PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS MATARAM
2022
i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Majapahit 62 Mataram NTB 83125 Telp. (0370) 623873
ii
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
Menyetujui:
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
iii
PERMOHONAN PROPOSAL SKRIPSI
Menyetujui:
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
KATA PENGANTAR
iv
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
terselesaikan. Tujuan dari penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai salah satu
Penyusunan proposal skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan serta
Bapak Dr. Jamalludin, M. Pd. selaku dosen pembimbing I dan kepada Bapak Dr.
Abdul Syukur, M. Si. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
bahwa dalam penyusunan proposal ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengarapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing serta dari
berbagai pihak untuk penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata,
penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
v
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Keanekaragaman...................................................................... 7
2.2 Hutan Magrove........................................................................
2.3 Klasifikasi Moluska................................................................. 8
2.3.1 Kelas Gastropoda............................................................ 8
2.3.2 Kelas Bivalvia................................................................. 11
2.4 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Gastropoda dan
Bivalvia.................................................................................... 15
2.5 Karakteristik Gastropoda dan Bivalvia.................................... 15
2.5.1 Gastropoda...................................................................... 15
2.5.2 Jenis-jenis Gastropoda..................................................... 16
2.5.3 Bivalvia (Pelechypoda)................................................... 22
2.5.4 Manfaat Gastropoda dan Bivalvia................................... 26
2.5.5 Deskripsi Lokasi Mangrove Pnatai Cemara
Teluk Lembar.................................................................. 27
2.5.6 Kondisi Lingkungan Mangrove Pantai Cemara
vi
Teluk Lembar.................................................................. 28
2.6 Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati.................... 29
2.7 Penelitian yang Relevan........................................................... 32
2.8 Kerangka Berpikir.................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 50
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
juta ha (Kordi, 2014). Akan tetapi, laju kerusakan hutan mangrove di indonesia
lombok dilaporkan memiliki luas hutan mangrove sebesar 3,305 ha, namun hanya
1,643 ha (49,7 %) yang masih dalam kondisi baik, separuh sisanya 1,662 ha
(50,3%) dalam keadaan rusak (DPDAS Dojokan Moyosari, 2007). Sebagai upaya
ekosistem mangrove yang ada di Pantai Cemare Teluk Lembar telah mengalami
merupakan komunitas hutan mangrove yang paling tua dengan umur rehabilitasi
Siput dan Kerang termasuk ke dalam kelas Gastropoda dan Bivalvia dari
filum Molusca. Kelompok ini termasuk hewan bertubuh lunak, yang dilindungi
10
untuk identifikasi (Kira, 1981). Lebih lanjut di sampaikan pula bahwa Bivalvia
mempunyai tiga cara hidup yakni membuat lubang pada substrat, melekat
langsung pada substrat dengan semen dan melekat pada substrat dengan bahan
benang (bysus). Selain itu, kelas Bivalvia juga disebut kelas Lamellibranchiata
atau Telecypo-da yang didasari atas tipe insang dan bentuk kaki. Kelompok
perut. Hewan ini memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi dari
sumber makanan dan hiasan. Kelompok kerang secara umumnya dipanen untuk
sebagai bahan campuran alami untuk menghasilkan semen dan kapur. Daging
dan makanan burung. Beberapa jenis kerang laut seperti family Cardiidae dan
dan cangkangnya juga ada yang bernilai jual yang sangat tinggi (Febrita et al.,
2015).
zat organik tersuspensi dan makhluk hidup lain di lingkungannya (Natsir dan
keberadaan bivalvia diantaranya suhu, pH, dan salinitas. Kawasan mangrove yang
11
dialihfungsikan sebagai ekowisata, kawasan penambangan timah dan adanya
untuk dijual. Masyarakat sekitar hanya mengetahui manfaat bivalvia sebatas untuk
dimana ditemukan empat spesies bivalvia yaitu Anadara sp., Pharus sp., Geloina
sp. dan Perna viridis dengan kepadatan tertinggi spesies Pharus sp. (Suwondo et
al., 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al. (2017) menunjukkan
bahwa kawasan Pesisir Pulau Tunda termasuk kedalam kategori ‘Tercemar Sangat
suatu lingkungan.
