Anda di halaman 1dari 15

POLA SEBARAN GASTROPODA DI EKOSISTEM MANGROVE KELURAHAN

TANJUNG AYUN SAKTI KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA


TANJUNGPINANG

Mustika Kamalia
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, mustikasani191@gmail.com

Tengku Said Razai


Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

Andi Zulfikar
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Komposisi jenis, Kepadatan dan
Pola sebaran di ekosistem mangrove serta mengetahui mengetahui Keanekaragaman,
Keseragaman dan Dominansi Gastropoda di ekosistem mangrove Kelurahan Tanjung
Ayun Sakti Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang. Alasan mengambil penelitian
ini adalah karena pada Kelurahan Tanjung Ayun Sakti telah mengalami tekanan pada
Ekosistem Mangrove yang sangat berpengaruh terhadap Gastropoda, mengingat
gastropoda merupakan dekomposer awal yang sangat berperan penting pada produktifitas
perairan Tanjung Ayun Sakti. Oleh karena itu peneliti perlu mengetahui lebih dalam
gastropoda dengan mengkaji Kepadatan, Pola sebaran, Keanekaragaman, Keseragaman
dan Dominansi Gastropoda di Ekosistem mangrove Tanjung Ayun Sakti.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Untuk mendapatkan
data peneliti menggunakan metode survei kemudian dibagi menjadi data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri atas sampel penelitian, hasil olahan berupa nilai kepadatan,
Pola Sebaran, nilai Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi serta pengukuran
pengukuran faktor fisika kimia dan substrat. Serta data sekunder berupa kondisi umum

=1
2
lokasi penelitian. Data Pola sebaran diolah dengan Rumus Morisita = 1
.
dari ketiga stasiun penelitian didapatkan hasil 8 jenis gastropoda dengan Rata-rata
kepadatan sebesar 14,96 ind/m2. Pola sebaran pada ketiga stasiun adalah Mengelompok
dengan tingkat Keanekaragaman sedang, tingkat Keseragaman Tinggi dan Dominansi
Rendah.

Kata kunci: pola sebaran, Gastropoda, ekosistem mangrove.


DISTRIBUTION PATTERN OF MANGROVE ECOSYSTEMS GASTROPODS
AT TANJUNG AYUN SAKTI VILLAGE, DISTRICT OF BUKIT BESTARI
TANJUNGPINANG

Mustika Kamalia
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, mustikasani191@gmail.com

Tengku Said Razai


Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

Andi Zulfikar
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

ABSTRACT

The purpose of this study is to see determine the species composition, density and
distribution patterns in the mangrove ecosystem and learns of Diversity, Uniformity and
dominance of gastropods in mangrove Tanjung Ayun Sakti village, districts of Bukit
Bestari Tanjungpinang. The reason of choosing this research at Tanjung Ayun Sakti
village caused of experienced pressure on Mangrove Ecosystem very influential on
gastropods, gastropod given an initial decomposers play an important role in the
productivity of the waters of Tanjung Ayun Sakti. Therefore, researchers need to know
more in gastropods by examining density, distribution pattern, Diversity, Uniformity and
dominance of gastropods in mangrove ecosystem Tanjung Ayun Sakti Village.
This research is descriptive quantitative. To get the data the researcher used
survey methods were then divided into primary data and secondary data. Primary data
consists of the study sample, the processed form of the value of density, distribution
pattern, the value of Diversity, Uniformity, dominance and measurement of chemical and
physical factors measurement substrate. As well as secondary data from the general
conditions of the study. The distribution pattern of data processed by the formula Morisita

=1
2
= 1
. of the third research station showed 8 types of gastropods with
average density value is 14.96 ind/m2. The distribution pattern in all three stations are
clustered with moderate levels of diversity, and dominance level Low, High Uniformity.

