Anda di halaman 1dari 38

KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN PANTAI

MUARA INDAH KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN


DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA


LAPORAN
Oleh

Keumala Hafni Munthe
130302004
















PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN PANTAI
MUARA INDAH KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN
DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA


LAPORAN
Oleh

Keumala Hafni Munthe
130302004


Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktikal Test Di
Laboratorium Planktonologi Fakultras Pertanian
Universitas Sumetera Utara














PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
LEMBAR PENGESAHAN



Judul Laporan : Keanekaragaman Plankton Di Perairan Pantai Muara
Indah Jalan Lintas Pesisr Desa Denai Kuala Kecamatan
Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi
Sumatera Utara
Nama : Keumala Hafni Munthe
Nim : 130302004
Program studi : Manajemen Sumberdaya Perairan





Diperiksa Oleh, Diperiksa Oleh,
Asisten Koordinator Asisten Korektor






Dwi Aulia Alwi Dewi Susanty
NIM: 100302071 NIM: 120302075





Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab




Ir. Dartius M.S
NIP: 130 279 509

KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
planktonologi yang berjudul Keanekaragaman Plankton Di Perairan Pantai
Muara Indah Jalan Lintas Pesisr Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu
KabupatenDeli Serdang Provinsi Sumatera UtaraLaporan ini dibuat sebagai
landasan utama dalam membahas tentang plankton, yang merupakan salah satu
sumber data untuk mengetahui tentang plankton dan faktorlainnya yang
berhubungan atau mempengaruhi tentang plankton.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua dosen terutama
Bapak Dr. Dartius M.S, Muhammad Riza Kurnia Lubis, S.PI, M.SI dan Ahmad
Muhtadi Rangkuti, S. PI,M. SI yang telah membimbing penulis. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada para asisten laboratorium yang telah
membimbing penulis dan rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan
masukan untuk laporan praktikum ini.
Demikianlah laporan praktikum ini dibuat semoga bermanfaat. Terima
kasih.


Medan, Juni 2014





Penulis
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Praktikum ................................................................................................ 2
Manfaat Praktikum ......................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Lokasi Praktikum......................................................................... 3
Esistem Pantai ............................................................................................... 4
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Plankton ................................... 5

BAHA DAN METODE
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 17
Alat dan Bahan .................................................................................................... 17
Kondisi Umum Lokasi ....................................................................................... 17
Parameter Yang Diamati Sampel Plankton ......................................................... 18
Analisi Data Indeks Hayati ................................................................................ 19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .................................................................................................................... 21
Pembahasan ................................................................................................... 33

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................................ 38
Saran ............................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN








PENDAHULUAN


Latar Belakang
Peranan dan kedudukan masing-masing organisme di laut digambarkan
dalam piramida makanan di laut. Dasar piramida ditempati oleh organisme
produser atau organisme autotrop yang mampu merubah bahan anorganik menjadi
bahan organik dengan memanfaatkan energi matahari. Penggerak utama sistem
kehidupan di bumi adalah energi matahari. Energi matahari kemudian
dimanfaatkan oleh organisme autotroph untuk membentuk bahan organik yang
akan dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton merupakan organisme
autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses fotosisntesis yang
dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energi bagi seluruh biota laut
lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki ukuran yang kecil namun
memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu menjadi pondasi dalam piramida
makanan di laut (Sunarto, 2008).
Perairan pantai merupakan perairan yang banyak menerima beban
masukan bahan organik. Bahan ini berasal dari berbagai sumber seperti kegiatan
pertambakan, pertanian, dan aktifitas manusia yang akan masuk melalui aliran
sungai atau run-off dari daratan. Kualitas air mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan laju pertumbuhan dan kehidupan ekosistem perikanan. Air
mempunyai fungsi memudahkan manusia untuk keperluan pertanian, perikanan,
rumah tangga maupun untuk pembuangan limbah. Masalah utama yang dihadapi
oleh sumberdaya air adalah kualitas air yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
secara terus menerus. Hal ini terjadi karena adanya kegiatan industri, domestik
dan kegiatan lain, seperti pembuangan limbah yang menyebabkan dampak negatif
terhadap sumberdaya air terutama terhadap tingkat kualitas air. Fitoplankton
dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat penting terutama
dalam rantai makanan di laut, karena fitoplankton merupakan produsen utama
yang memberikan sumbangan pada produksi primer total suatu perairan
(Rokhim dkk., 2009).
Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang di dalamnya terdapat
interaksi yang kuat antara faktor biotik dan abiotik. Interaksi yang terjadi bersifat
dinamis dan saling mempengaruhi. Lingkungan menyediakan tempat hidup bagi
organisme-organisme yang menempatinya sebaliknya makluk hidup dapat
mengembalikan energi yang dimanfaatkkannya ke dalam lingkungan. Suatu daur
energi memberikan contoh nyata akan keberadaan interaksi tersebut. Dilaut terjadi
transfer energi antar organisme pada tingkatan tropis yang berbeda dengan
demikian terjadi proses produksi. Hirarki proses produksi membentuk sebuah
rantai yang dikenal dengan rantai makanan (Sunarto, 2008).
Muara Pantai Labu secara administrasi terletak di Desa Gremuk,
Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dan
secara geografis berada pada 34044,9LU dan 98o 5430,7BT. Daerah ini
merupakan daerah estuari dengan zona transisi antara dua lingkungan perairan,
yakni air asin dari Selat Malaka dan air tawar yang mengalir dari sungai. Estuari
merupakan tempat penimbunan bahan organik berupa substrat yang terbawa oleh
arus sungai ke laut dan banyak ditumbuhi oleh hutan mangrove yang merupakan
habitat bagi berbagai biota perairan. Di samping itu pada daerah-daerah tertentu di
muara Pantai Labu ini juga terdapat areal pertambakan, dan pemukiman
penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan (Sembiring, 2008).
Ada dua kelompok rantai makanan yang ada di ekosistem laut yaiturantai
makanan grazing (grazing food chain) dan rantai makanan detrital (detritus food
chain). Kedua jenis rantai makanan tersebut saling melengkapi dan membentuk
sebuah siklus yang kontinus. Rantai makanan grazing dimulai dari proses transfer
makanan pertama kali oleh organisme herbivora melalui proses grazing. Makanan
pertama itu berupa fitoplankton dan herbivor yang memanfatkan fitoplankton
adalah zooplankton. Mata rantai pertama pada rantai makanan ini adalah
fitoplankton yang merupakan sumber pertama bagi seluruh kehidupan di laut.
Ujung dari rantai makanan ini adalah konsumer tingkat tinggi (seperti ikan dan
konsumer lainnya) yang apabila mengalami kematian akan menjadi detritus pada
ekosistem laut (Sunarto, 2008).
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahi komunitas plankton
(fitoplankton dan zooplankton) yang terdapat di pantai labu, mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kehidupan atau pertumbuhan fitoplankton dan
zooplankton di perairan, mengetahui indeks keanekaragaman, kehadiran relatif,
dan frekuensi kehadiran plankton di perairan pantai labu.
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat menginterpretasikan
secara keseluruhan mengenai plankton, manfaat plankton dan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan plankton.



