Anda di halaman 1dari 50

EFEKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA MENJADI

PUPUK ORGANIK CAIR SEBAGAI NUTRISI PADA PERTUMBUHAN


TANAMAN SELADA (Lactuta sativa L.) DENGAN TEKNIK
HIDROPONIK

PROPOSAL PENELITIAN

NURHILMI
NIM. 2016310305

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Efektivitas Pengolahan Limbah Rumah Tangga menjadi Pupuk

Organik Cair sebagai Nutrisi pada Pertumbuhan Tanaman Selada

(Lactuta sativa L.) dengan Teknik Hidroponik

Nama : Nurhilmi

Stambuk : 2016310305

Program Studi : Pendidikan Biologi

Setelah diperiksa dan diteliti, maka proposal penelitian ini telah

memenuhi persyaratan untuk diajukan pada seminar proposal.

Persetujuan Pembimbing Tanda Tangan

1. Drs. Ansar Adil, M. Si. (.......................)

2. Azrini Khaerah, S. Si., M. Sc. (.......................)

ii
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
Jl. Ir. Soekarno No. 9, Telp. (0413) 81481, Bulukumba 92512

KARTU BIMBINGAN PROPOSAL


No. /III.I/F/2020

1. Nama Mahasiswa : Nurhilmi

2. No. Stambuk : 2016310305

3. Jurusan : Pendidikan Biologi

4. Judul Proposal :.Efektivitas Pengolahan Limbah Rumah Tangga

``menjadi Pupuk Organik Cair sebagai Nutrisi pada

``Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuta sativa L.)

``dengan Teknik Hidroponik

5. Tanggal Pengesahan Judul :

6. Pembimbing : 1. Drs. Ansar Adil, M. Si.

2. Azrini Khaerah, S. Si., M. Sc.

7. Keterangan Pembimbing :

Persetujuan Pembimbing Tanda Tangan

1. Drs. Ansar Adil, M. Si. (.......................)

2. Azrini Khaerah, S. Si., M. Sc. (.......................)

iii
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
Jl. Ir. Soekarno No. 9, Telp. (0413) 81481, Bulukumba 92512

CATATAN PEMBIMBING PROPOSAL

TGL/BLN/ PARAF PARAF


NO POKOK BAHASAN
THN MAHASISWA PEMBIMBING

Bulukumba, 2020
Pembimbing I

Drs. Ansar Adil, M. Si.

iv
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
Jl. Ir. Soekarno No. 9, Telp. (0413) 81481, Bulukumba 92512

CATATAN PEMBIMBING PROPOSAL

TGL/BLN/ PARAF PARAF POKOK


NO THN MAHASISWA PEMBIMBING BAHASAN

Bulukumba, 2020
Pembimbing II

Azrini Khaerah, S. Si., M. Sc.

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

KARTU BIMBINGAN ....................................................................................... iii

CATATAN PEMBIMBING ............................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

PRAKATA .......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4

C. Batasan Masalah .................................................................................. 4

D. Rumusan Masalah................................................................................ 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN,

KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6

B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 23

C. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 24

vi
vii

D. Hipotesis............................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................. 28

B. Variabel Penelitian .............................................................................. 29

C. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 29

D. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 29

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 30

F. Teknik Pengumpulan Data (Data, Sumber Data, dan Instrumen) ....... 35

G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Susunan Letak Percobaan ............................................................................. 29

3.2 Pengamatan Keadaan Tanaman .................................................................... 35

3.3 Penghitungan Tinggi Tanaman ..................................................................... 35

3.4 Penghitungan Jumlah Daun .......................................................................... 36

3.5 Penghitungan Bobot Basah Tanaman ........................................................... 36

3.2 Pengamatan Warna Daun .............................................................................. 36

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hidroponik dengan Wick System ................................................................... 17

2.2 Hidroponik dengan Nutrient Film Technique (NFT) .................................... 17

2.3 Hidroponik dengan Deep Water Culture (DWC) ......................................... 18

2.4 Hidroponik dengan Drip System ................................................................... 18

2.5 Hidroponik dengan Ebb and Flow Systems (Flood and Drain System)........ 19

2.6 Kerangka Pikir .............................................................................................. 26

ix
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allaah Subhanahu wa Ta’ala atas segala rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan

judul “Efektivitas Pengolahan Limbah Rumah Tangga menjadi Pupuk

Organik Cair sebagai Nutrisi pada Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuta

sativa L.) dengan Teknik Hidroponik”.

Penyelesaian proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas semua dukungan

dan bantuan kepada:

1. Drs. Jumase Basra, M. Si. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Bulukumba.

2. Dr. Hj. Andi Sumrah AP., M. Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

3. Fauzan Akbar, S. Pd., M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

dan Penasehat Akademik.

4. Drs. Ansar Adil, M. Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi saran

dan bimbingan, arahan, ilmu, pengalaman, serta dukungan dalam menyelesaikan

proposal ini.

5. Azrini Khaerah, S. Si., M. Sc. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi

saran dan bimbingan, arahan, ilmu, pengalaman, serta dukungan dalam

menyelesaikan proposal ini.

x
xi

6. Orang tua yang dengan sabar telah mendidik dan mendo’akan kesuksesan

penulis sejak kecil sampai sekarang.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan motivasi selama

penyusunan proposal.

Semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca sekalian.

