Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EVALUASI POTENSI KEPARIWISATAAN

IDENTIFIKASI POTENSI PARIWISATA

STUDI KASUS : PULAU GILI LABAK KAB.SUMENEP

Dosen Pengampu : Nailul Insani, S.Pd, M.Sc.

DISUSUN OLEH :

Moh. Idzham Furqoni (170722637014)

Muhammad Fatkhul Najib (170722637011)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

2019
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Identifikasi Potensi Pariwisata Studi Kasus : Pulau Gili Labak
Kab.Sumenep

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok dan


memperdalam pemahaman dalam suatu harapan mendapatkan ilmu dalam
mempelajari kepariwisataan dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata Evaluasi Potensi Kepariwisataan.

Sebagai akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak –


pihak yang turut membantu kelancaran pembuatan makalah dan bantuan dalam
bertukar pikiran mengenai isi materi tulis dalam pembuatan makalah kali ini.

Malang, 9 September 2019

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1. Pendahuluan ............................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
1.2.1. Bagaimana kondisi umum Pulau Gili Labak? ................................................. 3
1.2.2. Bagaimana potensi kepariwisataan yang ada di Pulau Gili Labak? ............ 3
1.2.3. Bagaimana upaya peningkatan pengelolaan dan pengembangan pariwisata
di Pulau Gili Labak? ................................................................................................... 3
1.3. Tujuan ...................................................................................................................... 4
1.3.1. Untuk mengetahui kondisi umum Pulau Gili Labak ....................................... 4
1.3.2. Untuk menganalisis potensi kepariwisataan yang ada di Pulau Gili Labak 4
1.3.3. Untuk menganalisis upaya yang dilakukan dalam meningkatan
pengelolaan dan pengembangan pariwisata di pulau Gili Labak ................................ 4
BAB II................................................................................................................................. 5
2.1. Kondisi Umum Pulau Gili Labak ............................................................................ 5
2.2. Potensi Kepariwisataan yang ada di Pulau Gili Labak ............................................ 7
2.3. Upaya peningkatan pengelolaan dan pengembangan pariwisata di pulau Gili
Labak ..................................................................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................. 15
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 15
3.2. Saran ...................................................................................................................... 15
Daftar Rujukan .................................................................................................................. 16

ii
BAB I
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Produk wisata terdiri dari berbagai unsur dan merupakan suatu


paket yang tidak terpisahkan, yaitu objek pariwisata, fasilitas, serta
transportasi yang menghubungkan daerah asal wisatawan di tempat objek
pariwisata. Menurut Pendit (1994), ada beberapa jenis pariwisata yang
sudah dikenal, diantaranya adalah wisata bahari yaitu wisata yang banyak
dikaitkan dengan danau, pantai atau laut. Lebih lanjut menurut Yoeti
(1996) Wisata Bahari (Marine Tourism) adalah suatu kunjungan ke objek
wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan pantai dan taman laut
dengan snorkeling atau menyelam yang ditunjang oleh sarana dan
prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air
lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009,
Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki
keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
kunjungan wisatawan.

World Tourism Organization (WTO) mendefinisikan


pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini, sambil melindungi dan
mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang. Mengarah pada
pengelolaan seluruh sumber daya sedemikian rupa sehingga kebutuhan
ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi sambil memelihara integritas
kultural, proses ekologi esensial, keanakeragaman hayati dan sistem
pendukung kehidupan. Dahuri (2004), menyatakan bahwa pengelolaan
pesisir dan laut secara terpadu merupakan bentuk pengelolaan yang
melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan
pemanfaatan, guna mencapai pembangunan berkelanjutan.

1
Kabupaten dengan pulau terbanyak di Jawa Timur adalah
Kabupaten sumenep, dengan jumlah pulau 126 pulau (48 pulau
berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni) (Peraturan Bupati Sumenep
nomor 11 tahun 2006), dengan potensi terumbu karang, mangrove dan
jumlah pulau terbesar di Jawa Timur merupakan kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam sangat potensial untuk dimanfaatkan
(Muhsoni dkk, 2011).