Keywords: distribution pattern, gastropods, mangrove ecosystem


PENDAHULAN materi organik terutama yang bersifat
Kelurahan Tanjung Ayun herbivor dan detrivor. Dengan kata lain
Sakti Kecamatan Bukit Bestari Kota Gastropoda berkedudukan sebagai
merupakan daerah pesisir yang terletak dekomposer awal yang bekerja dengan cara
dikota Tanjungpinang. Diwilayah ini mencacah-cacah daun-daun menjadi
terdapat berbagai macam jenis mangrove bagian-bagian kecil kemudian akan
dengan luas 3,5 hektar dengan persentase dilanjutkan oleh organisme yang lebih kecil
sebesar 0,26% dari keseluruhan jumlah yaitu mikroorganisme (Arief, 2003).
mangrove di Tanjungpinang (DKP2KE, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti
2011). memiliki berbagai macam jenis
Hutan mangrove merupakan suatu Gastropoda. Salah satu jenis Gastropoda
komunitas pantai tropis yang di dominasi yang bisa dimanfaatkan diantaranya adalah
oleh beberapa spesies pohon yang khas siput belongkeng dan siput isap.
atau semak-semak yang mempunyai Gastropoda yang hidup dikawasan hutan
kemampuan untuk tumbuh dalam perairan mangrove kelurahan Tanjung Ayun Sakti
asin. Hutan mangrove memiliki nilai terkena dampak negatif, jumlahnya
ekologi paling utama sebagai daerah semakin lama semakin berkurang, ini
mencari makan (feeding ground), daerah terjadi karena adanya aktifitas masyarakat,
pemijahan (spawning ground) dan daerah pembangunan jalan, perluasan lahan,
asuhan (nursery ground) bagi ikan, udang, perubahan keadaan lingkungan dan
kerang dan Gastropoda (Nybakken, 1992). degradasi.
Gastropoda merupakan salah satu Degradasi hutan mangrove di
sumber daya hayati non-ikan yang kelurahan Tanjung Ayun Sakti semenjak
mempunyai keanekaragaman tinggi. tahun 1989 adalah sebesar 51,47% atau 3,4
Gastropoda dapat hidup di darat, perairan hektar (DPK2KE tahun 2009). Kondisi
tawar, sampai perairan bahari. Gasropoda seperti ini mengakibatkan turunnya
berasosiasi dengan ekosistem mangrove produktifitas perairan dan secara tidak
sebagai habitat tempat hidup, berlindung, langsung mempengaruhi kondisi biota-
memijah dan juga sebagai daerah suplai biota yang hidup dikawasan hutan
makanan yang menunjang pertumbuhan mangrove seperti ikan dan makrozoobentos
mereka (Nontji, 2007). khususnya Gastropoda. Untuk itu maka
Gastropoda pada hutan mangrove diperlukan penelitian menyangkut
berperan penting dalam proses komposisi jenis dan distribusi Gastropoda
dekomposisi serasah dan mineralisasi mengingat Gastropoda juga berfungsi
sebagai indikator pulih nya fungsi vegetasi kelompok itu terpisah antara satu dengan
mangrove di Kelurahan Tanjung Ayun yang lain. Pemisahan kelompok-kelompok
Sakti Kecamatan Bukit Bestari Kota itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis
Tanjungpinang atau kondisi cuaca yang menyebabkan
individu antar kelompok tidak dapat saling
Tujuan Penelitian
berhubungan untuk melakukan tukar
Tujuan dari penelitian ini adalah
menukar informasi genetik. Populasi-
Untuk mengetahui jenis dan kepadatan
populasi yang hidup secara terpisah ini di
Gastropoda di ekosistem mangrove
sebut deme. Selain itu, ada juga yang
kelurahan tanjung ayun sakti kecamatan
menyebutkan bahwa populasi merupakan
bukit bestari kota Tanjungpinang. Untuk
totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
mengetahui pola sebaran Gastropoda di
menghitung ataupun pengukuran,
ekosistem mangrove Kelurahan Tanjung
kuantitatif maupun kualitatif mengenai
Ayun Sakti Kecamatan Bukit Bestari Kota
karakteristik tertentu dari semua anggota
Tanjungpinang dan Untuk mengetahui
kumpulan yang lengkap dan jelas yang
Keanekaragaman, Keseragaman dan
ingin dipelajari sifat-sifatnya (Nurhidayah,
Dominansi Gastropoda di ekosistem
2011).
mangrove kelurahan tanjung ayun sakti
Gastropoda berasal dari kata
kecamatan bukit bestari kota
gastros : perut; podos : kaki. Jadi
Tanjungpinang.
Gastropoda berarti hewan yang berjalan

Manfaat Penelitian dengan perutnya. Hewan anggota kelas

Penelitian ini diharapkan dapat Gastropoda umumnya bercangkang tunggal

memberikan informasi mengenai pola yang terpilin membentuk spiral dengan

sebaran, Keanekaragaman, Keseragaman bentuk dan warna yang beragam. Cangkang

dan Dominansi Gastropoda di ekosistem Gastropoda sudah terpilin sejak masa

mangrove, sehingga dapat berkontribusi embrio (Harminto, 2003). Kelas

dalam pengolahan mangrove di Kelurahan Gastropoda merupakan kelas terbesar dari

Tanjung Ayun Sakti Kecamatan Bukit Mollusca lebih dari 75.000 spesies yang

Bestari Kota Tanjungpinang. telah teridentifikasi, dan 15.000


diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya.
TINJAUAN PUSTAKA Fosil dari kelas tersebut secara terus-
Dalam penyebaran populasi, menerus tercatat mulai awal zaman
individu-individu dapat berada dalam Cambrian. Ditemukannya Gastropoda di
kelompok-kelompok, dan kelompok- berbagai macam habitat, seperti didarat dan
di laut. Maka dapat disimpulkan bahwa Alat Dan Bahan
Gastropoda merupakan kelas yang paling Adapun alat dan bahan yang
sukses di antara kelas yang lain (Barnes, digunakan dalam penelitian ini adalah
1980 dalam Handayani, 2006). sebagai berikut :
Mangrove dapat didefinisikan Tabel Alat dan bahan
secara luas sebagai tipe vegetasi yang Parameter Alat dan Bahan