Bulukumba, 15 Januari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah sangat melimpah sehingga menumpuk begitu saja, bahkan

merusak lingkungan. Limbah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi

kesehatan manusia. Bila limbah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa

ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan

yang serius. Tumpukan limbah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan

mendatangkan tikus got dan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang

membawa kuman penyakit (Maskur dan Firdaus, 2014:1). Kenyataan ini

mengakibatkan potensi limbah menjadi sangat besar dan tentunya tidak baik bagi

lingkungan sekitar, serta menimbulkan bau busuk.

Sekitar 60-70% dari total volume limbah yang dihasilkan di Indonesia,

merupakan limbah basah dengan kadar air antara 65-75%. Sumber limbah

terbanyak berasal dari pasar tradisional dan pemukiman. Limbah pasar tradisional,

seperti pasar lauk-pauk dan sayur-mayur membuang hampir 95% limbah organik.

Jika ditinjau dari pengolahannya, limbah jenis ini akan lebih mudah ditangani.

Sementara itu, limbah di daerah pemukiman jauh lebih beragam. Namun, minimal

75% dari total limbah tersebut termasuk sampah organik dan sisanya merupakan

limbah anorganik. Limbah organik mampu terurai secara alami di alam dengan

bantuan mikroba (Hati, 2018:14). Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian yang dapat merubah limbah menjadi sesuatu yang

1
2

bermanfaat. Salah satunya adalah memanfaatkan limbah khususnya limbah organik

untuk bahan baku pupuk cair sehingga dapat mengurangi penumpukan limbah dan

dapat membantu petani dalam menyediakan pupuk.

Sebenarnya permasalahan limbah bisa dikurangi jika penanganannya

dimulai dari rumah ke rumah dengan cara mengolahnya menjadi pupuk organik.

Selama ini pupuk organik yang dihasilkan dalam bentuk padat memang banyak.

Namun, jarang yang berbentuk cair, padahal pupuk organik cair ini lebih praktis

digunakan, proses pembuatannya relatif mudah, dan biaya pembuatan yang

dikeluarkan juga tidak terlalu besar (Maskur dan Firdaus, 2014:2).

Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu

bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi

seperti sisa buah-buahan atau sayur-sayuran. Selain mudah terdekomposisi, bahan

ini juga kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, baik menggunakan media

tanam menggunakan tanah atau dengan teknik hidroponik (Gunawan, Kusmiadi,

dan Prasetiyono, 2015:38).

Teknik hidroponik merupakan teknik membudidayakan tanaman tanpa

menggunakan tanah, tetapi menggunakan air dan larutan mineral bernutrisi yang

disediakan sebagai media tanam. Teknik ini mampu meningkatkan hasil tanaman

per satuan luas sampai lebih dari sepuluh kali bila dibandingkan dengan teknik

pertanian konvensional seperti pada umumnya. Penggunaan sistem hidroponik

tidak mengenal musim di suatu tempat dan tidak memerlukan lahan yang luas,

dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan produktivitas yang sama

namun waktu yang cukup lama (Rahayu, Mukarlina, dan Linda, 2018:62).
3

Teknik hidroponik telah banyak digunakan oleh petani di Indonesia

khususnya untuk membudidayakan tanaman sayur. Teknik hidroponik memiliki

banyak keuntungan, yaitu tidak membutuhkan lahan yang besar dan perawatan

lebih praktis sehingga membutuhkan sedikit tenaga kerja, pemakaian pupuk lebih

efisien, didapatkan hasil panen yang lebat, sehat, dan segar, tanaman tumbuh lebih

pesat dan kebutuhan terjamin, penanaman dapat dilakukan terus-menerus tanpa

tergantung musim, serta dapat dilakukan penjadwalan pemanenan sehingga dapat

memproduksi dua tanaman secara kontinyu. Budidaya dengan sistem hidroponik

berpusat pada pemberian air, unsur hara yang optimal sesuai dengan kebutuhan

tanaman, kondisi lingkungan, dan umur tanaman hingga tercapai hasil panen yang

baik (Tallei, Rumengan, dan Adam. 2017:2).

Akan tetapi, ada beberapa kendala dalam penerapan teknik hidroponik.

Contohnya, dalam mengatur komposisi nutrisi untuk tanaman yang menyebabkan

penerapan teknik hidroponik menjadi kurang maksimal. Jadi, diperlukan adanya

solusi alternatif untuk memaksimalkan penerapan teknik hidroponik. Misalnya

penggunaan nutrisi pupuk organik cair dari limbah rumah tangga. Maka dari itu,

penulis berinisiatif melakukan sebuah penelitian untuk menguji “Efektivitas

Pengolahan Limbah Rumah Tangga menjadi Pupuk Organik Cair sebagai Nutrisi

pada Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuta sativa L.) dengan Teknik

Hidroponik”.
4

B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya limbah rumah tangga yang terbuang percuma, sehingga

menumpuk menjadi sampah dan dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan.

2. Lahan yang minim untuk menanam sayuran, karena kebanyakan lahan (tanah)

sekarang digunakan untuk menanam padi dan jagung.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitan ini yaitu potensi pengolahan limbah

rumah tangga menjadi pupuk organik cair sebagai nutrisi pada pertumbuhan

tanaman selada (Lactuta sativa L.) dengan teknik hidroponik.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagamaimanakah cara pembuatan pupuk organik cair dari limbah rumah

tangga?