(Gambar 1. Pulau Gili Labak)

Pulau Gili Labak, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur yang


merupakan destinasi baru wisata pulau kecil yang terletak di Desa
Kombang, Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura. Pulau
dengan luas ± 5 ha ini terletak di antara 7°12'1.03"-7°12'35.14" LS dan
114° 2'35.86"-114° 3'6.59" BT. Secara administrasi, pulau ini hanya
terdapat satu dusun, yaitu Dusun Gili Labak, satu Rukun Tetangga (RT)
dan satu Rukun Warga (RW), dan dihuni oleh sekitar 44 kepala keluarga
(KK). Untuk menuju pulau ini dapat ditempuh menggunakan perahu
nelayan atau agen perjalanan dengan waktu tempuh 2,5-3 jam dari 3
pelabuhan, yaitu pelabuhan Desa Tanjung di Kecamatan Saronggi,
Pelabuhan Kalianget di Kecamatan Kalianget dan Pelabuhan Desa
Kombang di Kecamatan Talango.

2
(Gambar 2. Lokasi Pulau Gili Labak)

Luas mangrove di Kabupaten Sumenep mencapai mencapai 12.558


ha, dengan kondisi kerapatan tajuk lebat 1.719,3 ha (14 %), tajuk sedang
6.407,3 ha (51%) dan tajuk jarang 4.432,3 ha (35 %). Sedangkan Luas
terumbu karang di Kabupaten Sumenep mencapai 73.911 ha (Muhsoni ,
2015). Jumlah pulau ada 106 pulau, dengan jumlah pulau yang
berpenghuni mencapai 48 pulau dan 78 pulau tidak berpenghuni
(Muhsoni, 2016).
Makalah ini akan mencoba mengidentifikasi karakteristik, potensi
kepariwisataan apa saja yang terdapat di Pulau Gili Labak, serta
menganalisis upaya apa saja yang dapat berpengaruh dalam peningkatan
pengelolaan dan pengembangan pariwisata di pulau Gili Labak.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka dapat dikemukakan
beberapa Rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana kondisi umum Pulau Gili Labak?
1.2.2. Bagaimana potensi kepariwisataan yang ada di Pulau Gili Labak?
1.2.3. Bagaimana upaya peningkatan pengelolaan dan pengembangan
pariwisata di Pulau Gili Labak?

3
1.3. Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka Tujuan penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.3.1. Untuk mengetahui kondisi umum Pulau Gili Labak
1.3.2. Untuk menganalisis potensi kepariwisataan yang ada di Pulau Gili
Labak
1.3.3. Untuk menganalisis upaya yang dilakukan dalam meningkatan
pengelolaan dan pengembangan pariwisata di pulau Gili Labak

4
BAB II

2. Pembahasan
2.1. Kondisi Umum Pulau Gili Labak
A. Deskripsi Wilayah
Gili Labak salah satu pulau terkecil di antara 127 pulau lain di
Kabupaten Sumenep, Madura. Sebelumnya Pulau Gili Labak merupakan
sarang tikus sehingga pulau ini diberi nama Pulau Tikus sebelum akhirnya
dijadikan pulau berpenghuni, masyarakat Pulau Gili Labak merupakan
penduduk asli Dusun Lembana yang pindah kesana karena diwilayah
Pulau Gili Labak banyak sekali ikan. Pulau Gili Labak merupakan
salahsatu tempat atau objek wisata yang dimiliki oleh Kabupaten
Sumenep yang ramai dikunjungi wisatawan baik diharihari biasa ataupun
hari-hari libur. Pulau Gili Labak memiliki keindahan yang memberi
sensasi yang berbeda, Pulau Gili Labak memiliki pesona yang potensial
untuk dikunjungi wisatawan.

B. Kondisi Administratif

Pulau Gili Labak merupakan objek wisata yang terletak di Desa


Kombang, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa
Timur, Indonesia. Secara administratif Gili Labak terletak di Kabupaten
Sumenep, lebih tepatnya masuk dalam wilayah Dusun Gili Labak, Desa
Kombang, Kecamatan Talango. Pulau kecil ini terletak di sebelah
tenggara Pulau Madura. Pulau ini hanya terdapat satu dusun, yaitu Dusun
Gili Labak, satu Rukun Tetangga (RT) dan satu Rukun Warga (RW), dan
dihuni oleh sekitar 44 kepala keluarga (KK).

C. Kondisi Geografis

Pulau Gili Labak berada di ujung timur Pulau Madura tepatnya di


Kabupaten Sumenep, Pulau ini memiliki keindahan pasirnya yang putih
dan berseh serta air lautnya yang biri juga jernih, serta desiran ombak
yang memberi ketenangan. Hal inilah yang menjadikan Pulau Gili Labak

5
layak untuk dikunjungi oleh wisatawan yang menyukai wisata laut dan
pantai. Disamping itu gugusan terumbu karang yang luas juga menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang suka melakukan wisata
senorkrling maupun diving. Tak hanya itu saja, Pulau Gili Labak juga
merupakan Pulau kecil yang hanya memiliki luas 5 ha saja, sehingga
pulau ini dapat dikelilingi hanya dalam waktu 30 menit.

D. Tutupan Lahan

Luas daratan Pulau Gili Labak sebesar 14,5 ha. Tutupan lahan di
Pulau Gili Labak didominasi dengan Kebun seluas 7,07 ha (48,6%).
Kebun ini sebagian besar dengan tanaman pohon kelapa, Lamtoro dan
Mimba. Rata-rata kerapatan pohon mencapai 11 batang pada 100 m2.
Tutupan lahan tegalan mencapai 2,4 ha (16,5%) yang ditanami dengan
tanaman jagung, kacang tanah atau wijen. Semak belukar mencapai luas
2,34 ha (16,2%). Sedangkan total luas pemukiman hanya mencapai 0,58
ha (4%). Jumlah penduduk yang ada di Pulau Gili Labak sebanyak 107
orang, yang terdiri dari 73 kepala keluarga. Luas pantai dengan pasir putih
mencapai 2,14 ha (14,7%) (Farid, 2017).

Pulau Gili Labak dikelilingi dengan pantai pasir putih. Lokasi yang
sudah banyak dikembangkan untuk wisata terletak di bagian barat pulau.
Wilayah ini juga banyak untuk tambatan perahu nelayan. Fasilitas yang
sudah tersedia adalah tempat berteduh /gazebo, kamar mandi dan warung
penjual makanan. Selain itu juga ada fasilitas penyewaan snorkle dan
pelampung untuk wisata snorkling. Sedangkan wilayah utara dan timur
banyak dimanfaatkan untuk penambatan perahu tangkap nelayan Gili
Labak. Wilayah Selatan belum banyak dimanfaatkan. Untuk wilayah darat
sebagian besar berupa kebun yang banyak terdapat tanaman kelapa. Buah
kelapa ini juga dijadikan sebagai menu hidangan utama di warung-warung
lokasi wisata. Sarana penginapan di Pulau Gili Labak dengan
memanfaatkan pemukiman penduduk yang ada di Pulau ini. Sebagian
besar penduduk merupakan penduduk musiman yang hanya pada saat
tertentu tinggal di Gili Labak. Mata pencaharian penduduk sebagian besar

6
sebagai nelayan. Hanya pada musim tertentu memanfaatkan lahan di
sekitar pemukiman untuk bercocok tanam berupa : jagung, kacang tanah atau
wijen.

No. Tutupan Lahan Luas (m2) Luas (Ha) %


1. Pemukiman 5,808.5 0.58 4.00
2. Kebun 70,718.0 7.07 48.65
3. Tegalan 24,009.6 2.40 16.52
4. Semak belukar 23,405.4 2.34 16.10
5. Pantai 21,414.8 2.14 14.73
Luas daratan 145,356.3 14.5 100.00
6. Pasir laut 81,846.5 8.18
7. Terumbu karang 583,503.0 58.35
Sumber : Hasil Penelitian 2016

2.2. Potensi Kepariwisataan yang ada di Pulau Gili Labak


Potensi wisata yang ada pada pulau gili labak antara lain adalaha
keindahan taman bawah lautnya yang masih alami dengan segala
ekosistemnya. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sumenep
tahun 2009-2029 menyebutkan bahwa perairan pulau Gili Labak di
tetapkan sebagai wisata laut dan penyelamatan lingkungan hidup. Ciri
khas dan keanekaragaman ekosistem yang di tawarkan bawah laut Gili
Labak ialah keindahan terumbu karang beraneka warna dan
keanekaragaman biota lautnya, hal ini di manfaatkan dan di kembangkan
untuk spot diving dan snorkilng. Pulau Gili Labak menawarkan sebuah
wisata yang dilakukan baik secara open trip maupun independen dalam
menyusuri seluruh wisata yang ada di pulau.