terdapat di lingkungan laut dan perairan No Fisika

payau. Secara umum dibatasi zona pasang- 1. Suhu Multitest model

surut, mulai dari batas air surut terendah YK-2005WA

hingga pasang tertinggi (Giesen et al, 2. Kekeruhan Turbidity meter

2006). Kimia

Struktur vegetasi hutan mangrove 3. pH air pH meter

meliputi pohon dan semak yang terdiri atas 4. Salinitas Handrefraktometer


12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, 5. Oksigen Multitest model
Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Terlarut YK-2005WA
Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Pendukung
Laguncularia, Aigiceras, Aegiatilis, Snaeda 6. Transek Tali, Meteran, Kayu
dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam kuadan/Garis
delapan famili (Bengen, 2004). Komunitas Transek
mangrove hidup di daerah pantai terlindung 7. Sampel Toples Plastik,
di daerah tropis dan subtropis. Hampir 75% Gastropoda Formalin 4 %,
tumbuhan mangrove hidup di antara Aquades, Alat tulis
35LU-35LS, terbanyak di kawasan Asia 8. Identifikasi Buku Acuan Barnes
Tenggara (McGill, 1958 dalam Gastropoda (1980)
Supriharyono, 2007). 9. Dokumentasi Camera Digital
10. Titik Stasiun GPS, peta dasar
METODE PENELITIAN
Substrat
Penelitian ini dilaksanakan pada
11. Tekstur Sekop, Ayakan
bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di
substrat
ekosistem mangrove kelurahan Tanjung
.
Ayun Sakti kecamatan Bukit Bestari kota
Metode Penelitian
Tanjungpinang
Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode survei yaitu
metode penelitian yang sistematis untuk
mengungkapkan suatu fenomena yang mengacu pada hasil penelitian yang telah
menarik perhatian peneliti dimana data dilakukan HENDRI (2007) , dimana :
yang dikumpulkan dari sampel atas 1. Stasiun I ditepatkan pada hutan
populasi untuk mewakili seluruh populasi mangrove yang tingkat kerapatan tinggi
berdasarkan teknik penentuan sampel yang dengan titik koordinat: 05348.64:U
tersedia sehingga diperoleh informasi yang 1042751.56T.
relevan untuk selanjutnya akan diolah 2. Stasiun II ditepatkan pada hutan
dengan metode pengolahan data yang teliti mangrove yang tingkat kerapatannya
(Singarimbun dan Effendi, 2006). sedang dengan titik koordinat
Sumber data dalam penelitian 05350.53: U 1042742.47 T.
diperoleh secara langsung pada lokasi 3. Stasiun III ditepatkan pada hutan
penelitian, sebagai data primer yang terdiri mangrove yang tingkat kerapatannya
dari sampel penelitian dan hasil rendah dengan titik koordinat
pengukuran parameter fisika kimia perairan 05404.06: U 1042727.73 T.
dilapangan serta data hasil olahan berupa
Prosedur Pengambilan dan penanganan
nilai kelimpahan dan indeks dispersi
sampel Gastropoda
Morista. Sementara itu, data sekunder
Pengambilan sampel Gastropoda
berupa kondisi umum lokasi penelitian
dilakukan pada saat surut. Sampel
yang didapatkan dari instansi-instansi
Gastropoda yang berada dalam petak
terkait dan data hasil penelitian mangrove
kuadran mangrove berukuran 10 m x 10 m
yang telah dilakukan sebelumnya,.data
dan 5 plot berukuran 1 m x 1 m diambil
tersebut kemudian untuk selanjutnya akan
seluruhnya. Sampel kemudian dibersihkan
dibahas secara deskriptif kuantitatif.
lalu dimasukkan kedalam toples sampel
Penentuan Stasiun diberi formalin 4% lalu diberi label.
Stasiun penelitian ditentukan Selanjutnya sampel di identifikasi menurut
dengan metode Purposive Sampling yaitu buku acuan Barnes (1980) di laboratorium
penentuan lokasi berdasarkan atas adanya FIKP UMRAH.
tujuan tertentu dan sesuai dengan
Analisis Data
pertimbangan peneliti sendiri sehingga
Kepadatan Gastropoda
dapat mewakili populasi (Arikunto, 2006).
Kepadatan gastropoda pada setiap
Penelitian ini menetapkan stasiun
stasiun dihitung dan dikonversikan dalam
didasarkan pada keterwakilan nilai
kerapatan pada vegetasi Mangrove yang
satuan individu/m2 dengan menggunakan Indeks Keseragaman
rumus (Brower et al., 1989) : Untuk itu dapat dihitung mengacu
pada Pielou dalam Krebs (1985) dengan
Di = (1)

