Anda di halaman 1dari 8

ISBN: 978-602-72245-1-3

Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education


Makassar, 26 Agustus 2016
M

istribusi Polymesoda bengalensis Lamaarck di Perairan


Kepadatan dan Pola Distr
Muaro Nipah h Ka
Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera
tera Barat
RINA WIDIA IANA1, JABANG NURDIN2, NOVA AMELIA LIA1
1
udi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumateraa B
Program Studi Barat
2
Jurusa
usan Biologi FMIPA Universitas Andalas
Email: rinaroesdi68@gmail.com

ABSTRAK
Kerang P. bengalensis dariri familia Corbiculidae merupakan produk pe perikanan yang bernilai
dikembangkan. Di beberapa Negara sudah meenjadi komoditi ekspor
ekonomi serta potensial untuk dike
dengan harga yang mahal, tetapi
pi di Indonesia, terutama di perairan Muaro Nipaipah Kecamatan Sutera
Kabupaten Pesisir Selatan Sum umatera Barat, pemanfaatan kerang ini masi asih sebatas makanan
tambahan (lauk) bagi penduduk
nduduk setempat dan pengambilannya langsung da dari habitat serta belum
ada usaha budidaya. Sejalan dedengan semakin banyaknya informasi dari ni nilai gizi dan manfaat
kerang ini terhadap manusia makaaka harga kerang semakin meningkat. Kondi ondisi ini menyebabkan
frekuensi pengambilan oleh m masyarakat di lapangan semakin meningka ngkat dan intensif tanpa
memperhitungkan potensi lestar
starinya sehingga ke depannya akan menekan kan populasi alami dan
mengancam kepunahan kerangg iini serta seterusnya akan mengganggu kese keseimbangan ekosistem.
Berdasarkan kondisi tersebut,
but, maka perlu dilakukan usaha pengelolaa aan dan kemungkinan
pembudidayaan kerang tersebut.
but. Atas dasar pemikiran di atas, sebagai la langkah awal budidaya
maka telah dilakukan penelitiann dengan tujuan mengetahui kepadatan popula ulasi dan pola distribusi
Polymesoda bengalensis di Peraerairan Muaro Nipah Kecamatan Sutera Kabupa bupaten Pesisir Selatan
Sumatera Barat. Penelitian inini dilakukan dengan menggunakan metode ode Stratified purposive
sampling. Pengambilan sampel di dilakukan pada tiga lokasi dan masing-masingng lokasi terdiri dari tiga
strata. Analisis kepadatan popul
populasi menggunakan rumus (Krebs, 1972) 72) dan pola distribusi
menggunakan Indek Morista (Mi Michael, 1994). Hasil penelitian didapatkann ke kepadatan populasi P.
2
bengalensis 6,4 ind/m dengann pol kimia lingkungan masih
pola distribusi seragam dan kondisi fisika kim
mendukung kehidupan kerang,, di dimana suhu berkisar antara 28,00 31,00 C,, pH 7,0, salinitas 4,0 -
5,0 0/00, kecerahan 15 cm, KOS S 6,8 37,9 %, oksigen terlarut 5,2 7,0 ppm ppm, komposisi substrat
yang diperoleh berpasir dan yang
ng paling dominan adalah pasir sedang.

Kata kunci: Kepadatan populasi,


si, pol stuari.
pola distribusi, Polymesoda bengalensis, estua

PENDAHULUAN dan air dibalik pematang


pasang surut dan badan
Sumber daya alam dae daerah pesisir pantai (Odum, 1998).
Sumatera Barat memiliki pot potensi untuk kungan muara berbeda
Karakteristik lingkun
dikembangkan untuk meningkatkan
m dengan perairan lainnyaya, karena dipengaruhi
penghasilan masyarakat sekitarar pesisir serta oleh banyak faktor fi fisika kimia perairan,
pendapatan daerah. Salah satuu da
daerah pesisir pe substrat, kecerahan,
seperti salinitas, tipe
yang perlu dilakukan kajia jian terhadap oksigen terlarut. Muara
temperatur dan oksige
sumberdayanya adalah muara aatau estuary. merupakan salah satuu badan perairan yang
Muara sungai merupakan ekosi kosistem yang dihuni bermacam-maca cam organisme, karena
berhubungan langsung dengann laut terbuka lingkungannya berada pa pada daerah peralihan
pasang surut air
dan tergantung pada gerakan pasa ekosistem air tawar ar dan laut, maka
puran air asin
laut, sehingga terjadi pencampur dimungkinkan organismnisme yang hidup di
sal dari daratan,
dengan air tawar yang berasal kedua perairan tersebut.
muara berasal dari kedu
seperti muara sungai, telukuk ppantai, rawa Organisme yang hidupdup di muara tergantung
pada keadaan substratt ddan salinitas. Fluktuasi