7
(Gambar 3. Keindahan terumbu karang yang manfaatkan dan di kembangkan
untuk spot diving dan snorkilng)

Panorama bawah laut Gili Labak memiliki tutupan terumbu karang


sebesar 39,80% sampai 55%, selain itu juga terdapat pengkayakan spesies
ikan Napoleon Wrasses (Panggabean dkk, 2010). Terumbu karang yang
dalam kondisi baik dan terjaga menjadikan habitat bagi 15 spesies ikan
diantaranya ikan Napoleon Wrasses yang ada di perairan Gili Labak dan
menjadi daya tarik wisata untuk melakukan kegiatan snorkling.
Kementrian kelautan dan perikanan (2013) International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), menetapkan ikan
Napoleon Wrasses sebagai spesies langka yang terancam populasinya.

(Gambar 4. species ikan Napoleon Wrasses dan panorama pemandangan yang indah
dengan hamparan pasir putihnya)

Kondisi Pulau Gili Labak sangat potensial untuk pengembangan


ekowisata dikarenakan sumberdaya alam yang terjaga dan terdapat
ekosistem yang harus dilindungi, hal ini menjadikan Pulau Gili Labak

8
berpotensi jika dijadikan ekowisata selam, ekowisata snorkling dan
ekowisata pantai. Potensi ekowisata ini sendiri didukung pendapat dari
Yulianda (2007) mengenai ekowisata, bahwa kegiatan wisata yang dapat
dikelompokkan konsep ekowisata bahari yaitu :
a. Wisata pantai merupakan kegiatan yang mengutamakan sumber
daya pantai dan budaya masyarakat pantai sebagai rekreasi,
olahraga dan menikmati pemandangan.
b. Wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan
sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut seperti diving,
snorkeling, selancar, jet ski, perahu kaca, wisata lamun dan wisata
satwa.
Konsep wisata bahari didasarkan pada pemandangan, keunikan
alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya, dan karakteristik
masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki pesisir dan lautan
secara langsung maupun tidak langsung (Nurisyah, 2001). Pesisir
pantai Pulau Gili Labak memiliki panorama pemandangan yang indah
dengan hamparan pasir putihnya, selian itu terdapat juga keindahan
sunsite dan sunrise yang menjadi keunikan tersindiri dari objek wisata
pantai Pulau Gili Labak.

(Gambar 5. Peta jalur menuju Pulau Gili Labak)

9
2.3. Upaya peningkatan pengelolaan dan pengembangan pariwisata di pulau
Gili Labak

Jumlah wisatawan dan penduduk semakin meningkat seiring


semakin populer wisata di Pulau Gili Labak. Belum adanya rencana
pengelolaan wisata pulau membuat munculnya tekanan-tekanan terhadap
lingkungan dan ekosistem pulau. Tekanan-tekanan yang ada dipicu oleh
meningkatnya lalu lintas kapal, pencemaran, aktivitas wisata, dan alih
fungsi lahan. Selain itu, tingkat kesadaran pelaku wisata, penduduk dan
wisatawan menambah rumit permasalah yang ada, seperti labuh jangkar di
area terumbu karang, membuang sampah di sembarang tempat, perilaku
wisatawan yang tidak konservatif, terutama saat snorkeling yang
mengakibatkan rusaknya terumbu karang karena fin, jamahan tangan dan
injakan, dan pembangunan pemukiman. Sehingga muncul respon dari
masyarakat maupun dinas lingkungan hidup dalam menanggulangi
kerusakan ekosistem seperti :

1. Bersih pantai

Kegiatan bersih-bersih pantai dilakukan oleh masyarakat pulau


untuk mengurangi jumlah sampah. Kegiatan ini tidak menjadi agenda
khusus dan bersifat sukarela. Sampah yang telah dikumpulkan dari
kegiatan ini dikubur dan dibakar di pulau, tanpa ada pengelolaan
lanjutan. Selain itu, kegiatan ini masih sebatas di lingkungan pantai,
sedangkan untuk bawah laut belum dilakukan. Upaya ini dianggap
belum efektif dalam mengurangi sampah, terutama yang masuk ke
ekosistem terumbu karang.

