DISUSUN OLEH :
JURUSAN GEOGRAFI
2019
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Identifikasi Potensi Pariwisata Studi Kasus : Pulau Gili Labak
Kab.Sumenep
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1
Kabupaten dengan pulau terbanyak di Jawa Timur adalah
Kabupaten sumenep, dengan jumlah pulau 126 pulau (48 pulau
berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni) (Peraturan Bupati Sumenep
nomor 11 tahun 2006), dengan potensi terumbu karang, mangrove dan
jumlah pulau terbesar di Jawa Timur merupakan kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam sangat potensial untuk dimanfaatkan
(Muhsoni dkk, 2011).
2
(Gambar 2. Lokasi Pulau Gili Labak)
3
1.3. Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka Tujuan penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.3.1. Untuk mengetahui kondisi umum Pulau Gili Labak
1.3.2. Untuk menganalisis potensi kepariwisataan yang ada di Pulau Gili
Labak
1.3.3. Untuk menganalisis upaya yang dilakukan dalam meningkatan
pengelolaan dan pengembangan pariwisata di pulau Gili Labak
4
BAB II
2. Pembahasan
2.1. Kondisi Umum Pulau Gili Labak
A. Deskripsi Wilayah
Gili Labak salah satu pulau terkecil di antara 127 pulau lain di
Kabupaten Sumenep, Madura. Sebelumnya Pulau Gili Labak merupakan
sarang tikus sehingga pulau ini diberi nama Pulau Tikus sebelum akhirnya
dijadikan pulau berpenghuni, masyarakat Pulau Gili Labak merupakan
penduduk asli Dusun Lembana yang pindah kesana karena diwilayah
Pulau Gili Labak banyak sekali ikan. Pulau Gili Labak merupakan
salahsatu tempat atau objek wisata yang dimiliki oleh Kabupaten
Sumenep yang ramai dikunjungi wisatawan baik diharihari biasa ataupun
hari-hari libur. Pulau Gili Labak memiliki keindahan yang memberi
sensasi yang berbeda, Pulau Gili Labak memiliki pesona yang potensial
untuk dikunjungi wisatawan.
B. Kondisi Administratif
C. Kondisi Geografis
5
layak untuk dikunjungi oleh wisatawan yang menyukai wisata laut dan
pantai. Disamping itu gugusan terumbu karang yang luas juga menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang suka melakukan wisata
senorkrling maupun diving. Tak hanya itu saja, Pulau Gili Labak juga
merupakan Pulau kecil yang hanya memiliki luas 5 ha saja, sehingga
pulau ini dapat dikelilingi hanya dalam waktu 30 menit.
D. Tutupan Lahan
Luas daratan Pulau Gili Labak sebesar 14,5 ha. Tutupan lahan di
Pulau Gili Labak didominasi dengan Kebun seluas 7,07 ha (48,6%).
Kebun ini sebagian besar dengan tanaman pohon kelapa, Lamtoro dan
Mimba. Rata-rata kerapatan pohon mencapai 11 batang pada 100 m2.
Tutupan lahan tegalan mencapai 2,4 ha (16,5%) yang ditanami dengan
tanaman jagung, kacang tanah atau wijen. Semak belukar mencapai luas
2,34 ha (16,2%). Sedangkan total luas pemukiman hanya mencapai 0,58
ha (4%). Jumlah penduduk yang ada di Pulau Gili Labak sebanyak 107
orang, yang terdiri dari 73 kepala keluarga. Luas pantai dengan pasir putih
mencapai 2,14 ha (14,7%) (Farid, 2017).
Pulau Gili Labak dikelilingi dengan pantai pasir putih. Lokasi yang
sudah banyak dikembangkan untuk wisata terletak di bagian barat pulau.
Wilayah ini juga banyak untuk tambatan perahu nelayan. Fasilitas yang
sudah tersedia adalah tempat berteduh /gazebo, kamar mandi dan warung
penjual makanan. Selain itu juga ada fasilitas penyewaan snorkle dan
pelampung untuk wisata snorkling. Sedangkan wilayah utara dan timur
banyak dimanfaatkan untuk penambatan perahu tangkap nelayan Gili
Labak. Wilayah Selatan belum banyak dimanfaatkan. Untuk wilayah darat
sebagian besar berupa kebun yang banyak terdapat tanaman kelapa. Buah
kelapa ini juga dijadikan sebagai menu hidangan utama di warung-warung
lokasi wisata. Sarana penginapan di Pulau Gili Labak dengan
memanfaatkan pemukiman penduduk yang ada di Pulau ini. Sebagian
besar penduduk merupakan penduduk musiman yang hanya pada saat
tertentu tinggal di Gili Labak. Mata pencaharian penduduk sebagian besar
6
sebagai nelayan. Hanya pada musim tertentu memanfaatkan lahan di
sekitar pemukiman untuk bercocok tanam berupa : jagung, kacang tanah atau
wijen.
7
(Gambar 3. Keindahan terumbu karang yang manfaatkan dan di kembangkan
untuk spot diving dan snorkilng)
(Gambar 4. species ikan Napoleon Wrasses dan panorama pemandangan yang indah
dengan hamparan pasir putihnya)
8
berpotensi jika dijadikan ekowisata selam, ekowisata snorkling dan
ekowisata pantai. Potensi ekowisata ini sendiri didukung pendapat dari
Yulianda (2007) mengenai ekowisata, bahwa kegiatan wisata yang dapat
dikelompokkan konsep ekowisata bahari yaitu :
a. Wisata pantai merupakan kegiatan yang mengutamakan sumber
daya pantai dan budaya masyarakat pantai sebagai rekreasi,
olahraga dan menikmati pemandangan.
b. Wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan
sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut seperti diving,
snorkeling, selancar, jet ski, perahu kaca, wisata lamun dan wisata
satwa.
