bernilai ibadah. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Wassalam

Amirullah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- i


DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------- iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------ 1
1.2 Tujuan ---------------------------------------------------------------------------------- 2
1.3 Manfaat -------------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Perencanaan Ekowisata ---------------------------------------------------- 3
2.2 Desain/Lanskap Pengembangan Kawasan Ekowisata ---------------------------- 5
2.3 Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata-------------------------- 7
2.4 Strategi dan Tata Kelola Objek Wisata -------------------------------------------- 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ---------------------------------------------------------------------------- 19
3.2 Saran ------------------------------------------------------------------------------------ 19
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------- iv

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta sebaran objek wisata pantai bulukumba 2016---------------------- 3


Gambar 2. Pulau Liukang Loe Bulukumba -------------------------------------------- 4
Gambar 3. Peta sebaran rencana wisata pantai -------------------------------------- 4
Gambar 4. Skema konsep ekowisata bahari -------------------------------------------- 5
Gambar 5. Lanskap pengembangan kawasan ekowisata di pulau liukang Loe ---- 6
Gambar 6. Peta kesesuaian wisata pantai di pulau liukang loe --------------------- 11
Gambar 7. Peta kesesuaian wisata snorkling di pulau liukang loe ----------------- 12
Gambar 8. Peta kesesuaian wisata pantai di pulau liukang loe -------------------- 13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Stasiun penelitian ekosistem terumbu karang di pulau liukang loe ------ 7
Tabel 2. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai ------------------------------ 8
Tabel 3. Matriks kesesuaian lahan untuk snorkling ----------------------------------- 9
Tabel 4. Matriks kesesuaian lahan untuk selam (diving)------------------------------ 9
Tabel 5. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luas area kegiatan (Lt) ------------ 10
Tabel 6. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan -------------------- 10
Tabel 7. Hasil penilaian lapangan untuk wisata pantai ------------------------------- 11
Tabel 8. Hasil penilaian lapangan untuk wisata snorkling --------------------------- 12
Tabel 9. Hasil penilaian lapangan untuk wisata selam (diving) --------------------- 13
Tabel 10. Luas Kawasan ekowisata di pulau liukang loe ---------------------------- 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan pesisir Kecamatan Bontobahari di Kabupaten Bulukumba memiliki
potensi pariwisata yang sangat menonjol, karena potensi tersebut kecamatan ini
dikembangkan sebagai objek wisata bahari oleh pemerintah setempat, seperti tempat
wisata yang ada di Pulau Liukang Loe.
Pulau Liukang Loe merupakan pulau yang terletak di Kabupaten
Bulukumba yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba
sebagai tempat lokasi wisata. Pulau Liukang Loe sangat unik dengan karakteristik
budaya masyarakat lokal yang khas dan secara fisik wilayah pulau dikelilingi
pasir putih dan terumbu karang yang dapat mendukung kegiatan wisata bahari seperti
aktivitas wisata pantai (rekreasi/bersantai), snorkling dan diving (selam). Sampai saat
ini, belum ada perhatian serius dalam hal pengelolaan Pulau Liukang Loe sehingga
kontribusinya bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba juga masih minim.
Oleh karena itu diperlukan instrumen yang tepat dalam pengelolaan Pulau Liukang
Loe untuk memberdayakan wilayah kepulauan menjadi kawasan yang
menguntungkan secara ekologi, sosial dan ekonomi (Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kab. Bulukumba, 2012).
Saat ini kegiatan wisata yang telah berlangsung di Pulau Liukang Loe adalah
wisata pantai (rekreasi pantai), snorkling dan diving yang dilakukan oleh wisatawan
lokal yang umumnya berasal dari Kota Makassar dan sekitarnya maupun
wisatawan mancanegara. Berbagai kelompok masyarakat baik dalam rombongan
keluarga, kelompok mahasiswa dan instansi pemerintah biasanya memanfaatkan
hari libur untuk berwisata di kawasan Pulau Liukang Loe.
Aktivitas wisata bahari di Pulau Liukang Loe pada dasarnya memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Akan tetapi, disisi lain aktivitas tersebut juga memberikan dampak negatif
terhadap kelestarian sumberdaya pesisir, khususnya terumbu karang (coral reef).
Untuk itu, diperlukan pembatasan wisatawan sesuai dengan daya dukung Pulau
Liukang Loe.
1
2

