ABSTRAK
Kerang P. bengalensis dariri familia Corbiculidae merupakan produk pe perikanan yang bernilai
dikembangkan. Di beberapa Negara sudah meenjadi komoditi ekspor
ekonomi serta potensial untuk dike
dengan harga yang mahal, tetapi
pi di Indonesia, terutama di perairan Muaro Nipaipah Kecamatan Sutera
Kabupaten Pesisir Selatan Sum umatera Barat, pemanfaatan kerang ini masi asih sebatas makanan
tambahan (lauk) bagi penduduk
nduduk setempat dan pengambilannya langsung da dari habitat serta belum
ada usaha budidaya. Sejalan dedengan semakin banyaknya informasi dari ni nilai gizi dan manfaat
kerang ini terhadap manusia makaaka harga kerang semakin meningkat. Kondi ondisi ini menyebabkan
frekuensi pengambilan oleh m masyarakat di lapangan semakin meningka ngkat dan intensif tanpa
memperhitungkan potensi lestar
starinya sehingga ke depannya akan menekan kan populasi alami dan
mengancam kepunahan kerangg iini serta seterusnya akan mengganggu kese keseimbangan ekosistem.
Berdasarkan kondisi tersebut,
but, maka perlu dilakukan usaha pengelolaa aan dan kemungkinan
pembudidayaan kerang tersebut.
but. Atas dasar pemikiran di atas, sebagai la langkah awal budidaya
maka telah dilakukan penelitiann dengan tujuan mengetahui kepadatan popula ulasi dan pola distribusi
Polymesoda bengalensis di Peraerairan Muaro Nipah Kecamatan Sutera Kabupa bupaten Pesisir Selatan
Sumatera Barat. Penelitian inini dilakukan dengan menggunakan metode ode Stratified purposive
sampling. Pengambilan sampel di dilakukan pada tiga lokasi dan masing-masingng lokasi terdiri dari tiga
strata. Analisis kepadatan popul
populasi menggunakan rumus (Krebs, 1972) 72) dan pola distribusi
menggunakan Indek Morista (Mi Michael, 1994). Hasil penelitian didapatkann ke kepadatan populasi P.
2
bengalensis 6,4 ind/m dengann pol kimia lingkungan masih
pola distribusi seragam dan kondisi fisika kim
mendukung kehidupan kerang,, di dimana suhu berkisar antara 28,00 31,00 C,, pH 7,0, salinitas 4,0 -
5,0 0/00, kecerahan 15 cm, KOS S 6,8 37,9 %, oksigen terlarut 5,2 7,0 ppm ppm, komposisi substrat
yang diperoleh berpasir dan yang
ng paling dominan adalah pasir sedang.
salinitas di muara sangat ttinggi, yaitu kiri dan cangkang kana nan yang dihubungkan
berkisar antara 5-35 0. Fluktua
uktuasi salinitas oleh ligamentum. Lig igamentum berada di
tergantung pada topografi m muara serta bagian dorsal apeks da dan dari ligamentum
masukan air tawar dari sunga sungai, sehingga dapat dibedakan bagianan anterior dan posterior
organisme yang hidup di m muara sangat serta bagian kiri da dan kanan cangkang
dipengaruhi oleh fluktuasi salinilinitas (Jabang (McMahon, 1991). Pad ada cangkang terdapat
dan Nganro, 2000). lima macam otot, yaitutu otot adduktor anterior
Substrat daerah muara ra umumnya dan adduktor posterior rior yang menyatukan
berlumpur atau lumpur berpasir. sir. Salah satu kedua cangkang, otot ot rretraktor anterior dan
organisme yang banyak ditemuka ukan di muara retraktor posterior mem mbantu kerja kaki serta
adalah kelompok kerang-keranga ngan dan jenis otot protraktor berfungngsi menjulurkan kaki.