hidup di sekitar daerah genangan air yang berada di bawah tegakan mangrove
(Endang Hilmi et al., 2009). Salah satu kelompok fauna invertebrata yang hidup
banyak diketahui dan dipelajari oleh pelajar setingkat SMA, ini dikarenakan
12
Materi SMA tentang keanekaragaman hayati dapat dijelaskan dengan
menggunakan objek berbeda dari yang ada di buku paket seperti Bivalvia dan
jarang dilihat sebelumnya. Pemahaman siswa saat belajar di kelas bisa diperkaya
penelitian, koleksi dan foto spesimen Gastropoda dan bivalvia. Hasil penelitian
dan psikomotorik peserta didik di jenjang SMA. hasil yang diharapkan setelah
13
Gastropoda dan Bivalvia di Hutan Mangrove Lembar Sebagai Sumber
ini adalah :
mangrove lembar?
14
d. Untuk mengetahui pola penyebaran Gastropoda dan Bivalvia di kawasan
hutan mangrove Lembar.
bagi peneliti, pemerintah dan lembaga pendidikan, berikut uraian manfaat masing-
masing aspek.
a. Peneliti
b. Lembaga Pendidikan
c. Masyarakat
penafsiran, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam karya
15
a. Tingkat keanekaragaman Moluska merupakan jenis kelompok Gastropoda
disini yaitu Moluska perairan tawar yaitu kelas Gastropoda dan Bivalvia
yang ada di ekosistem mangrove kawasan lembar serta jumlah spesies dan
b. Karakteristik Gastropoda yaitu ciri dari Gastropoda baik itu dari morfologi
d. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada baik manusia, alat, pesan,
16
1.6 Batasan Masalah
Lombok Barat.
c. Variabel yang akan diteliti adalah jumlah spesies dan jumlah individu
d. Parameter Lingkungan fisika dan kimia yang diamati berupa jenis substrat,
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ekologi, dan bentuk ekosistem yang dibentuknya (Fahmi, et al., 2015). Medyati,
spesies dimuka bumi banyak sekali ragamnya, mengetahui peranan spesies bagi
hayati merupakan dasar munculnya berbagai jasa ekosistem baik dalam bentuk
diartikan sebagai interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungan
(Kusmana, 2015).
18
ekosistem merupakan Sumber Daya Alam yang kompleks. Sumber Daya Alam
habitat akibat penggunaan bahan berbahaya dan aktifitas manusia yang tidak
pesisir pantai dan terdapat pasang surut air laut dengan salinitas yang tinggi.
Tumbuh pada daerah dengan jenis tanah berlumpur, berpasir, dan berkerikil.
substrat. Kadar garam (salinitas) dan substrat sangat mempengaruhi struktur daun
19
Mughofar, et al., (2018), hutan mangrove dapat membentuk zonasi di sepanjang
garis pantai. Zonasi mangrove terbentuk dari arah laut kearah daratan yang
terdiri dari tiga bagian, diantaranya: (1) Vegetasi yang berada dekat dengan laut
adalah Avicennia yang berasosiasi dengan Sonneratia, zona ini tumbuh pada tanah
berlumpur lembek dan berkadar garam yang tinggi. Vegetasi yang berada diantara
laut dan darat adalah Rhizophora dan Bruguiera. Rhizophora tumbuh pada tanah
yang berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah, perakaran tetap
terendam selama air laut pasang. Sedangkan Bruguiera tumbuh pada tanah
berlumpur agak keras, perakaran dapat terendam saat pasang naik dua kali dalam
sebulan. Vegetasi mangrove yang dapat tumbuh pada daerah dekat dengan daratan
adalah nypa, zona ini ada apabila terdapat air tawar yang mengalir (sungai) ke
laut. Tumbuh dibibir laut dan memiliki perakaran yang kuat untuk bertahan dari
ground, spawning ground, dan feeding ground (Dudi, et al., 2017). Fungsi sosial
ekonomi hutan mangrove digunakan sebagai kayu akar, kayu bangunan, tiang
pancang, dan lain sebagainya. Fungsi ekologi hutan mangrove sebagai remediasi
bahan pencemar, menjaga stabilitas dari abrasi, melindungi dari gelombang badai,
berbagai jenis ikan, udang, dan fauna lain termasuk Moluska (Setyawan &
Winarno, 2006).