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek


eknologi, UIN Alauddin Makassar 69
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M

salinitas di muara sangat ttinggi, yaitu kiri dan cangkang kana nan yang dihubungkan
berkisar antara 5-35 0. Fluktua
uktuasi salinitas oleh ligamentum. Lig igamentum berada di
tergantung pada topografi m muara serta bagian dorsal apeks da dan dari ligamentum
masukan air tawar dari sunga sungai, sehingga dapat dibedakan bagianan anterior dan posterior
organisme yang hidup di m muara sangat serta bagian kiri da dan kanan cangkang
dipengaruhi oleh fluktuasi salinilinitas (Jabang (McMahon, 1991). Pad ada cangkang terdapat
dan Nganro, 2000). lima macam otot, yaitutu otot adduktor anterior
Substrat daerah muara ra umumnya dan adduktor posterior rior yang menyatukan
berlumpur atau lumpur berpasir. sir. Salah satu kedua cangkang, otot ot rretraktor anterior dan
organisme yang banyak ditemuka ukan di muara retraktor posterior mem mbantu kerja kaki serta
adalah kelompok kerang-keranga ngan dan jenis otot protraktor berfungngsi menjulurkan kaki.
yang banyak ditemukan serta berniernilai jual dan Kaki berbentuk sepert erti lidah yang berada
banyak diekploitasi oleh banyakk or orang, adalah pada bagian ventrall tubuh. Pada bagian
kerang bakau (Polymesoda bengalngalensis). posterior kaki terdap dapat kelenjar byssus
Kerang merupakan anggota
ggota dari phylum berbentuk benang-bena nang kuat yang dapat
Mollusca yang tergolong ke dalam kelas mensekresikan cairann dan berguna untuk
Pelecypoda (Bivalvia), serta mer erupakan kelas melekatkan tubuh pa pada substrat secara
kedua terbesar setelah Gastropoda
opoda. Kerang permanen (Hanna,, 1978)
1978).
mempunyai tubuh yang lunakk da dan licin dan ngalensis memiliki mantel
Kerang P. bengale
mempunyai dua bagian utama ya yaitu cangkang yang terbagi atas dua lobus dan berada pada
dan bagian lunak yang ditut ditutupi lapisan kedua permukaan dalam lam cangkang. Mantel
mantel. Kerang dapat hidup di ai air tawar, laut, membentuk dua salur luran pendek disebut
hutan mangrove dan estuari. ri. Pelecypoda exhalant dan inhalant si siphon. Inhalant siphon
cenderung membenamkan dirii pa pada substrat berfungsi sebagai temp mpat masuknya air dan
lunak, seperti lumpur dann pasir atau exhalant siphon tempatpat keluar air. Menurut
menempel pada substrat. Pelecypoda
ypoda bergerak nhalant siphons berguna
Kastoro (1982), inhala
menggunakan kaki yang lunakk berupa otot untuk memasukkan oksi oksigen dan makanan
untuk membenamkan tubuhny ubuhnya kedalam bersama dengan air, r, sedangkan exhalant
substrat pasir, lumpur atau meluba
ubangi substrat siphon berguna untuk uk mengeluarkan sisa
yang relatif keras seperti kayu yu dan karang ukuran siphon bervariasi
material. Bentuk dan uku
(Marshall dan Williams, 1972).. substrat hidupnya, makin
sesuai dengan tipe subst
Polymesoda bengalensis
nsis Lamarck dalam kerang membe benamkan diri, makin
merupakan kerang yang hidup dup di sepanjang panjang siphonnya (Barnarnes, 1974).
kawasan hutan mangrove
ove dengan Kerang umumnyaa hidup menetap dan
membenamkan diri dalam subst substrat lumpur beberapa jenis kerangg hidup membenamkan
(Peter dan Sivatoshi, 2001 2001). Ciri-ciri diri atau bersembunyi yi pada substrat. Kaki
Polymesoda bengalensis adala dalah cangkang kerang berupa otot ot yang mengalami
besar, keras dan tebal serta mempun
mpunyai umbo modifikasi dan diguna unakan untuk menarik
yang besar, berwarna kehijauann dan berubah tubuh, membenamkann di diri pada substrat pasir
menjadi kecoklatan setelah dewaasa. Pinggiran atau lumpur dengann perantaraan struktur,
dorsal pada bagian depan umbo bo ha hampir tegak mohtarto, 2009).
seperti benang (Romimoht
lurus, bagian posterior membul bulat. Belahan Keberadaan kerangang sangat tergantung
cangkang memiliki tiga gigi cardiardinal, 1 pada pada dasar perairan. K Kelompok bivalvia ini
satu sisi dan 2 pada sisi lainn innya. Bagian banyak ditemukan pada da dasar perairan yang
inferior cangkang berwarna putih, garis palial berbatu, berpasir ataup upun pasir berlumpur.
lengkap tanpa sinus yang jelas.s. SSiphon sangat Kebanyakan jenis kera rang air tawar (lokan)
pendek, memiliki kaki teball dan ukuran hidup pada badan air dedengan dasar berlumpur
insang tidak sama (Brandt,, 1974). dan kerang membena namkan sebagian dan
Kerang P. bengalensis mem empunyai dua keseluruhan badanny nnya dalam lumpur.
keping cangkang (Bivalvia), yai yaitu cangkang Suspensi lumpur pada se sebagian besar perairan
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek
eknologi, UIN Alauddin Makassar 70
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M

merupakan faktor yang sangatt penting bagi Keberadaan dann kepadatan populasi P.
kehidupan organisme. Kandun ndungan lumpur bengalensis pada habitabitatnya dipengaruhi oleh
sangat mempengaruhi kehidupa dupan kerang, kungan baik faktor fisika
banyak faktor lingkunga
lumpur sebagian besar tempat pat hidup yang maupun kimia. Adapu pun faktor fisika dan
baik. Peningkatan kandungann llumpur baik kimia lingkungan yyang mempengaruhi
yang belum mengendap atau masi asih melayang populasi P. bengalensisnsis, diantaranya adalah
akan menyebabkan berkurang ngnya cahaya salinitas, pH, suhu, ttipe subtrat, oksigen
yang menembus dasar pera perairan, serta terlarut. Salinitas dapatt mmempengaruhi kerang
selanjutnya hal ini akan m mempengaruhi melalui pemanfaatan pak pakan dan pertumbuhan,
pertumbuhan organisme yang ng hidup di baik secara langsung ma maupun tidak langsung,
perairan (Arinaldi, 1978, cit. Ciko,
iko, 2004
2004) terutama mempengaruh ruhi tekanan osmosis.
Kepadatan populasi suatu uatu organisme Secara tidak langsung sa salinitas mempengaruhi
berfluktuasi dari waktu ke wa waktu, artinya kerang melalui perubahubahan kualitas air seperti
dalam waktu tertentu kepadatann m menjadi lebih pH dan oksigen terlarut arut. Salinitas optimum
besar atau lebih kecil dan perubaubahan tersebut bagi hewan Moluska uska berkisar 2-36 ppt
dapat terjadi dalam skala besarr aataupun kecil. (Setiobudiandi, 1995 cit. it. Yuliana, 2008).
Penambahan atau pengurangan an kepadatan Suhu mempengaruhi aruhi secara langsung
populasi juga dapat berlangsungg dalam waktu seperti pertumbuhan dan
aktivitas organisme sepe
lama atau singkat. Kemampua puan populasi metabolisme bahkan m menyebabkan kematian
untuk tumbuh, bervariasi terga rgantung pada organisme serta secaraa ttidak langsung adalah
tempat dan waktu yang dipen pengaruhi oleh meningkatnya daya aku akumulasi berbagai zat
kondisi lingkungan dan ketersediaan kimia dan menurunkanunkan kadar oksigen dalam
sumberdaya dan faktor-faktor la lain yang ada air. Suhu juga merupa upakan faktor pembatas
dalam habitat (Susanto, 2000). bagi beberapa fungsi si biologis hewan air
Keberadaan populasi organi ganisme dalam seperti migrasi, pemijahijahan, kecepatan proses
suatu tempat dapat tersebar mera erata atau tidak pertumbuhan embrioio serta kecepatan
merata, sehingga jumlah indivindividu populasi bergerak. Suhu jugaa dapat berpengaruh
disuatu daerah dengan luas yan ang sama bisa terhadap daya tahan han, reproduksi dan
berbeda. Hal ini berhubung hubungan dengan pertumbuhan anak serta rta berhubungan dengan
kepadatan populasi (density),, yyaitu jumlah predasi, parasit dan pe penyakit (Suin, 2002).
individu per satuan luas tertent entu (Susanto, Setiap species hewann Moluska mempunyai
2000) toleransi yang berbeda da-beda tehadap suhu.
Karakteristik pola distribusi
busi untuk setiap Suhu optimum bagi Mo Moluska bentik berkisar
species tergantung pada tipe ha habitat. Pola antara 25 dan 280 C (H (Hutagalung, 1988 dan
distribusi species dalam ha habitat dapat na, 2008).
Huet, 1972 cit. Yuliana,
menginformasikan tentang hubun hubungan antara Derajat keasamann (pH) dapat menjadi
species dan tipe habitat. t. Kompetisi, faktor pembatas bagii kkehidupan organisme
mortalitas, natalitas dan migrasisi yang terjadi akuatik dalam ekosiste stem perairan, sehingga
dalam populasi dapat meng engubah pola pH air pada suatu pera perairan dapat dijadikan
distribusi dan mempengaruhiruhi ukuran indikator dalam menentukantukan distribusi hewan
populasi. Secara garis besar,, pol pola distibusi akuatik. Kisaran toler oleransi hewan akuatik
organisme di alam ada tiga tipe (Michael, terhadap pH tergantun ntung pada temperatur,
1994) yaitu: a) Distribusi se seragam; jika oksigen terlarut (DO), ), adanya anion dan
individu-individu tersebar me merata dalam kation, serta stadia m masing-masing hewan
populasinya, b) Distribusi acak; k; jika individu umumnya hewan akuatik
akuatik, tetapi pada umu
terpencar pada beberapa tempa pat tetapi ada dapat hidup lebih baikk ppada kisaran pH antara
juga yang mengelompok pada tem tempat lain dan 6,0-8,0 sno ddkk., 2004). Setiap
(Sutrisno
c) Distribusi mengelompok; jika individu- organisme mempunyai yai pH optimal, pH
individu selalu berkelompok dan jarang sekali optimal Moluska berk berkisar antara 6,7-7,5
yang tersebar. (Russel-Hunter,1968 cit. it. Yuliana, 2008).
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek
eknologi, UIN Alauddin Makassar 71
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M