10
(Gambar 6. Bersih pantai yang dilakukan oleh komunitas wild water Indonesia)

2. Pembuatan terumbu karang buatan

Pembuatan terumbu karang buatan dilakukan oleh Dinas


Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep yang terbuat dari rangka
beton. Kondisi terakhir terumbu buatan ini cukup bagus karena sudah
banyak ditumbuhi oleh karang, meskipun peletakannya tidak teratur.
Lokasi terumbu buatan ini hanya berada di satu titik saja, sehingga
belum banyak mengurangi ancaman terhadap ekosistem terumbu
karang. Selain itu, terumbu buatan ini tidak dapat dimanfaatkan
sebagai objek wisata karena substrat dasarnya pasir, sehingga sering
terjadi pengadukan, baik secara alami maupun ketika ada penyelam.

11
(Gambar 7. Kondisi Terumbu Karang Buatan Di Pulai Gili Labak)

3. Pembangunan fasilitas dan sarana prasarana penunjang wisata

Toilet umum merupakan solusi untuk menjaga kebersihan,


keindahan dan kesehatan lingkungan pantai dan perairan. Toilet umum
juga menjadi solusi efektif untuk mengurangi pencemaran yang
diakibatkan oleh masyarakat dan wisatawan (limbah organik). Untuk
mengurangi jumlah sampah, maka disediakan tempat sampah. Tetapi,
adanya tempat sampah belum mampu menyelesaikan masalah sampah
karena tingkat kesadaran wisatawan dan pelaku wisata yang kurang
untuk membuang sampah pada tempatnya.

Upaya penyadartahuan dilakukan dengan membuat papan


himbauan dan kampanye lingkungan. Keberadaan papan himabuan tidak
memberikan dampak positif terhadap ekosistem pesisir. Sampah masih
banyak ditemukan di daerah pantai maupun ekosistem terumbu karang.
Selain itu, kebiasan waisatawan yang tidak konservatif terus terjadi dan
menjadi ancaman yang sangat serius. Hal ini disebabkan juga tidak adanya
edukasi dari pihak penyedia jasa wisata saat berwisata di Pulau Gili Labak.

Kebutuhan terhadap Pengelolaan Wisata

Beberapa respon yang perlu dilakukan sebagai kebutuhan


pengelolaan itu meliputi: pembuatan sistem zonasi rinci, rehabilitasi
terumbu karang, penerapan konsep ekowisata. Respon-respon tersebut
merupakan arahan pelengkap dengan tetap melakukan dan meningkatkan
upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya.

12
1. Sistem zonasi yang rinci untuk mengatur semua bentuk pemanfaatan
ruang dan aktivitas yang ada didalamnya.
a. Zona wisata (pemanfaatan)
Zona ini pengatur dimana lokasi yang boleh ada aktivitas
wisata, dengan kriteria mencakup preferensi pengunjung, kategori
pengunjung, kerentanan ekosistem sebagai objek, sarana prasana
yang dibutuhkan serta, dan keamanan.
Salah satu contoh yang bisa dilakukan, seperti aktivitas
snorkeling boleh dilakukan pada kedalaman di atas 2 meter saat
surut terendah, menggunakan pelampung dan di lokasi terumbu
karang dengan jenis yang tidak sensitif (dominan karang masif).
b. Zona pelabuhan
Tambat labuh kapal-kapal wisata hendaknya berada di satu
lokasi yang terpusat, tidak berada di pusat aktivitas wisata dan
yang terpenting tidak berada di lokasi ekosistem pesisir penting.
Zona pelabuhan ini hendaknya juga mengatur hingga alur lalu
lintas keluar masuknya kapal, agar terlihat teratur dan tidak adanya
gangguan terhadap keamanan dan kenyamanan dari para
wisatawan.
c. Zona perlindungan
Zona perlindungan ini umumnya dikenal sebagai zona inti
atau rehabilitasi. Zona ini penting untuk menjaga keberlanjutan
sumberdaya pulau dan menjadi stok plasma nutfah.
2. Rehabilitasi terumbu karang
Kerusakan terumbu karang sudah mulai terlihat dan terus
bertambah dengan kondisi yang memprihatinkan. Untuk itu,
rehabilitasi terumbu karang yang berkelanjutan dibutuhkan di Pulau
Gili Labak. Salah satu metode rehabilitasi yang dapat digunakan
adalah transplantasi karang dengan memanfaatkan terumbu karang
sekitar pulau dan tanpa mendatangkan dari luar pulau