2. Bagaimanakah cara penanaman tumbuhan dengan teknik hidroponik sistem

wick?

3. Bagaimanakah efek pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman

selada (Lactuta sativa L.)?


5

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk organik cair dari limbah rumah

tangga.

2. Untuk mengetahui cara penanaman tumbuhan dengan teknik hidroponik

sistem wick.

3. Untuk mengetahui efek pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman

selada (Lactuta sativa L.).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Pendidikan

a) Memberikan ilmu pengetahuan baru bagi siswa-siswi mengenai

pengolahan limbah rumah tangga menjadi pupuk organik cair sebagai

nutrisi pertumbuhan tanaman dengan teknik hidroponik.

b) Dapat menjadi bahan praktikum di sekolah, pada kegiatan pertumbuhan

tanaman.

2. Bagi Lingkungan

a) Menjadikan lingkungan lebih lestari, karena memanfaatkan limbah yang

terbuang.

b) Menjadikan lingkungan bebas dari sampah organik maupun non organik.

3. Bagi Peneliti

a) Menjadi referensi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

b) Memberikan pertimbangan untuk membuat penelitian yang lebih detail.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Limbah Rumah Tangga

Limbah memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu

pengetahuan. Namun pada prinsipnya, dalam kehidupan manusia, sebagian

besar jumlah limbah berasal dari aktivitas rumah tangga, seperti yang

dikonsumsi pada umumnya. Di mana masyarakat bermukim, di sanalah

berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada limbah yang terdiri dari air

buangan cucian beras, sampah yang mudah membusuk, seperti sisa-sisa

bahan makanan, sayuran, dan kulit buah-buahan yang dibuang dan tidak

dimanfaatkan lagi. Sehingga bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk

organik cair. Pengolahan limbah rumah tangga menjadi pupuk organik cair

yang akan dibuat yaitu limbah sayuran (kangkung, kol, tauge, dan tomat), dan

kulit buah (pisang kepok, nanas, dan pepaya) (Hati, 2018:9).

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari kegiatan

sehari-hari dalam rumah tangga yag tidak termasuk tinja, melainkan sisa-sisa

bahan makanan, sayuran, kulit buah-buahan, dan sisa pengolahan makanan.

Pengolahan limbah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi kegiatan: pemadatan, pengomposan, daur

ulang materi atau daur ulang energi (Darmadi, dkk., 2019:143).

6
7

Limbah rumah tangga sangat cocok untuk diolah menjadi kompos

karena selain dapat dimanfaatkan komposnya, lingkunganpun terhindar dari

pencemaran. Jenis sampah rumah tangga yang dapat diolah menjadi kompos

adalah jenis sampah organik basah yang mudah sekali membusuk, seperti

dedaunan dan sampah sisa dapur. Oleh karena itu sebelum mengolah sampah

rumah tangga menjadi kompos, sebaiknya dilakukan pemisahan antara

sampah organik dan sampah non-organik untuk memudahkan dalam

pengolahnnya (Yovita, 2012:63).

Kandungan berbagai unsur seperti karbohidrat, protein, lemak,

serat, fosfor, besi, kalium, vitamin, dan kadar air yang tinggi. Terdapat di

dalam limbah sayuran dan kulit buah mempunyai fungsi yang bisa membantu

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga sangat

bagus dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair

(Gunawan, Kusmiadi, dan Prasetiyono, 2015:38).

2. Pupuk Organik Cair

a. Definisi Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk

hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri

pengurai, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk

organik ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Pupuk organik akan

meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat.

Pupuk organik memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan

kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah


8

untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah

yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan

pupuk organik. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap

unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang

pertumbuhan tanaman. Adapula manfaat pupuk organik dalam aspek

lingkungan sebagai berikut mengurangi usaha polusi udara karena

pembakaran limbah, mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

(Sakinah, 2016:21).

b. Definisi Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-

bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk

organik cair ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara,

tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara

secara cepat. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat,

sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa

digunakan tanaman secara langsung (Nur, Noor, dan Elma, 2016:7).

Pupuk organik cair merupakan hasil salah satu pupuk yang

berbentuk cair yang berisikan unsur hara organik. Hal yang yang perlu

dipersyaratkan dalam pupuk organik cair adalah kandungan unsur N, P, K

dan unsur-unsur hara lain yang berperan dalam penyediaan unsur hara

tanaman, selain unsur hara, maka pupuk organik cair berisikan mikroba

yang mempunyai sifat fiksasi nitrogen dan pelarut phospat. Pupuk organik
9

berupa cairan suspensi dan media carier berkonsentrasi tinggi, dengan

warna coklat abu-abu kehitaman, dengan pH antara 5-7,3. Oleh sebab

dibuat dari sampah rumah tangga organik, maka bau yang dihasilkan pun

menyengat (Maskur dan Firdaus, 2014:19).

Pengolahan sampah menjadi organik cair merupakan salah satu

cara untuk menyelesaikan masalah sampah. Hal ini akan membawa

manfaat yang besar, karena pupuk cair mulai sering diaplikasikan sejak

berkembangnya tanaman hidroponik. Selain untuk hidroponik, pupuk cair

dapat digunakan untuk tanaman bertani biasa. Pupuk cair lebih mudah

diformulasi dan diracik sesuai dengan kebutuhan tanaman dan proses

pembuatannya lebih cepat yaitu 2-3 minggu. Salah satu cara untuk

mempercepat proses pengomposan limbah rumah tangga adalah dengan

menambahkan air tuak nira dan larutan gula pasir sebagai nutrisi bagi

mikroorganisme (Nurjazuli, dkk., 2016:2).

c. Bahan Pupuk Organik Cair

Jenis limbah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik

cair adalah limbah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan,

ayam, kulit telur, limbah buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-

lain. Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari limbah organik yaitu

bahan organik basah seperti sisa buah dan sayuran. Selain mudah

terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara yang dibutuhkan tanaman.