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk Mengetahui konsep perencanaan ekowisata pulau liukang loe bulukumba
b. Untuk Mengetahui Desain/Lanskap Pengembangan kawasan ekowisata pulau
liukang loe bulukumba
c. Untuk Mengetahui Analisis Kesesuaian Wisata dan Daya Dukung Kawasan
Ekowisata di Pulau Liukang Loe Bulukumba.
d. Untuk Mengetahui strategi dan tata Kelola ekowisata pulau liukang loe
bulukumba.
1.3 Manfaat
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik pada dunia
Pendidikan umumnya dan pada mahasiswa fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muslim Indonesia khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Perencanaan Ekowisata
Konsep Ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh The International Ecotourism
Society (TIES) pada tahun 1991. TIES (1991) mendefenisikan ekowisata sebagai
perjalanan bertanggung jawab ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat
mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata merupakan pembatasan jumlah wisatawan sesuai dengan daya dukung
kawasan. Daya dukung (carrying capacity) adalah ukuran batas maksimal penggunaan
suatu area berdasarkan kepekaan atau toleransinya yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor alami seperti terhadap ketersediaan makanan, ruang untuk tempat hidup,
tempat berlindung dan ketersediaan air (Maldonado dan Montagnini, 2004).
Hal ini dilakukan karena dalam konsep ekowisata pengembangannya tidak
bersifat mass tourism, sehingga dengan demikian pengembangan wisata bahari di
wilayah pesisir perlu penentuan daya dukung agar aktivitas wisata bahari yang
dilakukan dapat berlangsung secara berkelanjutan (sustainable) dan kondisi
sumberdaya tetap lestari/tidak rusak (collaps).

Gambar 1. Peta sebaran objek wisata pantai bulukumba 2016


3
4

Potensi wisata bahari di Pulau Liukang Loe cukup memadai seperti wisata
pantai, snorkling dan diving karena keindahan lautnya yang sangat menarik dimana
jika dilihat dari dekat banyak ekosistem laut yang sangat indah termasuk terumbu
karang dan ikan – ikan yang ada di dalamnya.

Gambar 2. Pulau Liukang Loe Bulukumba


Konsep rencana pengembangan yang di tawarkan pada daerah tersebut sangatlah
strategis dan sangat mendukung dengan kindahan pantai pasir putih, keindahan bawah
laut kaya akan ekosistem lautnya serta airnya yang cukup bersih.

Gambar 3. Peta sebaran rencana wisata pantai

Terminologi ekowisata bahari akhir-akhir ini semakin popular di seluruh dunia.


Kebanyakan negara-negara yang memiliki wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
termasuk Indonesia mulai mendengungkan ekowisata bahari sebagai suatu bentuk
5

baru dari pariwisata yang berlawanan dengan bentuk pariwisata massal yang
tradisional dan berbasis industri.
Hal ini tentu saja selain didasarkan atas tuntutan dari para pecinta lingkungan
bahwa kegiatan wisata seharusnya memperkecil dampak negarif terhadap lingkungan
melalui kegiatan konservasi, tetapi lebih dari itu adalah bentuk kesadaran dan
tanggung jawab manusia dalam memelihara keberlanjutan sumberdaya alam.