Oksigen adalah salah satuu fa


faktor penting Bila hal ini terus be berlanjut sehingga ke
dalam setiap sistem peraira iran. Oksigen depannya akan meneka kan populasi alami dan
memegang peranan penting untuk menunjang mengancam kepunahan han kerang ini serta
kehidupan organisme dalam prose
proses respirasi seterusnya akan mengga gganggu keseimbangan
dan proses metabolisme sel. Sum Sumber utama ekosistem.
oksigen terlarut berasal dari aatmosfer dan Berdasarkan kondisi di atas, maka untuk
proses fotosintesis tumbuhan hijhijau. Oksigen menghindari eksplorasi si populasi alami yang
dari udara diserap dengan difusi
usi langsung ke sipasi kepunahan kerang
berlebihan, mengantisipa
permukaan air oleh adanya ang ngin dan arus P. bengalensis serta rta untuk meningkat
(Michael, 1984; Suin, 2002). Kececepatan difusi produksi kerang di pe perairan Muaro Nipah
oksigen dari udara sangat lambabat, oleh sebab perlu dilakukan usahusaha pengelolaan dan
itu phytoplankton merupakan sum sumber utama kemungkinan pembu budidayaan kerang
dalam penyediaan oksigen terlarut
rut di perairan. tersebut. Sebelum us usaha pengelolaan dan
Clark (1977 cit. Yuliana, 2008) menyatakan budidaya kerang dila dilakukan, perlu dikaji
bahwa DO (disolved oxygen en) optimum aspek-aspek gi
biologi kerang sebagai
Moluska berkisar antara 4,1-6,6
6,6 ppm dengan penunjang utama yang menentukan
batas minimal toleransi 4 ppm. keberhasilan usaha pengelolaan dan
Kerang P. bengalensis da dari familia budidayanya. Atas das asar pemikiran di atas,
Corbiculidae merupakan produkoduk perikanan kukan penelitian dengan
maka telah dilakukan
yang bernilai ekonomi serta potpotensial untuk tujuan mengetahui kep kepadatan populasi dan
dikembangkan. Di beberapa N Negara sudah distribusi Polymesoda
soda bebengalensis di Perairan
ngan harga yang
menjadi komoditi ekspor dengan Muaro Nipah Kecamat atan Sutera Kabupaten
uk satu kerang
mahal, seperti di Belanda, untuk era Barat.
Pesisir Selatan Sumatera
dengan ukuran panjang minimal al 14 mm dapat
Meksiko ukuran
dijual seharga $ 2.00, di Meksi METODE PENELITIA IAN
minimal 38 mm seharga $ 2.50 ((Meal, 2000). Waktu dan Tem empat. Penelitian ini
Akan tetapi di Indonesia,, tterutama di dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan
Sumatera Barat, pemanfaatann kerang ini Juli 2014 di Perai rairan Muaro Nipah
masih sebatas makanan tambahan han (lauk) bagi Kecamatan Sutera Kabu bupaten Pesisir Selatan
penduduk setempat dan pen pengambilannya isis sampel dilakukan di
Sumatera Barat. Analisi
lum ada usaha
langsung dari habitat serta belum Laboratorium Zoolog ogi Program Studi
budidaya (Suin, 1992). Pendidikan Biologi ST STKIP PGRI Sumatera
Salah satu daerah di Sumater
tera Barat yang Barat.
masih banyak ditemukann kerang P. Metode elitian.
Penel Penaksiran
bengalensis adalah perairan Mua Muaro Nipah kepadatan populasi dann pola distribusi kerang
Kecamatan Sutera Kabupaten Pe Pesisir Selatan. dengan menggunakan kan metode stratified
Perairan Muaro Nipah memiliki ki subtrat pasir purposive sampling. Sa Sampel kerang diambil
berlumpur dan banyak ditum umbuhi pohon ambilan, yaitu Lokasi 1,
pada tiga lokasi pengam
nipah. Pemanfaatannya masihh se sebatas bahan daerah mulut muara, Lo Lokasi 2, daerah muara
makanan dan sumber penghasila silan tambahan dengan jarak ± 3 m dari Lokasi 1 dan Lokasi
Eksplorasi kerang
bagi penduduk setempat. Ekspl 3, daerah muara yangg bberjarak ± 20 m dari
oleh masyarakat langsung ddari habitat Lokasi 2. Pengambilann sampel pada masing-
alaminya tanpa ada usaha budi budidaya serta masing lokasi dibagii menjadi tiga strata
sejalan dengan semakin banyakn knya informasi berdasarkan vegetasi yyaitu strata 1 daerah
dari nilai gizi manfaat kerangg ini terhadap vegetasi nipah yangg berbatasan dengan
manusia maka harga keranrang semakin perairan lepas, strata 2 bagian tengah nipah,
meningkat. Kondisi ini m menyebabkan si nnipah yang berbatasan
strata 3 daerah vegetasi
frekuensi pengambilan oleh m masyarakat di langsung dengan darat ratan. Pada tiap strata
lapangan semakin meningkatt dan intensif diambil 4 kali ulangann dengan menggunakan
tanpa memperhitungkan potensi nsi lestarinya. ukuran 1 x 1 m2. Petak
petak kuadrat, berukur
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek
eknologi, UIN Alauddin Makassar 72
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M

kuadrat ditempatkan pada dasa sar perairan di sampel kerang di hari ri yang sama. Faktor
setiap strata secara sistematik deng
dengan interval fisika dan kimia yangg ddiukur adalah pH air,
antar kuadrat 5 meter yan ang tersusun kecerahan, DO, dann kom
komposisi substrat.
horizontal terhadap vegetasi nipa
nipah. Sampel Analisis Data. Peng
enghitungan kepadatan
diambil dengan cara menggali subtsubtrat sampai populasi menggunakann rumus (Krebs, 1972)
kedalaman 15 cm dari permuka ukaan subtrat. dan , dan pola distribu
ibusinya menggunakan
Pengukuran faktor fisika dan kim kimia air serta Indeks Morista (Michael
ael, 1994).
subtrat dilakukan sebelum pengambilan
Kadar organik substrat =
jumlalah individu erat sisa pijar
berat tana h kering - berat
Kepadatan populasi (K) = x100 %
luass aarea (m 2 ) ering
berat tana h kerin

Pola distribusi (Indek Morista) = Komposisi subtrat dite


ditentukan dengan cara
å ni 2
- (ni - 1)
xN
menghitung berapa pro proporsi masing-masing
2 partikel dengan kriteria
ia ssebagai berikut:
n - (n - 1)
A. > 0,025 0,5 mm m : pasir kasar
B. > 0,125 0,25 mm m : pasir sedang
Penetapan pola distribusi m mengacu pada
C. > 0,063 0,125 m mm : pasir halus
kriteria distribusi (Poole, 1974),, yyaitu:
D. > 0,032 0,063 m mm : pasir sangat
1. Distribusi secara seragam am apabila IM
halus
<1
< 0,032 mm : lumpur
2. Distribusi secara acak apa pabila IM = 1
3. Distribusi secara berkelomlompok apabila
HASIL DAN PEMBAH AHASAN
IM > 1
Kepadatan populasi
asi. Dari penelitian yang
Kandungan organik substr substrat dihitung
dilakukan didapatkann kepadatan populasi
dengan menggunakan rumus ka kadar organik
kerang Polymesoda beng
ngalensis seperti Tabel
tanah (KOS %) (Suin, 1997)
1.

ang Polymesoda bengalensis di Perairan Muaroo Nipa


Tabel 1. Kepadatan populasi kerang Nipah Kecamatan Sutera
Kabupaten Pesisir Selatan.