TINJAUAN PUSTAKA


Gambaran Lokasi Praktikum
Desa Pantai Labu Pekan terletak di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten
Deli Serdang.Penelitian tentang tingkat kesejahteraan nelayan di Desa Pantai
Labu Pekan ini belum pernah dilakukan sehingga menarik perhatian untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut. Desa Pantai Labu Pekan merupakan pusat
kegiatan usaha perikanan yang ditandai dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan
(TPI). Di Desa Pantai Labu Pekan terdapat 1.041 keluarga yang diantaranya 60%
bermatapencaharian sebagai nelayan. Mayoritas nelayan menggunakan alat
tangkapan berupa pukat layang, ada pukat layang kecil dan ada pula pukat layang
besar. Selain pukat layang, ada pula nelayan yang menggunakan alat tangkap
seperti jaring udang, jaring tamban, payang, dan pancing. Nelayan pukat layang
besar terdiri dari nelayan tokeh, juragan, nahkoda dan ABK (Siregar, 2006).
Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli
Serdang merupakan Kecamatan yang terkenal akan hasil produksi pertanian
organiknya meskipun belum seluruh petani di dua kecamatan ini beralih ke teknik
pertanian organik. tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kajian sifat
kimia tanah Inceptisol dan Entisol pada tanah sawah dengan teknik budidaya
konvensional dan organik di Kabupaten Deli Serdang, agar masyarakat dapat
mengetahui dampak dari teknik budidaya yang mereka gunakan terhadap tanah
dan produksi padi sawah. Adapun metode yang digunakan adalah metode Survey.
(Fadillah, 2007).


Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang
surut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktual sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Sebagai daerah perbatasan antara ekosistem laut
dan ekosistem darat, hempasan gelombang dan hembusan angin menyebabkan
pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat, sehingga membentuk hutan
pantai (Asriana dan Yuliana, 2012).
Menurut Utomo dan Wibowo (2008), morfologi pantai dan dasar laut
dekat pantai akibat pengaruh gelombang dibagi menjadi empat kelompok yang
berurutan dari darat ke laut sebagai berikut:
1. Backshore merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut kecuali
bila terjadi gelombang badai.
2. Foreshore merupakan bagian pantai yang dibatasi oleh beach face atau muka
pantai pada saat surut terendah hingga uprush pada saat air pasang tinggi.
3. I nshore merupakan daerah dimana terjadinya gelombang pecah, memanjang
dari surut terendah sampai ke garis gelombang pecah.
4. Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai), yaitu daerah
dari garis gelombang pecah ke arah laut.
Asriyana dan Yuliana (2008) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor
yang membedakan produktivitas ekosistem pantai dengan laut terbuka, yaitu
sebagai berikut:
1. Perairan pantai menerima sejumlah besar unsur-unsur kritis, yaitu P dan N
dalam bentuk PO4 dan NO3 melalui runoff dari daratan yang kandungan
haranya jauh lebih banyak. Oleh karena itu perairan pantai tidak kekurangan
zat hara.
2. Perairan pantai mempunyai kedalaman pantai yang dangkal bahkan lebih
dangkal dari kedalaman kritis. Kondisi demikian menyebabkan dalam keadaan
cuaca apapun, fitoplankton tidak mungkin terseret ke bawah kedalaman kritis.
Bila intensitas cahaya cukup, produksi dapat terus berlangsung, bahkan juga
dalam musim dingin.
3. Di perairan pantai jarang terdapat termoklin permanen, sehingga tidak ada zat
hara yang terperangkap di dasar perairan.
4. Di perairan pantai banyak terdapat reruntuhan serasah yang berasal dari
daratan yang dapat membatasi kedalaman zona fotik dan dengan demikian
menyebabkan tingginya kadar zat hara, serta dangkalnya perairan.
Plankton
Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik
yang terhanyut di laut. Nama plankton berasal dari akar kata Yunani planet
yang berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali diterapkan untuk
organisme di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun 1889,
yang dikenal dengan Plankton Expedition yang khusus dibiayai untuk
menentukan dan membuat sitematika organisme laut. Plankton terdiri dari dua
kelompok besar organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme fotosintetik atau
fitoplankton dan organisme non fotosintetik atau zooplankton (Sunarto, 2008).
Menurut Fahrezi (2014) Plankton adalah organisme yang terapung atau
melayang-layang di dalam air tubuhnya umumnya berukuran relatif kecil,
mempunyai daya gerak relatif pasif. sehingga distribusinya sangat dipengaruhi
oleh daya gerak air seperti arus dan lainnya. Secara umum plankton dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu: fitoplankton yaitu plankton tumbuhan dan zooplankton
yaitu plankton hewan. Secara umum plankton dapat dikelompokkan berdasarkan
ukuran dan contoh biotanya seperti tertera pada Tabel 1 yaitu:
Tabel 1. Pengelompokan Plankton Berdasarkan Ukuran dan Contoh Biotanya
Kelompok Ukuran Biota umum
A. Plankton
1. Ultranoplankton
2. Nanoplakton
3. Mikroplankton

4. Mesoplankton
5. Mikroplankton
6. Makroplankton
7. Megaplankron


2 m
2-20 m
2-200m

0,2-2 mm
2-20 mm
20-200 mm
> 200 mm


Bakteri
Fungi, Flagellata dan Diatomae kecil.
Pitoplankon, Foraminifera, Ciliata,
dan Rotifera.
Copepoda, Cadocera
Cephalopoda, Enphasid
Copepoda .
Cyanea, Schiphozoa

Plankton merupakan organisme yang hidup melayang didalam air.
Organisme ini mempunyai kemampuan gerak yang sangat terbatas, sehingga
sebaran organisme ini dipengaruhi oleh kondisi arus perairan. Plankton dapat
dibagi menjadi dua yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton
(plankton hewani). Plankton (fitoplankton dan zooplankton) mempunyai peran
yang sangat besar dalam ekosistem perairan, karena sebagai sumber makanan bagi
hewan perairan lainnya. Distribusi fitoplankton dipengaruhi oleh ketersediaan
cahaya dalam perairan atau tersebar dalam zona eufotik. Kemampuan membentuk
zat organik dari zat anorganik dalam perairan menjadikan fitoplankton dikenal
sebagai produsen primer. Dalam rantai makanan (tingkat tropik), fitoplankton
menduduki posisi paling bawah sebagi sumber makanan utama untuk hewan-
hewan perairan (Radiarta, 2013).