20
2.3 Moluska tersebar luas pada habitat laut, air tawar, dan daratan.
Moluska memiliki rentangan habitat cukup lebar mulai dari dasar laut
sampai garis pasang surut. Selain itu ada pula yang hidup di air tawar,
Moluska berasal dari bahasa latin molis, berarti lunak. Moluska adalah
hewan lunak yang memiliki cangkang. Diperkirakan spesies Moluska yang hidup
sekitar 80.000 sampai 150.000 spesies, dan 35.000 menjadi fosil. Bentuk tubuh
beraneka ragam dari silindris seperti cacing sampai tidak memiliki kaki, sampai
bentuk hampir bulat tanpa kepala, dan tertutup dua keping cangkang (Dibyowati,
2009).
Cangkang pada Moluska tersusun atas zat kapur (CaCO 3) yang berguna
untuk melindungi diri. Tubuh hewan tersimpan dalam cangkang sehingga tidak
terlihat dari luar. Apabila keadaan aman, tubuh akan dijulurkan keluar dan yang
terlihat pertama kali adalah bagian kaki. Jenis hewan dari Moluska yang tidak
Moluska mempunyai dua kelas terbesar dari tujuh kelas yaitu Gastropoda
dan Bivalvia. Kedua kelas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan,
pakan ternak, bahan dasar kosmetik, obat-obatan, dan bahan pupuk. Selain itu,
21
Moluska memiliki ciri-ciri, diantaranya: (1) Tubuh simetri bilateral,
tertutup oleh mantel yang menghasilkan cangkang, dan memiliki kaki ventral; (2)
Saluran pencernaan lengkap, dalam rongga mulut memiliki radula kecuali pada
pelecypoda; (3) Mulut berhubungan dengan oesophagus, perut, dan usus yang
melingkar; (4) Anus terletak di tepi dorsal rongga mantel di bagian posterior; (5)
Jantung moluska terdiri dari dua serambi dan sebuah bilik, terdapat di dalam
rongga pericardium; (6) Peredaran darah terbuka yang berarti darah tidak melalui
pembuluh darah, tetapi melalui sinus darah yaitu rongga diantara sel-sel dalam
organ; (7) Alat pernapasan kebanyakan moluska dilakukan oleh satu atau banyak
insang yang disebut dengan ctenidia. Selain itu, adapula yang memiliki paru-paru
atau keduanya; (8) Alat indera terletak di dalam rongga mantel yang disebut
mendeteksi jumlah sedimen yang terbawa oleh aliran air yang masuk; (9)
Kebanyakan moluska memiliki kaki yang besar, datar, berotot, dan bagian telapak
kaki mengandung kelenjar lendir serta cilia; (10) Sistem syaraf terdiri atas cincin
syaraf yang melingkari oesophagus dengan beberapa pasang ganglion dan dua
tubuhnya, meliputi:
22
b. Massa Viseral merupakan bagian tubuh yang lunak dari Moluska. Bagian
rongga yang disebut rongga mantel. Dalam rongga mantel berisi cairan
Bivalvia.
Gastropoda, dan Bivalvia. Dari tujuh tersebut terdapat tiga kelas yang
Gastropoda biasa disebut siput atau keong yang berhabitat di darat, perairan air
23
tawar, dan di laut. Bentuk tubuh dan cangkang sangat beragam. Kelas gastropoda
viseral, radula, dan memiliki sebuah atau beberapa insang. Namun spesies yang
hidup di air tawar atau di habitat terrestrial rongga mantel termodifikasi menjadi
Gastropoda jenis pulmonata dapat kembali ke air tawar, meskipun tetap bernapas
Gambar 2 1 Kelas
Gastropoda
24
cangkang tertutup oleh operkulum. Hewan gastropoda dari subkelas
dua yang tersusun dalam dua baris filamen, jantung beruang dua, dan
dilengkapi dengan radula yang berjumlah tiga dalam satu baris. Contoh
25
yang lebar. Contoh hewan adalah Aplysia.
dan Cliopsis
insang, dan gigi, serta massa viseral besar. Contoh hewan adalah
26
pasang tentakel, sepasang diantaranya memiliki mata, rongga mantel
kelas ini yaitu peristiwa torsi yang merupakan peristiwa memutarnya cangkang
serta mantel, rongga mantel, dan massa viseral hingga 180 0 berlawanan dengan
arah jarum jam disebut sinistral. Namun gastropoda laut umumnya berbentuk
dekstral (berputar searah jarum jam). Cangkang terbuat dari kalsium karbonat
dengan lapisan luar berupa priostrakum dan zat tanduk (Santhanam, 2018).