Gambar 4. Skema Konsep Ekowisata Bahari

Ekowisata bahari merupakan kegiatan pesisir dan laut yang dikembangkan


dengan pendekatan konservasi laut. Konsep ekowisata bahari dari pengembangan
suatu kawasan seperti terlihat pada Gambar 4 di atas bahwa output langsung yang
diterima wisatawan berupa hiburan dan pengetahuan dan untuk alam yaitu insentif
yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konservasi alam.
Output tidak langsung yaitu tumbuhnya kesadaran wisatawan untuk
memperhatikan sikap hidup yang tidak berdampak buruk bagi alam. Kesadaran ini
tumbuh akibat kesan yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi langsung dengan
lingkungan di kawasan konservasi
2.2 Desain/Lanskap Pengembangan Kawasan Ekowisata
Pulau Liukang Loe terletak di wilayah perairan sebelah selatan pulau Sulawesi
tepatnya pada posisi 05º 38’ 20” – 05º 39’ 84” LS dan 120º 25’ 14.87” – 120º 26’
46,75” BT. Pulau Liukang Loe termasuk dalam wilayah administrasi Dusun Liukang
Loe Desa Bira Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Pulau Liukang Loe
terdiri dari dua dusun yakni Dusun Ta’buntuleng dan Dusun Pasilohe. Luas wilayah
Pulau Liukang Loe sekitar 5.67 km2 (termasuk mikro island) dengan panjang pantai
6

sekitar ± 3 km. Sebagian besar daratan Pulau Liukang Loe tersusun dari batu karang
dan merupakan pulau berbukit.
Pulau Liukang Loe terletak di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba,
Provinsi Sulawesi Selatan, di wilayah perairan sebelah selatan pulau Sulawesi dengan
batas-batas wilayah sebelah utara (Pantai Bira), sebelah timur (Pulau Kambing),
sebelah selatan (Pulau Selayar), dan sebelah barat (Laut Flores).

Resort Penangkaran penyu

Snorkling & Diving Pantai Pasir Putih


Gambar 5. Lanskap pengembangan kawasan ekowisata di pulau liukang Loe

Berikut adalah pengamatan kondisi biofisik ekosistem pantai dan terumbu karang
di Pulau Liukang Loe dengan teknik observasi sebagai berikut :
a. Pantai
Pengamatan data kondisi pantai untuk peruntukan wisata pantai meliputi
parameter kemiringan pantai, tipe pantai, lebar pantai, penutupan lahan/vegetasi
pantai, kedalaman perairan, substrat dasar perairan, kecepatan arus dan ketersediaan
air tawar dilakukan dengan observasi dan pengukuran langsung di lapangan.
Keberadaan pantai berpasir yang sesuai untuk wisata pantai berada di sebelah utara
yaitu Kampung Ta’buntuleng, sebelah barat pulau dan sebelah tenggara pulau.
b. Terumbu karang
Penentuan stasiun terumbu karang berdasarkan sebaran terumbu karang yang
berada di perairan dangkal Pulau Liukang Loe. Secara detail stasiun terumbu karang
dapat dilihat sebagai berikut :
7

Tabel 1. Stasiun penelitian ekosistem terumbu karang di pulau liukang loe

Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan Metode Line Intercept


Transect (LIT). Pengamatan kondisi terumbu karang untuk peruntukan wisata
snorkling dan selam, terutama penutupan karang dapat dihitung dengan rumus tutupan
karang hidup menurut English et al. (1994), yaitu :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
𝐾𝑒ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 = 𝑥 100 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
Hasil perhitungan tersebut kemudian dianalisis dengan kategori menurut Brown
(1986) yang menyatakan bahwa persentase tutupan karang dapat dibagi menjadi empat
kategori, yaitu :
a. Kategori rusak : 0.0-24.9 %
b. Kategori sedang/kritis : 25.0-49.9 %
c. Kategori baik : 50.0-79.9 %
d. Kategori sangat baik : 80.0-100 %
Persentase tutupan adalah persentase luas area yang ditutupi oleh pertumbuhan
karang. Persentase karang hidup yang tinggi menandakan bahwa terumbu karang di
suatu perairan berada dalam keadaan sehat.
2.3 Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata
a. Analisis Data
Suatu kegiatan pemanfaatan yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan
dengan potensi sumberdaya dan peruntukkannya. Matriks kesesuaian untuk ekowisata
bahari meliputi peruntukkan untuk wisata pantai, wisata snorkling dan wisata selam
(diving). Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan
yang sesuai dengan objek wisata yang akan dikembangkan.
Untuk menghitung kesesuaian wisata kita dapat menggunakan rumus (Yulianda
et al. 2010) :
I
K