Fitoplankton
Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik (bersel tunggal, berbentuk
filamen atau berbentuk rantai) yang menempati bagian atas perairan (zona fotik)
laut terbuka dan lingkungan pantai. Nama fitoplankton diambil dari istilah
yunani,phyton atau "tanaman" dan planktos berarti "pengembara" atau
"penghanyut. Walaupun bentuk uniseluler/bersel tunggal meliputi hampir
sebagian besar fitoplankton, beberapa alga hijau dan alga biru-hijau ada yang
berbentuk filamen (yaitu sel-sel yang berkembang seperti benang)
(Sunarto, 2008).
Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu
melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya
sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti
karbohidrat. Fitoplankton memberi kontribusi yang besar terhadap produktifitas
primer di lautan. Banyak proses biotik dan abiotik yang mempengaruhi
variabilitas keanekaragaman fitoplankton di perairan. Intensitas dan frekuensi
proses-proses ini dapat menyebabkandinamika tidak merata (non-equilibrium) dan
meningkatkan keanekaragaman jenis (Thoha dan Khairul, 2011).
Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena
adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena
fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban
masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai
akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahanpada
komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas fitoplankton. Maka dari itu
keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas
perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena
sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan
mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan (Makmur dkk., 2012).
Zooplankton
Kelompok zooplankton yang terdapat pada ekosistem perairan adalah dari
jenis Crustaceae/Copepoda dan Cladocera, serta Rotifera. Kepadatan zooplankton di
suatu daerah lentik jauh lebih sedikit dibandingkan dengan fitoplankton. Sebagian
besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik, baik
berupa fitoplankton maupun detritus. Berhubung karena bentuk dan ukuran tubuh
yang bervariasi maka terdapat berbagai tipe makanan zooplankton dalam
memanfaatkan materi (Fahrezi, 2014).
Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif
karena terbatasnya kempuan bergerak. Berbeda dengan fitoplankton , zooplankton
hampir meliputi seluruh filum hewan mulai dari protozoa (hewan bersel tunggal)
sampai filum Chordata (hewan bertulang belakang). Para ahli kelauatn juga
mengklasifikasikan zooplankton sesuai ukuran dan lamanya hidup sebagai
plankton. Ada tiga katagori ukuran zoopalnkton yang dikenal dengan
mikrozooplankton, mesozooplankton, dan makrozooplankton. Mikrozooplankton
meliputi zooplankton yang dapat melewati plankton net dengan mata 202 m dan
mesozooplankton adalah yang tersangkut sedangkan makrozooplankton dapat
ditangkap dengan planktonet dengan lebar mata 505m (Sunarto, 2008).
Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan
produksiprimer yang dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata
rantai antara produsen primer dengan karnivora besar kecil dapat mempengaruhi
kompleksitas tidaknya rantai makanan dalam ekosistem perairan. Zooplankton
herbivora mempunyai peranan yang penting dalam proses ini, karena berfungsi
sebagai penghubung antara produsen dengan konsumen pada tingkat tropik yang
lebih tinggi. Keadaan tersebut mengakibatkan kepadatan zooplankton herbivora
amat bergantung pada kepadatan fitoplankton. Sehingga populasi zooplankton
yang tinggi akan tercapai bila populasi fitoplankton juga tinggi atau sebaliknya
(korelasi positif). Di laut fenomena tersebut dapat terjadi sebaliknya, artinya lebih
sering dijumpai kepadatan zooplankton yang tinggi pada waktu kepadatan
fitoplankton rendah atau sebaliknya (korelasi negatif) (Handayani, 2008).
Ekologi Plankton
Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai
produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organisme konsumen
adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Produsen
adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari
sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen
adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh
organisme lain. Plankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang
sangat penting terutama dalam rantai makanan dilaut, karena plankton merupakan
produsen utama yang memberikan sumbangan terbesar pada produksi primer total
suatu perairan (Purnama dkk., 2013).
Produktivitas primer suatu sistem ekologi sebagai laju penyimpanan energi
radiasi melalui aktivitas fotosintesis dari produser atau organisme (terutama
tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan organik yang dapat digunakan sebagai
bahan pakan. Untuk menghasilkan produksi primer, produser melakukan
fotosintesis dengan bantuan cahayamatahari yang ditangkap oleh pigmen-pigmen
fotosintesis (Sunarto, 2008).
Kehadiran fitoplankton di ekosistem perairan sangat penting, karena
fungsinya sebagai produsen primer dalam perairan atau karena kemampuan dalam
mensintesis senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis
Dalam ekosistem air, proses fotosintesis dilakukan oleh fitoplankton bersama
dengan tumbuhan air lainnya disebut sebagai produktivitas primer. Fitoplankton
hidup terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang
dibutuhkan untuk melakukan proses fotosintesis (Fahrezi, 2014).
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Plankton
Faktor fisika-kimia perairan yang mempengaruhi kehidupan plankton
antara lain:
1. Suhu
Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi
kehidupan organisme air, termasuk plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan
kebutuhan organisme akan oksigen. Perubahan suhu dalam perairan akan
mempengaruhi kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas
biologis di dalam ekosistem akuatik. kenaikan suhu sebesar 10 hanya pada
kisaran suhu yang masih ditolerir, akan meningkatkan aktivitas fisiologi
(misalnya: respirasi) dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Suhu ekosistem akuatik
secara alamiah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor
kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di sekitarnya
(Fahrezi, 2014).
2. Cahaya Matahari
Sinar matahari merupakan faktor vital yang menentukan baik buruknya
perairan. Sinar matahari mendukung pertumbuhan produsen yaitu fitoplankton
dan tumbuhan air serta organisme yang bergantung pada kedua hal tersebut.
Struktur komunitas danau sangat dipengaruhi oleh penetrasi cahaya dan aktivitas
fotosintesis. Danau-danau dangkal dengan kedalaman 4-5 meter mengalami
pengadukan atau perubahan suhu dalam tempo 24 jam. Pada danau yang dangkal
umumnya cahaya dapat menjangkau hingga ke semua bagian perairan. Cahaya
merupakan faktor vital yang mendukung pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan
air serta organime lain yang bergantung pada keduanya. Kondisi tersebut
membuat danau-danau atau telaga menjadi subur dan produktif
(Mahmud dkk.,2012)
3. Arus
Arus air adalah faktor yang mempunyai perananan yang sangat penting
baik pada perairan lotik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan
penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terlarut dalam air. Arus
air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen. Selain itu dikenal arus laminar.
Arus terutama berfungsi sebagai pengangkut energi panas dan substansi yang
terdapat di dalam air. Arus juga mempengaruhi penyebaran organisme. Arus
vertikal mempengaruhi distribusi plankton (Fahrezi, 2014).


4. Unsur Hara (Nutrien)
Unsur hara terkait dengan produktivitas perairan. Pada telaga dengan
kandungan unsur hara yang melimpah dan seimbang jumlah fitoplanktonnya juga
banyak sehingga akan berkorelasi juga dengan jumlah zooplankton. Unsur karbon
diperlukan untuk fotosintesis, unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan
protein dan asam amino sedangkan unsur fosfor diperlukan untuk pertumbuhan.
Unsur belerang jarang dijadikan faktor pembatas organism perairan air tawar
karena kelimpahannya sangat banyak di alam. Telaga mendapat limpahan atau
akumulasi bahan organik atau anorganik dari aliran sungai disekitarnya. Unsur
fosfor dan nitrogen merupakan faktor penting dalam penyuburan suatu perairan.
Apabila konsentrasinya berlebih maka dapat\ terjadi eutrofikasi. Eutrofikasi
merupakan ledakan populasi dari organisme tertentu seperti eceng gondok
(Eichornia crassipes). Eutrofikasi menyebabkan pendangkalan, penurunan
kualitas air, atau berkurangnya biodiversitas ikan air tawar sehingga bersifat
merugikan (Mahmud dkk., 2009)
Kecerahan yang cukup tinggi (6 m) serta kandungan nutrien seperti fosfat,
nitrat dan silikat yang tergolong katagori sedang menurut Sutamihardja,
mendorong tingginya nilai kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan. Namun
demikian suatu kelimpahan fitoplankton di estuarin dan perairan pantai dapat
berubah dengan cepat seiring dengan adanya perubahan nutrien dan cahaya yang
merupakan faktor limitasi serta adanya perubahan perbedaan lingkungan fisik
(mixing sanility), dengan demikian kesemua faktor di atas akan mempengaruhi
perubahan komposisi spesies (Widianingsih, 2007).

BAHAN DAN METODE



Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 Mei pukul 10.00
WIB sampai di identifikasi di perairan Pantai Muara Indah jalan, Kecamatan
Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah planktonnet
sebagai alat untuk mengambil sampel plankton, ember untuk mengambil sampel
air, botol flim untuk tempat sampel air plankton, lakban untuk menutup botol flim
agar tidak terkena sinar matahari, pipet tetes untuk mengambil sampel plankton
dari botol flim, mikroskop untuk mengiden atau meneliti plankton, serbet untuk
lapisan membawa mikroskop, flanel untuk membersihkan mikroskop, cover glass
untuk tempat sampel air, kertas label untuk memberikan penanda pada setiap
botol sampel plankton.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lugol untuk
menjaga sampel plankton tetap utuh atau tidak lisis, aquadest disemprot pada saat
selesai mengambil sampel pada planktonnet agar plankton yang lengket pada
planktonnet terbawa ke bawah atau masuk ke dalam botol.
Kondisi Stasiun Praktikum
Deskripsi area stasiun praktikum selesai di perairan pantai muara indah
jalan lintas pesisr desa denai kuala kecamatan pantai labu kabupaten deli serdang
provinsi sumatera utara.
a. Stasiun 1
Pengambilan sampel plankton pada stasiun 1 berada pada kawasan yang
dekat dengan mangrove di sepanjang pantai yang ditumbuhi dengan
vegetasi mangrove, tipe substrat berlumpur, air berwarna kecoklatan,
kedalaman1m, pasang surut perairan cukup kuat.
b. Stasiun 2
Pengambilan sampel plankton pada stasiun 2 berada di sekitar bibir pantai,
tipe substrat berpasir, air berwarna kecoklatan, kedalaman 1m, pasang
surut cukup tinggi.
c. Stasiun 3
Pengambilan sampel plankton pada stasiun 3 berdekatan dengan stasiun 2,
10m dari bibir pantai, airnya dangkal dan berwarna kecoklatan, tipe
substrat berpasir, kedalaman 80m dan mempunyai pasang surut yang
cukup tinggi.
d. Stasiun 4
Pengambilan sampel plankton pada stasiun 4 berjarak sekitar 10 m dari
stasiun ke 3, substrat berpasir, airnya dangkal dan air berwarna kecoklatan,
kedalaman 1,2 m dan mempunyai pasang yang cukup tinggi.
Parameter Yang Diamati Sampel Plankton
Langkah Langkah Cara Pengambilan Sampel Plankton
Adapun langkah-lagkah yang dilakukan untuk pengambilan sampel
plankton adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan alat-alat dan bahan untuk pengambilan sampel plankton.
2. Tentukan lokasi pengambilan atau stasiun di perairan.
3. Sediakan ember untuk mengambil sampel air.
4. Kemudian tuangkan ke dalam planktonnet.
5. Lakukan secara berulang sebanyak 5 kali pengulangan.
6. Kemudian disemprotkan aquadest secukupnya ke jaring planktonnet
untuk menjatuhkan plankton keseluruhan yang terdapat di jaring
planktonnet.
7. Kemudian ambil bucket yang terdapat di jaring planktonnet.
8. Kemudian teteskan lugol sebanyak 4 %.
9. Kemudian tutup dengan lakban secara keseluruhan.
10. Kemudian beri label pada botol flim tersebut.
11. Kemudian di identifikasi di laboratoruim biologi.
12. Diidentifikasi secara terus menerus sampai air sampel di dalam botol flim
habis.
Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman jenis merupakan gabungan dari kekayaan jenis
dan kemerataan jenis. Kesamarataan adalah pembagian yang merata pada semua
jenis, namun pada kenyataannya tiap spesies mempunyai jumlah individu yang
tidak sama. Kesamarataan menjadi maksimum bila semua spesies mempunyai
jumlah individu yang sama atau rata dalam komunitas alami bisanya ada.
Kepadatan (density) adalah jumlah individu per unit area (luas) atau volume.
Dalam sampling fauna, menentukan kepadatan mutlak seringkali tidak mungkin
dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks kepadatan,
yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan (Wijayanti, 2011).