rumus
Keterangan :
E= H (4)
Di = Jumlah individu per satuan luas
Hmaks
(individu / m2).
Dimana :
Ni = Jumlah individu dalam transek
E > 0,6 : Ekosistem dalam kondisi
kuadrat (individu)
stabil dan mempunyai
A = Luas transek kuadrat (meter2)
keseragaman tinggi
0,6 E 0,4 : Ekosistem dalam keadaan
Indeks Keanekaragaman (H)
kurang stabil dan
Keanekaragaman digunakan
mempunyai
metode Shannon Wiener dalam Krebs
keseragaman sedang
(1997) di setiap stasiun yaitu :
E < 0,4 : Ekosistem dalam keadaan
H = - Pi Log2 Pi (2) yang tertekan dan
Keterangan : mempunyai
Pi = Jumlah individu dalam setiap spesies (ni) keseragaman rendah
Jumlah total individu (N)
Dispersi Morisita
H = < 1, Keanekaragaman rendah Indeks dispersi Morista digunakan
H = 1-3, Keanekaragaman sedang untuk menghitung pola sebaran spesies
H = > 3, Keanekaragaman tinggi Gastropoda (Brower et.al,1990 dalam
Fauziyah, 2004).
Indeks Dominasi
Dominansi jenis dihitung

2
=1
= (5)
menggunakan indeks dominansi Simpson 1

(Odum, 1997, dalam Fachrul 2007) sebagai


Dimana :
berikut :
D = Pi 2 (3) Id = indeks dispersi Morista
n = jumlah plot pengambilan contoh
00,0 < C 0,30 : Dominansi rendah
N = jumlah individu dalam n plot
0,30 < C 0,60 : Dominansi sedang
X = jumlah individu pada setiap plot
0,60 < C 1,00 : Dominansi tinggi
Dengan kriteria sebagai berikut : Dari ketiga stasiun terdapat 8 jenis
Id < 1 : pola penyebaran bersifat seragam gastropoda yang dijumpai. Kepadatan
Id = 1 : pola penyebaran bersifat acak tertinggi terletak pada jenis Terebralia
Id > 1: pola penyebaran bersifat mengelom sulcata 3,13 idm/m2 dan Kepadatan
pok terendah terletak pada jenis Nerita lineata
0,56 idm/m2 . Tingginya jenis ini karena
Untuk menguji acak atau tidaknya
jenis ini berasosiasi hidup pada mangrove
Indeks Morisita secara obyektif, diuji
jenis Rhizopora dimana hasil penelitian
dengan rumus :
menunjukkan bahwa secara umum
(chi-square) 2 = (nx2/N)-N (6)
Kelurahan Tanjung Ayun Sakti
dimana :
didominansi mangrove jenis Rhizopora.
n = Jumlah total plot
Seperti penelitian yang dilakukan Tissin
x2 = Frekuensi yang diharapkan
2010 di kepulauan Tanakeke, ditemukan
N = Jumlah total Individu
jenis Gastropoda lebih banyak pada hutan
mangrove yang didominansi jenis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rhizopora karena hutan jenis ini adalah
Tingkat Kepadatan Gastropoda di
habitat yang di senangi oleh gastropoda
Kelurahan Tanjung Ayun Sakti
karena rhizopora mampu menahan nutrien

Berdasarkan hasil penelitian yang yang dibawa perairan serta banyak

dilakukan di Kelurahan Tanjung ayun menghasilkan serasah dan unsur hara lebih

Sakti diperoleh Rata-rata berbagai jenis banyak sebagai makanan bagi gastropoda.

Gastropoda sebagai mana disajikan pada


tabel berikut :
Tabel Rata-rata kepadatan Gastropoda di
Kelurahan Tanjung Ayun Sakti