Konsep wisata bahari didasarkan pada pemandangan, keunikan
alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya, dan karakteristik
masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki pesisir dan lautan
secara langsung maupun tidak langsung (Nurisyah, 2001). Pesisir
pantai Pulau Gili Labak memiliki panorama pemandangan yang indah
dengan hamparan pasir putihnya, selian itu terdapat juga keindahan
sunsite dan sunrise yang menjadi keunikan tersindiri dari objek wisata
pantai Pulau Gili Labak.
9
2.3. Upaya peningkatan pengelolaan dan pengembangan pariwisata di pulau
Gili Labak
1. Bersih pantai
10
(Gambar 6. Bersih pantai yang dilakukan oleh komunitas wild water Indonesia)
11
(Gambar 7. Kondisi Terumbu Karang Buatan Di Pulai Gili Labak)
12
1. Sistem zonasi yang rinci untuk mengatur semua bentuk pemanfaatan
ruang dan aktivitas yang ada didalamnya.
a. Zona wisata (pemanfaatan)
Zona ini pengatur dimana lokasi yang boleh ada aktivitas
wisata, dengan kriteria mencakup preferensi pengunjung, kategori
pengunjung, kerentanan ekosistem sebagai objek, sarana prasana
yang dibutuhkan serta, dan keamanan.
Salah satu contoh yang bisa dilakukan, seperti aktivitas
snorkeling boleh dilakukan pada kedalaman di atas 2 meter saat
surut terendah, menggunakan pelampung dan di lokasi terumbu
karang dengan jenis yang tidak sensitif (dominan karang masif).
b. Zona pelabuhan
Tambat labuh kapal-kapal wisata hendaknya berada di satu
lokasi yang terpusat, tidak berada di pusat aktivitas wisata dan
yang terpenting tidak berada di lokasi ekosistem pesisir penting.
Zona pelabuhan ini hendaknya juga mengatur hingga alur lalu
lintas keluar masuknya kapal, agar terlihat teratur dan tidak adanya
gangguan terhadap keamanan dan kenyamanan dari para
wisatawan.
c. Zona perlindungan
Zona perlindungan ini umumnya dikenal sebagai zona inti
atau rehabilitasi. Zona ini penting untuk menjaga keberlanjutan
sumberdaya pulau dan menjadi stok plasma nutfah.
2. Rehabilitasi terumbu karang
Kerusakan terumbu karang sudah mulai terlihat dan terus
bertambah dengan kondisi yang memprihatinkan. Untuk itu,
rehabilitasi terumbu karang yang berkelanjutan dibutuhkan di Pulau
Gili Labak. Salah satu metode rehabilitasi yang dapat digunakan
adalah transplantasi karang dengan memanfaatkan terumbu karang
sekitar pulau dan tanpa mendatangkan dari luar pulau
13
(Gambar 8. Pelestarian Terumbu Karang Oleh Polres Sumenep)
3. Konsep ekowisata
Konsep ekowisata merupakan konsep yang tepat untuk
diterapkan di Pulau Gili Labak untuk mengatur pemanfaatan dan
aktivitas wisatawan, sehingga kelestarian sumberdaya dan daya
dukung penting untuk diukur dan menjadi batasan tingkat pemanfaatan
dan bentuk aktivitas yang ada. Untuk itu, prinsip-prinsip ekowisata
hendaknya dipertimbangkan, meliputi: wisata harus berbasis alam,
mementingkan keberlanjutan ekologi, adanya pendidikan lingkungan,
bernilai manfaat untuk masyarakat lokal dan menciptakan kepuasan
pengunjung.
14
BAB III
3. Penutup
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah pengelolan wisata di
Pulau Gili Labak dapat dilakukan dengan mengimplementasikan
konsep ekowisata, sistem zonasi pemanfaatan ruang pulau, dan
restorasi serta rehabilitasi ekosstem pesisir. Selain itu, pembentukan
kelembagaan sebagai pengelola dan pengontrol kegiatan wisata di
pulau ini sangat dibutuhkan.
3.2. Saran
Berdasarkan makalah yang telah dibuat terdapat beberapa
saran mengenai pariwisata di Pulau Gili Labak yaitu diperlukannya
system-sistem kebutuhan pengelolaan dan pelestarian ekosistem,
serta perbaikan aksebilitas seperti halnya transportasi yang
memiliki rute khusus dari pelabuhan untuk akomodasi pariwisata
yang masih sangat terbatas.
15
Daftar Rujukan
Dahuri, Rokhimin. Rais, Jacub. Dan Ginting, Putra Sapta. Sitepu, M.J. 2004.
Pengelolaan Suber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu,.
Pradya, Paramita Jakarta.
Farid¸ Firman. 2017. Potensi dan pengelolaan Pulau Gili Labak (dan kajian
pulau Sumenep). UTM Press: Universitas Trunojoyo Madura
16
Yulianda, F., 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber
daya Pesisir Berbasis Konservasi. IPB. Bogor
17