Dimana : W

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata


=


Σ
8

Σ𝑁𝑖 = Nilai parameter keseluruhan indeks (bobot x skor)


𝑁!"#$ = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian dari skor dan bobot yang diperoleh
dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian
yang diperoleh melalui penjumlahan nilai dari seluruh parameter. Penentuan
kesesuaian berdasarkan perkalian dari skor dan bobot yang diperoleh dari setiap
parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari interval kesesuaian yang diperoleh dari
penjumlahan nilai dari seluruh skor parameter yang dibandingkan dengan nilai
maksimal dari setiap indeks kesesuaian dari setiap jenis aktivitas wisata.
Persen interval yang didapatkan dari perhitungan indeks adalah sebagai berikut,

1. kategori tidak sesuai (TS) yaitu < 37.5 %,


2. sesuai bersyarat (SB) 37.5 % - < 62.5 %,
3. sesuai (S) 62.5 % - < 87.5 % dan
4. sangat sesuai (SS) sebesar 87.5 % - 100 %.

Matriks kesesuaian dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut.


Tabel 2. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai

Sumber : dimodifikasi dari (Yulianda : 2010)


Keterangan :
Nilai Maksimum = 76
9

Tabel 3. Matriks kesesuaian lahan untuk snorkling

Sumber : dimodifikasi dari Yulianda (2010); Kepmen LH no. 4 (2001);


Yulianda et al. 2010
Keterangan :
Nilai Maksimum = 56
Tabel 4. Matriks kesesuaian lahan untuk selam (diving)

Sumber : dimodifikasi dari Yulianda (2010); Kepmen LH no. 4 (2001);


Yulianda et al. 2010
Keterangan :
Nilai Maksimum = 52
Adapun potensi ekologis pengunjung, unit area dan waktu yang dihabiskan
wisatawan untuk setiap unit kegiatan dapat dilihat sebagai berikut.
10

Tabel 5. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luas area kegiatan (Lt)
Σ Pengunjung Unit Area
No. Jenis Kegiatan Keterangan
(Orang) (Lt)
1 Orang setiap 50 m Panjang
1 Rekreasi Pantai 1 50 m
pantai
2 Snorkling 1 500 m² Setiap 1 orang dalam 100 x 5 m
3 Selam 2 2000 m² Setiap 2 orang dalam 200 x 10 m
Sumber : Yulianda et al. (2010)
Tabel 6. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan

Waktu yang dibutuhkan Total waktu 1 Hari


No. Jenis Kegiatan
Wp (jam) Wt (jam)
1 Rekreasi Pantai 3 6
2 Snorkling 3 6
3 Selam 2 8
Sumber : Yulianda et al. (2010)
Hasil analisis kesesuaian yang ada dari kawasan yang sangat sesuai dan sesuai
akan digunakan sebagai dasar penentuan daya dukung sebagai luas atau panjang area
yang dimanfaatkan (Lp). Daya dukung dihitung agar diketahui jumlah maksimum
pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang tersedia pada waktu
tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan Daya
Dukung Kawasan (DDK) tersebut dapat dilihat dalam persamaan berikut (Yulianda et
al. 2010) :

DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp

Dimana :
DDK = Daya Dukung Kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = Luas area atau panjang area yang dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

b. Hasil Analisis Data


Berdasarkan dengan hasil penelitian di lapangan yang kemudian di kombinasikan
dengan matriks yang telah disediakan maka diperoleh hasil sebagai berikut.
11

