Anda di halaman 1dari 40

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR

DI SUNGAI LAKITAN KECAMATAN MUARA LAKITAN KABUPATEN


MUSI RAWAS

PROPOSAL

Rida

NPM 4219016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya

dan karunianya sehingga dapat menyusun proposal dengan baik dan benar, serta

tepat pada waktunya. Adapupun tujuan penulisan proposal ini adalah untuk

memenuhi tugas metodologi penelitian semester VI, yang berjudul

“Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar Di Sungai Lakitan Kecamatan Muara

Lakitan Kabupaten Musi Rawas”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rudi Erwandi, M.Pd. Selaku Rektor Universitas PGRI

Silampari yang telah memimpin dan mengatur segala hal untuk kemajuan

kampus Universitas PGRI Silampari.

2. Bapak Drajat Friansah, S.Si M.Pd. Selaku Ketua Jurusan MIPA

Universitas PGRI Silampari yang telah memberikan arahan dan bimbingan

yang cukup berarti kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

3. Ibu Fitria Lestari, M.Pd Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi Universitas PGRI Silampari yang telah banyak membantu dan

memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini

4. Bapak Harmoko, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang tak henti

hentinya sekuat tenaga memberikan masukan dan bimbingan sekaligus

motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

ii
5. Ibu Hj. Ivoni Susanti, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

telah berusaha payah memberikan masukan, bimbingan sekaligus

perhatian yang cukup berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidkan Biologi yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan.

7. Keluarga besarku terutama ayah dengan ibu, serta kakak dan ayuk yang

selalu mendoakan, memberikan arahan, dukungan, motivasi dan materi.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Jika skripsi ini masih memiliki kekurangan, penulis berharap serta berlapang

dada menerima saran dan kritik yang bersifat membangun agar penelitian yang

nantinya akan dilaksanakan ini menjadi lebih baik dan bermanfaat di masa yang

akan datang.

MuaraLakitan, April 2022

Rida

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................ii


KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ivi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Fokus dan Subfokus Penelitian.....................................................................3
C. Rumusan Masalah.........................................................................................3
D. Tujuan penelitian...........................................................................................3
E. Manfaat Penelitian........................................................................................3
1. Manfaat Teoritis........................................................................................3
2. Manfaat Praktis..........................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORITIK...................................................................................5
A. Deskripsi Konseptual....................................................................................5
1. Keanekaragaman.......................................................................................5
2. Sungai........................................................................................................5
3. Tinjauan Umum Ikan.................................................................................7
a. Ikan Air Tawar................................................................................7

b. Morfologi Ikan.................................................................................8

1) Bagian-bagian tubuh ikan..........................................................8

2) Bentuk bentuk ikan ...................................................................9

3) Bentuk ekor.............................................................................10

4) Mulut ikan...............................................................................11

5) Sisik ikan.................................................................................12

6) Sirip ikan.................................................................................13

c. Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Kehidupan Ikan...................14

1) Warna air.................................................................................14

iv
2) Derajat keasaman.....................................................................14

3) Suhu.........................................................................................15

B. Penelitian Relevan......................................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................18

A. Tempat dan waktu penelitan......................................................................18

B. Latar belakang...........................................................................................18

C. Metode dan prosedur penelitian................................................................19

D. Data dan sumber data................................................................................25

E. Teknik dan prosedur pengumpulan data....................................................25

F. Teknik analisis data...................................................................................28

G. Uji keberhasilan data.................................................................................31

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman jenis ikan di Indonesia cukup tinggi. Hal ini

berdasarkan adanya penelitian dan literatur bahwasanya Indonesia

memiliki sekitar 3.000 jenis ikan yang hidup di perairan, salah satu dari

jenis ikan tersebut yang ada d iperairan sekitar 300 jenis diantaranya yang

terdapat air tawar dan payau (Genisa, 1999:17). Ikan adalah bagian dari

keanekaragaman hayati yang berfungsi dalam membentuk ekosistem

sungai. Keanekaragaman hayati berperan sebagai sumber plasma nutfah,

kestabilan ekosistem, dan sumber ekonomi. Jika salah satu mengalami

kepunahan keanekaragaman hayati ini dapat menimbulkan

ketidakseimbangan dalam ekosistem, selain itu juga akan mengakibatkan

kepunahan ikan yang di suatu wilayah besar dikarenakan kerusakan seperti

hilangnya habitat (35%), industri (30%) dan eksploitasi spesies yang

berlebihan (4%), kerusakan habitat diantaranya berkaitan dengan

peningkatan jumlah penduduk, ketidakpastian tataguna dan pengelolahan

lahan, kebijakan ekonomi dalam pembangunan, tingkat kemiskinan yang

tinggi, dan kegiatan industri (Wahyuni dan Zakaria, 2018:23).

Sungai merupakan cekungan yang terpadat di bawah permukaan

bumi menjadi penampung dan menjadi penyalur aliran air secara alami

dan material yang terdapat dibawanya yang mengalir dari hulu ke bagian

hilir suatu daerah pengaliran ke tempat yang lebih rendah dan akhirny

1
2

bermuara ke laut (Armalinda, dkk. 2016:1). Sungai mempunyai ciri khusus

yaitu mempunyai arus yang relatif kencang, dan searah selain itu sungai

dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti pola aliran air, iklim,

dan waktu. Kecepatan fenomena yang umum terjadi di sungai sehingga

kehidupan fauna dan flora yang terdapat disungai juga dipengaruhi oleh

ketiga variabel tersebut (Effendi, 2003:42).

Sungai Lakitan di Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, adalah

satu dari delapan sungai besar yang bermuara di Sungai Musi. Tujuh

lainnya adalah Sungai Rawas, Sungai Leko (Batang Hari Leko), Sungai

Semangus, Sungai Kelingi, Sungai Lematang, Sungai Ogan, Sungai

Komering. Hadirnya sungai-sungai ini membuat Sumatera Selatan dijuluki

“Negeri Batanghari Sembilan” karena setiap sungai melahirkan satu suku.

Keadaan sungai yang ada di muara lakitan yaitu memiliki arus yang tidak

terlalu deras, kemudian panjang sungai yang terdapat di muara lakitan

yaitu + 1.000 meter, dan memiliki lebar 10 meter, sedangkan untuk

kedalaman pada sungai tersebut bervariasi yaitu 2 meter, hingga mencapai

4 meter pada bagian-bagian penelitian mengenai keanekaragaman jenis

ikan yang hidup di air tawar khususnya di sungai lakitan. Berdasarkan hal

tersebut maka peneliti merasa perlunya melakukan penelitian mengenai

keanekaragaman jenis ikan air tawar di Sungai Lakitan Kecamatan Muara

Lakitan Kabupaten Musi Rawas yang bertujuan untuk mengetahui

keanekaragaman jenis ikan di sungai lakitan.


3

B. Fokus dan Subfokus Penelitian

Pada penelitian ini fokus mengacu pada keanekaragaman jenis ikan

yang hidup di sungai Lakitan Kecamatan Muara Lakitan. Untuk

membedakan hasil temuan ikan, peneliti melihat berdasarkan tipe mulut,

tipe sirip, tipe ekor dan tipe sisik.

C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keanekaragaman jenis ikan di Sungai Lakitan Kecamatan

Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas ?

2. Bagaimana faktor abiotik pada Sungai Lakitan Kecamatan Muara

Lakitan Kabupaten Musi Rawas ?

D. Tujuan penelitian

1. Mengetahui keanekaragaman jenis ikan di Sungai Lakitan Kecamatan

Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas.

2. Mengetahui faktor abiotik pada Sungai Lakitan Kecamatan Muara

Lakitan Kabupaten Musi Rawas.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang jenis ikan air di Sungai

Lakitan Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas


4

2. Manfaat Praktis

a. Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat mengetahui jenis ikan air tawar yang

terdapat di Sungai Lakitan Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten

Musi Rawas

b. Pemerintahan Muara Lakitan

Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan

potensi perikanan air tawar di perairan umum Muara Lakitan

Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas

c. Peneliti

Dapat menambah wawasan serta menambah pengetahuan mengenai

jenis ikan yang terdapat di Sungai Lakitan Kecamatan Muara Lakitan

Kabupaten Musi Rawas.


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Keanekaragaman

Keanekaragaman hayati yaitu suatu istilah yang mencakup seluruh

bentuk makhluk hidup seperti dari tingkatan taksonomi terkecil sampai

yang besar (Sutoyo, 2010:101). Indonesia merupakan pusat

keanekaragaman hayati dunia dan juga dikenal sebagai negara

megabiodiversity yang artinya mempunyai keanekaragaman hayati

yang cukup tinggi, Indonesia memiliki kekayaan alam yang

bermanfaat sebagai vital, strategis, modal dasar dalam pembangunan

nasional. Selain itu Indonesia disebut sebagai negara yang memiliki

beragam jenis tumbuhan atau sebagai paru-paru dunia (Suhartini,

2009:199).

Berdasarkan para ahli yang menyatakan bahwa keanekaragaman

Indonesia berpotensi sangat tinggi sehingga negara Indonesia juga

disebut sebagai negara megabiodiversity karena memiliki

keanekaragaman hayati mulai dari gen,spesies,mikroorganisme yang

hidup diperairan air tawar ataupun perairan lautan.

2. Sungai

Sungai memiliki karatersitik dan bentuk yang berbeda antara satu

sungai yang lainnya, Hal ini disebabkan oleh adanya faktor seperti

topografi, iklim, maupun gejala alam dalam proses pembentukannya.

5
6

Sungai juga berfungsi sebagai sumber air , tidak hanya

menampung air tetapi juga mengalirkan air dari hulu ke hilir

(Putra,2014:603).

Sungai yaitu perairan dengan kualitas air yang selalu berubah

rubah atau bersifat dinamis, sehingga sungai merupakan tipe ekosistem

perairan umum yang memiliki peran penting bagi kehidupan makhluk

hidup. Selain itu sungai dimanfaatkan oleh manusia untuk melakukan

yang dipengaruhi berbagai macam kegiatan seperti pertanian dan

industri (Sutanto dan Purwasih, 2012:1). Sungai Lakitan di Kabupaten

Musirawas, Sumatera Selatan, adalah satu dari delapan sungai besar

yang bermuara di Sungai Musi. Tujuh lainnya adalah Sungai Rawas,

Sungai Leko [Batang Hari Leko], Sungai Semangus, Sungai Kelingi,

Sungai Lematang, Sungai Ogan, Sungai Komering. Hadirnya sungai-

sungai ini membuat Sumatera Selatan dijuluki “Negeri Batanghari

Sembilan” karena setiap sungai melahirkan satu suku. yaitu +1.000

meter, dan memiliki lebar 10 meter, sedangkan untuk kedalaman pada

sungai tersebut bervariasi yaitu dengan kedalaman 2 meter hingga 4

meter pada bagian-bagian tertentu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sungai adalah aliran air yang besar

dan memanjang yang mengalir secara ters-menerus dari arah hulu

(sumber) ke hilir (muara) yang dapat bermanfaat bagi kehidupan

makhluk hidup. Selain itu sungai dimanfaatkan oleh manusia untuk

melakukan yang dipengaruhi berbagai macam kegiatan seperti

pertanian dan industri.


7

3. Tinjauan Umum Ikan

a. Ikan Air Tawar

Ikan merupakan salah satu jenis dari keanekaragaman

hayati yang menyusun ekosistem sungai. Ikan juga merupakan

salah satu organisme aquatik yang rentan terhadap perubahan pada

lingkungan. Aktivitas dari manusia dan maupun perubahan pada

lingkungan juga dapat mempengaruhi kualitas dari perairan baik

itu fisika, biologi, maupun kimia sehingga akan berdampak

terhadap kelangsungan hidup dan penyebaran ikan (Juliati, dkk.,

2015:1).

Ikan termasuk anggota yang berciri-ciri vertebrata berdarah

dingin, berinsang dan hidup di perairan. Diantara hewan bertulang

belakang (vertebrata). Jenis ikan yang ada tercatat sekitar 42,6%

dari jumlah hewan yang ada (Nursyahra, 2012:102). Ikan

merupakan tergolong sebagai hewan vertebrata aquatik berdarah

dingin dan bernafas dengan insang. kan termasuk anggota yang

berciri-ciri vertebrata berdarah dingin, berinsang dan hidup di

perairan. Diantara hewan bertula ng belakang (vertebrata). Jenis

ikan yang ada tercatat sekitar 42,6% dari jumlah hewan yang ada

(Nursyahra, 2012:102). Ikan merupakan tergolong sebagai hewan

vertebrata aquatik berdarah dingin dan bernafas dengan insang.

Ikan termasuk kedalam Filum Chordata yang memiliki insang yang

berperan sebagai alat pernapasan serta mempunyai sirip sebagai

alat penggerak. Ikan hampir dapat ditemukan hampir di semua tipe


8

perairan di dunia dengan bentuk dan karakter yang berbeda-beda

(Fitrah, dkk 2016:67). Adapun ciri umum ikan yaitu mempunyai

bertulang rawan, bertulang sejati, mempunyai sirip tunggal sampai

berpasangan, mempunyai operculum, seluruh tubuh ditutupi oleh

sisik dan terdapat berlendir pada bagian tubuh serta mempunyai 3

bagian tubuh. Ikan memiliki ukuran tubuh yang bervariasi mulai

dari yang kecil sampai yang besar. Kebanyakan ikan yang

ditemukan memiliki bentuk pipih, torpedo, dan ada yang berbentuk

tidak teratur (Siagian, 2009:27).

b. Morfologi Ikan

Tubuh ikan terbagi menjadi kepala, badan dan ekor. Pada

ikan tidak ada leher, kepala langsung bersatu dengan badan. Mulut

pada ikan ada beberapa bentuk yang diberi nama berdasarkan

letaknya, seperti mulut yang terletak agak jauh kebawah (inferior),

mulut agak ke bawah (sub terminal), mulut tepat di ujung hidung

(terminal) dan mulut menghadap ke atas (superior) (Nursyahra,

2012:102).

1) Bagian-bagian tubuh ikan pada umumnya terbagi atas tiga

bagian, yaitu:

a) Caput Pada bagian kepala mempunyai mulut, hidung, mata.

insang, serta memiliki otak dan jantung yang ditutupi oleh

kerangka tengkorak.

b) Truncus: Pada bagian badan terdapat organ-organ dalam yang

meliputi hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung


9

renang, ginjal, limpa, dan sebagainya, selain itu dilengkapi

dengan sirip punggung, sirip dada, sirip perut.

c) Cauda: Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur, sirip

ekor, dan kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet (Andy

Omar, 2011:32).

2) Bentuk-bentuk tubuh ikan

Ikan mempunyai bentuk simetris bilateral, yaitu jika ikan

dibelah akan terbagi menjadi dua bagian yang sama. Bentuk

tubuh ikan dibedakan atas:

a) Fusiform atau bentuk torpedo (bentuk cerutu), memiliki

tinggi tubuh yang sama dengan lebar tubuh, dan memiliki

tubuh hampir meruncing pada kedua bagian ujung.

b) Compressed atau pipih, yaitu tinggi badan jauh lebih besar

bila dibandingkan dengan tebal ke samping (lebar tubuh),

mempunyai char tubuh juga lebih kecil dari pada panjang

tubuh, serta memiliki tubuh yang gepeng ke samping.

c) Depressed atau picak, yaitu mempinyai tinggi badan jauh

lebih kecil dari badan (lebar tubuh) danmempunyai tubuh

yang gepeng ke bawah.

d) Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu

bentuk tubuh seperti silindris kecil yang dilengkapi dengan

lendir sebagai alat pertahanan tubuh dari ancaman serta

bagian ujung meruncing/tipis.


10

e) Filiform atau bentuk tali, yaitu mempunyai bentuk tubuh

seperti tali.

f) Taeniform atau flatted-form atau bentuk pria, yaitu memiliki

bentuk tubuh memanjang seperti pita.

g) Sagittiform atau bentuk panah, yaitu bentuk tubuh yang

berbentuk seperti anak panah.

h) Globiform atau bentuk bola, yaitu dengan bentuk tubuh

seperti bola

i) Ostraciform atau bentuk kotak, yaitu bentuk tubuh ikan yang

seperti kotak.

Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda,

misalnya pada ikan Eurypegasus draconis dari famili Pegasidae (Andy

Omar, 2011:34). Bentuk-bentuk tubuh ikan dapat dilihat pada Gambar 3.1

yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk tubuh ikan (Sumber: Andy Omar, 2011: 35).

3) Bentuk ekor

Secara morfologis bentuk luar sirip ekor dapat dibedakan

menjadi:
11

a) Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek.

(Cromileptesaltivelis)

b) Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan

tambangan (Lutjanus johni).

c) Pointed (meruncing), misalnya pada ikan sembilang

(Plotosus canius).

d) Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada ikan gulamah

(Argyrosomus amoyensis),

e) Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada

ikan lencam merah (Lethrinus obsoletus).

f) Double emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya

pada ikan ketang-ketang (Drepane punctata).

g) Forked/Furcate (bercagak), misalnya pada ikan cipa-cipa

(Atropus atropos).

h) Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar

(Thunnus obesus).

i) Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada

ikan cucut martil (Eusphyra blochii).

j) Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya

pada ikan terbang (Exocoetus volitans) (Andy

Omar,2011:53)
12

Gambar 2.2. Bentuk morfologi ekor ikan


(Sumber: Andy Omar, 2011: 54).

4) Mulut

Posisi mulut pada ikan dapat dibedakan yaitu:

a) Inferior, yaitu mempunyai mulut yang terletak pada bagian

bawah hidung, contohnya ikan pare kembang.

b) Subterminal, Mulut terletak didekat ujung hidung agak ke

bawah misalnya pada ikan kuro/senangin.

c) Terminal, Mulut terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan

mas (Cyprinus carpio).

d) Superior, Mulut berada di atas hidung, misalnya pada ikan

kasih madu (kutrus indicus) (Andy Omar, 2011:41).

Gambar 2.3. Letak mulut ikan

(Sumber: Andy Omar, 2011: 42).


13

5) Sisik

Seluruh badan ikan umumnya mempunyai sisik (squama).

Menurut bentuknya, sisik ikan dapat dibedakan atas beberapa

tipe yaitu:

a) Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah.

b) Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat

pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.

c) Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas garam-garam

ganoin, banyak terdapat pada ikan dari golongan

Actinopterygii.

d) Cycloid, berbentuk seperti lingkaran, umumnya terdapat

pada ikan yang berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).

e) Ctenoid, berbentuk seperti sisir, ditemukan pada ikan yang

berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii) (Andy Omar,

2011:43).

Gambar 3.5. Letak sirip perut pada tubuh ikan

(Sumber: Andy Omar, 2011: 52).


14

c. Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Kehidupan Ikan

1) Warna Air

Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang

melayang-layang dalam air yang mengganggu masuknya sinar

matahari. Beberapa akibat yang ditimbulkan dengan adanya

kekeruhan (yang disebabkan lumpur) antara lain a) dapat

menekan kemampuan berkembangbiak karena banyak telur

yang tidak menetas, b) meningkatnya suhu air pada siang hari,

c) menurunkan kadar dissolved oxygen (DO), d) merusak

insang, e) mengurangi masuknya cahaya matahari ke dalam air,

sehingga mengganggu proses fotosintesis, f) mengganggu

pertumbuhan plankton (Akbar, 2016:136).

2) Derajat Keasaman Air (pH)

Derajat keasaman (pH), merupakan faktor pembatas dalam

ekosistem perairan, sehingga dapat dijadikan indikator dalam

menentukan distribusi organisme akuatik. Derajat keasaman

sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangbiakan

ikan. Kisaran toleransi ikan terhadap pH tergantung pada suhu,

dissolved oxygen (DO), adanya anion dan kation, dan jenis

serta stadia organisme. Secara umum ikan hidup antara pH 4-

11 tetapi pertumbuhan yang baik terletak pada pH 5.0-9.0,

perairan yang ideal bagi ikan berkisar antara 6,5-8,5. Di luar

kisaran ini, pertumbuhan ikan akan lambat dan mungkin sulit

untuk berkembangbiak (Akbar, 2016:128).


15

3) Suhu Air

Ikan tergolong hewan air berdarah dingin (poikilotermik)

sehingga suhu tubuh akan menyesuaikan terhadap suhu air. Hal

ini akan berpengaruh terhadap tingkah laku dan

metabolismenya. Apabila suhu rendah akan mengakibatkan

nafsu makan rendah, metabolisme relatif lambat, dan

pertumbuhan juga menjadi lambat. Ikan-ikan tropis tumbuh

dengan baik pada suhu air antara 25-32°C. Suhu sangat

berpengaruh terhadap proses kimiawi dan biologi. Pada umum

reaksi kimia dan biologi meningkat 2-3 kali lipat untuk setiap

kenaikan suhu 10°C. Artinya ikan akan menggunakan

dissolved oxygen (DO) dua kali lebih banyak pada suhu 30°C

dibanding pada suhu 20°C. Karenanya kebutuhan ikan akan

oksigen akan lebih kritis dalam air bersuhu lebih tinggi

dibanding dengan yang lebih dingin (Akbar, 2016:126).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Hamidah. (2004:52), dalam

penelitiannya yang berjudul "Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Enim

Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan". Dari penelitian yang

telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada keempat

stasiun pengamatan terdapat 28 jenis ikan yang tergolong dalam 11 famili

dan empat ordo. Famili yang memiliki anggota terbesar adalah Cobitidade
16

(spesies) dan Balitoridae (2 spesies). Adapun famili lain yaitu Bagridae.

Sisoridae,psistolepididae, Belontiidae, Chanidae, Mastacembelidae, dan

Tetraodontidae, yang memiliki satu jenis.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mutiara, (2017:108),

dalam penelitiannya yang berjudul "Keanekaragaman Spesies Ikan Di

Sungai Padang Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan

Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan". Dari penelitian yang telah

dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 20 species yang

tergolong dalam 3 ordo, 11 famili, 17 genus. Kemudian jumlah species

ikan yang paling banyak ditemukan adalah Ordo Perciformes dengan 9

species sedangkan ordo Cypriniformes dengan 6 species dan Siluriformes

didapatkan 5 spesies.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Zakaria,

(2018:24), dalam penelitiannya yang berjudul "Keanekaragaman Ikan Di

Sungai Luk Ulo Kabupaten Kebumen". Dari penelitian yang telah

dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada sembilan stasiun

terdapat 72 individu yang diklasifikasikan menjadi 7 famili dan 13 spesies.

Kemudian spesies yang paling melimpah adalah Osteochillus vittatus

dengan jumlah individu sebanyak 17 ekor, diikuti oleh Barbodes binotatus

dengan 11 spesimen. Spesies dengan jumlah individu yang paling sedikit

adalah Clarias batrachus, Rasbora aprotaenia dan Pterygplichthys pardalis,

masing-masing dengan satu individu.

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan

oleh Hamidah. Wahyuni & Zakaria dan Mutiara didapatkan hasil yang
17

melakukan penelitian di Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jawa

didapat hasil keanekaragaman jenis ikan air tawar dimasing-masing sungai

yang dijadikan objek penelitian.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2022.

yang bertempat di Sungai Lakitan Kecamatan Muara Lakitan

Kabupaten Musi Rawas dan laboratorium Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI Lubuklinggau.

B. Latar Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Muara Lakitan Kecamatan Muara

Lakitan Kabupaten Musi Rawas. Di Muara Lakitan masih banyak

ditemukan beragam jenis pohon yang tumbuh disepanjang sungai

sehingga keadaan pada sungai tersebut banyak di kelilingi oleh

pepohonan yang mengakibatkan sungai menjadi kotor dikarenakan

banyak daun yang berjatuhan kesungai serta kayu pada pohon tersebut

yg sudah lapuk lalu tumbang. Sungai Lakitan memiliki panjang 1.000

meter dengan disepanjang aliran sungai Lakitan baik di kanan maupun

di kiri masih terdapat tanaman atau tumbuhan yang beranekaragam,

sungai Lakitan dapat dimanfaatkan oleh warga disekitar sungai Lakitan

untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan

buang air besar. Adanya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat

sekitar di Sungai Lakitan sangat mempengaruhi jenis keanekaragaman

jenis ikan yang ada di Sungai Lakitan tersebut. Oleh karena itu, untuk

mengetahui jenis ikan tersebut maka perlu adanya penelitian.

18
19

C. Metode dan Prosedur Penelitian

Adapun metode dan prosedur penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Kualitatif.

Menurut Arikunto (2010:3), tujuan dari penelitian deskriptif untuk

mengetahui keadaan dan kondisi, serta peneliti tidak melakukan

apa apa terhadap objek atau wilayah yang diteliti. Penelitian

kualitatif dilakukan untuk menegaskan dan mendeskripsikan data

yang sedang dikembangkan dan menjamin kepercayaan data yang

dikumpulkan (Arikunto, 2010:25). Penelitian deskriptif berpusat

pada masalah masalah aktual penelitian berlangsung. Hal serupa

yang menyatakan penelitian kualitatif yaitu penelitian dilakukan

pada kondisi alamiah berdasarkan fakta yang ditemukan

dilapangan (Sugiyono, 2016:8).

2. Prosedur Penelitian

a. Observasi

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data

mengenai jenis-jenis ikan air tawar yang terdapat di Sungai

Lakitan Kecamatan Muara Lakitan dengan melihat kondisi

sungai yang akan dijadikan objek penelitian dan melakukan

wawancara kepada beberapa warga desa yang ada di sekitar

sungai tersebut.
20

b. Penentuan stasiun

Penentuan stasiun penelitian pada penelitan ini adalah

dengan menggunakan purposive sampling Purposive sampling

merupakan teknik penentuan sample dengan pertimbangan

tertentu atau kriteria-kriteria sampel yang akan diambil untuk

mencapai tujuan dalam penelitian. Adapun penentuan stasiun

dalam penelitian ini yaitu:

1. Stasiun I dibagian hulu sungai yaitu dengan panjang 30

meter, yang terletak di perbatasan antara Desa Beliti

Jaya dengan Desa Karya Sakti.

2. Stasiun II dibagian tengah sungai yaitu dengan panjang

30 meter, yang terletak dipertengahan sungai lakitan

3. Stasiun III dibagian hilir sungai yaitu dengan panjang

30 meter, yang terletak di perbatasan antara Desa Karya

Sakti dengan Desa Marga Sakti.

c. Persiapan alat, bahan dan langkah-langkah dalam penelitian

1) Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

penggaris, ember, alat tulis, kertas label, kamera,

termometer, pH meter, jaring, jala, bubu, toples, kantung

plastik, secchi disk, serta buku Saanin, 1984 untuk

identifikasi ikan.
21

2) Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

umpan ikan, dan alkohol 70% dan aquades.

3) Langkah-langkah dalam penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu:

a) Penangkapan ikan di Sungai Bakul Desa Karya

Sakti

1. Dilakukan observasi lokasi untuk menentukan

titik penangkapan ikan.

2. Titik penangkapan ikan dilakukan di 3 stasiun

yang telah ditentukan.

3. Waktu penangkapan ikan dilakukan pada

waktu pagi hari pukul 08.00 - 10.00 WIB dan

sore hari pukul 15.30 - 17.30 WIB.

4. Penangkapan ikan dilakukan 3 hari dalam 1

minggu yaitu hari minggu di stasiun 1, hari

rabu di stasiun II. dan hari jum'at di stasiun III.

Jadi pada tiap stasiun dilakukan penangkapan

ikan sebanyak 4 kali pengulangan selama 1

bulan yaitu pada bulan April 2022.

5. Untuk mengambil ikan dengan cara menjaring,

menjala dan meletakkan bubu di lokasi stasiun

pengambilan sampel (Ratu, 2017:26).

b) Perlakuan pada ikan


22

1. Ikan yang tertangkap kemudian

didokumentasikan terlebih dahulu.

2. Setelah sampel ikan dicuci dengan air yang

mengalir dan di tiriskan kemudian di rendam

dengan alkohol 70% (pengawetan) (Wahyuni

dan Zakaria, 2018:24). dicuci, lalu

c) Identifikasi dan Klasifikasi

Identifikasi yaitu dengan mengamati ciri-ciri

morfologi pada ikan yang tertangkap dengan

perlakuan proses identifikasi sebagai berikut:

1. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan

buku-buku identifikasi ikan yaitu buku Saanin.

1984 yang berjudul Taksonomi dan kunci

Identifikasi ikan.

2. Ciri-ciri ikan yang diamati yaitu bentuk tubuh

yang disesuaikan dengan morfologi ikan

seperti, panjang. tinggi tubuh, tipe sisik, bentuk

moncong, jumlah sirip. dan bentuk ekor (Ratu,

2017:27).

d) Tahap-tahap klasifikasi diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Membedakan setiap ciri-ciri dan jenis ikan

yang telah ditangkap


23

2. Menentukan spesies dari ciri-ciri yang dimiliki

setiap ikan dengan didasarkan pada persamaan

morfologi

3. Setelah ditentukan ciri-ciri morfologi pada ikan

tersebut, dapat disamakan sesuai dengan

tingkat taksonomi yang tergolong pada ciri-ciri

ikan tersebut.

e) Cara pembuatan spesimen jenis ikan air tawar yang

telah tertangkap

1. Dari setiap penangkapan, diambil jenis-jenis

ikan yang tertangkap

2. Siapkan toples atau kantong plastik yang telah

di sediakan untuk meletakkan ikan

3. Masukkan alkohol 70% ke dalam toples atau

kantong plastik tersebut

4. Masukkan jenis ikan pada alkohol 70%


5. Masukkan jenis ikan pada larutan alkohol 70%
yang telah disediakan di dalam toples atau
kantong plastik
6. Kemudian tutup rapat toples lalu diberi label
yang berisi nama spesimen tersebut (Patriono,
dkk. 2008:607).

f) Cara mengukur faktor abiotik yang mempengaruhi

pada kehidupan ikan diantaranya yaitu; suhu


24

lingkungan, ph air dan warna air yaitu sebagai

berikut.

1. Penentuan warna air yaitu dengan cara melihat

warna air sungai dimana jika warna air

berwarna hijau kebiru biruan adalah

merupakan saat kondisi air sungai dalam

keadaan normal, kemudian saat hujan deras air

sungai akan berwarna kecoklatan (keruh) dan

untuk melihat kecerahan warna air ini

digunakan alat secchi disk.

2. Cara untuk mengukur suhu air yaitu dengan

menggunakan alat berupa termometer. Alat

tersebut dicelupkan ke perairan sungai selama

10 menit kemudian diamati dan dicatat.

3. Menentukan derajat keasaman menggunakan

alat yaitu berupa pH meter, yang mana alat pll

meter tersebut dimasukkan langsung kedalam

perairan sungai kemudian diamati dan dicatat.

4. Cara untuk mengukur kedalaman air yaitu

dilakukan dengan menggunakan seutas tali

kemudian di bagian ujung tali diikat dengan

batu besar, lalu batu tersebut ditenggelamkan

kedalam sungai. Kemudian setelah batu

ditenggelamkan, lalu tali tersebut ditarik


25

kembali ke permukaan kemudian diukur

dengan meteran dan dicatat (Utomo, dkk.

2013:83)..

d. Analisis data

Data yang diperoleh dilakukan pengidentifikasi

berdasarkan buku Saanin. 1984 yang berjudul Taksonomi dan

Kunci Identifikasi Ikan.

D. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data dalam penelitian yaitu:

a. Sumber primer

Sumber primer didapat melalui kegiatan observasi secara

langsung lokasi yang akan dijadikan objek penelitian dengan

cara melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan jaring

dan melakukan wawancara dengan warga disekitar sungai

Lakitan.

b. Sumber sekunder

Pada penelitian ini sumber sekunder diperoleh dengan

mengacu pada skripsi, jurnal dan buku yang berhubungan

dengan keanekaragaman jenis ikan.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Adapun teknik dan prosedur pengumpulan data dalam penelitian

ini yaitu sebagai berikut:


26

1. Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu

purposive sampling. Teknik purposive sampling, yaitu peneliti

turun langsung menuju ke tempat (area, wilayah, atau lokasi) yang

akan diteliti (Sugiyono, 2016:85). Jadi dalam penentuan stasiun

penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk

mengetahui jenis-jenis ikan yang terdapat di Sungail Lakitan

Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas.

2. Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari metode

observasi dan metode wawancara sebagai berikut:

a) Observasi, merupakan teknik yang biasa digunakan didalam

penelitian dengan inti yang lebih spesifik. Observasi biasanya

mengacu pada penggunaan indra visual kita untuk merekam

dan memahami informasi. Dalam penelitian, observasi

mengacu pada pengumpulan data yang melibatkan penggunaan

tidak hanya indra visual, tetapi juga semua indra yang

diperlukan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat

diandalkan. Observasi juga mengacu pada salah satu teknik

dalam mengumpulkan data. Jadi, observasi dalam penelitian

yang berarti pengumpulan data dapat dilakukan dengan

partisipan atau bukan partisipan dan wawancara mendalam

(Latief, 2014:77).

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan secara

observasi yaitu turun langsung ke lapangan dengan cara

pengambilan sampel di 3 stasiun. Stasiun yang diambil


27

berdasarkan aliran sungai itu sendiri. Stasiun 1 bagian hulu

sungai dengan panjang 30 meter, stasiun 2 bagian tengah

sungai dengan panjang 30 meter, dan stasiun 3 bagian hilir

sungai dengan panjang 30 meter. Cara penangkapan ikan

dilakukan dengan cara yang tradisional dengan menggunakan

alat jaring, bubu, dan jala. Kemudian setelah berhasil di

tangkap akan dilakukan identifikasi ciri-ciri dari jenis ikan

yang tertangkap dan di sesuaikan dengan buku acuan dari buku

Saanin, 1984 yang berjudul Taksonomi dan Kunci Identifikasi

Ikan. Selain mengidentifikasi jenis ikan dilakukan juga

pengumpulan data pengukuran parameter kualitas air yang

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ekosistem atau

keberadaan jenis-jenis ikan di 3 stasiun tersebut. Mengetahui

kualitas dari air tersebut peneliti menggunakan alat berupa

termometer, pH meter, dan secchi disk yang mana termometer

digunakan untuk mengukur suhu air, pH meter digunakan

untuk mengukur pH air atau derajat keasaman dan secchi disk

digunakan untuk melihat kecerahan warna air.

b) Wawancara, proses wawancara dilakukan dengan

menggunakan teknik wawancara semi struktur dengan

ditemukan oleh warga sekitar perairan Sungai Lakitan

Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas.


28

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang telah diperoleh maka akan dilakukan

analisis secara deskriptif, yaitu dilihat dari ciri-ciri ikan secara

morfologi. serta kemudian menjelaskan ciri-ciri yang terdapat pada

ikan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui warna air, suhu dan pH

dapat menggunakan alat Termometer. pH meter dan secchi disk. Lalu

dilakukan identifikasi dengan mengacu pada buku Saanin, 1984 yang

berjudul Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan.

Analisis data meliputi komposisi jenis (KJ), indeks

keanekaragaman (H9, indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi

(Samitra & Rozi, 2018:2). Komposisi jenis (KJ) adalah jumlah spesies-

i per jumlah seluruh total individu yang tertangkap, dengan rumus

sebagai berikut:

KJ="X 100%

dimana:

KJ-Komposisi jenis (%)

Ni= jumlah individu spesies-i

N- jumlah total individu semua spesies

Sedikit atau banyaknya keanekaragaman spesies dapat

dilihat dari indeks keanekaragaman (H'). Keanekaragaman (H)

mempunyai nilai terbesar jika semua individu berasal dari

spesies yang berbeda-beda.

Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Shannon-Wienner, yaitu:


29

n1 n1
H'= - ∑ x∈
N N

dimana:

H'= indeks keanekeragaman


nl = jumlah individu jenis ke-i
N =Jumlah individu seluruh jenis

Adapun nilai indeks keanekaragaman dapat dilihat pada

tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kriteria Indeks Keanekaragaman

Indeks ekologi Nilai katagori

Indeks keanekaragaman ( H’≤2,0 Rendah

H’) 2,0 ¿H’ ≤3,0 Sedang

H’ ≥3,0 Tinggi

Semakin besar nilai indeks keseragaman (E) menunjukkan

kelimpahan yang hampir seragam dan merata antar jenis. Nilai

indeks keseragaman (E) dapat dihitung menggunakan rumus:

H'
E=
m. S

Dimana :

E= Indeks kemerataan jenis

H’= indeks keanekaragaman

S= jumlah jenis yang ditemukan


30

Adapun nilai indeks keanekaragaman dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2 kriteria indeks keserapan

Indeks Ekologi Nilai Katagori

Indeks keseragaman (E) E ¿ 0,5 Keseragaman populasi kecil,


komunitas tertekan
0,50 ¿E ≤0,75 Keseragaman populasi sedang,
komunitas labil
0,75 ¿ E ≤ 1 Keseragaman populasi tinggi,
komunitas stabil

Jika nilai indeks keseragaman mendekati 0 dapat diartikan

dalam ekosistem/komunitas tersebut terjadi kecendrungan

dominansi spesies tertentu, dan jika nilai mendekati 1 maka

ekosistem/komunitas berada dalam kondisi relatif stabil dan

penyebaran spesies merata. Indeks dominansi digunakan untuk

mengetahui dominansi spesies pada suatu daerah. Indeks

dominansi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

C= ∑ (ni/N)2

dimana:

C= indeks dominansi
Ni= jumlah individu spesies-i
N=jumlah total individu semua spesies

Adapun kategori indeks dominansi dapat dilihat pada tabel

3.3.
31

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Dominansi

Indeks Ekologi Nilai Katagori

Indeks dominansi ( C ) 0,00 ¿C ≤0,5 Rendah

0,50 ¿C ≤ 0,75 Sedang

0,75 ¿ C ≤1 Tinggi

G. Uji Keabsahan Data

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan data yang baik,

maka peneliti akan melakukan validasi alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu; alat tulis,

kamera, penggaris, kertas label, toples, kantung plastik, ember,

termometer, pH meter, jala, jaring, secchi disk, bubu serta buku

Saanin, 1984 untuk identifikasi ikan. Kemudian untuk bahan yang

akan digunakan antara lain; umpan ikan, alkohol 70% dan aquades.

Kemudian alat dan bahan tersebut disesuaikan untuk penelitian, karena

dengan adanya alat tersebut maka akan dapat mengetahui faktor

abiotik yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Lalu selanjutnya

peneliti akan melakukan analisis data dengan cara mencocokkan

dengan kunci determinasi berdasarkan buku acuan Saanin, 1984 yang

berjudul Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan.


32
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, J. (2016). Buku Ajar Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya

Perairan). Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.

Andy Omar, S. Bin. (2011). Buku Ajar Iktiologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar. Arikunto, S. (2010).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed Revisi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Armalinda, dkk. (2016), Jenis-Jenis Ikan di Sungai Batang Tebo Pelabuhan Baru

Kecamatan Pasar Muaro Bungo Provinsi Jambi. Program Studi Pendidikan

Biologi, STKIP-PGRI Sumatera Barat - Padang.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Fitrah, S. S., dkk. (2016). Identifikasi Jenis Ikan di Perairan Laguna Gampoeng

Pulot Kecamatan Leupung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan

dan Perikanan Unsyiah, 1(1): 66-81.

Genisa, A. S. (1999). Pengenalan Jenis-Jenis Ikan Laut Ekonomi Penting

diIndonesia. Oseana, XXIV(1): 17-38)

Hamidah, A. (2004). Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Enim Kabupaten

Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal Iktiologi Indonesia, 4(2):

51-55.

Juliati, dkk. (2015). Jenis-Jenis Ikan Yang Tertangkap di Batang Salido

Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. E-Jurnal, Program Studi

Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Sumatera Barat. Latief, M. A. (2014).

32
Research Methods on Language Learning an Introduction. Malang: UM

Press.

Mutiara, D. (2017). Keanekaragaman Spesies Ikan di Sungai Padang Kecamatan

Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera

Selatan. Jurnal Biologi, 14(2): 107-111.

Nasrul, R. Y. (2016). Keanekaragaman Ikan Air Tawar di Perairan Danau Tempe.

Tesis. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.

Nursyahra. (2012). Jenis-Jenis Ikan yang Tertangkap di Batang Air Dingin

Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. E-Jurnal

STKIP PGRI Sumbar, 4(2): 100-108.

Patriono, E., dkk. (2008). Inventarisasi Jenis Ikan yang Tertangkap Nelayan d

Lembak Desa Meranjat Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan ir

Jurnal Penelitian Sain, 11(3): 605-613.

Putra, S. A. (2014). Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Mani (Rus

Sungai: Pulau Kemaro Sampai Dengan Muara Sungai Komering). Jurnal

Teknik Sipil dan Lingkungan. 203) 603.

Ramadhani, E. (2016). Analisis Pencemaran Kualitas Air Bengawan Solo Akibat

Limbah Industri di Kecamatan Kebakkrarnat Kabupaten Karang Anyar

Publikasi Karya Ilmiah: Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Ratu, T. M. (2017). Inventarisasi Jenis Ikan Air Tawar Yang Terdapat di Sungai

Musi Desa Pulau Panggung Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi

Rawas. Skripsi, MIPA Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2017. Diakses

dari https://www.e-library.stkippgri-lubuklingge.ac.id

33
Saanin, H. (1984). Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I Jakarta: PT.Bina

Cipta.

Sagala, M. M., dkk. (2014). Distribusi Logam Berat di Perairan Natur Distribution

of Heavy Metals in Natuna Coastal Waters Jurnal Ilmu dan Teknologi

Kelautan Tropis, 6(2): 297-310.

Samitra, D. & Rozi, Z., F. (2018). Keanekaragaman Ikan di Sungai Kelingi Kota

Lubuklinggau. Jurnal Biota, 4(1): 1-6.

Siagian, C. (2009). Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Serta Keterkaitannya

Dengan Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatera Utara. Tesis,

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Sriwidodo, D. W. E., dkk. (2013). Keanekaragaman Jenis Ikan di Kawasan Iniet

dan Outlet Waduk Gajah Mungku Wonogiri. Bioteknologi, 10(2): 43-50.

Sugiyono, Prof. Dr. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta cv.

Suhartini. (2009). Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang

Pembangunan yang Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian

Pendidikan dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA. UNY. Yogyakarta

Sukmono, T. & Margaretha, M. (2017). Ikan Air Tawar di Ekosistem Bukit

Tigapuluh. Yayasan Konservasi Ekosistem Hutan Sumatera & Frankfurt

Zoological Society: Jambi.

Suparjo, M. N. (2009). Kondisi Pencemaran Perairan Sungai Babon Semarang.

Jurnal Saintek Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro.

34

Anda mungkin juga menyukai