N Jenis Gastropoda Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Rata-Rata


o Ind/m2 Ind/m2 Ind/m2

1. Cerithidea chingulata 5,0 1,5 0,4 2,3


2. Chicoreus capucinus 0,2 1,0 0,5 0,56
3. Littoraria scabra 0,3 0,8 2,6 1,23
4. Nerita lineata 0,3 0,7 0,7 0,56
5. Nerita undata 0,2 2,7 5,3 2.73
6. Planaxis sulcatus 0,2 3,6 2,6 2,13
7. Telescopium 3,1 0,6 0,4 1,36
8. Terebralia sulcata 5,7 3,3 0,4 3,13
Total 17,8 14,2 12,9 14,96
Indeks Keanekaragaman, Indeks stasiun 2 (tabel 10). Hal tersebut
Keseragaman dan Indeks dominansi menandakan bahwa parameter fisika dan
Gastropoda di Kelurahan Tanjung kimia mendukung tingginya
Ayun Sakti keanekaragaman jenis Gastropoda pada
stasiun tersebut. Faktor lingkungan yang
Tabel Indeks keanekaraman, Keseragaman
mendukung tingginya keanekaragaman
dan dominansi ketiga stasiun Kelurahan
Tanjung Ayun Sakti jenis gastropoda di Tanjung Ayun Sakti
Jenis Stasiun Stasiun Stasiun adalah Jenis Substrat dasar yaitu Lumpur
indeks 1 2 3
berpasir, Kandungan DO dan Turbiditas.
Keane 2,14 2,70 2,33 Pada stasiun 2 keadaan lingkungan dan
karaga Sedang Sedang Sedang
man faktor kimia fisika kimia lebih seimbang
nilainya dibandingkan stasiun 1 dan 3.
Kesera 0,71 0,90 0,78
gaman Tinggi Tinggi Tinggi Komposisi jenis substrat lumpur berpasir
sangat disukai sebagai habitat tempat hidup
Domin 0,28 0,18 0,26
Rendah Rendah Rendah Gastropoda (Herman : 1974) dibandingkan
ansi
dengan stasiun 1 yang lebih dominan
Indeks keanekaragaman jenis lumpur dan stasiun 3 yang lebih dominan
Gastropoda di kelurahan Tanjung Ayun pasir.
Sakti secara keseluruhan dari 3 Stasiun Indeks Keseragaman jenis
tergolong kategori sedang. Ini dilihat dari Gastropoda perairan Tanjung Ayun Sakti
hasil nilai keanekaragaman berkisar dari keseluruhan dari 3 Stasiun termasuk dalam
2,14 2,70. Dengan rata- rata dari ketiga kategori Tinggi, berkisar antara 0,71
stasiun yaitu 2,39. Hal tersebut 0,90. Indeks keseragaman tertinggi terletak
menunjukkan bahwa pada perairan Tanjung pada stasiun 2 (0,90) dan terendah pada
Ayun Sakti produtifitasnya tinggi, kondisi stasiun 1 (0,71) (tabel 9, 10 dan 11). Indeks
Ekosistemnya seimbang dan tekanan keseragaman ini menandakan bahwa semua
ekologinya sedang. Menurut magguran jenis Gastropoda memiliki gaya adaptasi
(1988). Nilai H akan mencapai nilai dan kemampuan bertahan hidup yang sama
maksimum apabila pada perairan Tanjung di suatu tempat serta memanfaatkan
Ayun Sakti produktivitasnya cukup tinggi, sumber daya secara merata (Fitriana,
kondisi ekosistem perairan seimbang dan 2005).
tekanan ekologi sedang. Indeks dominansi pada ketiga
Hasil penelitian Indeks stasiun adalah rendah. Indeks dominansi
keanekaragaman tertinggi terletak pada tertinggi terletak pada stasiun 1 (0,28) dan
terendah terletak pada stasiun 2 (0,18). Hasil dari perhitungan pola sebaran
Semakin besar jumlah indeks maka terdapat dua pola sebaran pada pesisir
semakin besar pula kecenderungan yang perairan Tanjung Ayun sakti yaitu
mendominasi. Jumlah indeks dari ketiga Mengelompok dan Acak. Hasil rata-rata
stasiun yang masih jauh dari anggka 1 perhitungan dari ketiga stasiun memiliki
menandakan pada lokasi perairan tersebut pola sebaran bersifat Mengelompok. Sesuai
tidak mengalami tekanan persaingan dengan penyataan budiman, 1991 yang
mencari makan dan tempat hidup atau ada menyatakan bahwa gastropoda dihutan
jenis yang mendominasi. Sesuai dengan mangrove umumnya memiliki pola
pernyataan Waite (2000) menyatakan pesebaran bersifat Mengelompok. Pola
bahwa nilai keanekaragaman jenis akan sebaran mengelompok disebabkan oleh
semakin tinggi apabila jumlah jenis beberapa hal diantaranya seperti kondisi
penyusun komunitas tinggi dan kelimpahan lingkungan, kebiasaan makan dan cara
masing masing jenis dalam komunitas bereproduksi. Pola sebaran mengelompok
tersebar merata, dominansi yang tinggi akan memudahkan individu untuk
menyebabkan kemerataan keanekaragaman berhubungan satu sama lainnya untuk
jenis menurun. berbagai kebutuhan seperti bereproduksi
dan mencari makanan (Budiman, 1991).
Pola Pesebaran Gastropoda di
Kelurahan Tanjung Ayun Sakt