Tabel 7. Hasil penilaian lapangan untuk wisata pantai


Bobot x
No. Parameter Bobot H.P.L Skor
Skor
1 Tipe pantai 3 Pasir putih 4 12
2 Lebar pantai (m) 3 5 – 30 m 4 12
3 Kedalaman (m) 3 0–2m 4 12
4 Material dasar 2 Pasir 4 8
5 Arus (m/detik) 2 0,1 – 0,21 m/dtk 3 6
Kemiringan
6 2 3 - 10º 4 8
pantai (º)
7 Kecerahan (%) 1 100 % 4 4
Penutupan lahan Kelapa, Pisang, Mangga,
8 1 4 4
pantai Pepaya dan Tanaman perdu
9 Biota berbahaya 1 Bulu babi 3 3
Ketersediaan air
10 1 2 2 2
tawar
Jumlah keseluruhan indeks (Σ Ni) 71

Berikut adalah persentase kesesuaian untuk wisata pantai.


%&'
IKW =& 𝑥 100 %
!"#$

()
= 𝑥 100 %
(*

= 93,42 %
Berdasarkan hasil dari penilitian diperoleh bahwasanya indeks kesesuaian wisata
pada pantai yang ada di pulau liukang loe mencapai 93,42 % sehingga masuk dalam
kategori sangat sesuai (SS).

Gambar 6. Peta kesesuaian wisata pantai di pulau liukang loe


12

Tabel 8. Hasil penilaian lapangan untuk wisata snorkling


Bobot x
No. Parameter Bobot H.P.L Skor
Skor

1 Tutupan karang (%) 3 10,2 % - 51,24 % 3 9


2 Jenis life form 3 8 3 9
3 Jenis ikan karang 2 256 4 8
Kecerahan perairan
4 2 96 % 3 6
(%)
Kecepatan arus
5 2 0,1 – 0,21 m/dtk 4 8
(cm/dtk)
Kedalaman terumbu
6 1 3–5m 3 3
karang (m)
Lebar hamparan
7 1 70 m 3 3
dasar karang (m)
Jumlah keseluruhan indeks (Σ Ni) 46

Berikut adalah persentase kesesuaian untuk snorkling.


%&'
IKW = 𝑥 100 %
&!"#$
+*
= ,*𝑥 100 %

= 82,14 %
Berdasarkan hasil dari penilitian diperoleh bahwasanya indeks kesesuaian wisata
snorkling yang ada di pulau liukang loe mencapai 82,14 % sehingga masuk dalam
kategori sesuai (S).

Gambar 7. Peta kesesuaian wisata snorkling di pulau liukang loe


13

Tabel 9. Hasil penilaian lapangan untuk wisata selam (diving)


Bobot x
No. Parameter Bobot H.P.L Skor
Skor
1 Tutupan karang (%) 3 51,24 % 3 9
2 Jenis life form 3 8 3 9
3 Jenis ikan karang 2 256 4 8
Kecerahan perairan
4 2 92 % 4 8
(%)
Kecepatan arus
5 2 0,1 – 0,21 m/dtk 4 8
(cm/dtk)
Kedalaman terumbu
6 1 7 – 15 m 4 4
karang (m)
Jumlah keseluruhan indeks (Σ Ni) 46

Berikut adalah persentase kesesuaian untuk wisata selam (diving)


%&'
IKW =& 𝑥 100 %
!"#$
+*
= ,-𝑥 100 %

= 88,46 %
Berdasarkan hasil dari penilitian diperoleh bahwasanya indeks kesesuaian wisata
selam (diving) yang ada di pulau liukang loe mencapai 88,46 % sehingga masuk dalam
kategori sangat sesuai (SS).

