Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH MUSIM TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI

DANAU JEMUT KABUPATEN SINTANG

Proposal Skripsi

Diajukan oleh :
Rico dwi gala gautama C1101191028

Kepada

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian, Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Tanjungpura
dengan judul “Pengaruh Musim Terhadap Struktur Komunitas Ikan di Danau Jemut
Kabupaten Sintang”.

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis mengalami kesulitan dan
penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Maka, dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr FX Widadi Padmasari, S.Si., M.Si selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis selama proses penyelesaian proposal penelitian ini.

Susunan Proposal Penelitian ini sudah dibuat dengan sebaik-baiknya, namun tentu
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun dan berguna bagi penulis dalam memperbaiki proposal ini.
Akhir kata penulis berharap, semoga propsosal ini dapat diterima oleh semua pihak dan
berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa Program Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

Pontianak, 01 Maret 2023

1
Rico dwi gala gautama

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................i
DAFTAR TABEL............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................................v
PENDAHULUAN............................................................................................................................v
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................v
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................vi
C. TUJUAN PENELITIAN........................................................................................................vi
BAB II............................................................................................................................................viii
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................viii
A. LANDASAN TEORI................................................................................................................viii
BAB III...........................................................................................................................................xii
METODE PENELITIAN..............................................................................................................xii
A. Waktu dan Lokasi Penelitian...............................................................................................xii
B. Alat dan Bahan......................................................................................................................xii
C. Gambaran umum lokasi penelitian.....................................................................................xii

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian..................................................................................15

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Konsep kerangka penelitian..................................................................14


Gambar 2. Danau Jemut........................................................................................17
Gambar 3. Peta lokasi Penelitian...........................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas. Sumberdaya perairan tawar di
Indonesia meliputi perairan umum (sungai, waduk dan rawa) dengan luas 141.690 hektar
(Cahyono, 2000). Habitat air tawar dapat dibedakan atas dua golongan yaitu perairan
menggenang atau lentik, misalnya: danau, kolam dan rawa, dan perairan mengalir atau
habitat lotik, misalnya mata air dan sungai (Omar, 2012). Perairan umum adalah perairan
dimana semua masyarakat dapat mengusahakan atau mengambil hasil dari perairan
tersebut, yaitu sungai, danau, rawa, dan waduk (Soeseno, 1990 dalam Organsastra dkk,
2009 ). Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di
permukaan bumi. Secara umum, danau merupakan perairan umum daratan yang memiliki
fungsi penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia (Wulandari, 2013). Sementara
itu menurut Barus (2004) “Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi
yang umumnya curam. Air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air
terbatas hanya pada daerah pinggir saja. Danau merupakan sumberdaya air tawar yang
berada di daratan yang berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan
didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan (Irianto, 2011). Kementerian
Lingkungan Hidup (2011), melaporkan bahwa Indonesia sendiri memiliki 107 buah danau
dan waduk yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores dan Papua.

Danau jemut merupakan salah satu perairan danau yang memiliki potensi
sumberdaya perikanan yang baik untuk dikembangkan, dalam perairan tersebut terdapat
berbagai spesies ikan. Danau ini merupakan danau yang terletak di Desa Nanga Ketungau,
Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Danau ini juga
ditetapkan sebagai salah satu dari sepuluh danau lindung oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Sintang. Pada umumnya masyarakat memanfaatkan sumberdaya ikan di Danau
Jemut untuk dikonsumsi dan juga dijual. Perubahan kedalaman air akibat musim akibat
musim hujan dan kemarau tentu mampu mempengaruhi kondisi kualitas air dan
keberadaan biota di perairan tersebut (Sulistiyarto dkk, 2007). Perubahan ritme kehidupan
pada ikan juga merupakan dampak lain dari perubahan kedalaman air. Perubahan
kedalaman air merupakan faktor utama yang menentukan struktur komunitas ikan.
iv
Perbedaan musim juga dapat menyebabkan perubahan kondisi lingkungan di ekosistem
danau sehingga berdampak langsung pada penurunan keanekaragaman jenis ikan dan
komposisijenis(Hartoto,2003).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara mengidentifikasi struktur komunitas ikan di Danau Jemut


Kabupaten Sintang ?