sebagai alat penglihat. Bagian bawah kepala terdapat kelenjar mukosa yang
membasahi kaki. Bentuk kaki lebar, pipih, dan selalu basah. Kaki dan kepala
27
Gambar 2 2 Morfologi Gastropoda
penutup tubuh dan terdapat berbagai variasi bentuk dan ukuran. Bivalvia tidak
memiliki kepala, tidak bermulut, dan kaki berbentuk kapak. Kepala tidak
28
kebiasaan tersebut.
yang membenamkan diri, menempel pada substrat, dan berenang aktif. Habitat
berada di laut daerah litoral, daerah pasang surut, dan di air tawar. Bivalvia
memiliki organ reproduksi berumah dua dan fertilisasi terjadi secara eksternal
(Abbot, 1986).
29
dari bangsa Nuculoida adalah Yoldia dan Nucula.
gigi kardinal.
30
5) Subkelas Heterodonta memiliki cangkang yang berukuran sama dan
Pholas.
Poromya.
bagian dorsal dengan adanya hinge ligament. Hinge ligament merupakan pita
elastik terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk atau conchiolin. Kedua
cangkang ditautkan oleh otot aduktor anterior dan otot aduktor posterior yang
31
bekerja secara antagonis dengan hinge ligament. Untuk mempererat kedua
cangkang, di bawah hinge ligament terdapat gigi atau tonjolan pada keping
yang satu dan lekukan atau alur padak keping lain (Gosling, 2003).
menutup dua lapisan kapur atau lebih. Mantel pada bivalvia memiliki bentuk
jaringan tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang.
Terdapat tiga lipatan pada tepi mantel, yaitu (1) lapisan dalam adalah lapisan
paling tebal yang berisi otot radial dan otot melingkar, (2) lapisan tengah terdapat
alat indera, dan lapisan luar digunakan sebagai penghasil cangkang (Campbell,
2009).
Cara hidup kerang ialah dengan menempel erat pada benda padat
benda padat, dan parasit. Rongga mantel dan insang biasanya besar sehingga
Moluska
a. Suhu
32
Menurut Patty (2013), mengatakan suhu merupakan faktor fisik
arus, kedalaman laut, angin, dan musim. Selain itu faktor lain yang
b. Jenis Substrat
lumpur, dan batu atau kerikil (Saputra et al., 2016). Menurut Arifin
33
dapat memindahkan posisi pasir saat menuju ke daerah pantai.
dalam pasir.
melekat dengan alat pelekat yang kuat. Contoh dari biota yang
a. Salinitas
sirkulasi air, penguapan, dan curah hujan serta aliran sungai. Nilai
34
Daerah pesisir pantai atau aliran sungai biasanya memiliki salinitas
35
Salinitas mempengaruhi penyebaran organisme benthos.
al., 2013).
2017).
1
Proses pembelajaran adalah sistem yang tidak lepas dari sumber belajar.
Sumber belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan dan
situasi yang tercipta baik sengaja maupun yang sengaja dibuat. Adapun yang
termasuk sumber belajar diantaranya pesan, manusia, alat, teknik, dan data
pembelajaran. Adapun syarat dari sumber belajar Munajah & Susilo (2015),
diantaranya:
ingin capai.
dapat dikembangkan.
pelaksanaan penelitian.
2
yang dapat membantu dan dimanfaatkan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sedangkan Jailani &
dan gejala alam sebagai sarana yang digunakan dalam memcahkan masalah.
Sumber belajar biologi berasal dari lingkungan alam yang dapat memberikan
sesuai kemampuan.
penelitian.
3
d. Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
a. Pesan adalah informasi yang disampaikan dalam bentuk ide, fakta, dan
arti.
disampaikan.
4
Artiningrum, skirpsi tahun 2019. Hasil penelitian didapatkan sebanyak
yaitu 719 individu yang terdiri atas 24 spesies dari kelas Gastropoda dan 3
Nasional Alas Parwo”: Oleh Destha Grana Bramasta Tahun 2014. Hasil
dan salinitas 31,3% serta substrat berpasir, batu lamun dan kerang.
terdiri atas 4ordo, 4 famili, 5 genus, dan 6 jenis Bivalvia yaitu Saccostrea,
5
pada jenis Donax ceniatus dan indeks terendah ditemukan 13 jenis
piramidalis, dan Tallina palatam karena jenis-jenis ini punya peranan yang
yaitu terletak pada objek penelitian terhadap kelas Gastropoda dan kelas
keanekaragaman sember daya alam hayati, yang meliputi jumlah dan frekuensi
dari keanekaragaman hayati tingkat gen, tingkat spesies, maupun tingkat ekosistem
di suatu daerah.