Indeks Keanekaragaman (H)
H= - pi ln pi
Keterangan :
H = Indeks Keanekaragaman jenis
Pi = ni/N
N = jumlah individu jenis ke-I
N = Jumlah total individu Kisaran total Indeks Keanekaragaman dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

Indeks Keanekaragaman Keterangan
H < 2,3026 Keanekaragaman Kecil Dan Kestabilan
Komunitas Rendah
2,3026 <H> 6,9078 Keanekaragaman Sedang Dan Kestabilan
Komunitas Sedang
H > 6,9078 Keanekaragaman Tinggi Dan Kestabilan
Komunitas Tinggi
Analisis Data
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4
1.386 1.525 3.393 1.392

Klasifikasi Tingkat Pencemaran Berdasarkan Indeks Shannon Wiener
NO Derajat Pencemaran Indeks Diversitas (H)
1 Tidak Tercemar >2.0
2 Tercemar Ringan 1.6 -2.0
3 Tercemar Sedang 1.0-1.6
4 Tercemar Berat <2.0





HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil
Sample Plankton

NAMA
Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
Chaetoceros sp 15 16 9 25 4 5 11 6
Cynedra sp - - 4 4 - 3 3 1
Thalossothea sp - - - 1 2 2 - -
Itshmia sp 7 5 3 2 - 8 - -
Closterium sp - - 1 1 - - - -
Oedogonium sp - - 1 - - - - -
Scenedesmus sp - - - 1 - - - -
Ulotrix sp 1 1 - 5 - 5 - 1
Richteriella sp - 1 1 9 - - 1 -
Nitschia sigma - - 3 2 - - - -
Cosanodicus linecals - - - 1 - - - -
Rizhoselenia alata - 2 - 1 - 1 1 1
Volvox 2 2 - - - - - -
Biddulphia - 2 - - - - - -
Triceratium fauls 1 - - - - - - -
Protoccocus - - - - 5 6 3 4
Dalythona sp - - - - - 1 - -
Gulnanelia - - - - - 1 - -
Melasina hyrortiruna - - - - - 1 - -
Dytilum - - - - 1 - - -
Thalassiohtrix - - - - - - 5 1
Oscillatoria renus - - - - - - 4 1
Astercnella - - - - - - - 1
Chilodon sp - - 1 - - - 8 -
Riothella sp - - - 1 5 41 - -
Nephrocytum sp - - - 1 - - - -
Botrydium sp - - - 1 - - - -
Diaphanosoma sp - - - 1 - - - -
Campo cercus 1 - - - - - - -
Cyclops 2 - - - - - - -
Tinnidium muacola 1 - - - - - - -
Colanus
finmaarchicus
1 - - - - - - -
Ceriodaphnia - - - - - - 2 -
Limnocalonus 1 - - - - - - -
Jumlah 32 29 23 56 17 74 38 16

Indeks Keanekaragaman
Stasiun Indeks Keanekaragaman Keterangan
I 1,386 Tercemar Sedang
II 1,525 Tidak Tercemar
III 3,393 Tercemar Sedang
IV 1,392 Tercemar Berat
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa ekosistem pantai
merupakan ekosistem yang terletak antara lat dan darat dan mempunyai hutan
pantai tertentu. Hal ini sesuai dengan literatur Asriana dan Yuliana (2012) bahwa
ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah
pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut.
Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktual sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Sebagai daerah perbatasan antara ekosistem laut
dan ekosistem darat, hempasan gelombang dan hembusan angin menyebabkan
pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat, sehingga membentuk hutan
pantai.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa plankton merupakan
organisme yang hidup melayang, terapung, dan mengambang di perairan. Hal ini
sesuai dengan literatur Fahrezi (2014) bahwa Plankton adalah organisme yang
terapung atau melayang-layang di dalam air tubuhnya umumnya berukuran relatif
kecil, mempunyai daya gerak relatif pasif. sehingga distribusinya sangat
dipengaruhi oleh daya gerak air seperti arus dan lainnya. Secara umum plankton
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: fitoplankton yaitu plankton tumbuhan dan
zooplankton yaitu plankton hewan
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa salah satu faktor
adanya kehidupan plankton adalah suhu. Hal ini sesuai dengan literatur
Fahrezi (2014) bahwa Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat
mempengaruhi kehidupan organisme air, termasuk plankton. Semakin tinggi suhu
meningkatkan kebutuhan organisme akan oksigen. Perubahan suhu dalam
perairan akan mempengaruhi kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua
aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik. kenaikan suhu sebesar 10 hanya
pada kisaran suhu yang masih ditolerir, akan meningkatkan aktivitas fisiologi
(misalnya: respirasi) dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Suhu ekosistem akuatik
secara alamiah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor
kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di sekitarnya.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa plankton pada
umumnya dijadikan sebagai produktivitas primer perairan karena dapat
berfotosintesis dan pertumbuhannya sangat cepat dan sangat berpengaruh
terhadap organisme lain yang hidup di perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan
literatur Sunarto (2008) bahwa produktivitas primer suatu sistem ekologi sebagai
laju penyimpanan energi radiasi melalui aktivitas fotosintesis dari produser atau
organisme (terutama tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan organik yang dapat
digunakan sebagai bahan pakan. Untuk menghasilkan produksi primer, produser
melakukan fotosintesis dengan bantuan cahayamatahari yang ditangkap oleh
pigmen-pigmen fotosintesis.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa fitoplankton dapat
dijadikan sebagai rantai makanan di perairan. Hal ini sesuai dengan literatur
Sunarto (2008). Peranan dan kedudukan masing-masing organisme di laut
digambarkan dalam piramida makanan di laut. Dasar piramida ditempati oleh
organisme produser atau organisme autotrop yang mampu merubah bahan
anorganik menjadi bahan organik dengan memanfaatkan energi matahari.
Penggerak utama sistem kehidupan di bumi adalah energi matahari. Energi
matahari kemudian dimanfaatkan oleh organisme autotroph untuk membentuk
bahan organik yang akan dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton
merupakan organisme autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses
fotosisntesis yang dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energi bagi
seluruh biota laut lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki ukuran
yang kecil namun memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu menjadi pondasi
dalam piramida makanan di laut.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa indeks
keanekaragaman yaitu kekayaan dari organisme dari suatu perairan. Hal ini sesuai
dengan literatur Wijayanti (2011) bahwa indeks keanekaragaman jenis merupakan
gabungan dari kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Kesamarataan adalah
pembagian yang merata pada semua jenis, namun pada kenyataannya tiap spesies
mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Kesamarataan menjadi maksimum
bila semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama atau rata dalam
komunitas alami bisanya ada. Kepadatan (density) adalah jumlah individu per unit
area (luas) atau volume. Dalam sampling fauna, menentukan kepadatan mutlak
seringkali tidak mungkin dilakukan.
KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat
penting terutama dalam rantai makanan di laut, karena fitoplankton
merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan pada produksi
primer total suatu perairan.
2. Sinar matahari merupakan faktor vital yang menentukan baik buruknya
perairan, sinar matahari mendukung pertumbuhan produsen yaitu fitoplankton.
3. Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena
terbatasnya kempuan bergerak.
4. Indeks keanekaragaman jenis merupakan gabungan dari kekayaan jenis dan
kemerataan jenis.
5. Kehadiran fitoplankton di ekosistem perairan sangat penting, karena fungsinya
sebagai produsen primer dalam perairan atau karena kemampuan dalam
mensintesis senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses
fotosintesis
Saran
Saran saya untuk praktikum planktonologi adalah mikroskop yang
digunakan lebih bagus dari yang sebelumnya untuk digunakan praktikum. Untuk
para asisten selalu memberikan ilmu kepada praktikannya agar semua yang
dipraktikumkan dapat dimengerti praktikan.


DAFTAR PUSTAKA



Asriyana dan Yuliana, 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.
Fadillah, A. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran
Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan, Desa Pantai Labu Pekan
Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang. Departemen Soasial
Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fahrezi, H. H. 2014. Keanekaragaman Plankton Di Perairan Sungai Asahan
Sumatera Utara. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Handayani, S. 2008. Hubungan Kuantitatif Antara Fitoplankton Dengan
Zooplankton Di Perairan Waduk Krenceng Cilegon Banten. Fakultas
Biologi, Universitas Nasional Jakarta. Volume : 28, Ho. 13.

Mahmud, S. Aunurohim, danTrisnawati, I. D. T. 2012. Struktur Komunitas
Fitoplankton Pada Tambak Dengan Pupuk Dan Tambak Tanpa Pupuk Di
Kelurahan Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS). Surabaya. Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-928X.

Makmur, M. Kusnoputranto, H. Moersidik, S.S dan Wisnubroto, D. S. 2012.
Pengaruh limbah organik dan rasio n/p Terhadap Kelimpahan Fitoplankton
Di Kawasan Budidaya Kerang Hijau Cilincing. Program Studi Ilmu
Lingkungan-PPS dan Jurusan Kesehatan Lingkungan-FKM Universitas
Indonesia. Jakarta.

Purnama, E. S. Yandri, F. K dan William, N. 2013. Keanekaragaman Plankton Di
Kawasan Perairan Teluk Bakau.

Radiarta, I. N. 2013. Hubungan Antara Distribusi Fitoplankton Dengan Kualitas
Perairan Di Selat Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Jakarta.

Rokhim, K. Arisandi, P. Wahyuni, I. A. 2009. Analisa Kelimpahan Fitoplankton
Dan Ketersediaan Nutrien (No3 Dan Po4) Di Perairan Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas
Trunojoyo. Volume 2, No.2. Surabaya.

Sembiring, H. 2008. Keanekaragaman Dan Distribusi Udang Serta Kaitannya
Dengan Faktor Fisik Kimia Di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang. Program Studi Biologi Fakultas Mifa Universitas Sumatera
Utara, medan.
Siregar, J. 2006. Persepsi Masyarakat Tentang Program Kompensasi
Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Perdesaan Di
Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Sunarto, 2008. Karakteristik Biologi Dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Thoha, M dan Amri, K. 2011. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton Di
Perairan Kalimantan Selatan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Utomo, B.B. dan Dwi, P. W. 2008. Perencanaan bangunan Pelindung Pantai
Tambak Mulyo Semarang. Fakultas tehnik iniversitas diponegoro.
Semarang.

Widianingsih, Hartati, R.Djamali, A. dan Sugestiningsih. 2007. Kelimpahan Dan
Sebaran Horizontal Fitoplankton Di Perairan Pantai Timur Pulau
Belitung. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
UNDIP. Semarang.

Wijayanti, 2011. Keanekaragaman Jenis Plankton Pada Tempat Yang Berbeda
Kondisi Lingkungannya Di Rawa Pening Kabupaten Semarang. Fakultas
Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Ikip Pgri. Semarang.














LAMPIRAN

1. Peta Lokasi

2. Foto Lokasi




3. Alat Dan Bahan

Botol sampel lakban

Kertas label Tissue

Pipet tetes Gayung


Spidol Aquadest

Handsprayer Corong
4. Prosedur Praktikum

Tuangkan Air Ke Dalam Planktonnet Semprot Dengan Aquadest


Tuangkan Air Ke Dalam Botol Flim Teteskan Lugol 4 %

Tutup Botol Flim Tutup Rapat Dengan Lakban
5. Foto Fitoplankton

Isthmia sp. Oedogonium sp.

Synedra sp.

























Indeks Keanekaragaman Muara Indah
Perhitungan indeks keanekaragaman
H= - pi ln pi
Stasiun 1
H = - (

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln


= [(0,032 (- 3,4420) + (0,508(-0,677)+(0,0196(-1,629)+ (0,032(-
3,442)+(0.065(-2,733) +(0,016( -4,135) + (0,065(2,733) + (0,016 (-
4,135) +(0,16 (-4,135)]
= [(-0,110 ) + (-0,343) + (-0,030) + (-0,110 ) + ( -0,066) + (- 0.110) + (-
0,066) + (-0,177) + (-0,066) + (-0,110) + (-0,066) + (-0,066) + (-0,066)]
= -[(-1,386)]
= 1,386 ( Tercemar Sedang)
Stasiun 2
H = - (

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln


= [(0,557 (- 0,585) + (0,016(-4,135)+(0,032(-3,442)+ (0,081(- 0,001 ) +
(0.061 (-4,135) +(0,131( -2,032) + (0,061(-4,135) + (0,163 (-1,814)
+(0,016 (-4,135) +(0,016 (-4,135) + (0,098 (-2,322) + (0,016 (-4,135)
+(0,016 (-4,135) +(0,016 (-4,135) +(0,016 (-4,135) ]
= [(-0,032) + (-0,066) + (-0,030) + (-0,110 ) + ( -0,00081) + (-0,00081) +
(-0,066) + (-0,266) + (-0,066) + (-0,295) + (-0,066) + (-0,066) + (-
0,097) + (-0,066) + (-0,066) + (-0,066) + (-0,066) ]
= -[(-1,525)]
= 1,525 ( Tercemar Sedang)
Stasiun 3
H = - (

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

]
= [(0,147 (- 1,917) + (0,016(-4, 135)+(0,032(-3,442)+ (0,131(- 2,032 ) +
(0.180(-1,714) +(0,016( -4,135) (0,016( -4,135) + (0,016( -4,135)
+(0,065(-2,733) + ( 0,032( -3,442) +(0,016( -4,135) + ( 0,754 (-0,282)]
= [(-0,281 ) + (-0,066) + (-0,110) + (-0,266 ) + ( -0,308) + (- 0.110) + (-
0,066) + (-0,212) + (-0,066) + (-0,066)) + (-0,066) + (-1,776)]
= -[(-3,393)]
= 3,393 ( Tidak Tercemar)




Stasiun 4
H = - (

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

ln

]
= [(0,016 (- 4,135) + (0,278(-1, 280)+(0,065(-2,733)+ (0,114(- 2,271 ) +
(0.032(-3,442) +(0,016( -4,135) (0,081( -2,513) + (0,016( -4,135)
+(0,131(-2,032)]
= [(-0,066 ) + (-0,355) + (-0,117) + (-0,247 ) + ( -0,110) + (- 0.066) + (-
0,203) + (-0,066) + (-0,203) + (-0,027)]
= -[(-1,392)]
= 1,392 (Tercemar Sedang )

Anda mungkin juga menyukai