Anda di halaman 1dari 21

HALAMAN JUDUL

Artikel Ilmiah Mata Kuliah Tourism Geography

STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PURBO SELO


NAWING SEBAGAI DAYA TARIK WISATA GEO PARK DI
KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Dwi Aprilia Damayanti (195316)

Reza Yusran Ilyas (195335)

Tri Hafizah Putra (195340)

Triana Cahya Febyyanti (195341)

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO YOGYAKARTA

(STIPRAM)

2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Tourism Geography “Strategi Perencanaan
Pengembangan Purba Selo Nawing Sebagai Daya Tarik Wisata Geo Park di Gunung
Kidul Yogyakarta”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini disusun dengan bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan fasilitas kepada
penulis dalam menyusun laporan ini. Khususnya, penulis menyampaikan terimakasih
kepada:

1. Dr. Suhendroyono,SH.,MM.,M.Par.,CHE.,CGSP selaku Ketua Sekolah Tinggi


Pariwisata Ambarrukmo
2. Achmad Andi Rif’an, ST, M.Sc. selaku dosen mata kuliah Tourism Geography
3. Bapak Wakidi selaku Bendahara Kelompok Sadar Wisata Purbo Selo Nawing
4. Segenap Kelompok Sadar Wisata Purbo Selo Nawing
5. Orang tua, rekan-rekan, dan segala pihak yang terlibat memberikan bimbingan
dan dukungan baik secara moral maupun material
Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik
yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar laporan ini dapat
bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang
memerlukan.
Yogyakarta, Juni 2022
Penulis,

Kelompok 1 Tourism Geography

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
3. Batasan Penelitian .............................................................................................. 4
4. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5
5. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................... 7
KAJIAN TEORI DAN LITERATUR ........................................................................... 7
1. Kajian Teori ....................................................................................................... 7
2. Kajian Literatur .................................................................................................. 9
BAB III ....................................................................................................................... 12
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 12
1. Spesifikasi Penelitian ....................................................................................... 12
2. Jenis Penelitian ................................................................................................. 12
3. Lokasi dan Waktu ............................................................................................ 13
4. Jenis Data ......................................................................................................... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 14
6. Metode Analisis Data ....................................................................................... 14
BAB IV ....................................................................................................................... 16
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ........................................................ 16

iii
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang berapa di Benua Asia yang
memiliki keadaan geografi yang unik karena berada diantara dua samudra yaitu
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dan terlettak diantara dua benua yaitu Benua
Asia dan Benua Australia. Hal ini yang membuat Indonesia berada pada jalur lintas
dunia. Bukan hanya letak geografi yang strategis tapi keadaan geografi Indonesia
juga tidak kalah strategi karena semua keadaan geografi telah dimiliki mulai dari
pegunungan hingga laut yang sangat beragam dengan bentang lahan yang yang khas.
Beragamnya bentang lahan yang dimiliki Indonesia menjadi nilai lebih serta potensi
besar unutk memiliki jenis wisata alamyang lebih banyak dan beragam sehinngga
dapat menarik lebih banyak wisatawan baik asing maupun lokal.

Menurut UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kapriwisataan pengertian pariwisata


adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
Pariwisata juga memiliki hubungan yang erat dengan keadaan geoografi suatu daerah.
Geografi Pariwisata merupakan bidang ilmu terapan yang berusaha mengkaji unsur-
unsur geografis suatu daerah untuk kepentingan kepariwisataan. Unsur-unsur
geografis suatu daerah memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda-beda.
Bentang alam pegunungan yang beriklim sejuk, pantai landai yang berpasir putih,
hutan dengan beraneka ragam tumbuhan yang langka, danau dengan air yang bersih,
merupakan potensi suatu daerah yang dapat dikembangkan untuk usaha industri
pariwisata. Unsur geografis yang lain seperti lokasi/letak, kondisi morfologi,
penduduk, berpengaruh terhadap kemungkinan pengembangan potensi obyek wisata.

1
Daerah Istimewa Yogyakarta berada di selatan Pulau Jawa dengan Ibukota
Yogyakarta. DIY memiliki topografi yang membentag dari kontur tanah yang tinggi
ke rendah. Ditinjau secara geomorfologi berdasarkan aspek genesis pembentukan
bentanglahan, dari 10 macam bentanglahan yang ada di dunia ternyata Yogyakarta
memiliki 9 macam di antaranya. Sungguh secara kacamata ilmiah ini menunjukkan
bahwa Yogyakarta benar-benar daerah yang istimewa. Kesembilan macam
bentanglahan yang ada di Yogyakarta tersebut adalah bentanglahan asal proses
vulkanik Gunungapi Merapi di Sleman; bentanglahan asal proses fluvial (aliran
sungai) pada lahan-lahan bawahan di Bantul dan Kulonprogo; bentanglahan asal
proses marine (aktivitas gelombang) di sepanjang wilayah kepesisiran Gunungkidul,
Bantul, hingga Kulonprogo; bentanglahan asal proses aeolian (aktivitas angin) berupa
gumuk-gumuk pasir (sand dunes) di Parangtritis dan sekitarnya, yang hanya satu-
satunya di Asia Tenggara; bentanglahan asal proses solusional yang membentuk
Perbukitan Karst Gunungsewu di Gunungkidul; bentanglahan asal proses struktural
patahan berupa Perbukitan Baturagung di perbatasan Bantul dan Gunungkidul;
bentanglahan asal proses denudasional berupa Perbukitan Menoreh di Kulonprogo;
bentanglahan asal proses organik berupa pantai-pantai terumbu karang di
Gunungkidul; dan bentanglahan asal proses antropogenik sebagai bentukan hasil
karya manusia berupa wilayah perkotaan Yogyakarta dan kota-kota kabupaten
lainnya. Satu-satunya bentanglahan yang tidak dijumpai di Yogyakarta adalah
bentanglahan asal proses glasial (aliran es), yang di Indonesia hanya terdapat di
Puncak Jayawijaya Papua.
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten
Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta.
Kondisi topografi di Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona
pengembangan, yaitu Zona Utara, Zona Tengah dan Zona Selatan. Zona Utara
disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m - 700 m di atas permukaan

2
laut. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan
ketinggian 150 m - 200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah
dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Zona Selatan disebut wilayah
pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan
ketinggian 0 m - 300 mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan
ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada
wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah.
Purba Selo Nawing merupakan destinasi hutan alam yang terletak di
Padukuhan Baran (Padukuhan Baran) dengan luas wilayah yang cukup luas.Purba
Selo Nawing juga merupakan bagian dari perbatasan antara Padukuhan Baran di
Kabupaten Gunungkidul, Desa Salam, Paunkuban Gunungmanuk, Patukuban
Gunungmanuk di Kabupaten Gunungkidul, dan Desa Salam. Keadaan topografi di
wilayah ini didominasi oleh jenis tanah latosol dengan batuan induk vulkanik dan
sedimen taufan. Hal ini mengakibatkan daerah sekitar banyak sekali bebatuan besar
disungai yang dihasilkan dari pembekuan lava yang berasal dari letusan gunung
berapi .Karakteristik tanah berupa tanah tua hasil pelapukan yang memiliki ciri
bersifat asam, memiliki warna merah dan bertesktur lempung.
Purba Selo Nawing ini adalah "alas gung liwang liwung" didalam bahasa
Jawa, alas gung liwang liwung berarti hutan yang luas.Nama Nawing sendiri konon
berasal dari pohon Winong, menurut Alamendah's blog flora fauna dan alam
Indonesia pohon winong atau binong (Tetraneles nudifora) termasuk tumbuhan yang
langka. Pohon winong termasuk salah satu nama pohon yang kurang terkenal dan
famililiar di telinga kita. Ukuran pohon winong atau binong yang raksasa (besar) dan
akarnya yang dapat menjalar kemana-mana sering menjadi ancaman bagi bangunan.
Pohon winong atau binong sering ditemui di tempat-tempat yang dianggap keramat.
Nama Nawing juga berasal dari batu-batuan besar purba, di bawah batu-batu
besar tersebut mengalir sungai dengan deras, diapit oleh tebing-tebing yang tinggi
dan terjal, orang dahulu sering menyebutnya sebagai memukul/ba memukul. Pohon
Winong merupakan pohon langka, berbentuk seperti pohon beringin yang dapat

3
bertahan hidup jutaan tahun.Tapi pohon tersebut kini hanya tinggal nama karena
pohon winong tersebut roboh akibat longsor yang terjadi pada 30 tahun yang lalu.