13
(Gambar 8. Pelestarian Terumbu Karang Oleh Polres Sumenep)

3. Konsep ekowisata
Konsep ekowisata merupakan konsep yang tepat untuk
diterapkan di Pulau Gili Labak untuk mengatur pemanfaatan dan
aktivitas wisatawan, sehingga kelestarian sumberdaya dan daya
dukung penting untuk diukur dan menjadi batasan tingkat pemanfaatan
dan bentuk aktivitas yang ada. Untuk itu, prinsip-prinsip ekowisata
hendaknya dipertimbangkan, meliputi: wisata harus berbasis alam,
mementingkan keberlanjutan ekologi, adanya pendidikan lingkungan,
bernilai manfaat untuk masyarakat lokal dan menciptakan kepuasan
pengunjung.

(Gambar 9. Infrastruktur Pendukung Pariwisata Di Pulau Gili Labak)

14
BAB III
3. Penutup
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah pengelolan wisata di
Pulau Gili Labak dapat dilakukan dengan mengimplementasikan
konsep ekowisata, sistem zonasi pemanfaatan ruang pulau, dan
restorasi serta rehabilitasi ekosstem pesisir. Selain itu, pembentukan
kelembagaan sebagai pengelola dan pengontrol kegiatan wisata di
pulau ini sangat dibutuhkan.
3.2. Saran
Berdasarkan makalah yang telah dibuat terdapat beberapa
saran mengenai pariwisata di Pulau Gili Labak yaitu diperlukannya
system-sistem kebutuhan pengelolaan dan pelestarian ekosistem,
serta perbaikan aksebilitas seperti halnya transportasi yang
memiliki rute khusus dari pelabuhan untuk akomodasi pariwisata
yang masih sangat terbatas.

15
Daftar Rujukan

A, Yoeti, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa : Bandung

Dahuri, Rokhimin. Rais, Jacub. Dan Ginting, Putra Sapta. Sitepu, M.J. 2004.
Pengelolaan Suber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu,.
Pradya, Paramita Jakarta.

Farid¸ Firman. 2017. Potensi dan pengelolaan Pulau Gili Labak (dan kajian
pulau Sumenep). UTM Press: Universitas Trunojoyo Madura

F.F. Muhsoni, M.S. Syarif, M. Effendi. 2011. Inventarisasi Data Potensi


Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Sumenep. Jurnal Kelautan

F.F. Muhsoni. 2015. Pemanfaatan Citra Satelit LDCM untuk Pemetaan


Kerapatan Tajuk mangrove dan Terumbu Karang. Prosiding Semnas
Perikanan dan Kelautan FPIK UB.

F.F.Muhsoni. 2016. Pemodelan Daya Dukung Pemanfaatan Pulau Sapudi


Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Kelautan

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Mengenal Ikan Napoleon.

Panggabean, Anthony Sisco, Mardlijah, Siti. Pralampita, An Wiwiet. 2010.


Terumbu Karang Buatan Sebagai Inovasi Pengkayaan Stok Napoleon
Wrasse di Perairan Pantai Gili Labak. Balai Riset Perikanan Laut. Badan
Riset Kelautan dan Perikanan. Dewan Riset – Kementrian Ristek. Jakarta.

Pendit, I Nyoman, S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya


Pramita : Jakarta

Peraturan Bupati Sumenep nomor 11 tahun 2006

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sumenep tahun 2009-2029.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009

16
Yulianda, F., 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber
daya Pesisir Berbasis Konservasi. IPB. Bogor

17

Anda mungkin juga menyukai