Lokasi Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total Rata-rata (ind/m2 )

I 4 1 3 8 2,7

II 1 2 2 5 1,6

III 0 2 4 6 2

Rata-rata 6,4
si II) ; III= bagian muara
Keterangan: I= dekat mulut muara ; III= daerah muara dengan jarak ± 3 m dari lokasi
dengan jarak ± 20 m dari lokasi II))

Dari Tabel 1 dapat dilihadilihat rata-rata diperoleh di perairann Muaro Nipah lebih
kepadatan populasi kerang bakau
kau Polymesoda dengan penelitian Ciko
tinggi dibandingkan de
bengalensis di perairan Mua Muaro Nipah (1998) yang menemukaukan kepadatan populasi
Kecamatan Sutera Kabupaten Pe Pesisir Selatan kerang Polymesoda be bengalensis di Hutan
nd/m2. Rata-rata
Sumatera Barat adalah 6,4 ind/m Mangrove Muaro Lam amo Kambang Pesisir
kepadatan populasi tertinggi dida
didapatkan pada ata 1,87 ind/m2. Hal ini
Selatan dengan rata-rata
Lokasi I yaitu 2,7 ind/m2 dan ter
terendah pada disebabkan perairann MuaMuaro Nipah lebih
2.
Lokasi II yaitu 1,6 ind/m . Kepa
epadatan yang dangkal dari Muaro ro Lamo Kambang,
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek
eknologi, UIN Alauddin Makassar 73
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M

sehingga lebih mendukung kehidupa


hidupan kerang, Kepadatan populasi kerang di perairan
karena dengan dangkalnya perair airan intensitas Muaro Nipah masih ter termasuk tinggi, hal ini
cahaya yang masuk kedasar pe perairan tinggi disebabkan karena ku kualitas fisika kimia
sehingga mendukung keberadaan an fitoplankton perairan mendukung keh kehidupan kerang. Suhu
juga tinggi, sedangkan fitoplankton berkisar dari yaitu 28o
perairan relatif stabil,, be
o
merupakan salah satu pakan kan kerang P. 31 C. sesuai dengan gan pernyataan Perkins
bengalensis (Kastoro, 1992)) dan Jabang (1974), bahwa suhu per perairan yang baik untuk
(2000) menyatakan kepadata datan populasi kehidupan dan perkemb mbangbiakan organisme
kerang sangat dipengaruhi ole oleh makanan berkisar antara 25,0o 32,0o C. Nilai derajat
disekitar yang mendukung keberadaan keasaman (pH) pada ket etiga lokasi relatif sama
kerang. Selain itu, Peter dan Siva
ivatoshi (2001) yaitu 7,0 (Tabel 3). Ker erang dapat hidup baik
menyatakan bahwa Polymesoda soda bengalensis dalam kisaran pH air 5, 5,6 8,3 (Fuller, 1983
merupakan kerang yang biasa asa ditemukan cit Hamidah, 2000). Oksi ksigen terlarut berkisar
hidup di hutan mangrove denga ngan kedalaman 5 - 7,0 ppm. Salinitas as yang didapat adalah
air yang relatif dangkal. berkisar 4,0 -5,0 0/00, Sui
Suin dan Iswandi (1994)
Kepadatan ppulasi tertingg
nggi ditemukan dan Jabang (1995)) menyatakan bahwa
pada Lokasi I, yaitu 2,7 ind/m2 dadan . terendah salinitas yang cocok ok bagi kerang P.
ditemukan pada Lokasi II, yaitu itu 1,6 ind/m2. bengalensis dan B. viol iolaceae berkisar 2,0
Tingginya kepadatan populasi si kerang P. 15,0 0/00.
bengalensis pada Lokasi I diseba babkan karena Kepadatan populasi kerang di perairan
tingginya kadar organik substratrat pada lokasi Muaro Nipah juga didukung oleh komposisi
tersebut yaitu 37,9 % (Tabel 33). Tingginya subtrat yang didominas nasi oleh pasir dengan
kadar organik substrat pada da Lokasi I kriteria partikel sedang ng. Keberadaan pasir
disebabkan oleh banyaknya sara rasah vegetasi, berpartikel sedang ini sangat mendukung
semakin tinggi kadar organik substsubstrat maka keberadaan kerang ter terutama kerang yang
semakin tinggi pula kepadatan tan kerang P. muda. Hal ini disebabka bkan karena subtrat pasir
bengalensis. Suin dan Iswaswandi (1994) berpartikel sedang m memudahkan hewan-
hubungan yang
menyatakan bahwa terdapat hubunga hewan filter feeder sepe eperti kerang ini dalam
erat antara kepadatan populasi kekerang dengan penyaringan makanann sserta melindungi diri
organik substrat
kadar organik substrat. Kadar org untuk tidak terbawa ar arus (Hinch, 1986 cit.
dupan kerang P.
berpengaruh terhadap kehidupan Putri, 2004).
bengalensis, karena kadar orgaorganik substrat
menunjukkan besarnya kandun ndungan bahan- Pola Distribusi
bahan organik yang telah terdekom
dekomposisi di Dari penelitiann yang dilakukan
dalam substrat. Tipe subst substrat sangat busi kerang Polymesoda
didapatkan pola distribusi
memegang peranan nting
penting dalam bel 2.
bengalensis seperti Tabe
menentukan keberadaan dan kepadatan
populasi kerang.