Alasan penulis memilih destinasi destinasi Purbo Selo Nawing sebagai objek
penelitian karena Purboselo Nawing merupakan salah satu geo park yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan belum banyak diketahui banyak orang. Penulis
berharap dengan adanya penelitian ini Purboselo Nawing dapat berkembang dan
menjadi sebuah daya tarik wisata geopark yang layak dan baik. Bukan hanya menjadi
daya tarik wisata geo park penulis juga berharap akan adanya kegiatan penelitiian lain
yang dilakukan guna memenuhi informasi- informasi yang lebih lengkap dan valid
mengenai Purbo Selo Nawing ini dan bisa menjadi media belajar bagi wisatawan
disana.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat diidentifikasi permasalahan
sebagai berikut:

1. Bagaimanakah komponen pariwisata di Purba Selo Nawing?


2. Bagaimanakah kondisi bentanglahan di Purba Selo Nawing?
3. Bagaimanakah ancaman bencana di Purba Selo Nawing dan strategi
mitigasinya?
4. Bagaimanakah strategi pembangunan pariwisata di Purba Selo Nawing?
5. Bagaimanakah hambatan yang dihadapi dalam pembangunan dan
pengembangan potensi wisata Purbo Selo Nawing?

3. Batasan Penelitian
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan
maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian lebih terarah dan memudahkan
dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Beberapa batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4
1. Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar Daya Tarik Wisata Purba Selo
Nawing.
2. Informasi yang disajikan yaitu: komponen pariwisata, kondisi bentanglahan,
ancaman bencana dan mitigasinya, strategi pembangunan, derta hambatan
pembangunan di Purbo Selo Nawing.

4. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan artikel ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Umtuk mengetahui bagaimana komponen pariwisata di Purba Selo Nawing


2. Mengetahui kondisi bentanglahan di Purba Selo Nawing?
3. Mengetahui ancaman bencana di Purba Selo Nawing dan strategi mitigasinya?
4. Menerapkan strategi pembangunan pariwisata di Purba Selo Nawing?
5. Mengethui apa saja hambatan yang dihadapi dalam pembangunan dan
pengembangan potensi wisata Purbo Selo Nawing?

5. Manfaat Penelitian
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaaat bagi berbagai pihak,
antara lain:

1. Bagi Penulis
a. Penulis dapat menerapkan teori yang selama ini diajarkan selama perkuliahan
berlangsung dalam penulisan artikel ini.
b. Untuk menambah wawasan dalam mengelola potensi wisata yang baru.
c. Dapat mengetahui bagaimana cara mengelola dan mengembangkan potensi
Purba Selo Nawing.
2. Bagi STIPRAM
a. Mampu memberikan pengetahuan dan sebagai referensi yang menambah
pustaka ilmiah pariwisata,terutama bagi mahasiswa.
b. Untuk membentuk mahasiswa menjadi professional dan mampu berkerja
keras dalam mengelola pariwisata

5
3. Bagi Pengunjung
a. Lebih mengenali dan mengetahui keindahan alam di lokasi daya tarik wisata.
b. Pengunjung lebih menghargai daya tarik wisata yang berbasis geologi dan
wisata alam.
4. Bagi pemerintah
a. Pemerintah semakin mengembangkan potensi-potensi wisata yang ada di
daerah sehingga pariwisata daerah tersebut lebih maju dan berkembang
sehingga mendapatkan dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat.
b. Pemerintah dapat mencapai target kunjungan wisatawan daerah kabupaten.
c. Membantu dalam mempromosikan wisata-wisata yang menjadi unggulan
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN LITERATUR

1. Kajian Teori
a. Daya Tarik Wisata
Daya Tarik Wisata merupakan sesuatu yang dapat menarik seseorang menuju
ke suatu destinasi dan merupakan alasan utama bagi seseorang yang melakukan
kegiatan pariwisata. (Rif’an, 2018). Daya tarik wisata merupakan dasar bagi
kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu,
kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.(Wahyuni, 2021).
Dengan adanya potensi tersebut maka harus terdapat pengelolaan yang baik
agar komponen Daya Tarik Wisata yang ada dapat dimanfaatkan sebagai penunjang
pariwisata. Adapun konsep Komponen Daya Tarik Wisata (4A) yaitu meliputi
attraction (atraksi wisata), amenities (fasilitas), accessibilities (akses), dan ancillary
service (kelembagaan). (Putra & Sunarta, 2019).

1. Attraction (Atraksi Wisata)


Atraksi wisata merupakan daerah tujuan wisata atau juga bisa disebut dengan
Daya Tarik Wisata merupakan unsur utama yang digunakan untuk menarik
wisatawan. Daya Tarik Wisata tersebut dapat berupa alam, budaya, dan minat khusus.

2. Amenities (Fasilitas)
Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana yang
diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan
prasarana yang dimaksud seperti: penginapan, rumah makan, transportasi dan agen
perjalanan. Dengan menggunakan prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana
pariwisata seperti hotel, atraksi wisata, marina, gedung pertunjukan, dan sebagainya.
Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan sarana-sarana
pariwisata ialah jalan raya, persediaan air,tenaga listrik, tempat pembuangan sampah,

7
bandara, pelabuhan, telepon, dan lain-lain. Mengingat hubungan antar sarana dan
prasarana, sudah jelas bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus
mendahului sarana. Ada saatnya prasarana dibangun bersama-sama dalam rangka
pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat berkembang sebagai
daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya baik. Ada hubungan timbal balik antara
sarana dan prasarana. Prasarana merupakan syarat untuk sarana, dan sebaliknya
sarana dapat menyebabkan perbaikan prasarana.

3. Accessibilities (Akses)
Accessibility merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pariwisata.
Segala macam transportasi ataupun jasa transportasi menjadi akses penting dalam
pariwisata. Di sisi lain akses ini diidentikkan dengan transferabilitas, yaitu
kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Jika suatu
daerah tidak tersedia aksesibilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya,
maka tidak akan ada wisatawan yang mempengaruhi perkembangan aksesibilitas di
daerah tersebut. Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan
aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi.

4. Ancillary Service (Kelembagaan)


Pelayanan tambahan harus disedikan oleh Pemda dari suatu daerah tujuan
wisata baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang
disediakan termasuk pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum,
listrik, telepon, dan lain-lain) serta mengkoordinir segala macam aktivitas dan dengan
segala peraturan perundang-undangan baik di jalan raya maupun di objek wisata.
Ancilliary juga merupakan hal–hal yang mendukung sebuah kepariwisataan, seperti
lembaga pengelolaan, Tourist Information, Travel Agent dan stakeholder yang
berperan dalam kepariwisataan.

8
b. Bentanglahan
Bentanglahan mencakup bentang alami (natural landscape) dan bentang
budaya (cultural landscape) yang menekankan keterkaitan antara komponen
biogeofisik dengan manusia di dalamnya dan segala aktivitasnya untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Bentanglahan adalah bagian dari permukaan bumi yang mempunyai
bentuk topografi yang khas dan unik yang disebabkan oleh proses alam dan geologi
pada material batuan dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentanglahan
dibagi menjadi 10 macam berdasarkan asal prosesnya yaitu: vulkanik, struktural,
fluvial, solusional (karst), denudasional, eolian, marine, glasial, organik dan
antropogenik. (Hidayati, 2020).

2. Kajian Literatur
Tabel 2.1. Kajian Literatur yang Berkaitan dengan Penelitian ini.

No. Penulis (Tahun) Judul Kajian


1. Rif’an, (2018). Daya Tarik Wisata Penelitian ini bermaksud untuk
Pantai Wediombo memperkenalkan Pantai Wediombo
Sebagai Alternatif sebagai alternatif wisata bahari di
Wisata Bahari Di wilayah pesisir selatan DIY. Adapun
Daerah Istimewa tujuan dari penelitian ini adalah:
Yogyakarta mengetahui gambaran umum
mengenai Pantai Wediombo;
mengetahui atraksi wisata yang
ditawarkan Pantai Wediombo;
mengetahui aksesibilitas menuju
lokasi Pantai Wediombo; dan
mengetahui karakteristik wisatawan
yang berkunjung ke Pantai
Wediombo.

9
2. Rif’an, et al., Manajemen Penelitian ini bertujuan untuk (1)
(2018). Pariwisata Pada Daya mengidentifikasi karakteristik Daya
Tarik Wisata Yang Tarik Wisata Pantai Sayung (2)
Berada Pada Zona menganasilis ancaman bencana pada
Rawan Bencana Pantai Sayung (3) memberikan
(Kasus Banjir Rob rekomendasi strategi manajemen
Dan Abrasi Di Pantai pariwisata pada Pantai Sayung. Data
Sayung, Demak) yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi data penginderaan jauh
untuk mengetahui potensi wilayah
pesisir Sayung, zona rawan bencana,
dan analisis bahaya (hazard) serta
data survey lapangan untuk
mengetahui kondisi eksisting
kawasan Pantai Sayung.
3. Wahyuni, (2021). Analisis Pola Daya Tujuan dari penelitian ini adalah
Tarik Wisata untuk mengkaji dan menganalisis
Berdasarkan Potensi pola destinasi wisata untuk
Sumber daya (Supply) mengetahui keunggulan daya tarik di
Sebagai Aset Dan setiap kabupaten di Daerah Istimewa
Daya Tarik Di Daerah Yogyakarta, sebagai Daya Tarik
Istimewa Yogyakarta Wisata.
4. Djafar & Strategi Penelitian ini bertujuan: (1)
Mappiasse, Pengembangan mengidentifikasi potensi wisata yang
(2019). Ekowisata Karst Di ada pada Dusun Rammang-
Dusun Rammang- Rammang (2) menyusun strategi
Rammang Kabupaten pengembangan ekowisata karst di
Maros Dusun Rammang-Rammang.

10
5. Putra & Sunarta, Identifikasi Hasil penelitian ini menunjukkan
(2019). Komponen Daya bahwa objek wisata Pantai Labuan
Tarik Wisata Dan Sait ditetapkan sebagai objek wisata
Pengelolaan Pantai baru pada tanggal 1 Maret 2016 dan
Labuan Sait, Desa pemberlakuan tiket masuk bagi
Adat Pecatu, wisatawan. Objek wisata Pantai
Kabupaten Badung Labuan Sait dikelola oleh pemerintah
Desa Pecatu dan pengelola objek
wisata Uluwatu.
6. Hidayati, (2020). Bentang Lahan Jawa Bentang lahan mencakup bentang
Bagian Tengah: alami dan bentang budaya yang
Sebuah Catatan menekankan keterkaitan antara
Lapangan Di Provinsi komponen biogeofisik dengan
Daerah Istimewa manusia dan segala aktivitasnya.
Yogyakarta Objek yang dikaji dalam tulisan ini
terdiri dari dua kelompok besar yaitu
geografi dan geografi sosial.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Spesifikasi Penelitian
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dan
supaya dapat memberikan hasil yang bermanfaat. Dalam menyusunan sebuah karya
ilmiah diperlukan data-data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penelitian di lingkungan atau lingkup
tertentu untuk mendapatkan data-data yang akurat dan faktual sesuai dengan tujuan
yang diinginkan penulis. Untuk memperoleh data yang akurat dan faktual tersebut
harus menggunakan metode yang disebut dengan metode penelitian.

Spesifikasi penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif analitis yaitu


melakukan deskripsi terhadap hasil penelitian dengan data yang selengkap dan
sedetail mungkin. Deskripsi dimaksudkan adalah terhadap data primer dan juga data
sekunder yang berhubungan dengan Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata
Purba Selo Nawing. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil penelitian dengan
menggunakan teori yang relevan.