6
berperan di daerah ekosistem mangrove adalah rantai makanan detritus dimana
sumber utama detritus berasal dari daun-daunan dan ranting ranting mangrove
karena itu organisme bentik terutama gastropoda dan bivalvia dapat dijadikan
Agussalim., 2013).
beberapa tahap. Pohon mangrove yang tumbuh dipesisir pantai cemare merupakan
komunitas hutan mangrove yang paling tua dengan umur rehabilitasi lebih dari 15
Dodokan memiliki umur rehabilitasi yang lebih muda yaitu sekitar 8 tahun dan
dibawah 5 tahun. Hal ini menyebabkan sebagian besar mangrove yang tumbuh di
pinggiran sungai berupa anakan dan semaian. Rehabilitasi terbaru dilakukan oleh
Pantai Cemare pada tahun 2019. Usia vegetasi juga berkaitan dengan stabilitas
klimaks yang sangat stabil jika tidak ada gangguan yang cukup besar.
7
berbagai jenis ikan, udang, dan fauna lain termasuk Moluska (Setyawan &
Winarno, 2006).
spesies gastropoda yang masih hidup dan 15.000 jenis yang telah menjadi fosil.
Gastropoda berasal dari bahasa latin gaster yang berarti perut dan pados yang
berarti kaki, jadi gastropoda adalah hewan yang memiliki tubuh lunak, yang
Bivalvia merupakan salah satu jenis hewan laut yang memiliki nilai
rasanya yang enak dan berprotein tinggi. Selain itu, adapula yang dijadikan
sebagai bahan ornamen (hiasan). Menurut Supratman et al., (2019) sebagian besar
dari antara 20 jenis moluska yang bernilai ekonomis yang ditemukan di indonesia,
termasuk ke dalam kelas bivalvia dan oleh karena nilai ekonomisnya sehingga
sering terjadi eksploitasi yang berlebihan terhadap bivalvia yang bisa berdampak
kimia), kompetisi, adanya pemangsaan dari predator, serta tekanan dan perubahan
tercantum dalam Kompetensi Dasar 3.2 menganalisis data hasil observasi tentang
8
Keanekaragaman hayati yang dipelajari di sekolah membahas tentang
yang ada di buku paket seperti Bivalvia dan Gastropoda. Penggunaan objek ini
keanekaragaman jenis makhluk hidup dapat juga mengenalkan kepada siswa jenis
berbagai sumber belajar salah satunya seperti lingkungan. Pada dasarnya semua
proses pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah sistem yang tidak lepas dari sumber belajar.
belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan dan situasi
yang tercipta baik sengaja maupun yang sengaja dibuat. Adapun yang termasuk
sumber belajar diantaranya pesan, manusia, alat, teknik, dan data (Abdullah,
syarat dari sumber belajar Munajah & Susilo (2015), diantaranya: 1. Kejelasan
potensi merupakan kejelasan dari sebuah objek yang ditentukan dari ketersediaan
9
psikomotorik. 3. Kejelasan sasaran merupakan hasil yang diharapkan dari tujuan
berupa fakta yang dapat dikembangkan. 5. Kejelasan pedoman yang berarti perlu
Menurut Ikhsan, et al., (2017), sumber belajar ialah segala sesuatu yang dapat
dengan tujuan yang akan dicapai. Sedangkan Jailani & Hamid (2016), sumber
belajar adalah sesuatu yang digunakan untuk pengajaran. Segala sesuatu yang
sengaja dirancang atau tersedia dapat dimanfaatkan untuk proses belajar secara
10
Hutan Mangrove Pantai Cemare, Teluk Lembar Kabupaten Lombok Barat
Kawasan Ekowisata
Perlu adanya penelitian di hutan mangrove pantai cemare teluk lembar, lombok barat
Tersedianya data dan informasi mengenai keanekaragaman gastropoda dan bivalvia di hutan mangrove dan dijadikan sebagai sumber belajar pada ko
11
BAB III
METODE PENELITIAN
Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah gabungan transek garis
aktifitas yang terdapat disekitar lokasi stasiun. Pada setiap stasiun diambil 3 titik
sampling (3 plot). Penelitian ini mempaparkan secara murni hasil dari objek yang
12