Semakin tinggi kandungan selulosa dari bahan organik, maka proses

penguraian akan semakin lama (Sakinah, 2016:24).


10

d. Pembuatan Pupuk Organik Cair

Cara pembuatan pupuk kompos cair, sebagai berikut:

1) Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu. Limbah

diambil dari rumah warga, pasar dan pedagang buah.

2) Pemilahan sampah

Sampah yang digunakan untuk pengomposan hanya

sampah organik seperti sisa sayuran dan kulit buah. Dalam hal ini

sampah yang dikomposkan hanya skala rumah tangga saja.

3) Pencacahan

Limbah sayuran dan kulit buah dicacah/dirajang terlebih

dahulu, pencacahan atau pengecilan ukuran dilakukan untuk

memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan

mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.

4) Pencampuran

Limbah sayuran dan kulit buah yang sudah dicacah

dimasukkan kedalam komposter sebanyak 4 kg, lalu disemprotkan

300 ml larutan MOL pepaya yang sudah dicampur dengan 1 liter air

sumur, kemudian komposter ditutup rapat.

5) Pengadukan

Setelah sampah dibiarkan dan terjadi proses pengomposan

maka dilakukan pengadukan untuk membuang panas yang

berlebihan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan,


11

meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan

menjadi partikel kecil-kecil.

6) Penyiraman

Apabila bahan kompos terlalu kering maka dilakukan

penyiraman, namun apabila pada tumpukan sampah itu sudah keluar

air atau lendir maka tidak perlu dilakukan penyiraman.

7) Pematangan

Komposter ditutup rapat dan dibiarkan supaya terjadi

proses pengomposan, selanjutnya diamati perubahan yang terjadi

pada kompos setiap hari (suhu, warna, bentuk/tekstur, bau,

penyusutan volume, mengeluarkan lindi/air sampah dan pH)

(Yovita, 2012:65).

e. Penggunaan Pupuk Organik Cair

Pupuk cair organik bisa langsung digunakan dengan disiramkan

ke tanah atau disemprotkan ke daun tanaman. Kedua cara tersebut bisa

dilakukan secara bersamaan. Supaya lebih efektif, penyemprotan

dilakukan ketika matahari sudah terbit agar zat hara yang terkandung

dalam pupuk tersebut dapat langsung dipakai oleh tanaman dalam proses

fotosintesis (Sucipto, 2012:89).


12

f. Manfaat Pupuk Organik Cair

Manfaat pupuk organik cair bagi tumbuhan adalah sebagai

berikut.

1) Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan

pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga

meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan

nitrogen dari udara.

2) Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh

dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,

cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit.

3) Merangsang pertumbuhan cabang produksi.

4) Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah.

5) Mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

6) Mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif

pengganti pupuk kandang (Hati, 2018:22)

g. Kualitas Pupuk Organik Cair

Hasil pengomposan berbahan baku sampah dinyatakan aman

untuk digunakan ketika sampah organik telah dikomposkan dengan

sempurna. Untuk mengetahui tingkat kematangan kompos dapat

dilakukan pengamatan di lapangan. Salah satu indikasinya terlihat dari

kematangan kompos yang meliputi karakteristik fisik seperti, suhu,

warna, bau, tekstur, penyusutan volume (tinggi tumpukan) dan pH

(Dahono, 2012:7).
13

3. Hidroponik

a. Definisi Hidroponik

Hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu hydro yang

artinya air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal dengan

sebutan soilless culture yang artinya budidaya tanaman tanpa tanah.

Tanaman hidroponik secara umum yaitu tanaman yang ditanam dengan

memanfaatkan air tanpa penggunakan media tanah tetapi menekankan

pada pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman untuk bisa tumbuh. Jadi

tanaman hidroponik tidak ditanam di media tanah melainkan media lain

seperti bata merah, rockwool, kerikil, arang sekam, dan sebagainya.

Walaupun pemanfaatan air, tetapi air yang dibutuhkan hanya dalam

jumlah kecil. Hal yang paling penting untuk tanaman hidroponik adalah

pemenuhan nutrisi tanaman yang berbentuk larutan. Jadi, cara penanaman

hidroponik sengat cocok untuk tempat yang pasokan airnya kurang

(Tallei, Rumengan, dan Adam. 2017:3). Adapun media tanaman

hidroponik yang banyak digunakan yaitu media tanam menggunakan

rockwool.

Media tanam jenis rockwool banyak ditemukan telah digunakan

oleh banyak petani di negara kita ini. Hal ini karena karakteristik media

tanam rockwool sangat halus, bentuknya bisa dikatakan hampir

menyerupai busa jika dilihat secara sekilas, serta mempunyai berat yang

sangat ringan sehingga mudah saat digunakan untuk menyerap air ke akar

tanaman (Kurnia, 2018:19).