2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode triangulasi
data serta menggunakan data primer dan sekunder yang telah didaparkan selama
melakukan survey. Karakteristik penelitian ini akan menitikberatkan pada analisis
data dan kemudian menafsirkan data yang diperoleh. Hasil didapatkan dari
pandangan, pemikiran, dan pengetahuan peneliti karena data yang didapatkan
diintrepetasikan oleh penulis. Penelitian ini dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.
Penulis menggunakan metode triangulasi data dalam proses mengumpulkan data.
Metode ini penulis gunakan guna mengurangi sebanyaknya kmungin pandangan bias
mendapatkan data yang valid.

12
3. Lokasi dan Waktu
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di Purbo Selo Nawing yang terletak di
Padukuhan Baran (Padukuhan Baran) dengan luas wilayah yang cukup luas. Purba
Selo Nawing juga merupakan bagian dari perbatasan antara Padukuhan Baran di
Kabupaten Gunungkidul, Desa Salam, Paunkuban Gunungmanuk, Patukuban
Gunungmanuk di Kabupaten Gunungkidul, dan Desa Salam. Kawasan wisata Purba
Selo Nawing ini sebagian merupakan tanah milik Sultan Ground (SG), dan sebagian
lagi merupakan tanah pemukiman/pribadi.

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan setelah tanggal
dikeluarkannya ijin penelitian yaitu pada Minggu, 5 Juni 2022, beberapa hari
pengumpulan data dan sebulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam
bentuk tugas besar dan proses bimbingan berlangsung.

4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer mengacu pada data yang diperoleh oleh pihak pertama sebagai
subjek yang terlibat langsung pada proses pengumpulan data. Pada penelitian ini
data data didapatkan pada saat melakukan observasi lapangan dengan mengunjungi
Geopark Purbo Selo Nawing untuk memastikan keadaan yang sebenarnya, dan
wawancara dengan pengelola Geopark Purbo Selo Nawing.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung oleh peneiti dan
mengacu pada data yang diperoleh oleh pihak lain atau yang telah dikumpulkan
oleh pihak sebelumnya. Pada penelitian ini data utama didapatkan dari dokumen
dokumen resmi pengelola geopark purbo selo nawing diantaranya Surat Keputusan
Kepala Desa Salam No.26/KPTS/2015, Surat Keputusan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Gunungkidul No. 010/KPTS/2016, Surat Keputusan Mentri
Hukum dan HAM RI No. AHU-0052483.AH.01.07. Tahun 2016, Akta Pendirian
Pokdarwis (Notaris-PPAT), Profil Purbo Selo Nawing, dan Profil Pokdarwis Purbo

13
Selo Nawing, selain itu penelitian ini juga mengumpulkan data literatur yang
bersumber dari jurnal penelitian terkait, buku, maupun artikel internet.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain sebagai berikut.
a. Observasi
Observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mencatat dan
mengamati semua informasi yang didapatkan. Observasi yang dilakukan dengan
cara terlibat langsung mengunjungi lokasi penelitian dalam hal ini peneliti akan
akan mengamati dan mencatat kondisi fisik, fasilitas serta aktivitas yang ada di
geopark purbo selo nawing.

b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.
Wawancara ini dilakukan dengan bapak Wakidi yang merupakan salah satu
pengelola resmi geopark purbo selo nawing sekaligus sebagai narasumber utama
penelitian ini.

c. Dokumentasi
Metode atau teknik dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan dengan
pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti.
Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami
fenomena yang terjadi di geopark purbo selo nawing yang berada di Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

6. Metode Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis
SWOT. Dengan memaksimalkan point kekuatan (strength) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

14
(weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT mempertimbangkan faktor
lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal
berupa peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan atau dianggap
perusahaan. Namun dalam konteks penelitian ini, analisis SWOT dilakukan untuk
melakukan analisis terhadap geopark purbo selo nawing di Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh sebab itu, gambaran dari analisis SWOT
dapat dijabarkan sebagai berikut.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

16
17

Anda mungkin juga menyukai