yang banyak ditemukan serta berniernilai jual dan Kaki berbentuk sepert erti lidah yang berada
banyak diekploitasi oleh banyakk or orang, adalah pada bagian ventrall tubuh. Pada bagian
kerang bakau (Polymesoda bengalngalensis). posterior kaki terdap dapat kelenjar byssus
Kerang merupakan anggota
ggota dari phylum berbentuk benang-bena nang kuat yang dapat
Mollusca yang tergolong ke dalam kelas mensekresikan cairann dan berguna untuk
Pelecypoda (Bivalvia), serta mer erupakan kelas melekatkan tubuh pa pada substrat secara
kedua terbesar setelah Gastropoda
opoda. Kerang permanen (Hanna,, 1978)
1978).
mempunyai tubuh yang lunakk da dan licin dan ngalensis memiliki mantel
Kerang P. bengale
mempunyai dua bagian utama ya yaitu cangkang yang terbagi atas dua lobus dan berada pada
dan bagian lunak yang ditut ditutupi lapisan kedua permukaan dalam lam cangkang. Mantel
mantel. Kerang dapat hidup di ai air tawar, laut, membentuk dua salur luran pendek disebut
hutan mangrove dan estuari. ri. Pelecypoda exhalant dan inhalant si siphon. Inhalant siphon
cenderung membenamkan dirii pa pada substrat berfungsi sebagai temp mpat masuknya air dan
lunak, seperti lumpur dann pasir atau exhalant siphon tempatpat keluar air. Menurut
menempel pada substrat. Pelecypoda
ypoda bergerak nhalant siphons berguna
Kastoro (1982), inhala
menggunakan kaki yang lunakk berupa otot untuk memasukkan oksi oksigen dan makanan
untuk membenamkan tubuhny ubuhnya kedalam bersama dengan air, r, sedangkan exhalant
substrat pasir, lumpur atau meluba
ubangi substrat siphon berguna untuk uk mengeluarkan sisa
yang relatif keras seperti kayu yu dan karang ukuran siphon bervariasi
material. Bentuk dan uku
(Marshall dan Williams, 1972).. substrat hidupnya, makin
sesuai dengan tipe subst
Polymesoda bengalensis
nsis Lamarck dalam kerang membe benamkan diri, makin
merupakan kerang yang hidup dup di sepanjang panjang siphonnya (Barnarnes, 1974).
kawasan hutan mangrove
ove dengan Kerang umumnyaa hidup menetap dan
membenamkan diri dalam subst substrat lumpur beberapa jenis kerangg hidup membenamkan
(Peter dan Sivatoshi, 2001 2001). Ciri-ciri diri atau bersembunyi yi pada substrat. Kaki
Polymesoda bengalensis adala dalah cangkang kerang berupa otot ot yang mengalami
besar, keras dan tebal serta mempun
mpunyai umbo modifikasi dan diguna unakan untuk menarik
yang besar, berwarna kehijauann dan berubah tubuh, membenamkann di diri pada substrat pasir
menjadi kecoklatan setelah dewaasa. Pinggiran atau lumpur dengann perantaraan struktur,
dorsal pada bagian depan umbo bo ha hampir tegak mohtarto, 2009).
seperti benang (Romimoht
lurus, bagian posterior membul bulat. Belahan Keberadaan kerangang sangat tergantung
cangkang memiliki tiga gigi cardiardinal, 1 pada pada dasar perairan. K Kelompok bivalvia ini
satu sisi dan 2 pada sisi lainn innya. Bagian banyak ditemukan pada da dasar perairan yang
inferior cangkang berwarna putih, garis palial berbatu, berpasir ataup upun pasir berlumpur.
lengkap tanpa sinus yang jelas.s. SSiphon sangat Kebanyakan jenis kera rang air tawar (lokan)
pendek, memiliki kaki teball dan ukuran hidup pada badan air dedengan dasar berlumpur
insang tidak sama (Brandt,, 1974). dan kerang membena namkan sebagian dan
Kerang P. bengalensis mem empunyai dua keseluruhan badanny nnya dalam lumpur.