14

Saat ini pertanian menggunakan hidroponik telah diterapkan

secara luas dan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

sistem budidaya konvensional, yaitu mengurangi resiko atau masalah

budidaya yang berhubungan dengan tanah seperti gangguan serangga,

jamur, dan bakteri yang hidup di tanah. Proses budidaya tanaman dengan

teknik hidroponik dilakukan dalam kondisi lebih bersih tanpa

menggunakan pupuk kotoran hewan. Faktor-faktor pembatas dalam

budidaya di lahan seperti suhu, kelembaban, nutrisi, dan pH dapat diatur

dengan menggunakan metode hidroponik ini (Al-Khodmany, 2018 dalam

Swastika, Yulfida, dan Sumitro, 2018:4).

b. Jenis-Jenis Hidroponik

Beberapa jenis hidroponik yang umum digunakan antara lain

(El-Kazzaz and El-Kazzaz 2017:4):

1) Wick System

Sistem ini merupakan model hidroponik yang paling

sederhana, yaitu menggunakan sumbu yang menghubungkan pot

tanaman dengan media larutan nutrisi. Sistem ini bisa menggunakan

alat seperti baskom sayuran di rumah sebagai wadah untuk nutrisi.

Tanaman mendapatkan nutrisi yang diserap melalui sumbu atau kain

flanel. Sistemnya seperti kompor minyak tanah.

Sumbunya merupakan bagian penting dari sistem ini,

karena tanpa penyerap cairan yang baik, tanaman tidak akan

mendapatkan kelembaban dan nutrisi yang dibutuhkan. Sumbu yang


15

baik, selain sebagai penyerap cairan yang baik, juga tidak mudah

rusak akibat pembusukan. Sumbu sebaiknya dicuci terlebih dahulu

dengan air agar dapat meningkatkan kemampuannya untuk menyerap

nutrisi. Jumlah sumbu disesuaikan dengan ukuran tanaman ketika

bertumbuh untuk memastikan nutrisi yang diserap cukup memenuhi

kebutuhan tanaman. Penggunaan pompa udara untuk aerasi sistem ini

tidak terlalu dibutuhkan. Akar akan mampu mendapatkan oksigen dari

ruang di dalam sistem, dan juga menyerap oksigen langsung dari

cairan nutrisi. Apabila ingin menggunakan aerator, disarankan untuk

membuat sistem rakit apung saja. Adapun kelebihan dan dan

kekurangan wick system antara lain.

Kelebihan wick system:

a) Tanaman dapat mensuplai air dan nutrisi secara terus-menerus

b) Biaya pembuatan yang murah, dengan biaya minimal bisa

berkebun hidroponik dan menghasilkan tanaman pangan yang

maksimal.

c) Mempermudah perawatan tanaman karena tidak perlu melakukan

penyiraman

d) Tidak tergantung listrik

e) Menghemat tempat, pemakaian ruang bersifat fleksibel, artinya

instalasi ini bisa disimpan pada tempat-tempat yang sesuai

keinginan.

f) Mengutamakan prinsip 3R, artinya memberikan andil besar dalam


16

pengelolahan limbah lingkungan.

g) Nilai seni yang tidak kalah elegan dengan instalasi hidroponik

lainnya.

h) Bisa menata ruang tertentu dengan instalasi sistem sumbu

sehingga menjadi berdaya seni tinggi.

Kekurangan wick system:

a) Air dan nutrisi yang diberikan tidak dapat kembali ke bak

penampungan sehingga lebih boros.

b) Peroses penambahan nutrisi yang bersifat manual, harus rajin

mengontrol bak nutrisi untuk memastikan apakah nutrisinya

masih bnyak atau sudah surut.

c) Berpotensi menyimpan endapan karena air nutrisi tidak

bergerak, hal ini tidak signifikan karena pada umumnya

tanaman yang ditanam dengan teknik ini bisa tumbuh sehat dan

maksimal pada teknik hidroponik lain.

d) Tidak semua tanaman tumbuh dengan baik dengan pasokan air

konstan. Selain itu, bagian dari larutan nutrisi ke akar tanaman

melalui sumbu mungkin tidak memadai untuk tanaman lebih besar

dan lebih cepat tumbuh. Akhirnya, media tumbuh terus-menerus

lembab menghalangi aerasi, menyebabkan akar tanaman menjadi

layu.

e) Instalasi hidroponik sistem sumbu ini menjadi jelek atau kalah

saing dengan teknik hidroponik lainnya (Rommy, 2017 dalam


17

Kurnia, 2018:23).

Gambar 2.1 Hidroponik dengan Wick System

Sumber: (El-Kazzaz and El-Kazzaz, 2017:5)

2) Nutrient Film Technique (NFT)

Larutan nutrisi secara terus menerus dialirkan mengenai

akar tanaman menggunakan pipa PVC menggunakan pompa dengan

teknik resirkulasi.

Gambar 2.2 Hidroponik dengan Nutrient Film Technique (NFT)

Sumber: (El-Kazzaz and El-Kazzaz, 2017:6)

3) Deep Water Culture (DWC)

Tanaman dibuat mengapung pada larutan nutrisi sehingga

akar tanaman terendam terus menerus. Penggunaan pompa hanya

untuk menghasilkan okrigen di dalam larutan nutrisi


18

Gambar 2.3 Hidroponik dengan Deep Water Culture (DWC)

Sumber: (El-Kazzaz and El-Kazzaz, 2017:6)

4) Drip System

Sistem ini menggunakan dua buah kontainer terpisah yaitu

bagian atas dan bawah. Kontainer atas untuk tanaman dan yang bawah

untuk larutan nutrisi. Larutan nutrisi dipompa naik dan menyiram

batang tanaman dan akan larutan sisa akan turun ke kontainer bawah

setelah melewati media tanam dan akar tanaman.

Gambar 2.4 Hidroponik dengan Drip System

Sumber: (El-Kazzaz and El-Kazzaz, 2017:7)

5) Ebb and Flow Systems (Flood and Drain System)

Pengaturannya mirip dengan sistem infus, dimana ada dua

kontainer, yang satu di atas berisi tanaman dalam pot dengan substrat

dan yang ada di bagian bawah yang mengandung larutan nutrisi.


19

Pemberian nutrisi untuk tanaman dilakukan dengan sistem pasang

surut, yaitu bergantian memenuhi kontainer atas dengan larutan

nutrisi dan kemudian mengosongkan larutan nutrisi dan kembali ke

kontainer bawah.

Gambar 2.5 Hidroponik dengan Ebb and Flow Systems (Flood and

Drain System)

Sumber: (El-Kazzaz and El-Kazzaz, 2017:7)

4. Tanaman Selada (Lactuta sativa L.)

a. Klasifikasi Tanaman Selada (Lactuta sativa L.)

Klasifikasi tanaman selada (Lactuta sativa L.) menurut Lestari,

(2017:8) sebagai berikut.

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Astereceae

Genus : Lactuta

Spesies : Lactuta sativa L.


20

b. Deskripsi Tanaman Selada (Lactuta sativa L.)

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu jenis sayuran

yang mengandung gizi yang cukup tinggi. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman selada adalah

menggunakan teknologi hidroponik (Rahayu, Mukarlina, dan Linda,

2018:62).

Tanaman selada (Lactuta sativa L.) mempunyai perakaran

dengan bulu akar yang menyebar di dalam tanah. Akar tanaman selada

adalah akar tunggang dan cabang-cabang akar yang menyebar ke semua

arah pada kedalaman antara 20-50 cm. Batang selada sebagian besar tipe

selada kecuali selada batang, batang silindernya pendek dan tertekan,

berbuku-buku yang merupakan tempat kedudukan daun. Daun selada

bentuknya bulat panjang, sering berjumlah banyak, berposisi duduk,

tersusun berbentuk spiral dalam roset padat. Daun tidak berambut,

berkeriput atau kusut berlipat. Warna daun mulai dari hijau muda hingga

hijau tua. Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak

keras, berwarna coklat tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4

mm dan lebar 1 mm. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping

dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Nurhaji, 2013:6).

c. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuta sativa L.)

1) Tanah

Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah, namun

pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam di tanah liat


21

berpasir yang cukup mengandung bahan organik, gembur, ramah, dan

tidak mudah tergenang oleh air. Selada tumbuh baik dengan pH 5,0-

6,5. Bila pH terlalu rendah perlu dilakukan pengapuran (Lubis,

2018:8).

2) Iklim

a) Suhu

Selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran

rendah. Namun, hampir semua tanaman selada lebih baik

diusahakan di dataran tinggi. Pada penanaman di dataran tinggi,

selada cepat berbunga. Suhu optimum bagi pertumbuhannya

adalah 15-20o C. Daerah-daerah yang dapat ditanami selada

terletak pada ketinggian 50-2.200 meter di atas permukaan laut.

Selada krop biasanya membentuk krop bila ditanam di dataran

tinggi, tapi ada beberapa varietas selada krop yang dapat

membentuk krop di dataran rendah seperti varietas great lakes dan

Brando.

b) Kelembaban

Tanaman selada dapat tumbuh dan berproduksi dengan

baik jika kelembaban udara dan kelembaban tanah sedang, yaitu

berkisar antara 80-90%. Kelembaban udara yang terlalu tinggi

akan menghambat pertumbuhan tanaman selada yang disebabkan

oleh serangan hama dan penyakit, sedangkan jika kelembaban

udara rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman kurang


22

baik dan produksi rendah.

c) Curah hujan

Curah hujan optimal untuk pertumbuhan tanaman

selada adalah 1.000-1.500 mm/tahun. Curah hujan yang terlaulu

tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan kelembaban,

penurunan suhu, dan berkurangnya penyinaran matahari sehingga

tidak baik untuk pertumbuhan tanaman selada.

d) Cahaya

Sinar matahari merupakan sumber energi yang

diperlukan tanaman didalam proses fotosintesis. Cahaya juga

merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman selada.

e) Penyinaran

Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung

musim penghujan, karena termasuk tanaman yang tidak tahan

kehujanan. Pada musim kemarau tanaman ini memerlukan

penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap hujan,

tanaman selada juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang

terlalu panas (Irawan, 2017:12).

B. Penelitian yang Relevan

Manis, Supriadi, dan Said, (2017:224) pada penelitian pemanfaatan

limbah kulit pisang sebagai pupuk organik cair dan aplikasinya terhadap

pertumbuhan tanaman kangkung darat (Ipomea reptans poir), mendapatkan hasil

bahwa kadar nitrogen total dalam pupuk organik cair kulit pisang yaitu 0,032%
23

sedangkan pengaplikasian pupuk organik cair kulit pisang berpengaruh terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman (cm), dan berat tanaman (g).

Nurjazuli, dkk., (2016:2) pada penelitian teknologi pengolahan sampah

organik menjadi kompos cair, menyatakan bahwa pengolahan sampah menjadi

kompos cair merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah sampah.

Hal ini akan membawa manfaat yang besar karena pupuk cair mulai sering

diaplikasikan sejak berkembangnya tanaman hidroponik. Selain untuk

hidroponik, pupuk cair dapat digunakan untuk tanaman bertani biasa. Pupuk cair

lebih mudah diformulasi dan diracik sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Sri, (2015:55) pada penelitian uji kualitas pupuk organik cair dari

berbagai macam mikroorganisme lokal (MOL), menyatakan bahwa bahan baku

MOL adalah berbagai sumber daya yang tersedia di sekitar lingkungan, seperti nasi,

bonggol pisang, limbah buah-buahan, limbah sayuran dan lain-lain. Bahan-bahan

tersebut sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Larutan MOL mengandung unsur

hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai

perombak bahan organik, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman

sehingga baik digunakan sebagai pupuk hayati, dan pestisida organik.

Muhadiansyah, Setyono, dan Adimihardja, (2016:44) pada penelitian

efektivitas pencampuran pupuk organik cair dalam nutrisi hidroponik pada

pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuta sativa L.), menyatakan bahwa

tanaman yang diberi pupuk AB Mix 50% dan POC 50% memiliki volume tanaman

yang tinggi. Tingginya volume tanaman yang ditunjukkan oleh pemberian pupuk

AB Mix 50% dan POC 50% di atas disebabkan karena dosis NPK yang terkandung
24

pada pupuk AB Mix sudah mencukupi kebutuhan hara tanaman selada yang

ditanam secara hidroponik.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Limbah rumah tangga yang tidak termanfaatkan dapat membawa dampak

yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila limbah dibuang secara

sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan

menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius bagi lingkungan. Maka dari

itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengolahan limbah rumah

tangga menjadi pupuk organik cair sebagai nutrisi pada pertumbuhan tanaman

selada (Lactuta sativa L.). Hal ini juga merupakan suatu regulasi untuk menghindari

penggunaan pupuk kimia yang pada umumnya selalu digunakan untuk proses

pertumbuhan tanaman. Ditinjau dari segi lahan yang saat ini kurang memadai atau

terbatas untuk bercocok tanam, maka dari itu digunakanlah teknik hidroponik yang

menggunakan pekarangan rumah sebagai media bercocok tanaman. Perawatan

hidroponik ini sangat mudah, karena tanaman dapat tumbuh dengan mudah tanpa

menggunakan media tanah, melainkan dengan media air, serta dapat mengecek

kondisi tanaman karena hanya berada di pekarangan rumah.

Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana

cara pembuatan pupuk organik cair, bagaimana cara penggunaan pupuk organik

cair pada teknik hidroponik, dan bagaimana efek pupuk organik cair pada tanaman

selada (Lactuta sativa L.). Pengolahan limbah dilakukan dengan cara sayuran dan

buah-buahan buangan limbah rumah tangga difermentasi, kemudian cairan yang

telah difermentasi diambil dan dimasukkan ke dalam botol penyimpanan, lalu inilah
25

yang digunakan sebagai pupuk organik cair pada aplikasi metode tanam hidroponik.

Dari metode tersebut diharapkan bisa menghasilkan tanaman selada yang memiliki

kualitas yang tinggi dan baik.


26

Pepaya dan kulitnya (Carica


papaya), pisang dan kulitnya
(Musa paradisiaca), nanas dan
Limbah rumah tangga
kulitnya (Ananas comosus), kacang
panjang (Vignia unguiculata), dan
kangkung air (Ipomoea aquatica).

Tidak termanfaatkan

Limbah sayuran dan kulit buah


terdapat kandungan berbagai unsur
Pemanfaatan dengan
seperti karbohidrat, protein, lemak,
mengolah menjadi pupuk
serat, fosfor, besi, kalium, vitamin,
organik cair
dan kadar air yang tinggi.

Fermentasi limbah rumah


tangga

Pupuk organik cair

Teknik hidroponik sistem


wick

Tanaman selada (Lactuta


sativa L.)

Pertumbuhan tanaman
selada (Lactuta sativa L.)

Gambar 2.6 Kerangka Pikir


27

D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat efektivitas penambahan

pupuk organik cair dari limbah rumah tangga pada media tanam terhadap

pertumbuhan tanaman selada (Lactuta sativa L.) dengan teknik hidroponik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif (eksperimen)

untuk mengetahui efektivitas pengolahan limbah rumah tangga menjadi pupuk

organik cair sebagai nutrisi pada pertumbuhan tanaman selada (Lactuta sativa

L.) dengan teknik hidroponik.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, 4 ulangan, dan 1 kontrol,

sehingga terdapat 20 unit percobaan dengan komposisi perlakuan yang

digunakan mengacu pada penelitian Muhadiansyah, Setyono, dan Adimihardja,

(2016:39) yaitu sebagai berikut.

K1= AB mix (100%)

P1 = Pupuk organik cair (100%)

P2 = Pupuk organik cair : AB mix (50% : 50%)

P3 = Pupuk organik cair : AB mix (75% : 25%)

P4 = Pupuk organik cair : AB mix (25% : 75%)

28
29

Tabel 3.1 Susunan Letak Percobaan

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4


K P4 P3 P1
P1 P3 P2 K
P2 P1 P4 P3
P3 P2 K P4
P4 K P1 P2

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu sebagai berikut.