Gambar 8. Peta kesesuaian wisata pantai di pulau liukang loe


14

Konsep daya dukung didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki


kapasitas maksimum dalam mendukung suatu pertumbuhan organisme. Daya dukung
ekologi dalam penelitian ini merupakan jumlah maksimum pengunjung yang dapat
ditolelir oleh suatu kawasan wisata untuk waktu tertentu tanpa menimbulkan
degradasi sumberdaya alam (objek wisata). Aktivitas wisata di Pulau Liukang Loe
tidak bersifat mass tourism, maka penentuan daya dukung kawasan harus
mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan. Beberapa nilai yang dipakai dalam
kajian DDK ini disesuaikan dengan kondisi dan persepsi pelaku wisata di lokasi
penelitian, misalnya rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata pantai,
snorkling dan selam.

Tabel 10. Luas Kawasan ekowisata di pulau liukang loe

No. Jenis Kegiatan K Wp Wt Lt Lp

1 Rekreasi Pantai 1 3 6 50 m 1411 m


2 Snorkling 1 3 6 500 m² 246510 m²
3 Selam 2 2 8 2000 m² 147311 m²

Berdasarkan tabel penelitian luas Kawasan yang dapat dimanfaatkan tersebut


diatas dapat dihitung jumlah daya dukung Kawasan sesuai dengan kegiatan wisata
yang dilakukan.
1. Daya Dukung Kawasan wisata pantai

:; =<
DDK =Kx x
:< =;
>.@>> C
=1x x
AB D
= 56,44
= 56 Orang

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa daya


dukung Kawasan wisata pantai pulau liukang loe sebanyak 56 orang/hari dengan
waktu yang dibutuhkan untuk beraktifitas selama 3 jam. Hal ini menunjukan
bahwa banyaknya wisatawan yang dapat melakukan aktivitas wisata di pantai
sangat dipengaruhi oleh panjang pantai.
15

2. Daya Dukung Kawasan Wisata Snorkling

:; =<
DDK =Kx x
:< =;
E@C.A>B C
=1x x
ABB D
= 986,04
= 986 Orang
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa daya
dukung Kawasan wisata Snorkling pulau liukang loe sebanyak 986 orang/hari
dengan waktu yang dibutuhkan untuk beraktifitas selama 3 jam.
3. Daya Dukung Kawasan Wisata Selam (Diving).

:; =<
DDK =Kx x
:< =;
>@F.D>> G
=2x x
EBBB E
= 589,244
= 589 Orang
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa daya
dukung Kawasan wisata selam (diving) pulau liukang loe sebanyak 589
orang/hari dengan waktu yang dibutuhkan untuk beraktifitas selama 2 jam.
Hal ini menunjukkan bahwa daya dukung ekologi untuk kegiatan wisata pesisir
(wisata pantai, snorkling, selam) di Pulau Liukang Loe yakni 1.631 orang/hari atau
jika ditotalkan dalam setahun sebesar 595.315 orang/tahun.
2.4 Strategi dan Tata Kelola Objek Wisata
Perumusan alternatif kebijakan pengembangan wisata bahari di Pulau Liukang
Loe dengan menggunakan atribut ekologi. Menurut Dahuri (2001) menyebutkan
bahwa terdapat beberapa metode untuk pengelolaan wilayah pesisir secara
berkelanjutan, diantaranya : 1). Menetapkan batas-batas (boundaries) baik vertikal
maupun horizontal terhadap garis pantai (coastal line), wilayah pesisir sebagai suatu
unit pengelolaan (management unit) 2). Menghitung luasan 3). Mengalokasi atau
melakukan zonasi wilayah pesisir tersebut menjadi 3 zona utama, yaitu : 1). Preservasi
2). Konservasi 3). Pemanfaatan. Selain itu, diperlukan juga pengaturan lahan secara
16