Tabel 2. Jumlah individu Polymesoda asi dan pola distribusinya.


oda bengalensis yang ditemukan pada setiap lokas
Lokasi Strata 1 Strata 2 Strata 3 IM Pola distibusi
I 4 1 3 0,36 Seragam
II 1 2 2 0,33 Seragam
III 0 2 4 0,51 Seragam
Keterangan: IM = Indeks Morista

Berdasarkan Morista yang


Indeks Mor Polymesoda bengalensinsis bersifat seragam
didapat, maka ribusi kerang
pola distribusi atau teratur (Poole, 19
1978) (Tabel 2). Nilai
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek
eknologi, UIN Alauddin Makassar 74
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M

Indeks Morista yang tertinggi te terdapat pada Menurut Suin (2003


2003) pola distribusi yang
lokasi III, yaitu 0,51 dan ya yang terendah seragam terjadi jika aada persaingan hebat
terdapat pada lokasi II yaitu 0,33. Menurut antara individu didal dalam populasi. Pola
Brandt (1974), umumnya kerang ng dari familia distribusi seragam ini juga karena tidak
Corbiculidae ini hidupnya m mengelompok. adanya makanan di lingkungan yang
Tapi fakta yang ditemukann di lapangan, menyebabkan hewann m mengelompok. Dapat
kerang P. bengalensis ini distribusinya lah individu setiap plot,
juga dilihat dari jumlah
seragam. Menurut Krebs ((1972) pola begitu pula dengan nilai Indeks Morista yang
distribusi dipengaruhi oleh tipepe habitat yang didapat pada setiap lokasi tidak terlalu
meliputi parameter fisika kimiaa peperairan serta signifikan. Selain itu,tu, pengambilan yang
ketersediaan pakan dan kemampua puan adaptasi dilakukan masyarakatt ssecara terus menerus
dari suatu organisme dalam sebuabuah ekosistem. berkemungkinan besarr dapat mengakibatkan
Makanan merupakan salah satu tu faktor yang busi kkerang P. bengalensis
seragamnya distribusi
menyebabkan kerang bersifat sera
seragam, diduga di perairan Muaro Nipah.
pah.
ketersediaan makanan di habita bitat merupakan Kualitas Fisikaa d dan Kimia Habitat
faktor yang mempengaruhi dist distribusi pada Kerang Polymesoda soda bengalensis. Hasil
setiap lokasi yang bersifat seragam
gam. pengukuran yang dilaku kukan didapatkan faktor
kerang seperti Tabel 3.
fisika kimia habitat ker

Tabel 3. Hasil pengukuran faktor fisi


fisika kimia Polymesoda bengalensis pada setiapp lok
lokasi.
Lokasi
No Parameter
I II III
1 Suhu (0C) 28,0 28,0 31,0
2 pH 7,0 7,0 7,0
0
3 Salinitas ( /00) 5,0 4,0 5,0
4 Kecerahan (cm ) Skd Skd Skd
5 DO (ppm) 7,0 5,5 5,0
6 KOS (%) 37,9 8,9 6,8
7 Komposisi substrat (%)
Pasir Kasar 8,66 11,72 13,45
Pasir Sedang 13,31 10,02 10,66
Pasir Halus 1,69 1,81 1,92
Pasir Sangat Halus 1,38 1,35 0,32
Lumpur 1,16 0,59 0,14
Keterangan ; Skd = sampai ke dasar
ar

Dari Tabel 3 dapat dilihatt ba


bahwa secara Hamidah, 2000) menya yatakan bahwa kerang
umum kondisi fisika kimia ha habitat hidup dapat hidup dengan baik pada kisaran pH 5,6
masih mendukung kehidupan ke kerang. Suhu 8,3. Salinitas di pe perairan Muaro Nipah
o 0
perairan berkisar 28,0 31,0 C.. Kisaran suhu berkisar 4,0 5,0 /000 dan kadar organik
normal untuk kehidupan kerang ng-kerangan di substrat berkisar 6,8 37,9 %. Komposisi
daerah tropis adalah 20-35 35o C dengan substrat yang diperole
oleh dari ketiga lokasi
fluktuasi tidak lebih dari 5o C (Ka
Kastoro 1998). adalah berpasir dann secara keseluruhan
Derajat keasaman (pH) air yang ang didapatkan banyak diperoleh pa pasir sedang dengan
pada ketiga lokasi adalah 7. (Fululler, 1983 cit komposisi tertinggi pad
pada lokasi I yaitu 13,31

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek


eknologi, UIN Alauddin Makassar 75
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M

% dan yang terendah diperolehh ppada lokasi II Hutan Mangrove ove di Muaro Kambang
yaitu 10,02%. Oksigen ter terlarut yang Pesisir Selatann Sumatera Barat.
didapatkan dari ketiga lokasi beberkisar 5,2 Universitas Andalas.las. P
Padang.
7,0 ppm. Nybakken dan Ba Barnes (2005) Jabang dan R. Ngans anso. 2000. Preferensi
menyatakan batas minimum DO untuk Makanan Kerang ng Lokan (Batissa
organisme perairan yaitu 5,40 ppm violacea. L) di est estuaria Batang Masang
Tiku Kabupaten Aga gam Sumatera Barat.
KESIMPULAN Kastoro,W,W.1992. Beeberapa aspek Biologi
Dari hasil penelitian Kepada datan dan Pola dan Ekologi Jenis- nis-jenis Mollusca Laut
Distribusi Kerang Bakau Polymesoda Komersial yangg diperlukan untuk
obengalensis di Perairan Mua Muaro Nipah menunjang usahaa Budi DayaProseding
Kecamatan Sutera Kabupaten Pe Pesisir Selatan Temu Karya Ilmiah ah Potensi Sumber Daya
Sumatera Barat dapat disimpul pulkan bahwa Kerang-kerangann S Sulawesi Selatan dan
kepadatan populasi kerang bakau kau Polymesoda Sulawesi Tenggara ra Balai Penelitian Budi
bengalensis tergolong rendah, h, ddengan rata- Daya Pantai Manos:nos: 67-68.
rata kepadatan 6,4 ind/m2, pol pola distribusi Michael, P. 1984. Metode Ekologi
kerang Polymesoda bengalensiss seragam dan Penyelidikan Ladang dan
kondisi fisika kimia lingkun kungan masih Laboratorium.UI.. Ja Jakarta.
mendukung kehidupan kerang,, di dimana suhu Odum, E. P. 1998. D Dasar-Dasar Ekologi.
berkisar antara 28,00 31,00 C C, pH 7,0, Edisi Ketiga. Terje rjemahan Samingan T.
salinitas 4,0 -5,0 0/00, kecerahann 15 cm, KOS Gadjah Mada University Press.
6,8 37,9 %, oksigen terlarut 5,2 7,0 ppm, Yogyakarta.
komposisi substrat yang diperol eroleh berpasir Sivatoshi.2001. A Guide
Peter, K.L.N, and N. Siva
dan yang paling dominan adalahh pa pasir sedang. to Mangrove of S Singapore. Singapore
Science Center, Singingapore.
DAFTAR PUSTAKA Poole, R.W. 1974. An Introduction to
Barnes, R. D. 1974. Invertebrat
brate Zoology. Quantitative Ecology.International
Sourdens Colleg Publishing.
ng. Philadelpia. Student on.
Edition. McGraw Hill.
Brandt, R.A.M.1974. The on-mamarine aquatic Kogakhusa.
mollusca of Thailand. d. Arch moll. Suin, N. M., 2002. Metode Ekologi.
Frankfurt. Universitas Andalas.las. P
Padang
Broom, M.J. 1985. The Biology
ogy and Culture Yuliana, N. 2008.S2008.Studi Ekologi dan
of Marine Bivalve Moluscaa oof The Genus opulasi Kerang Lumpur
Reproduksi Popula
Anadara. Manila. Anodontiae dentul ntula Pada Ekosistem
Ciko, Y.A. 2004. Distribusi dan Morfometri Mangrove Teluk uk A Ambon Bagian Dalam.
Polymesoda bengalensis
nsis Lamarck Institut Pertaniann Bo
Bogor. Bogor.
(Pelecypoda) Pada Muaroo da dan Perairan

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek


eknologi, UIN Alauddin Makassar 76

Anda mungkin juga menyukai