keping cangkang (Bivalvia), yai yaitu cangkang Suspensi lumpur pada se sebagian besar perairan
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek
eknologi, UIN Alauddin Makassar 70
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M
merupakan faktor yang sangatt penting bagi Keberadaan dann kepadatan populasi P.
kehidupan organisme. Kandun ndungan lumpur bengalensis pada habitabitatnya dipengaruhi oleh
sangat mempengaruhi kehidupa dupan kerang, kungan baik faktor fisika
banyak faktor lingkunga
lumpur sebagian besar tempat pat hidup yang maupun kimia. Adapu pun faktor fisika dan
baik. Peningkatan kandungann llumpur baik kimia lingkungan yyang mempengaruhi
yang belum mengendap atau masi asih melayang populasi P. bengalensisnsis, diantaranya adalah
akan menyebabkan berkurang ngnya cahaya salinitas, pH, suhu, ttipe subtrat, oksigen
yang menembus dasar pera perairan, serta terlarut. Salinitas dapatt mmempengaruhi kerang
selanjutnya hal ini akan m mempengaruhi melalui pemanfaatan pak pakan dan pertumbuhan,
pertumbuhan organisme yang ng hidup di baik secara langsung ma maupun tidak langsung,
perairan (Arinaldi, 1978, cit. Ciko,
iko, 2004
2004) terutama mempengaruh ruhi tekanan osmosis.
Kepadatan populasi suatu uatu organisme Secara tidak langsung sa salinitas mempengaruhi
berfluktuasi dari waktu ke wa waktu, artinya kerang melalui perubahubahan kualitas air seperti
dalam waktu tertentu kepadatann m menjadi lebih pH dan oksigen terlarut arut. Salinitas optimum
besar atau lebih kecil dan perubaubahan tersebut bagi hewan Moluska uska berkisar 2-36 ppt
dapat terjadi dalam skala besarr aataupun kecil. (Setiobudiandi, 1995 cit. it. Yuliana, 2008).
Penambahan atau pengurangan an kepadatan Suhu mempengaruhi aruhi secara langsung
populasi juga dapat berlangsungg dalam waktu seperti pertumbuhan dan
aktivitas organisme sepe
lama atau singkat. Kemampua puan populasi metabolisme bahkan m menyebabkan kematian
untuk tumbuh, bervariasi terga rgantung pada organisme serta secaraa ttidak langsung adalah
tempat dan waktu yang dipen pengaruhi oleh meningkatnya daya aku akumulasi berbagai zat
kondisi lingkungan dan ketersediaan kimia dan menurunkanunkan kadar oksigen dalam
sumberdaya dan faktor-faktor la lain yang ada air. Suhu juga merupa upakan faktor pembatas
dalam habitat (Susanto, 2000). bagi beberapa fungsi si biologis hewan air
Keberadaan populasi organi ganisme dalam seperti migrasi, pemijahijahan, kecepatan proses
suatu tempat dapat tersebar mera erata atau tidak pertumbuhan embrioio serta kecepatan
merata, sehingga jumlah indivindividu populasi bergerak. Suhu jugaa dapat berpengaruh
disuatu daerah dengan luas yan ang sama bisa terhadap daya tahan han, reproduksi dan
berbeda. Hal ini berhubung hubungan dengan pertumbuhan anak serta rta berhubungan dengan
kepadatan populasi (density),, yyaitu jumlah predasi, parasit dan pe penyakit (Suin, 2002).
individu per satuan luas tertent entu (Susanto, Setiap species hewann Moluska mempunyai
2000) toleransi yang berbeda da-beda tehadap suhu.
Karakteristik pola distribusi
busi untuk setiap Suhu optimum bagi Mo Moluska bentik berkisar
species tergantung pada tipe ha habitat. Pola antara 25 dan 280 C (H (Hutagalung, 1988 dan
distribusi species dalam ha habitat dapat na, 2008).
Huet, 1972 cit. Yuliana,
menginformasikan tentang hubun hubungan antara Derajat keasamann (pH) dapat menjadi
species dan tipe habitat. t. Kompetisi, faktor pembatas bagii kkehidupan organisme
mortalitas, natalitas dan migrasisi yang terjadi akuatik dalam ekosiste stem perairan, sehingga
dalam populasi dapat meng engubah pola pH air pada suatu pera perairan dapat dijadikan
distribusi dan mempengaruhiruhi ukuran indikator dalam menentukantukan distribusi hewan
populasi. Secara garis besar,, pol pola distibusi akuatik. Kisaran toler oleransi hewan akuatik
organisme di alam ada tiga tipe (Michael, terhadap pH tergantun ntung pada temperatur,
1994) yaitu: a) Distribusi se seragam; jika oksigen terlarut (DO), ), adanya anion dan
individu-individu tersebar me merata dalam kation, serta stadia m masing-masing hewan
populasinya, b) Distribusi acak; k; jika individu umumnya hewan akuatik
akuatik, tetapi pada umu
terpencar pada beberapa tempa pat tetapi ada dapat hidup lebih baikk ppada kisaran pH antara
juga yang mengelompok pada tem tempat lain dan 6,0-8,0 sno ddkk., 2004). Setiap
(Sutrisno
c) Distribusi mengelompok; jika individu- organisme mempunyai yai pH optimal, pH
individu selalu berkelompok dan jarang sekali optimal Moluska berk berkisar antara 6,7-7,5
yang tersebar. (Russel-Hunter,1968 cit. it. Yuliana, 2008).
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek
eknologi, UIN Alauddin Makassar 71
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M
kuadrat ditempatkan pada dasa sar perairan di sampel kerang di hari ri yang sama. Faktor
setiap strata secara sistematik deng
dengan interval fisika dan kimia yangg ddiukur adalah pH air,
antar kuadrat 5 meter yan ang tersusun kecerahan, DO, dann kom
komposisi substrat.
horizontal terhadap vegetasi nipa
nipah. Sampel Analisis Data. Peng
enghitungan kepadatan
diambil dengan cara menggali subtsubtrat sampai populasi menggunakann rumus (Krebs, 1972)
kedalaman 15 cm dari permuka ukaan subtrat. dan , dan pola distribu
ibusinya menggunakan
Pengukuran faktor fisika dan kim kimia air serta Indeks Morista (Michael
ael, 1994).
subtrat dilakukan sebelum pengambilan
Kadar organik substrat =
jumlalah individu erat sisa pijar
berat tana h kering - berat
Kepadatan populasi (K) = x100 %
luass aarea (m 2 ) ering
berat tana h kerin
I 4 1 3 8 2,7
II 1 2 2 5 1,6
III 0 2 4 6 2
Rata-rata 6,4
si II) ; III= bagian muara
Keterangan: I= dekat mulut muara ; III= daerah muara dengan jarak ± 3 m dari lokasi
dengan jarak ± 20 m dari lokasi II))
Dari Tabel 1 dapat dilihadilihat rata-rata diperoleh di perairann Muaro Nipah lebih
kepadatan populasi kerang bakau
kau Polymesoda dengan penelitian Ciko
tinggi dibandingkan de
bengalensis di perairan Mua Muaro Nipah (1998) yang menemukaukan kepadatan populasi
Kecamatan Sutera Kabupaten Pe Pesisir Selatan kerang Polymesoda be bengalensis di Hutan
nd/m2. Rata-rata
Sumatera Barat adalah 6,4 ind/m Mangrove Muaro Lam amo Kambang Pesisir
kepadatan populasi tertinggi dida
didapatkan pada ata 1,87 ind/m2. Hal ini
Selatan dengan rata-rata
Lokasi I yaitu 2,7 ind/m2 dan ter
terendah pada disebabkan perairann MuaMuaro Nipah lebih
2.
Lokasi II yaitu 1,6 ind/m . Kepa
epadatan yang dangkal dari Muaro ro Lamo Kambang,
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tek
eknologi, UIN Alauddin Makassar 73
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016
M
% dan yang terendah diperolehh ppada lokasi II Hutan Mangrove ove di Muaro Kambang
yaitu 10,02%. Oksigen ter terlarut yang Pesisir Selatann Sumatera Barat.
didapatkan dari ketiga lokasi beberkisar 5,2 Universitas Andalas.las. P
Padang.
7,0 ppm. Nybakken dan Ba Barnes (2005) Jabang dan R. Ngans anso. 2000. Preferensi
menyatakan batas minimum DO untuk Makanan Kerang ng Lokan (Batissa
organisme perairan yaitu 5,40 ppm violacea. L) di est estuaria Batang Masang
Tiku Kabupaten Aga gam Sumatera Barat.
KESIMPULAN Kastoro,W,W.1992. Beeberapa aspek Biologi
Dari hasil penelitian Kepada datan dan Pola dan Ekologi Jenis- nis-jenis Mollusca Laut
Distribusi Kerang Bakau Polymesoda Komersial yangg diperlukan untuk
obengalensis di Perairan Mua Muaro Nipah menunjang usahaa Budi DayaProseding
Kecamatan Sutera Kabupaten Pe Pesisir Selatan Temu Karya Ilmiah ah Potensi Sumber Daya
Sumatera Barat dapat disimpul pulkan bahwa Kerang-kerangann S Sulawesi Selatan dan
kepadatan populasi kerang bakau kau Polymesoda Sulawesi Tenggara ra Balai Penelitian Budi
bengalensis tergolong rendah, h, ddengan rata- Daya Pantai Manos:nos: 67-68.
rata kepadatan 6,4 ind/m2, pol pola distribusi Michael, P. 1984. Metode Ekologi
kerang Polymesoda bengalensiss seragam dan Penyelidikan Ladang dan
kondisi fisika kimia lingkun kungan masih Laboratorium.UI.. Ja Jakarta.
mendukung kehidupan kerang,, di dimana suhu Odum, E. P. 1998. D Dasar-Dasar Ekologi.
berkisar antara 28,00 31,00 C C, pH 7,0, Edisi Ketiga. Terje rjemahan Samingan T.
salinitas 4,0 -5,0 0/00, kecerahann 15 cm, KOS Gadjah Mada University Press.
6,8 37,9 %, oksigen terlarut 5,2 7,0 ppm, Yogyakarta.
komposisi substrat yang diperol eroleh berpasir Sivatoshi.2001. A Guide
Peter, K.L.N, and N. Siva
dan yang paling dominan adalahh pa pasir sedang. to Mangrove of S Singapore. Singapore
Science Center, Singingapore.
DAFTAR PUSTAKA Poole, R.W. 1974. An Introduction to
Barnes, R. D. 1974. Invertebrat
brate Zoology. Quantitative Ecology.International
Sourdens Colleg Publishing.
ng. Philadelpia. Student on.
Edition. McGraw Hill.
Brandt, R.A.M.1974. The on-mamarine aquatic Kogakhusa.
mollusca of Thailand. d. Arch moll. Suin, N. M., 2002. Metode Ekologi.
Frankfurt. Universitas Andalas.las. P
Padang
Broom, M.J. 1985. The Biology
ogy and Culture Yuliana, N. 2008.S2008.Studi Ekologi dan
of Marine Bivalve Moluscaa oof The Genus opulasi Kerang Lumpur
Reproduksi Popula
Anadara. Manila. Anodontiae dentul ntula Pada Ekosistem
Ciko, Y.A. 2004. Distribusi dan Morfometri Mangrove Teluk uk A Ambon Bagian Dalam.
Polymesoda bengalensis
nsis Lamarck Institut Pertaniann Bo
Bogor. Bogor.
(Pelecypoda) Pada Muaroo da dan Perairan