komprehensif dan tepat sesuai dengan peruntukan serta tidak melebihi daya dukung
(Adrianto, 2005).
Pulau Liukang Loe memiliki ekosistem yang unik yang patut untuk dikelola
secara arif dan bijaksana, untuk diperlukan pengaturan sumberdaya demi kelestarian
sumber alam yang ada. Menurut masyarakat kawasan yang menjadi daerah
penangkapan ikan dulunya memiliki terumbu karang hidup dalam kondisi yang masih
baik. Namun, sejalan dengan banyaknya aktivitas yang bersifat merusak yang masih
dilakukan oleh nelayan dan masyarakat lokal ditambah dengan adanya aktivitas wisata
sehingga ekosistem terumbu karang mengalami tekanan dan mendorong terjadinya
kerusakan terumbu karang. Untuk menghindari kerusakan ekosistem terumbu karang
semakin parah, maka perlu dilakukan pembatasan daerah pemanfaatan ekosistem dan
sumberdaya di Pulau Liukang Loe sehingga tercapai keseimbangan antara aktivitas
pemanfaatan dan konservasi.
Pengelolaan Wisata Pulau Liukang Loe untuk pemanfaatan wisata bahari
sebaiknya dilakukan di kawasan yang sesuai agar pemanfaatan yang dilakukan bisa
memberikan kepuasan bagi wisatawan, tidak mengganggu aktivitas pemanfaatan lain
dan tidak merusak kondisi ekologi yang terkait di sekitar pesisir Pulau Liukang Loe.
Pembatasan pemanfaatan sesuai dengan daya dukung pemanfaatan yang sudah diukur
dari luas kawasan sesuai harus dilakukan agar wisatawan mendapatkan kepuasan,
kenyamanan dan ketenangan dalam berwisata, hal ini dilakukan agar keberadaan
sumberdaya yang dimanfaatkan tetap lestari dan bisa berkelanjutan.
Berdasarkan analisis kesesuaian wisata snorkling dan selam di Pulau Liukang
Loe tergolong cukup sesuai untuk kedua jenis wisata tersebut. Persentase tutupan
karang hidup cukup beragam, mulai dari kategori rusak hingga baik. Keberadaan
ekosistem karang tersebut jika tidak dilestarikan kemungkinan akan mengalami
perubahan atau penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas tersebut tentunya
akan mengurangi nilai estetika alam bawah laut dan akan mengancam keberlanjutan
kegiatan wisata yang telah ada.
Untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya ekosistem terumbu karang yang
ada di Pulau Liukang Loe, berbagai upaya dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bulukumba antara lain :
1. Penetapan pemanfaatan kawasan secara tegas oleh pemerintah daerah terhadap
pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang Pulau Liukang Loe.
17

Penetapan aturan yang jelas dan tegas dalam melakukan aktivitas wisata
akan mampu mendorong pencapaian misi konservasi sehingga dengan
pendekatan ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan
kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan pada
masyarakat lokal.
Strategi ini menjadi yang utama mengingat kondisi eksisting ekosistem
terumbu karang yang menyebar di perairan Pulau Liukang Loe terutama di
sebelah barat pulau berada pada kondisi buruk sehingga dalam penetapan
pemanfaatan kawasan ini seharusnya merupakan full protected area yang artinya
asset-aset wisata tidak diperkenankan beroperasi di kawasan tersebut.
2. Melakukan pengawasan terhadap jumlah wisatawan agar tidak melebihi daya
dukung kawasan.
Hal ini akan sangat menjadi krusial sehingga patut mendapat perhatian
serius dimana terkhusus untuk periode musim puncak (peak season) kunjungan
wisatawan dengan cara membatasi jumlah penjualan tiket masuk atau dengan
cara menerapkan sistem kuota dan menetapkan lama tinggal wisatawan di lokasi
wisata mengingat kegiatan wisata bahari berpeluang mass tourism.
3. Meningkatkan upaya pemulihan ekosistem terumbu karang melalui
pemberdayaan masyarakat.
Dalam ekowisata bahari meningkatkan upaya konservasi terhadap terumbu
karang merupakan salah satu strategi yang penting dengan melibatkan
masyarakat lokal melalui pemberian insentif seperti mata pencaharian alternatif.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap
sumberdaya yang ada pada ekosistem tersebut sehingga laju kerusakan terumbu
karang dapat diminimalkan dan daya dukung dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan.
Pengetahuan dan keterlibatan masyarakat lokal perlu ditingkatkan dalam
pengelolaan ekowisata bahari. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan dan
pelatihan agar masyarakat menjaga dan melestarikan sumberdaya pesisir yang
ada sehingga kegiatan-kegiatan destruktif seperti bom dan bius yang sifatnya
merusak dapat diminimalisir. Upaya pelestarian terumbu karang dapat
dilaksanakan apabila peran serta masyarakat sudah optimal untuk menjaga
sumberdaya alam secara langsung dan menikmati hasil dari pengelolaan
sumberdaya tersebut.
18