Tabel Hasil Pola Sebaran Stasiun 1, 2 dan 3 Kelurahan Tanjung ayun Sakti

no JENIS GASTROPODA POLA SEBARAN

STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3

1. Cerithidea chingulata MENGELOMPOK MENGELOMPOK ACAK

2. Chicoreus capucinus MENGELOMPOK MENGELOMPOK ACAK

3. Littoraria scabra ACAK MENGELOMPOK MENGELOMPOK

4. Nerita lineata ACAK MENGELOMPOK MENGELOMPOK

5. Nerita undata ACAK ACAK MENGELOMPOK

6. Planaxis sulcatus ACAK MENGELOMPOK MENGELOMPOK

7. Telescopium MENGELOMPOK MENGELOMPOK ACAK

8. Terebralia sulcata MENGELOMPOK ACAK ACAK

9. TOTAL MENGELOMPOK MENGELOMPOK MENGELOMPOK


Pola sebaran morisita pada stasiun Jenis Chicoreus Capucinus pada
1 berkisar antara id 0 - 3,33, pada stasiun 2 stasiun 1 dan 2 bersifat mengelompok,
pola sebaran berkisar antara id 1,23 4, 64 sedangkan pada stasiun 3 bersifat acak.
dan pada stasiun 3 jenis pola sebaran Jenis Littoraria scabra pada
berkisar antara id 0 3,33. Stasiun 2 stasiun 1 pola sebarannya bersifat acak dan
memiliki pola nilai pola sebaran yang lebih pada stasiun 2 dan 3 pola sebaran nya
tinggi dan lebih dominan pola sebaran bersifat mengelompok. Pola sebaran acak
bersifat mengelompok dibandingkan pada yang ditunjukkan jenis ini pada stasiun 1
stasiun 1 dan 2. Hal ini disebabkan oleh dikarenakan jenis Littoraria scabra
kondisi ekologis dari stasiun 2 yang lebih merupakan jenis gastropoda yang hidup
baik untuk semua jenis gastropoda. Fakto pada batang dan daun mangrove, serta
fisika kimia, jenis substrat dan jenis menempel pada batuan besar, tahan pada
mangrove yang merata seperti jenis daerah yang memiliki pencemaran yang
Rhizopora dan avicenia lanata menjadi tinggi dan tidak toleransi pada substrat
faktor yang sangat jelas nampak berlumpur.
mempengaruhi jenis pola sebaran Jenis Nerita lineata pada stasiun 1
mengelompok yang dominan pada stasiun memiliki pola sebaran bersifat acak, pada
2 (dua). stasiun 2 dan stasiun 3 memiliki pola
Jenis Cerithidea Chingulata yang sebaran bersifat mengelompok. Jenis
dikenal dengan nama siput isap pada Nerita lineata memang jarang ditemui,
stasiun 1 dan stasiun 2 memiliki pola hidupnya menempel pada batang dan daun
sebaran yang bersifat mengelompok mangrove dan kurang toleran pada substrat
sedangkan pada stasiun 3 menunjukkan berlumpur menyebabkan pada stasiun 1
sifat pola sebaran yang bersifat acak. Pola pola sebaran nya bersifat acak.
sebaran acak yang ditunjukkan jenis ini Jenis Nerita undata yang dikenal
pada stasiun 3 dikarenakan jenis Cerithidea dengan nama siput manis pada stasiun 1
Chingulata tidak toleransi terhadap substrat dan stasiun 2 memiliki pola sebaran
pasir dengan kerapatan dengan kerapatan bersifat acak dan pada stasiun 3 memiliki
mangrove yang rendah dan turbiditas yang pola sebaran bersifat mengelompok. Pola
tinggi yang mengakibatkan jenis ini sulit sebaran acak yang ditunjukkan jenis ini
memanfaatkan unsur hara yang terdapat pada stasiun 1 dan 2 dikarenakan jenis
pada substrat. Nerita undata menyukai daerah dengan
substrat berpasir dan dapat bertoleransi
serta memanfaatkan daerah yang tercemar
sebagai tempat memperoleh makanan. Oleh ditiap-tiap stasiun tentunya akan
sebab itu keberadaannya sangat banyak berpengaruh buruk terhadap populasi.
ditemukan pada stasiun 3. Menurut Cambell et al (2004), pola
Jenis Planaxis sulcatus pada persebaran acak terjadi karena kurang atau
stasiun 1 memiliki pola sebaran bersifat tidak adanya tarik menarik atau tolak
acak, pada stasiun 2 dan stasiun 3 pola menolak diantara individu dalam suatu
sebarannya bersifat mengelompok. Pola populasi. Dengan sifat pola sebaran yang
sebaran acak yang ditunjukkan pada stasiun acak aktivitas reproduksi akan menjadi
1 dikarenakan jenis Planaxis sulcatus sama rendah dan keberadaan populasi tersebut di
dengan jenis Littoria sulcata yang kurang alam menjadi lemah atau kurang kokoh.
toleran terhadap lumpur. Kondisi Fisika Kimia Perairan Pesisir
Jenis Telescopium yang dikenal Perairan Tanjung Ayun Sakti
dengan nama siput belongkeng pada Data Rata-rata Kualitas Fisika
stasiun 1 dan stasiun 2 yang sifat pola Kimia Air dan Substrat di Kelurahan
sebarannya mengelompok sedangkan Tanjung Ayun Sakti