diamati. Selanjutnya data yang diperoleh dikelompokan berdasarkan klasifikasi
salah satu Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Konsep Keanekaragaman
modul terdapat unsur-unsur yang ada di dalam sebuah modul. Secara teknis
modul tersusun dalam empat unsur, sebagai berikut: 1. judul modul. Judul berisi
tentang nama modul dari suatu mata kuliah/mata pelajaran tertentu. 2. Petunjuk
ketiga indikator pencapaian, keempat, refrensi (diisi tentang sumber buku yang
evaluasi ini terdiri dari tengah dan akhir semester dengan tujuan untuk mengukur
13
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dari bulan Agustus sampai
dari penelitian ini adalah seluruh gastropoda dan bivalvia (Mollusca) yang ada di
14
Kabupaten Lombok Barat. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Dengan demikian, sampel
dari penelitian ini adalah seluruh gastropoda dan bivalvia (Mollusca) yang
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
15
3.6 Variabel penelitian
Variabel yang diamati pada penelitian ini yaitu jumlah spesies gastropoda
dan bivalvia dan jumlah individu masing-masing spesies gastropoda dan bivalvia
Metode transek merupakan garis sempit yang melintang pada daerah yang akan
di teliti dengan tujuan untuk mengetahui spesies gastropoda dan bivalvia serta
16
Letak stasiun dipilih secara “Haphazard” yang diperkirakan
b. Dalam setiap plot transek 10m ×10 m tersebut dibuat sub petak
17
Gambar 11. Transek Garis
pada saat kawasan mangrove tidak terendam air terlalu dalam. Setelah
18
Gastropoda dan bivalvia yang berhasil didapatkan di dalam kuadrat
gastropoda dan bivalvia berpedoman pada buku Abbott (1985) yang berjudul
compendium of seashells around the world dan Dharma (1988) yang berjudul
siput dan kerang indonesia I (indonesia Shells I) serta laporan hasil penelitian-
Faktor fisika dan kimia yang diukur secara insitu yaitu langsung pada
setiap transek atau lokasi pengambilan sampel yang telah ditentukan. Faktor
lingkungan meliputi faktor fisika (suhu) dan parameter kimia ( salinitas, dan pH).
Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kualitatif dan
dengan cara kuantitatif. Kualitatif adalah analisis data yang menampilkan data
nama ilmiah yang dipaparkan dalam bentuk gambar, klasifikasi dan deskripsi
sebagai berikut:
19
a. Indeks Keanekaragaman (H')
H' = -Ʃ Pi ln Pi
Keterangan:
H' = Keanekaragaman
Pi = ni/N
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu
Hasil perhitungan keanekaragaman menggunakan indeks
bivalvia.
Kriteria Keanekaragaman
Keanekaragaman Rendah H’<1
Keanekaragaman Sedang 1<H’<3
Keanekaragaman Tinggi H’>3
Sumber: (Rahma dan Fitriana, 2006:68)
20
D = (ni/N) ²
Keterangan:
D = Dominansi
ni = Jumlah individu dari spesies ke- i
N = Jumlah total spesies
Hasil perhitungan Dominansi apabila dibandingkan dengan
Kriteria Dominansi
Dominansi rendah 0,00 < D ≤ 0,50
Dominansi sedang 0,50 < D ≤ 0,75
Dominansi tinggi 0,75 < D ≤ 1,00
Sumber: (Rahma dan Fitriana, 2006:68)
sebagai berikut:
Keterangan:
Id= Indeks Sebaran Morisita
n = Jumlah kuadrat pengambilan contoh
21
Σ x = Jumlah individu di setiap kuadrat x1+ x2+ ….
Σx2= Jumlah individu di setiap kuadrat di kuadratkan = x12+ x2 2+
….
Hasil perhitungan Indeks Sebaran Morisita apabila
Abubakar, S., M. A. Kadir, N. Akbar, dan I. Tahir. 2018. Asosiasi dan Relung
Mikrohabitat Gastropoda Pada Ekosistem Mangrove di Pulau Sibu
Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku utara.
Jurnal Enggano.3 (1):22-38.
Akhrianti, IDG. 2014. Distribusi Spasial dan Prefrensi Habitat Bivalvia di Pesisir
Perairan Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur. Jurnal
Ilmu dan Kelautan Tropis. 6 (1) : 171-185.