Secara umum adanya penurunan persentase tutupan karang dari tahun ke tahun
menunjukkan bahwa tingginya kerusakan terumbu karang. Berdasarkan wawancara
dengan masyarakat bahwa kerusakan terumbu karang terjadi akibat penangkapan ikan
yang sifatnya destruktif oleh nelayan seperti bom ikan dan penggunaan sianida, akan
tetapi belakangan ini masyarakat mulai sadar dan mengganti alat tangkat dengan alat
tangkap yang lebih ramah lingkungan seperti panah dan jaring ikan. Munculnya
kesadaran tersebut karena masyarakat menganggap wisatawan tidak akan berkunjung
ke Pulau Liukang Loe jika sumberdaya (terumbu karang) rusak dan secara langsung
akan berpengaruh terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat. Untuk itu diperlukan
regulasi terhadap kawasan yang terancam sehingga dampak ekologi bisa
diminimalkan. Rusaknya sumberdaya untuk pemanfaatan akan berdampak pada
buruknya kondisi lingkungan dan kelangkaan sumberdaya. Jika hal ini terjadi maka
kemungkinan adanya pemanfaatan yang merusak dan konflik antar masyarakat bisa
terjadi dan tujuan kesejahteraan ekonomi masyarakat otomatis tidak akan tercapai.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan ekowisata bahari di
pulau liukang loe maka dapat disimpulkan bahwa Kondisi Sumberdaya Pulau Liukang
Loe cukup memadai meliputi ekowisata bahari seperti wisata pantai, snorkling dan
selam. Adapun analisis kesesuaian yang telah dilakukan maka di peroleh:
1. Indeks kesesuaian wisata pantai sangat sesuai (SS) dengan 93,42 % dengan daya
dukung Kawasan dapat menampung 56 orang/hari atau 20.440 orang/tahun.
2. Indeks kesesuaian wisata snorkling sesuai dengan 82,14 % dengan daya dukung
Kawasan dapat menampung 986 orang/hari atau 359.890 orang/tahun.
3. Indeks kesesuaian wisata selam sangat sesuai dengan 88,46 % dengan daya
dukung Kawasan dapat menampung 589 orang/hari atau 214.985 orang/tahun.
Pengembangan wisata bahari di Pulau Liukang Loe dengan menitikberatkan pada
penyusunan dan penetapan regulasi yang tegas dalam pengelolaan Pulau Liukang Loe
secara menyeluruh serta upaya konservasi terumbu karang untuk pengembangan
ekowisata bahari dengan melibatkan masyarakat lokal, LSM dan Pemerintah Daerah.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran yang membangun maupun referensi yang
dapat dijadikan acuan demi perbaikan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arhan Rajab, Muhammad. Tesis “Pengelolaan Pulau Kecil Untuk Pengembangan


Ekowisata Bahari (Studi Kasus Pulau Liukang Loe, Kabupaten Bulukumba, Provinsi
Sulawesi Selatan)”.Institut Pertanian Bogor.2014.
https://depography.blogspot.com/2017/01/peta-sebaran-objek-wisata-bahari-
kec.html (Diakses 19 Oktober 2022)
https://adoc.pub/4-hasil-dan-pembahasan8099d0c2529637832fb9f8651d0986294
5110.html (Diakses 19 Oktober 2022)

iv

Anda mungkin juga menyukai