stasiun 3 pola sebarannya bersifat acak. Tabel Rata-rata Kualitas Air dan Substrat
Pola sebaran acak yang ditunjukkan jenis N Parameter Sta Sta Sta Rata
ini pada stasiun 3 dikarenakan substrat o siu siu siu -
pada stasiun 3 dominan pasir dan kerapatan n1 n2 n3 rata
mangrove rendah sehingga sedikit sekali
nutrien pada stasiun ini. 1 Oksigen 7,3 7,1 6,7 7,1
Jenis Terebralia sulcata yang . Terlarut 5
dikenal dengan nama siput nenek pada (mg/l)
stasiun 1 memiliki pola sebaran bersifat 2 Derajat 7,2 7,3 7,9 7,5
mengelompok sedangkan stasiun 2 dan . Keasaman 5
stasiun 3 memiliki pola sebaran bersifat (pH)
acak. Pola sebaran acak yang ditunjukkan
3 Salinitas 33, 33 35, 33,8
jenis ini pada stasiun 2 dan 3 dikarenakan 0
. ( /00) 3 25 5
jenis Terebralia sulcata menyukai daerah o
4 Suhu ( C) 28 30 30 29,3
dengan kerapatan mangrove yang tinggi
.
dan berasosiasi tinggi pada mangrove jenis
5 Turbiditas 4,3 4,6 5,7 4,91
Rhizopora.
. (NTU) 7 5 3
Kondisi pola sebaran acak yang
ditunjukkan masing-masing gastropoda
6 Substrat Lu Lu Lu - Nilai turbiditas pada perairan
. mp mp mp tanjung ayun sakti memiliki rata rata
ur ur ur senilai 4,91 NTU. Turbiditas tertinggi
Ber Ber terletak pada stasiun 3 sebesar 5,73 NTU
pas pas dan terendah terletak pada stasiun 1 yaitu
ir ir 4,37 NTU. Berdasarkan KEPMEN LH
Nomor 51 (2004) standar baku mutu
Berdasarkan tabel 15 diketahui kekeruhan untuk biota laut adalah < 5
bahwa hasil pengukuran konsentrasi NTU.
oksigen terlarut pada ketiga stasiun Substrat dasar perairan pada ketiga
berkisar antara 6,75 7,3 dengan rata-rata stasiun adalah lumpur dan lumpur berpasir.
sebesar 7,1 mg/l. Berdasarkan KEPMEN Pada stasiun 1 substrat adalah lumpur dan
LH No. 51 (2004), setandar baku oksigen pada stasiun 2 dan 3 bersubstrat lumpur
terlarut untuk kehidupan biota laut adalah > berpasir. Stasiun 1 memiliki jumlah
5 mg/l. Sehingga dikatakan keadaan gastropoda yang lebih banyak
oksigen terlarut pada ketiga stasiun baik dibandingkan stasiun 2 dan 3 namun pada
dan normal. stasiun 1 gastropoda hanya didominasi oleh
Derajat keasaman pada ketiga beberapa jenis saja, sedangkan pada stasiun
stasiun penelitian berkisar 7,2 7,9. pH 2 memiliki keseimbangan jumlah dari
tertinggi terletak pada stasiun 3 dan keseluruhan jenis. Ini karena Gastropoda
terendah terletak pada stasiun 1 menyukai lingkungan dengan bahan
Salinitas pada ketiga stasiun yang organik yang banyak yang digunakan
dapat dilihat pada tabel 15 menunjukkan sebagai bahan sumber makanan.
anggka berkisar 33 35,25 0/00. Salinitas Sebagaimana disajikan dalam lampiran 13
tertinggi terletak pada stasiun 3 dan bahwa substrat stasiun 2 yang terdiri dari
salinitas stasiun 1 dan 2 tidak berbeda jauh. lumpur, pasir kasar dan kerikil sangat
Kisaran salinitas ini masih mendukung cocok bagi kedelapan jenis gastropoda
kehidupan Gastropoda. dibandingkan substrat pada stasiun 1 dan 3.
Suhu pada ketiga stasiun berkisar
KESIMPULAN DAN SARAN
antara 28 30 oC tidak terjadi perbedaan
Kesimpulan
yang signifikan terhadap ketiga stasiun
o Berdasarkan hasil penelitian dan
tersebut. Suhu pada stasiun 1 28 C
analisis data terhadap populasi Gastropoda
sedangkan suhu pada stasiun 2 dan tiga
di perairan pesisir Tanjung Ayun Sakti
adalah 30 oC.
Kecamatan Bukit Bestari Kota mangrove. Serta perlu dilakukan penelitian
Tanjungpinang, dapat disimpulkan sebagai dalam jangka waktu yang lebih lama.
berikut :
1. Tingkat kepadatan populasi UCAPAN TERIMAKASIH
Gastropoda di perairan pesisir Pada kesempatan ini penulis
Tanjung Ayun Sakti dapat dikatakan menyampaikan ungkapan terima kasih
rendah dengan total rata-rata nilai kepada Bapak T.Said Razai. S.Pi, MP
tingkat kepadatan sebasar 14,96 sebagai Pembimbing I dan Bapak Andi
2
indiv/m dari 8 jenis individu yang Zulfikar, S.Pi, MP sebagai Pembimbing II,
berkisar antara 0,56 - 3,13 indiv/m2. atas segala kritik, saran, dan masukkannya.
2. Pola persebaran yang ditemukan Tak lupa pula kepada Ibu Diana Azizah,
pada ke tiga stasiun adalah pola S.Pi, M.Si atas segala bimbingan dan
persebaran Mengelompok yaitu motivasinya. Ungkapan terima kasih
terdapat pada jenis Cerithidea kepada Ibunda tercinta, serta keluarga besar
