PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
UNIVERSITAS MATARAM
2023
ii
KATA PENGANTAR
Proposal skripsi ini tersusun sesuai harapan karena bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada
Sebagai sebuah karya, proposal skripsi ini tentu tidak luput dari kekurangan
dan kekeliruan. Saran, masukan, dan kritik para pembaca sangat diharapkan.
Penulis berharap semoga proposal skripsi ini menjadi bagian dari ilmu yang
bermanfaat bagi sesama hingga akhir masa.
Mataram, September 2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................4
1.5 Batasan Masalah......................................................................................5
1.6 Definisi Operasional................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
2.1 Landasan Teori........................................................................................6
2.1.1 Hutan Mangrove......................................................................................6
2.1.2 Jenis-Jenis Mangrove..............................................................................7
2.1.2.1 Mangrove Sejati Mayor....................................................................7
2.1.2.2 Mangrove Sejati Minor....................................................................8
2.1.2.3 Mangrove Asosiasi...........................................................................8
2.1.3 Komunitas Mangrove.............................................................................9
2.1.4 Habitat Mangrove.................................................................................11
2.1.5 Faktor Fisika dan Kimia Lingkungan Mangrove..................................12
2.1.5.1 Suhu.................................................................................................12
2.1.5.2 Substrat............................................................................................13
2.1.5.3 Salinitas...........................................................................................14
2.1.5.4 Derajat Keasaman...........................................................................14
2.2 Penelitian yang Relevan.............................................................................16
2.3 Kerangka Berfikir.......................................................................................17
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
di sepanjang garis pantai daerah tropis dan subtropis yang didominasi oleh
manfaatnya yang sangat banyak, antara lain ialah sebagai pelindung pantai dari
hempasan ombak serta angin kencang. Selain itu juga sebagai penahan abrasi,
penampung air hujan sehingga dapat mencegah banjir, dan penyerap limbah
yang mencemari perairan. Oleh sebab itu, secara tidak langsung kehidupan
16.530.000 hektar total luas hutan mangrove di dunia, atau sekitar 21% dari
total mangrove dunia berada di Indonesia (Marbun dkk., 2022). Namun, pada
mangrove telah rusak dan berkurang juga terlihat di Nusa Tenggara Barat. Pada
tahun 2006 luas mangrove Provinsi Nusa Tenggara Barat sekitar 18.256,88
hektar, dan pada tahun 2015 menjadi 12.144,30 hektar. Angka tersebut
beberapa faktor, antara lain perubahan tata guna lahan (Farista & Virgota, 2021).
dengan sebutan nama Ekowisata Bagek Kembar. Hal tersebut tentunya sangat
berperan sebagai mata rantai makanan yang berperan sebagai produsen dalam
jaring-jaring makanan.
3
spesies mangrove di lokasi tersebut masih belum ada dan belum pernah
dilakukan penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan agar didapatkan
juga diharapkan dapat berguna sebagai acuan penelitian lebih lanjut mengenai
Sekotong.
5
transek.
ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain (Maknun,
2017). (2) Mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang berhasil tumbuh
dan berkembang pada habitat intertidal yang berada di antara daratan dan laut di
daerah tropis dan sub-tropis (Djamaluddin, 2016). (3) Kawasan ekosistem esensial
merupakan kawasan yang memiliki nilai secara ekosistem penting yang bukan
berada di dalam kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam hingga taman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
grove (English). Secara umum mangrove dapat diartikan menjadi ekosistem hutan
yang tumbuh pada wilayah pasang surut (pantai, laguna, muara) serta tumbuh di
halophytes, atau punya toleransi yang tinggi terhadap kadar salinitas air bahari,
berbagai komunitas pesisir tropis yang didominasi oleh spesies pohon yang unik
dan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri serta tumbuh di air asin. Hutan
ekosistem darat serta ekosistem laut. Hutan mangrove memiliki fungsi yang
pelestarian. Hutan mangrove atau sering juga disebut hutan bakau mempunyai
yakni perairan serta daratan. Karakteristik mangrove ini utamanya mampu berada
di keadaan salin dan tawar, dan tidak terpengaruhi iklim (Amirudin & Duwila,
2022).
7
Manfaat ekonomi hutan mangrove antara lain yaitu penyedia kayu, dan bahan
makanan. Fungsi ekologis hutan mangrove yaitu sebagai tempat memijah serta
mangrove. Spesies mangrove sejati hanya dapat tumbuh di hutan mangrove dan
serta dapat membentuk tegakan murni. Adapun spesies mangrove sejati contohnya
8
1994).
kelompok ini menempati habitat tepi dan bukan bagian utama dalam komunitas.
Selain itu, biasanya tidak membentuk elemen vegetasi yang mencolok. Adapun
yang termasuk ke dalam mangrove sejati minor yaitu Pemphis acidula (Sentigi),
(Tomlinson, 1994).
darat. Selain itu, jarang ditemukan tumbuh di dalam komunitas mangrove yang
ekstrim di kawasan pesisir yakni kadar gram yang tinggi. Spesies dari mangrove
asosiasi dapat beradaptasi dengan ekosistem pantai namun yang menjadi pembeda
dari dalam tubuh. Selain itu, mangrove asosiasi mampu hidup di tanah berpasir
9
dan menjadi perbatasan dengan daratan. Mangrove asosiasi ialah vegetasi yang
tumbuh ke arah darat di belakang zona mangrove sejati, tumbuhan yang toleran
terhadap salinitas, yang dimana hal tersebut tidak ditemukan secara eksklusif di
hutan mangrove dan hanya merupakan vegetasi transisi ke daratan atau lautan,
akan tetapi dapat berinteraksi dengan mangrove sejati (Rahim & Baderan, 2019).
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu
waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
utamanya seperti spesies yang dominan, bentuk atau indikator hidup, habitat fisik
derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
untuk mengetahui pola sebaran komunitas dan perubahannya dipakai sebagai hasil
kemerataan spesies, serta dominansi dari spesies dengan ciri yang khas pada suatu
spesies yang melibatkan transfer energi atau jaring makanan, predasi serta
yang juga tinggi. Sebaliknya, jika dominansi yang tinggi, maka terjadi
seperti sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti kecepatan
arus, kekeruhan atau kecerahan, pasang surut, kedalaman, substrat dasar dan suhu.
Sifat kimia seperti kandungan oksigen, karbon dioksida terlarut, pH, bahan
organik, dan kandungan hara yang dapat mempengaruhi hewan tersebut. Sifat-
sifat fisika dan kimia secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh
mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang ekstrem, seperti: suhu tinggi,
salinitas tinggi, pasang surut ekstrem, sedimentasi tinggi, dan kondisi substrat
tumbuh yang miskin oksigen dan atau tanpa oksigen. Degradasi hutan mangrove
di Indonesia disebabkan oleh berbagai factor antara lain seperti alih fungsi hutan
perkebunan, serta untuk kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi. Kebutuhan dan
ketergantungan akan sumber daya alam di kawasan pesisir yang semakin besar
2014).
paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir sering ditumbuhi oleh
Avicennia sementara Sonneratia dominan tumbuh pada lumpur dan banyak bahan
serta pada zona transisi antara darat dan laut biasanya ditumbuhi oleh Nypa.
Perbedaan jenis antara mangrove yang tumbuh dipantai, muara dan sungai, yang
diakibatkan perbedaan tingkat salinitas pada ketiga habitat mangrove tersebut dan
Ciri habitat yang sangat menonjol di kawasan hutan mangrove antara lain
atau berpasir, daerah atau lahannya tergenang air. Mangrove mampu tumbuh
12
dengan baik pada substrat berlumpur dan perairan pasang yang mengakibatkan
keadaan anaerob. Hal ini karena mangrove mempunyai akar khusus yang
Duwila, 2022).
mangrove yaitu faktor fisika dan kimia, dimana faktor fisika terdapat suhu dan
substrat (tekstur tanah) sedangkan faktor kimia meliputi pH, dan salinitas (Kholifi
dkk., 2021).
2.1.5.1 Suhu
suhu tropika, yaitu kisaran suhu bulanan tidak lebih rendah dari 20°C dan
(Tomlinson, 1994).
Baku mutu air laut untuk biota laut, suhu optimal ekosistem mangrove
suhu 18 – 20°C (Alwidakdo dkk., 2014). Perbedaan suhu dapat disebabkan oleh
2.1.5.2 Substrat
oksigen sedikit serta kaya dengan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di
tanah terutama berasal dari perombakan sisa tumbuhan yang diproduksi oleh
mangrove sendiri. Serasah secara perlahan hancur dalam kondisi sedikit asam
Selain zat organik, tanah mangrove juga mengandung sedimen halus atau
partikel pasir, material kasar seperti potongan-potongan batu dan koral, pecahan
kulit kerang, telur dan siput. Tanah mangrove membentuk lumpur berlempung
dan warnanya yang bervariasi dari abu-abu muda hingga hitam. Tanah ini
terbentuk oleh pengendapan sedimen yang terbawa oleh aliran sungai ditambah
oleh material yang dibawa dari laut pada waktu pasang. Sedimen halus dan bahan
terlarut lainnya yang terbawa oleh aliran sungai dapat mengendap di dasar
proses koagulasi yang disebabkan oleh pencampuran dengan air laut (Soeroyo,
1992).
lapisan lumpur, tanah tersebut tidaklah konstan karena pengaruh pasang surut air
laut. Aliran pasang surung air laut tersebut mempengaruhi terdamparnya bibit-
bibit tumbuhan untuk tumbuh, hal ini ditunjang adanya sistem perakaran jangkung
14
(still root) yang menggantung dari kebanyakan mangrove ini akan membantu
2.1.5.3 Salinitas
38‰, untuk spesies mangrove Nypa fruticans lebih menyukai air payau (2-22‰)
dan tidak mampu hidup pada kondisi hypersaline. Mangrove tumbuh maksimal
dimana sungai memberikan air tawar cukup untuk mencegah hypersaline atau
Kadar Salinitas air di wilayah pasang surut sangat bervariasi dari waktu ke
waktu. Variasi salinitas secara umum ialah hasil interaksi antara frekuensi pasang,
masukan air tawar (sungai dan hujan), besar penguapan serta topografi dasar
hutan mangrove tergantung dari bertambahnya volume air tawar yang mengalir
dari sungai, dan salinitas tertinggi terjadi pada musim kemarau (Khow, 2002).
kualitas air. Nilai pH adalah gambaran jumlah atau aktivitas hidrogen dalam air.
Secara umum, nilai pH menunjukkankan seberapa asam atau basa suatu perairan.
Derajat keasaman (pH) yang dimiliki perairan laut selalu berada dalam
air tetap berada dalam kisaran yang sempit. Sistem ini menjalankan peranannya
dengan menyerap ion H+ dari dalam air. Nilai pH dalam suatu perairan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: aktivitas biologi, fotosintesa, suhu,
mengandung lempung, karena bahan organik beserta kondisi alami mikroba dapat
permukaan tanah lebih tinggi dari pada lapisan dibawahnya akibat dari seresah
tanah menjadi masam. pH tanah dengan kisaran nilai antara 6-7 merupakan pH
sedikit asam karena aktivitas bakteri pereduksi belerang dan adanya sedimentasi
oleh beberapa peneliti, diantaranya : (1). Penelitian yang dilakukan oleh Susanto
mangrove diperoleh hasil H' = 0,99 berarti sangat rendah, dan indeks dominansi
spesies yaitu 0,6269 berarti dominansi sedang. (2). Wiyanto dan Faiqoh (2015)
tagal ) dan 1 spesies mangrove ikutan yaitu waru laut (Thespesia popunema). (3).
meliputi 2 spesies yaitu Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba. Kerapatan dan
Frekuensi dari spesies Rhizophora apiculata memiliki nilai yang tertinggi, akan
tetapi untuk keanekaragaman spesies masih rendah hal ini menunjukkan kondisi
ekologis yang tidak stabil (Sasauw dkk., 2016). (4). Japa dan Santoso (2019)
keseimbangan siklus biologi dalam suatu perairan laut. Mangrove juga memegang
kayu yang mempunyai nilai ekonomi juga berfungsi sebagai pelindung pantai dan
kayu mangrove untuk kebutuhan masyarakat, baik dari skala kecil maupun skala
besar sehingga lama kelamaan mangrove yang berada akan tergusur dan hilang.
Mengingat kondisi mangrove yang ada semakin berubah luasan arealnya dan
karena tidak ditunjang dari berbagai aspek pengelolaan dan kebijakan yang tidak
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan cara mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.
Populasi dari penelitian ini adalah semua tumbuhan mangrove yang berada
Barat. Sedangkan sampel penelitian ini adalah semua tumbuhan mangrove yang
keanekaragaman spesies, dan kondisi lingkungan (suhu, pH, salinitas, dan jenis
substrat).
Berikut alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian dicantumkan
Penelitian ini dilakukan dengan metode kombinasi antara transek garis (line
transect) dan plot (kuadrat) dengan penentuan letak transek menggunakan teknik
purposive sampling. Transek garis disebar tegak lurus garis pantai ke arah daratan.
Pada masing-masing transek sepanjang 100 m terdapat 3 plot (10x10 m). Gambar
3.2 memperlihatkan desain sebaran plot pada setiap transek (Dharmawan &
Pramudji, 2017). Setiap tegakan vegetasi mangrove yang teramati pada tiap plot
1 2 3
kuantitatif. Data kuantitatif ialah data yang berbentuk bilangan, bersifat variabel
mangrove. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini untuk spesies mangrove yang
H’ = –∑ Pi ln (Pi)
Dimana Pi = (ni/N)
Keterangan:
DAFTAR PUSTAKA
Dani, R., Arthana, I. W., & Ernawati, N. M. (2021). Analisis vegetasi mangrove
dan kelimpahan biota (Crustacea) yang berasosiasi di Pantai Selatan
Kabupaten Manggarai Timur. Journal of Marine and Aquatic Sciences,
7(1), 57-67. doi: https://doi.org/10.24843/jmas.2021.v07.i01.
Darmadi, D., Lewaru, M. H., & Khan, A. M. A. (2012). Struktur komunitas
vegetasi mangrove berdasarkan karakteristik substrat di Muara Harmin
Desa Cangkring Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 3(3), 347-348.
Dewi, S. K., & Herawatiningsih, R. (2017). Kondisi tanah dalam kawasan
mangrove di Desa Nusapati Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat.
Jurnal Hutan Lestari, 5(2), 177-182.
Dharmawan, I. W. E., & Pramudji, S. (2014). Panduan Monitoring Status
Ekosistem Mangrove. Bogor: PT. Sarana Komunikasi Utama.
Dharmawan, I. W. E., & Pramudji, S. (2017). Panduan Pemantauan Komunitas
Mangrove. Edisi ke-2. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Djamaluddin, R. (2016). Mangrove, Biologi, Ekologi, Rehabilitasi, dan
Konservasi. Manado: Unsrat Press.
Ewusie, J. Y. (1990). Ekologi Tropika. Bandung: ITB.
Faida, F., Sulaeman, S. M., & Pitopang, R. (2017). Komposisi vegetasi semak
pada dua tipe “Land Use” di Desa Pangalasiang Kecamatan Sojol di Desa
Pangalasiang Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
Jurnal Biocelebes, 11(1), 21-29
25
Farista, B., & Virgota, A. (2021). Serapan karbon hutan mangrove di Bagek
Kembar Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Bioscientist:
Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1), 170-178. doi:
https://doi.org/10.33394/bioscientist.v9i1.3777.
Fauziah, F., Komala, R., & Hadi, T. A. (2018). Struktur komunitas karang keras
(bangsa Scleractina) di pulau yang berada di dalam dan luar kawasan
Taman Nasional Kepulauan Seribu. Bioma, 14(1), 10-18. doi:
https://doi.org/10.21009/Bioma14(1).6.
Hambaran, H., Linda, R., & Lovadi, I. (2014). Analisa vegetasi mangrove di
Desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas. Protobiont, 3(2),
201-208.
Husamah, H., Rohman, F., & Sutomo, H. (2016). Struktur komunitas Collembola
pada tiga tipe habitat sepanjang daerah aliran Sungai Brantas Hulu Kota
Batu. Jurnal Pendidikan Biologi, 9(1), 41-50. doi:
https://doi.org/10.20961/bioedukasi-uns.v9i1.3886.
Japa, L., & Santoso, D. (2019). Analisis komunitas mangrove di Kecamatan
Sekotong Lombok Barat NTB. Jurnal Biologi Tropis, 19(1), 25–33.
doi:https://doi.org/10.29303/jbt.v19i1.1001.
Japa, L., Karnan, K., & Santoso, D. (2021). Community of mangrove category
tree and sapling in the Sekotong Bay, West Lombok. Jurnal Biologi
Tropis, 21(2), 441–447. doi: https://doi.org/10.29303/jbt.v21i2.2698.
Juwinda, S., Kusen, J., & Schaduw, J. (2016). Struktur komunitas mangrove di
Kelurahan Tongkaina Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 4(2), 17-
22. doi: https://doi.org/10.35800/jplt.4.2.2016.13929.
Juwita, R. (2017). Keanekaragaman makrozoobentos sebagai bioindikator
kualitas perairan sungai sebukhas di Desa Bumi Agung Kecamatan
Belalau Lampung Barat [Skripsi], Universitas Islam Negri Raden Intan
Lampung, Lampung.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2020). Hari mangrove
sedunia, KKP targetkan rehabilitasi 200 Ha lahan mangrove di 2020.
Retrieved August, 3 2023, from Interactwebsite:
https://kkp.go.id/djprl/artikel/21994-hari-mangrove-sedunia-kkp-
targetkan-rehabilitasi-200-ha-lahan-mangrove-di-202.
Kennish, M. J. (1990). Ecology of Estuaries. Boston: CRC Press.