Al Idrus, Agil, 2014. Mangrove Gili Sulat Lombok Timur, Arga Puji Press,
Mataram.
22
VI). Penerbit Reneka Cipta Dicetak Oleh PT Asdi Mahasatya, Jakarta.
Campbell,N.A., Reece, J.B., and Mitchell, L.G. 2003. Biologi, Edisi Kelima Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Donato, D.C., Kauffman, J. B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M., &
Kanninen, M. 2012. Mangrove adalah salah satu hutan terkaya karbon di
kawasan tropis. Brief Cifor. 12:1-10.
Endang Hilmi, Shut dan Sunarto Budi Utoyo. 2009. Model Hu-bungan Antara
Tingkat Kerapatan Pohon Mengrove Dengan Populasi Kepiting (Scylla
serata). Studi Kasus Ekosistem Hutan Mangrove Kabupaten Cilacap Jawa
Tengah. http://ar.scribd.com. (2 Januari 2014).
Erizal. 2014. Komposisi dan Struktur Vegetasi Strata Sapling di Kawasan Hutan
Mangrove Kabupaten Siak Provinsi Riau untuk Pengembangan Modul
pada Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan. Skripsi Biologi FKIP Universitas
Riau. Pekanbaru.
Fachrul, M. F., Rinanti, A., Hendrawan, D., & Satriawan, A. (2016). Kajian
kualitas air dan keanekaragaman jenis fitoplankton di perairan waduk pluit
Jakarta Selatan. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit, 1(2), 109–
120.
23
Mangrove Sebagai Media Pembelajaran Pada Konsep Keanekaragaman
Hayati Kelas X SMA. Jurnal :Biogenesis Vol. 11 (2).
Ita Ritniasih dan dkk. 2009. Substrat Dasar dan Parameter Oseanografi Sebagai
Penentu Keberadaan Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Sluke Kabupaten
Rembang. Jurnal Ilmu Kelautan, Vol. 14 (1).
Khouw, A.S. 2009. Metode dan Analisa Kuantitatif Dalam Bioekologi Laut.
Jakarta, Indonesia: Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut
(P4L), Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(KP3K).Departemen Kelautan dan Perikanan.
Mughofar, A., Masykuri, M., & Setyono, P. (2018). Zonasi dan komposisi
24
vegetasi hutan mangrove pantai cengkrong Desa Karanggandu Kabupaten
Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan, 8(1).
Munajah, & Susilo, M. J. (2015). Potensi sumber belajar biologi SMA kelas X
materi keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di kebun binatang
gembira loka. JUPEMASI-PBIO, 1(2), 184–187.
Nurdin, J., Supriatna, J., Patria, M.P. dan Budiman. A. 2009. The Potential Edible
Bivalvia And Its Diversity In The Coastal Waters Of South Kabung Bay.
Wes Sumatra : With Special Case Of Gafrarium Tomidum.
Ponder, W.F. 1998. Clasification of Mollusca in Beesley, P.L., G.J.B. Ross & A.
Wells. (eds). Mollusca: The Southern Syntesis, Fauna of Australia. Vol. 5.
Melbourne: CSIRO Publishing.
Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan
Praktik (Cet. I). Jakarta : Prenadamedia Group.
25
Di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi FMIPA Biologi
Universitas Indonesia. Depok.
Saputra, S., Sugianto, & Djufri. (2016). Sebaran mangrove sebelum tsunami dan
sesudah tsunami di Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh. JESBIO,
V(1), 23–29.
Sugianto, dkk. (2014). Daftar Mollusca yang berpotensi sebagai spesies asing
invasive di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pusat
Karantina Ikan.
Suwondo, Febrita Elya dan Sumanti Fifi. 2006. Struktur Komunitas Gastropoda
Pada Hutan Mangrove Di Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai
Sumatera Barat. Jurnal Biogenesis Vol. 2 (1) : 25-29, 2005.
26
Wenti Anggraini. 2018. Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang
Perekonomian Masyarakat Kabupaten Oku Timur. Jurnal Aktual. Volume
16, Nomor 2.
Yumima Sinyo, dkk. 2013. Studi Kepadatan dan Keanekaragaman Jenis
Organisme Bentos Pada Daerah Padang Lamun di Perairan Pantai
Kelurahan Kastela. Jurnal BioEdukasi. Vol. 2., No.1
27