2. Bagaimana cara mengetahui komposisi jenis, keanekaragaman, keseragaman dan


dominasi ikan di Danau Jemut pada musim hujan ?

3. Apa perbedaan struktur keanekaragaman jenis ikan yang ada di Danau Jemut
Kabupaten Sintang berdasarkan musim ?

4. Apa pengaruh musim hujan terhadap komposisi jenis dan struktur komunitas ikan
di Danau Jemut Sintang ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

2. Menganalisis perbedaan keanekaragaman jenis ikan berdasarkan musim di Danau


Jemut Kabupaten Sintang.

3. Mengetahui pengaruh musim hujan terhadap komposisi jenis, struktur komunitas


dan faktor lingkungan perairan serta keanekaragaman komunitas ikan di Danau
Jemut Kabupaten Sintang..

v
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian struktur komunitas


Komunitas merupakan kumpulan sejumlah populasi dari jenis-jenis organisme
(makhluk hidup) dalam suatu habitat tertentu. Studi komunitas mengkaji keragaman dalam
suatu perairan, pola pemangsaan, pola kolonisasikematian, jaring-jaring makanan, dan
iteraksi kompetitif antar jenis. Selain itu studi komunitas juga mengkaji tentang komposisi
dari struktur komunitas dalam hubungannya dengan lingkungan (Sulaiman, 2012).
Struktur komunitas dipelajari melalui beberapa cara yaitu ukuran, komposisi, dan
keanekaragaman spesies.

Struktur komunitas juga berkaitan erat dengan kondisi habitat. Perubahan pada
habitat dapat mempengaruhi tingkat spesies sebagai komponen terkecil penyusunan
populasi yang membentuk komunitas. Berdasarkan pendapat tersebut, dijelaskan bahwa
komunitas merupakan kesatuan dinamik dari hubungan fungsional yang saling
mempengaruhi diantaranya populasi, dimana komunitas berperan pada posisinya masing-
masing dan menyebar dalam ruang serta tipe habitatnya (Odum, 1994). Struktur komunitas
adalah salah satu kajian ekologi yang mempelajari suatu ekosistem dan hubungannya
dengan faktor lingkungan. Studi struktur komunitas mengkaji tentang komposisi spesies,
keanekaragaman, keseragaman, kelimpahan dan dominansi spesies (Latuconsina et al.,
2012). Struktur komunitas adalah salah satu kajian ekologi yang mempelajari suatu
ekosistem dan hubungannya dengan faktor lingkungan. Studi struktur komunitas mengkaji
tentang komposisi spesies, keanekaragaman, keseragaman, kelimpahan dan dominansi
spesies (Latuconsina et al., 2012). Komunitas dan komponen penyusunnya adalah sebuah
organisasi kehidupan yang masing-masing memiliki dinamika sendiri disebut struktur
komunitas (Satino, 2011). Menurut Husamah, (2015), Struktur komunitas adalah suatu
konsep yang mempelajari susunan atau komposisi spesies dan kelimpahan dalam suatu
komunitas. Komunitas mempunyai struktur dan pola tertentu terhadap keanekaragaman,
kemerataan, dan dominansi dengan ciri yang unik pada suatu kommunitas. Analisa
mengenai kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi dari suatu komunitas,
serta keseimbangan jumlah tiap spesiesnya.

2. Indeks keanekaragaman
Keanekaragaman merupakan suatu variasi jenis yang ada dalam suatu ekosistem.
Keanekaragaman biasanya dinyatakan dengan indeks keanekaragaman, yaitu suatu
karakteristik yang menggambarkan tingkat keanekaragaman jenis dari organisme dalam suatu
komunitas (Rejeki dkk., 2013). Menurut Ridwan dkk. (2016), sautu komunitas dikatakan
memiliki keanekaragaman yang rendah apabila H'<1, keanekaragaman sedang apabila
1<H'<3, dan keanekaragaman tinggi apabila H'>3. Apabila suatu ekosistem memiliki indeks
keanekaragaman yang tinggi maka ekosistem tersebut cenderung seimbang, sebaliknya jika

vi
suatu ekosistem memilki indeks keanekaragaman yang rendah mengindikasikan ekosistem
tersebut dalam keadaan tertekan atau terdegradasi.
3. Indeks keseragaman
Indeks keseragaman (E) merupakan gambaran sebaran dari kepadatan ikan-ikan pada
suatu ekosistem. Indeks keseragaman berguna untuk mengetahui keseimbangan individu
dalam keseluruhan populasi (Rejeki, 2013). Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1.
Apabilah nilai E mendekati 1, maka sebaran individu-individu antar jenis relatif merata.
Apabila nilai E mendekati 0, maka pada suatu komunitas terdapat sekelompok jenis tertentu
yang jumlahnya relatif berlimpah (dominan) daripada jenis lainnya (Ridwan dkk., 2016).
4. Indeks dominasi
Dominansi dinyatakan sebagai kekayaan jenis suatu komunitas serta keseimbangan
jumlah individu setiap jenis (Ridwan dkk., 2016). Indeks dominansi digunakan untuk
menggambarkan penguasaan atau dominansi jenis tertentu di suatu lokasi (Rejeki dkk.,
2013). Nilai indeks Dominansi memberikan gambaran tentang dominansi spesies dalam
suatu komunitas ekologi yang dapat menerangkan suatu spesies ikan lebih banyak
(dominan) selama pengambilan.
5. Musim di Indonesia
Wilayah perairan Indonesia merupakan lintasan sistem angin musim (monsoon) yang
dalam setahun terjadi dua kali pembalikan arah. Arus permukaan di perairan Indonesia
sangat dipengaruhi oleh angin ini, sehingga pola arus yang terbentuk sangat ditentukan oleh
musim yang sedang berlangsung. Pada bulan Juni hingga Agustus (musim timur) bertiup
angin timur dengan arah arus permukaan bergerak dari timur ke barat, sedangkan pada bulan
Desember hingga Februari (musim barat) bertiup angin barat dengan arah arus permukaan
bergerak dari arah barat ke timur. Pada bulan Maret ke Mei serta September ke November
berlangsung musim pancaroba (peralihan), dimana pada musim ini gerakan arus permukaan
tidak teratur (Wyrtki 1961). Perubahan suhu musiman pada suatu perairan, selain disebabkan
oleh panas matahari yang menyinari permukaan danau juga dipengaruhi oleh faktor arus
permukaan, keadaan awan, pertukaran massa air secara horizontal dan vertikal maupun
adanya upwelling. Distribusi SPL secara horizontal biasanya berhubungan dengan musim
(Potier 1998 dalam Atmadja et al. 2003).
6. Faktor yang mempengaruhi struktur komunitas ikan
Keberadaan spesies ikan dalam suatu ligkungan perairan sangat dipengaruhi oleh faktor
fisika-kimia perairan tersebut. Faktor fisika misalnya suhu dan intensitas cahaya. Faktor
kimia antara lain salinitas dan pH. Parameter fisikakimia peraiaran merupakan indikator
penting untuk mengetahui apakah telah terjadi pencemaran atau tidak. Kualitas perairan
dapat dikatakan baik jika organisme tersebut dapat melakukan pertumbuhan dan
perkembangbiakan dengan baik. Organisme perairan dapat hidup dengan layak jika faktor-
faktor yang mempengaruhinya, seperti fisika-kimia perairan berada dalam batas toleransi
yang dikehendaki (Ridwan dkk., 2016).
 Suhu : Ikan sangat peka terhadap perubahan suhu walau hanya sebesar 0,03°C. Suhu
bertindak sebagai faktor yang sangat penting dalam merangsang dan menentukan
vii
pengkonsentrasian serta penglompokan ikan. Demikian pula suhu sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku, metabolisme, kecepatan makan, reproduksi, pertumbuhan serta
penyebaran ikan (Baskoro dkk., 2011). Suhu yang baik bagi ikan di perairan tropis
yaitu berkisar antara 28°C-32°C
 Salinitas : Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan kandungan garam-garam
mineral yang terdapat pada suatu perairan. Setiap ikan memiliki kemampuan bertahan
yang berbeda-beda terhadap salinitas perairan. Ikan akan cenderung memilih medium
dengan kadar salinitas yang lebih sesuai dengan tekanan osmotik tubuh mereka
masing-masing (Baskoro dkk., 2011).Salinitas yang normal untuk danau biasanya
berkisar 0-5 ppt.
 Ph : Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter untuk menentukan kondisi
asam atau basa suatu perairan atau menyatakan konsentrasi ion hidrogen dalam
perairan tersebut. pH dapat menjadi faktor pembatas kehadiran spesies ikan. Kondisi
perairan yang sangat asam maupun basa akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi pada ikan (Welken, 2012). Perairan yang asam akan kurang
produktif karena kandungan oksigen terlarutnya rendah, yang berakibat aktivitas
pernafasan ikan meningkat dan nafsu makan menurun. Merujuk pada Kordi dan
Tancung (2007), pH optimal bagi pertumbuhan ikan yaitu berkisar antara 6,5 – 9,0.

B. KERANGKA KONSEP
Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang penulis gambarkan, untuk mempermudah
dalam memahami arahan tujuan penelitian ini, Adapun Kerangka pemikiran pada gambar
1. adalah sebagai berikut:

viii
Keanekaragaman hayati

Perubahan Musim

Musim kemarau Musim hujan

erubahan pada komposisi,


kelimpahan dan struktur
komunitas

Analisis struktur komunitas

Perbedaan struktur komunitas

Gambar 1. Kerangka konsep

Berdasarkan gambar 1. Tersebut maka penelitian akan dilakukan untuk


mengetahui struktur komunitas ikan yang ada di Danau Jemut Sintang pada
musim hujan. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan komposisi dan
kelimpahan dibandingkan dengan musim kemarau. Dari indikator-indikator
tersebut dapat diketahui dengan analisis data

ix
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian


Kegiatan Penelitian akan dilaksanakan kurang lebih dari 2-3 bulan, Danau Jemut
Desa Nanga Ketungau, Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang.

B. Alat dan Bahan

NO Alat dan Bahan Kegunaan


1 Alat tulis Mencatat hasil pengamtan dilapangan
2 GPS Mengetahui lokasi penelitian
3 Kamera Dokumentasi kegiatan
4 Roll meter Mengukur luas danau
5 Ph meter Mengukur pH
6 Jala/jaring Menangkap ikan
7 Secchi disk Mengukur kecerahan
8 Leptop Sebagai pengolaah data
9 Literature lainnya Data sekunder untuk mendukung
penelitian, seperti pustaka penunjang
10 Peta wilayah lokasi penelitian Mengetahui kondisi ruang/wilayah
lokasi penelitian
11 Gilnet Menangkap ikan
12 Buku identifikasi ikan Mengidentifikasi hasil tangkapan
13 Perahu/sampan Mempermudah mobilitas
14 Pukat Menangkap ikan
15 Termometer Mengukur suhu

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan yang tertangkap selama selama
penelitian.

C. Gambaran umum lokasi penelitian

x
Danau jemut merupakan salah satu perairan danau yang memiliki potensi
sumberdaya perikanan yang baik untuk dikembangkan, dalam perairan tersebut terdapat
berbagai spesies ikan. Danau ini merupakan danau yang terletak di Desa Nanga Ketungau,
Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Danau ini
juga ditetapkan sebagai salah satu dari sepuluh danau lindung oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Sintang. Pada umumnya masyarakat memanfaatkan sumberdaya ikan di Danau
Jemut untuk dikonsumsi dan juga dijual.

Gambar 2. Danau jemut kabupaten sintang

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

D. Pelaksanaan teknik/tahapan penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode survei, dan penentuan lokasi penelitian di

xi
Danau Jemut Kabupaten Sintang dilakukan berdasarkan purposive sampling yaitu
metode penetapan sampel dengan aktifitas yang ada di lokasi dimana perairan tersebut.
Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang
dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang
ada dari instansi pemerintahan desa dan kecamatan. Sedangkan data primer yang
dikumpulkan antara lain adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

E. PARAMETER VARIABEL

Variabel pengamatan yang diteliti adalah sebagai berikut yakni parameter fisika kimia
perairan yang diambil meliputi kecerahan (penetrasi cahaya), suhu, salinitas, keasaman (pH)
dan oksigen terlarut (DO).

1. a. Suhu (oC)
Suhu diukur dengan menggunakan termometer merkuri pada kedalaman 3m dan 8m.
2. b. Kecerahan
Kecerahan (penetrasi cahaya) diukur dengan menggunakan kepingan secchi disk dengan
cara memasukkan kepingan secchi disk ke dalam air sampai kepingan tersebut tidak
lagi terlihat berwarna hitam-putih lalu ditarik kemudian diukur panjang tali yang
tenggelam.
3. c. Salinitas (‰)
Salinitas diukur menggunakan hand salino refraktometer merek Atago®
Master-S/MiIIM dengan ketelitian 1‰. Pengukuran dilakukan dengan cara meneteskan
sampel air pada permukaan alat pengukurnya lalu kemudian ditutup dan dibaca
hasilnya.
4. d. Keasaman (pH)
Keasaman (pH) diukur menggunakan pH meter Jenco®, dengan cara memasukkan pH
meter ke dalam sampel air yang diambil di daerah perairan. Sampel air diambil dari 2
kedalaman, yaitu 3m dan 8m.
5. e. Oksigen terlarut (Mg/L)
Oksigen terlarut / dissoved oxygen (DO) diukur menggunakan DO meter merek Oxygen
Meter® model DO-5510 akurasi ± 0,4 mg/L , dengan cara memasukkan DO meter ke
dalam sampel air yang diambil di daerah perairan. Sampel air diambil dari 2 kedalaman,
yaitu 3m dan 8m.

F. ANALISIS DATA

Indeks keanekaragaman (H’)

Dukung suatu komunitas pada masing-masing stasiun pengamatan. Perhitungan Indeks


Keanekaragaman dilakukan dengan menggunakan formulasi Shannon-Wiener ( Pieolu 1966
dalam Odum 1971), yaitu:

′ = ∑ − 𝑷𝒊 𝒍𝒏𝑷𝒊
xii
Keterangan :

H’ : Indeks Keanekaragaman

Pi : Perbandingan individu jenis ke-i dengan individu total ni :Jumlah individu spesies ke-i

N : Jumlah total individu spesies

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan keanekaragaman menurut Whilhm dan


Dorris, (1986):

H’ = < 1 : Keanekaragaman tergolong rendah

H’ = 1 – 3 : Keanekaragaman tergolong sedang

H’ = > 3 : Keanekaragaman tergolong tinggi

Indeks Keseragaman (E)

Indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui keseragaman spesies ikan yang ada pada
masing-masing stasiun pengamatan. Indeks Keseragaman dapat dihitung dengan
menggunakan rumus indeks Evennes (Odum, 1971), yaitu:

E=

Keterangan :

E : Indeks Keseragaman

H’ : Indeks Keanekaragaman

S : Jumlah total spesies

Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Kriteria nilai indeks keseragaman sebagai
berikut: E = 0 : Kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki
masingmasing spesies sangat jauh berbeda.

E = 1 : Kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu masing masing spesies
relatif sama.

Indeks Dominansi (C)

Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui banyaknya individu dari suatu spesies dalam
suatu komunitas pada masing-masing stasiun pengamatan. Indeks dominasi menggunakan
indeks Simpson dalam Soegianto (1994). C = ∑ (ni/N)

Dimana:

C = Indeks dominasi ni = Jumlah Individu Ke-I

N = Jumlah total individu

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui dominasi pada masing-masing stasiun


pengamatan adalah sebagai berikut:
xiii
C = 0, berarti dominasi rendah

C = 1, berarti dominasi tinggi

Kelimpahan Relatif (KR)

Metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung data struktur komunitas yaitu
meliputi kelimpahan jenis ikan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks
dominansi. Menurut Odum (1971), untuk menghitung kelimpahan relatif, maka
menggunakan rumus sebagai berikut:

KR =

Keterangan :

KR : Kelimpahan Relatif ni : jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah total individu


spesies.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Utami, E., & Syari, I. A. (2019). Perbedaan Keanekaragaman Jenis Ikan Berdasarkan
Musim di Sungai Penyerang Kecamatan Puding Besar Kabupaten Bangka. Akuatik: Jurnal
Sumberdaya Perairan, 13(2), 131-141.

Sari, M., & Wiyono, E. S. (2021). PENGARUH CUACA TERHADAP POLA MUSIM
PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG. ALBACORE
Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 5(3), 277-289.

Utami, E., & Syari, I. A. (2019). Perbedaan Keanekaragaman Jenis Ikan Berdasarkan
Musim di Sungai Penyerang Kecamatan Puding Besar Kabupaten Bangka. Akuatik: Jurnal
Sumberdaya Perairan, 13(2), 131-141.

Donggala, P. D. T. K. (2020). BIO-EDU: Jurnal Pendidikan Biologi. JBE, 5(3), 118-128.

Rochmady, R., Omar, S. B. A., & Tandipayuk, L. S. (2012). Nisbah kelamin dan ukuran
pertama matang gonad kerang lumpur Anodontia edentula, Linnaeus 1758 di pulau Tobea,
Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 5(2), 25-
32.

Barus, T. A. (2004). Faktor-faktor lingkungan abiotik dan keanekaragaman plankton


sebagai indikator kualitas perairan danau toba (Environmental abiotic factors and the
diversity of plankton as water quality indicators in lake toba, North Sumatera,
Indonesia). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 11(2), 64-72.

Erika, R., Kurniawan, K., & Umroh, U. (2018). Keanekaragaman ikan di perairan sungai
linggang, kabupaten belitung timur. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan, 12(2), 17-25.

Iwakuma, T., Gumiri, S., & Hartoto, D. I. (2003). Water-Level Change as the Major
Determinant of Community Structure and Productivity of Plankton and Benthos in
Tropical Oxbow Lakes. In Abstracts of the Annual Meeting of the Ecological Society of
Japan The 50th Annual Meeting in Tsukuba (pp. 306-306). THE ECOLOGICAL
SOCIETY OF JAPAN.

Engel, V. C., & Odum, H. T. (1999). Simulation of community metabolism and


atmospheric carbon dioxide and oxygen concentrations in Biosphere 2. Ecological
Engineering, 13(1-4), 107-134.

Dahlberg, M. D., & Odum, E. P. (1970). Annual cycles of species occurrence, abundance,
and diversity in Georgia estuarine fish populations. American Midland Naturalist, 382-392.

Odum, E. P., & Barrett, G. W. (1971). Fundamentals of ecology (Vol. 3, p. 5).


Philadelphia: Saunders.

xv

Anda mungkin juga menyukai