chingulata, Chicoreus capucinus, yang telah memberikan doa, dukungan
Littoraria scabra, Nerita lineata, moral dan material. Tidak lupa kepada
Nerita undata, Telecopium dan teman-teman MSP 09 atas kerjasama,
Terebralia sulcat, dan Planaxis motivasi dan kepeduliannya selama ini
sulcatus. serta semua pihak yang telah membantu
3. Gastropoda pada ketiga stasiun baik secara langsung maupun tidak
pengamatan pesisir Tanjung ayun langsung dalam pelaksanaan penelitian ini
sakti memiliki tingkat yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
Keanekaragaman Sedang, Tinggkat satu persatu.
Keseragaman Tinggi dan Tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Dominansi Rendah.
Alearts, G., dan Santika. 1987. Metode
Penelitian Air. Usaha Nasional.
Saran Surabaya.
Penelitian ini hanya mengkaji Anonim. 2001. Konservasi Ekosistem
Pantai Melalui Rehabilitasi Kawasan
kepadatan, pola sebaran, indeks Hutan Mangrove Berbasis
Keanekaragaman, keseragaman dan Masyarakat di Pesisir Pantai Desa
Ampenkale Kabupaten Maros.
dominansi. Diharapkan dilakukan Yayasan-Link Makassar.
penelitian lanjutan yang lebih mendalam Anonim. 2009. Moluska. http:/coremap-
mollusca.com diakses pada tanggal
tentang pengaruh gastropoda di ekosistem 12
September 2012 pukul 12.15 WIB
Anonim, 2010. Mangrove Jawa Timur, Hutabarat, S., dan S.M. Evans. 1984.
Hutan Pantai Yang Terlupakan. Pengantar Oseonografi. UI Press.
http://www.terranet.com diakses pada Jakarta.
tanggal 17 September 2012 pukul Hendri. 2007. Struktur Vegetasi
15.18 WIB Mangrove Pesisir Perairan
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Kelurahan Tanjung Ayun Sakti
Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Kecamatan Bukit Bestari Kota
Cipta. Jakarata. Tanjungpinang.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Ihlas. 2001. Struktur Komunitas
Riau. 2011. Statistik Geografi dan Makrozoobentos Pada Ekosistem
Iklim Kepulauan Riau. Hutan Mangrove di Pulau Sarapa
Badan Standardisasi Nasional. 1991. Kecamatan Liukang Tupabiring
Metode Pengambilan Contoh Uji Kabupaten Pangkep. Sulawesi
Kualitas Air. SNI 06-2412. Jakarta. Selatan.
Bengen, D.G 2002. Pedoman Teknis Ina, N. 1989. Komposisi Jenis dan
Pengenalan dan Pengolahan Kelimpahan Makrozoobentos di
Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Muara Sungai Jeneberang Fakultas
Sumberdaya Pesisir dan Laut. Peternakan Universitas Hasanuddin.
Institut Pertanian Bogor. Ujung Pandang.
Budiman. 1991. Penelaahan beberapa gatra Kordi M.GH dan Tancung AB. 2007.
ekologi moluska bakau indonesia. Pengelolaan kualitas air. Rineka
[Disertasi]. Jakarta: Fakultas Cipta. Jakarta.
Pascasarjana. Universitas Indonesia. Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity
Dahuri, R. , J. Rais, S.P. Ginting, M.J. and Its Measurement. Chapman and
Sitepu, 1996. Pengelolaan Hall: USA
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Nontji, A. 1986. Laut Nusantara.
Lautan Secara Terpadu. PT. Pradya Djambatan: Jakarta.
Paramita. Jakarta. Nyabakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Pendekatan Ekologi. P.T. Gramedia.
Indonesia. PT. Sarana Graha. Jakarta.
Jakarta. Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.
Effendi H. 2003. Telah kualitas air bagi Diterjemahkan Oleh T. Samingan.
pengelolaan sumberdaya dan Gadjah Mada Universty Press.
lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Yogyakarta. Rahmawati, Gita. 2013. Ekologi Keong
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Bakau (Telescopium telescopium)
Yayasan Pustaka Nusatama. Pada Ekosistem Mangrove Pantai
Yogyakarta. Mayangan Jawa Barat. Skripsi
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fimansyah, F. 2002. Struktur Komunitas
Makrozoobentos Sebagai Indikator Sudjana, M, A. 2002. Metoda Statitiska.
Kualitas Perairan dan Pantai Pulau PT. Tarsito. Bandung.
Kambuno Pulau-pulau Sembilan Wibisono, M, S. Pengantar Ilmu Kelautan.
Kabupaten Sinjai. Jurusan Perikanan, Grasindo. Jakarta.
Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin.
Ghufran M dan Baso A. 2007. Pengelolaan
kualitas air. Rineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai