OLEH
DEA AFNI ALFAIDAH HSB
08041181722014
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Universitas Sriwijaya
5
bagian sistem ini dapat merupakan satu kesatuan yang saling baik dari segi
sumberdaya air,sumberdaya perikanan maupun bagian terestial sekitarnya. Sungai
Musi merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Sumatera Selatan
yang airnya bermula dari Pegunungan Bukit Barisan di Provinsi Bengkulu dan
mengalir kea rah hilir hingga akhirnya bermuara ke perairan Selat Bangka di Desa
Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Samuel dan Adjie, 2008).
Muara Sungai Musi terletak di Provinsi Sumatera Selatan dengan Panjang
750 km dan membelah kota Palembang menjadi 2 bagian wilayah, yaitu sebrang
hilir dibagian utara dan sebrang hulu bagian selatan. Sungai Musi Bersama sungai
lainnya membentuk delta di dekat Sungsang. Berdasarkan batas adminitrasi,
estuaria Sungai Musi melingkup 2 daerah, yaitu Makarti Jaya termasuk
Kabupaten Banyuasin dan Upang (Ridho dan Patriono, 2017). Muara sungai Musi
merupakan perairan yang sering digunakan sebagai aktivitas jalur transportasi air.
Muara Sungai Musi memiliki peranan yang penting bagi masyarakat sekitar
pinggiran sungai, karena digunakan untuk tempat mencari ikan (Pratama et al,
2019).
Universitas Sriwijaya
6
2.2.2. Zooplankton
Zooplankton merupakan salah satu jenis biota akuatik yang hidupnya
mengapung atau melayang di perairan, kemampuan renangnya terbatas sehingga
keberadaannya dalam suatu perairan masih sangat ditentukan oleh arus.
Zooplankton tidak dapat membuat makanan sendiri, sehingga zooplankton
memangsa fitoplankton sebagai makanannya (Kamilah et al, 2014). Zooplankton
Universitas Sriwijaya
7
memegang peranan sangat penting di perairan, dimana dalam tingkatan trofik atau
aliran energi di ekosistem, zooplankton berperan sebagai konsumen tingkat
pertama, yang memindahkan energi dari produsen ke konsumen tingkat dua.
Komunitas ikan biasanya berkembang baik pada daerah dimana organisme-
organisme planktoniknya melimpah karena induk ikan harus memastikan anaknya
dapat memperoleh makanan yang cukup. Selain itu juga zooplankton dapat
digunakan sebagai indikator polusi perairan (Faiqoh et al., 2015).
Keberadaan zooplankton pada suatu perairan dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat produktivitas suatu perairan,perubahan yang terjadi pada suatu
wilayah perairan dapat diketahui dengan melihat perubahan kelimpahan biota
zooplankton. Zooplankton merupakan konsumen pertama dalam perairan yang
memanfaatkan produsen primer yaitu fitoplankton(Augusta, 2013). Hal lain yang
terlihat dari keberadaan zooplankton adalah bahwa antar lokasi, jumlah spesies
dan jumlah individu lebih berfluktuasi dibandingkan dengan fitoplankton. Umur
zooplankton relative sangat singkat sehingga sehingga zooplankton sangat
sensitive terhadap perubahan kondisi di perairan. Zooplankton memiliki gaya
gerak yang terbatas dan distribusinya ditentukan oleh kondisi fisik, kimia, dan
biologis suatu perairan (Barus, 2020).
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
2018). Menurut Ridho et al., (2019), suhu mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kelarutan oksigen yang terjadi di dalam air, apabila suhu air naik maka
kelarutan oksigrn di dalam air menurun. Suhu perairan hasil penelitian berkisar
antara 34-39°C. Suhu perairan ini dapat dikatakan kurang layak untuk perikanan.
2.4.3. Kecerahan
Kecerahanmerupakan indikator produktifitas perairan sehubungan dengan
proses fotosintesis dan proses respirasi biota perairan terutama plankton.
Kekeruhan yang tinggi menyebabkan rendahnya intensitas cahaya yang masuk ke
dalam perairan. Sehingga proses fotosintesis fitoplankton terhambat dan
pertumbuhan fitoplankton tidak optimal. Faktor utama penentu tingkat
pertumbuhan fitoplankton adalah temperatur, cahaya dan nutrient (Dwirastina dan
Wibowo, 2015). Menurut Ridho et al., (2019), kecerahan dapat dipengaruhi oleh
bahan organic berupa plankton, zooplankton atau bahan organik lainnya. Musim
kemarau, intensitas cahaya yang masuk ke air lebih banyak yang berpengaruh
pada kelimpahan plankton.
Kecerahan adalah ukuran transparansi suatu perairan atau kedalaman
perairan yang dapat ditembus cahaya matahari. Nilai kecarahan suatu perairan
Universitas Sriwijaya
10
merupakan suatu petunjuk dalam menentukan baik buruknya mutu suatu perairan
karena kecerahan dapat mempengaruhi daya penetrasi cahaya matahari.
Kecerahan yang rendah menandakan banyaknya partikel-partikel yang melayang
dan larut dalam air sehingga menghalangi cahaya matahari yang menembus
perairan (Johan dan Ediwarman, 2011).
Universitas Sriwijaya
11
Di perairan bentuk dan unsur fosfor secara terus menerus berubah akibat proses
dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan anorganik yang dilakukan
oleh mikroba.
Fosfat pada perairan berbentuk ortofosfat (PO4). Kandungan ortofosfat
dalam perairan menandakan kesuburan perairan tersebut. Kandungan fosfat dalam
perairan pada umumnya berasal dari limpasan pupuk pada pertanian, maupun
hewan, kadar sabun, pengolahan sayuran. Biota air membutuhkan kadar fosfat
untuk kehidupannya, namun jika dalam konsentrasi yang berlebihan akan
menimbulkan dampak yang berbahaya. Jumlah fosfat yang tinggi akan
menghasilkan pertumbuhan alga yang sangat besar dan berakibat kurangnya sinar
matahari yang masuk ke perairan. (Patricia et al.,2018). Fosfat akan lebih
terkonsentrasi pada zona dalam atau perairan yang lebih dekat dengan daratan,
semakin dekat kea rah darat maka konsentrasi fosfat akan semakin melimpah
(Ayuningsih et al., (2014).
Universitas Sriwijaya
12
domestik. Senyawa nitrat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui
proses-proses penguraian pelapukan ataupun dekomposisi tumbuh-tumbuhan,
sisasisa organisme mati dan buangan limbah baik limbah daratan seperti
domestik, industri, pertanian, dan limbah peternakan ataupun sisa pakan yang
dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara(Mustofa, 2015). Konsentrasi nitrat
rata-rata lebih tinggi di dekat dasar perairan dibanding dengan lapisan permukaan
yang terpengaruhi oleh sedimen. Adanya kandungan nitrat yang tinggi dan rendah
pada kondisi tertentu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya
arus yang membawa nitrat dan kelimpahan plankton (Patty, 2015).
2.5.4. Salinitas
Salinitas merupakan faktor penting bagi penyebaran organisme perairan.
Dalam aspek ekologi penentuan salinitas seringkali dinyatakan dalam kisaran nilai
harian, mingguan atau musiman. Faktor yang mempengaruhi hingga berbedanya
nilai
Salinitas adalah cuaca dan angin (Patty, 2013). Menurut Yudhatama et al., (2019),
keberadaan organisme hidup di suatau tempat telah mengalami beberapa adaptasi
termasuk adaptasi perubahan salinitas. Salinitas merupakan salah satu faktor
pembetas distribusi organisme di suatu perairan. Plankton terdapat pada salinitas
air yang berbeda-beda, mulai dari perairan sungai dengan salinitas yang tawar lalu
daerah estuari dengan salinitas pencampuran antara perairan tawar dengan
perairan laut hingga laut dengan salinitas yang tinggi.
Universitas Sriwijaya
13
organik oleh mikro-organisme. Sumber utama oksigen dalam air laut adalah udara
melalui proses difusi dan dari proses fotosistesi fitoplankton.
2.6. Kelimpahan
Kelimpahan sebagai pengukuran sederhana jumlah spesies yang terdapat
dalam suatu komunitas atau ingkatan trofik. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kelimpahan adalah jumlah atau banyaknya individu
pada suatau daerah tertentu dalam suatu komunitas. Kelimpahan plankton sangat
dipengaruhi adanya migrasi. Migrasi dapat terjadi akibat dari kepadatan populasi,
tetapi dapat pula disebabkan oleh kondisi fisik lingkungan, misalnya perubahan
suhu dan arus (Susanti, 2010).
Kelimpahan plankton digunakan untuk menentukan nilai saprobitas
perairan. Perubahan kelimpahan pada perairan terjadi karena adanya beban
masukan yang diterima oleh perairan. Fitoplankton merupakan organisme
pertama yang terganggu karena ini, disebabkan karena fitoplankton adalah
organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut.
Kelimpahan plankton dipengaruhi oleh kecepatan arus. Adanya arus juga akan
menyebabkan adanya perbedaan kondisi kualitas air, sehingga mempengaruhi
komposisi dan kelimpahan plankton itu sendiri (Sari et al., 2014). Menurut Ridho
et al., (2019), kelimpahan zooplankton pada perairan akan diikuti dengan
melimpahnya berbagai ikan kecil dan disusul ikan-ikan besar, sehingga
keanekaragaman ikan pada musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan musim penghujan.
2.7. Keanekaragaman
Keanekaragaman adalah merupakan ciri khas bagi suatu komunitas yang
berhubungan dengan banyaknya jenis dan jumlah individu tiap kenis sebagai
komponen penyusun komunitas. Keanekaragaman jenis memiliki dua komponen
utama yaitu kekayaan spesies (species richness) dan kelimpahan relativ (relative
abundance). Sehingga keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas sangat
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN
15
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
lalu sampel di ambil dengan menggunakan pipet tetes. Sampel yang tersaring dalam
botol vial diawetkan dengan lugol sebanyak 5 tetes, selanjutnya diperiksa di
laboratorium untuk diidentifikasi jenis planktonnya dan kelimpahannya. Jenis-jenis
plankton terlihat di foto, di catat dan dihitung jumlah dari masing-masing jenis yang
terdapat pada sampel. Selanjutnya di lakukan Analisa data mengenai komunitas
plankton yang telah teridentifikasi berdasarkan buku acuan identifikasi plankton
Sachlan (1982), Smith (1950), Yama (1966), Mizuno (1979), dan Gosner (1971).
B.Kimia
1. pH Ph pH meter In situ& Ex situ
2. Fosfat mg/L - Ex situ
3. Nitrat mg/L - Ex situ
4. Salinitas %In situ
5. Oksigen Terlarut mg/L
Nilai Fosfat dan Nitrat berdasarkan angka maksimum baku mutu lingkungan berdasarkan
peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005 Tanggal 13 Mei 2005.
Universitas Sriwijaya
18
vr 1
N= n x x
vo vs
Keterangan:
N = Jumlah Individu per liter
n = Jumlah Individu yang teridentifikasi
vr = Volume air tersaring (ml)
vo = Volume air pada Sadwick Raffler Counting Cell (ml)
vs = Volume air yang tersaring (L)
Universitas Sriwijaya
19
C = Σ (ni/N)²
Dimana pi = ni/N
Keterangan:
C = Indeks dominansi
ni = Jumlah individu tiap spesies
N = Jumlah total individu dalam komunitas
Indeks dominansi berkisar antara 0 sampai 1, dimana semain kecil nilai indeks
dominansi maka akan menunjukkan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi akan
tetapi sebaliknya semakin besar dominansi maka akan menunjukkan ada spesies
tertentu.
Kriteria: Nilai C antara 0-1 yaitu:
Bila C mendekati 0 (<0,5), maka tidak terdapat spesies yang mndominasi.
Bila C mendekati 1 (>0,5), maka dijumpai adanya spesies yang mendominasi.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Aidil, D., Zulfahmi, I., dan Muliari. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Derajat
Penetasan Telur dan Perkembangan Larva Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus var. sangkuriang). Jesbio. 5(1): 30-33.
Andriani, A., Damar, A., Rahardjo, M. F., Simanjuntak, C. P., Asriansyah, A., dan
Aditriawan, R. M. 2017. Kelimpahan Fitoplankton dan Perannya Sebagai
Sumber Makanan Ikan di Teluk Pabean, Jawa Barat. Jurnal Sumberdaya
Akuatik Indopasifik, 1(2), 133-144.
Arizuna, M., Suprapto, D., dan Muskananfola, M. R. 2014. Kandungan Nitrat dan
Fosfat dalam Air Pori Sedimen di Sungai Dan Muara Sungai Wedung
Demak. Diponegoro Journal Of Maquares. 3 (1) : 7-16.
Dwirastina, M., dan Wibowo, A. 2015. Karakteristik Fisika – Kimia dan Struktur
Komunitas Plankton Perairan Sungai Manna, Bengkulu Selatan. Limnotek.
22 (1) : 76 – 85.
Faiqoh, E., Ayu, I. P., Subhan, B., Syamsuni, Y. F., Anggoro, A. W., dan Sembiring,
A. 2015. Variasi Geografik Kelimpahan Zooplankton di Perairan
Terganggu,Kepulauan Seribu, Indonesia. Journal of Marine and Aquatic
Sciences. 1 : 19–22.
Hendrawan, D. 2005. Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta. Makara,
Teknologi. 9 (1) : 13-19.
20
Universitas Sriwijaya
21
Indrowati, M., Purwoko, T., Retnaningtyas, E., Yulianti, R. I., Nurjanah, S.,
Ournomo, D., dan Wibowo, P. H. 2012. Identifikasi Jenis, Kerapatan dan
Diversitas Plankton Bentos Sebagai Bioindikator Perairan Sungai Pepe
Surakarta. Bioedukasi. 5(2): 81-91.
Iswanto, C. Y., Hutabarat, S., dan Purnomo, P. W. 2015. Analisis Kesuburan Perairan
Berdasarkan Keanekaragaman Plankton, Nitrat dan Fosfat di Sungai Jali dan
Sungai Lereng Desa Keburuhan, Purworejo. Diponegoro Journal Of
Maquares. 4 (3) : 84-90.
Junaidi, E., Sagala, E. P., dan Joko, J. 2010. Kelimpahan Populasi dan Pola Distribusi
Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin. Jurnal
Penelitian Sains, 13(3).
Megawati, C., Yusuf, M., dan Masluka, L. 2014. Sebaran Kualitas Perairan Ditinjau
dari Hara, Oksigen Terlarut dan pH di Perairan Selat Bali Bagian Selatan.
Journal Oseanografi. 3 (2) : 142-150.
Mustofa, A. 2015. Kandungan nitrat dan pospat sebagai faktor tingkat kesuburan
perairan pantai. Jurnal Disprotek, 6(1).
Oktavia, N., Tarzan, P., dan Lisa, L. 2015. Keanekaragaman Plankton dan Kualitas
Air Kali Surabaya. Lentera Bio. 4(1) : 103-107.
Patty, S. I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema,
Sulawesi Utara. Jurnl Ilmiah Platax. 1 (3).
Universitas Sriwijaya
22
Patty.S. I. 2015. Karakteristik Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan Selat
Lembeh, Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 2 (1).
Patricia, C., Astono, W., dan Hendrawan, D. I. 2018. Kandungan Nitrat dan Fosfat di
Sungai Ciliwung. Seminar Nasional Cendikiawan ke 4 Tahun 2018. Buku 1:
“Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap.
Ridho, M. R., Patriono, E., dan Haryani, R. 2019. Keanekaragaman Jenis Ikan di
Perairan Lebak Jungkal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering
Ilir pada Musim Hujan dan Kemarau. Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A
Scientific Journal. 36 (1) : 41-50.
Ridho, M. R., dan Patriono, E. 2020. Keanekaragaman Jenis Ikan di Danau Teluk
Rasau, Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera
Selatan. Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal. 37 (2) : 118-
125.
Rosarina, D., dan Laksanawati, E. K. 2018. Studi Kualitas Air Sungai Cisadane Kota
Tangerang Ditinjau Dari Parameter Fisika. Jurnal Redoks, 3(2) : 38-43.
Samuel, dan Adjie, S. 2008. Zonasi, Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Jenis-Jenis
Ikan yang Tertangkap di Sungai Musi, Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia. 15 (1) : 41-48.
Universitas Sriwijaya
23
Sari, A. N., Hutabarat, S., dan Soedarsono, P. 2014. Struktur Komunitas Plankton
pada Padang Lamun di Pantai Pulau Panjang, Jepara. Journal of
Management of Aquatic Resources, 3(2), 82-91.
Setiawan, N. E., Suryanti., dan Ain, C. 2015. Produktivitas Primer dan Kelimpahan
Fitoplankton Pada Area Yang Berbeda di Sungai Betahwalang, Kabupaten
Demak. Diponegoro Journal Of Maquares. 4(3) : 195-203.
Siahaan, R., Indrawan, A., Soedharma, D., dan Prasetya, L. B. 2011. Kualitas Air
Sungai Cisadane, Jawa Barat – Banten. Jurnal Ilmiah Sains. 11 (2).
Soewarno. 1991. Hidrologi. Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai. Nova:
Bandung.
Widianingsih, W., Hartati, R., Djamali, A., dan Sugestiningsih, S. 2007. Kelimpahan
dan Sebaran Horizontal Fitoplankton di Perairan Pantai Timur Pulau
Belitung. ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 12(1),
6-11.
Yuliana., Adiwilaga, E. M., Harris, E., dan Pratiwi, N. T. M. 2012. Hubungan Antara
Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter Fisik-Kimiawi Perairan di Teluk
Jakarta. Jurnal Akuatika. 3(2) : 169-179.
Zulkifli, H., Husnah., Ridho, M.R, dan Juanda, S. 2009. Status Kualitas Sungai Musi
Bagian Hilir Ditinjau dari Komunitas Fitoplankton. Berk Penelitian Hayati.
15 : 5-9.
Universitas Sriwijaya