1. Variabel bebas : Pupuk organik cair

2. Variabel terikat : Pertumbuhan tanaman selada (Lactuta sativa L.)

C. Definisi Operasional Variabel

1. Pupuk organik cair merupakan hasil dari pengolahan limbah rumah tangga

yang dilakukan dengan cara fermentasi selama 1 pekan, dan dimanfaatkan

sebagai tambahan media pertumbuhan tanaman selada (Lactuta sativa L.)

dengan teknik hidroponik.

2. Pertumbuhan tanaman selada (Lactuta sativa L.) merupakan suatu

peningkatan ukuran sel-sel tunggal atau peningkatan jumlah sel, atau

keduanya yang ditandai dengan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun,

lebar daun, panjang akar, dan bobot basah.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Salemba, Kecamatan Ujung

Loe, Kabupaten Bulukumba pada bulan Juni hingga Juli 2020.


30

E. Prosedur Pelaksaan Penelitian

1. Alat

Pisau, baskom, talenan, ember, botol penyimpanan, bak,

timbangan, gelas ukur, saringan, kamera, TDS meter, gayung, rockwool,

impraboard, netpot, kain flanel, pensil, mistar, gergaji besi, plastik, paku,

kayu, palu, dan sprayer.

2. Bahan

Pepaya dan kulitnya (Carica papaya), pisang dan kulitnya (Musa

paradisiaca), nanas dan kulitnya (Ananas comosus), kacang panjang (Vignia

unguiculata), kangkung air (Ipomoea aquatica), batang pisang, gula pasir, air

tuak dari nira, air, nutrisi hidroponik AB mix, benih selada (Lactuta sativa

L.), label, karet gelang, dan lidi.

3. Metode Kerja

a. Tahap Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Rumah Tangga

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Mengambil baskom, lalu simpan bahan-bahan pada baskom tersebut,

yaitu pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung air, dan

batang pisang.

3) Mengupas semua buah menggunakan pisau, lalu disimpan di baskom.

Sedangkan sisa kulitnya disimpan di talenan.

4) Mencacah atau memotong kecil-kecil bahan-bahan yang ada di

baskom dan talenan menggunakan pisau. Diusahakan memotongnya

sampai sekecil mungkin.


31

5) Menimbang semua bahan yang telah dicacah atau dipotong, ke atas

timbangan. Ditimbang sesuai takaran, yaitu pepaya dan kulitnya

sebanyak 0,5 kg, begitupun takarannya dengan pisang dan kulitnya,

nanas dan kulitnya, dan kacang panjang. Serta takaran untuk

kangkung air sebanyak 0,25 kg dan juga batang pisang bagian dalam

sebanyak 1,5 kg. Kemudian juga menakar air tuak dari nira sebanyak

500 ml menggunakan gelas ukur.

6) Memasukkan semua bahan-bahan yang sudah ditakar ke dalam

ember, lalu menambahkan gula sebanyak 1 kg, beserta air tuak dari

nira sebanyak 500 ml.

7) Mengaduk semua bahan hingga tercampur rata atau homogen

menggunakan tangan.

8) Mengambil penutup ember, lalu tutup ember tersebut, kemudian

simpan dan fermentasi selama 1 pekan.

9) Menyaring starter yang didapatkan menggunakan penyaring, dan

yang diambil adalah larutannya, sedangkan ampasnya dipisah di

wadah lain.

10) Menyimpan larutan yang didapatkan ke dalam botol penyimpanan

sebanyak 1 liter, kemudian ditutup rapat. Lalu pupuk organik cair

yang telah difermentasi, ditambah gula sebagai sumber makanan

mikroorganisme. Pupuk organik cair siap digunakan atau

diaplikasikan ke tanaman setelah masa fermentasi dan penambahan

gula selesai.
32

b. Tahap Pembuatan Nutrisi AB Mix

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Melarutkan kantongan A unsur makro dalam botol yang telah diberi

label A menjadi 500 ml dan kantong B unsur mikro (warna hijau)

dalam botol yang telah diberi label B menjadi 500 ml.

3) Mengocok larutan hingga semua benar-benar larut secara homogen,

lalu larutan siap pakai.

c. Tahap Semai

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Memotong rockwool setebal 2-3 cm menggunakan gergaji besi.

3) Membagi rockwool menjadi 18 bagian dengan cara menggaris bagian

pendek menjadi 3 bagian dan bagian yang panjang menjadi 6 bagian.

Irislah rockwool sedalam 1 cm agar masing-masing kotak tidak

terpisah.

4) Melubangi setiap kotak rockwool sedalam 0,5 cm menggunakan lidi.

5) Membasahi lidi agar dapat dipakai untuk mengambil benih selada.

Masukkan benih selada ke dalam lubang, masing-masing lubang diisi

1 biji benih.

6) Memindahkan rockwool yang sudah diisi benih, ke atas talenan.

Kemudian basahi rockwool menggunakan sprayer yang berisi air

biasa hingga semua bagian rockwool basah atau lembab.


33

7) Meletakkan semaian di tempat yang cukup terkena sinar matahari

langsung. Jaga rockwool agar tetap lembab dan tidak sampai

kekeringan.

8) Mengamati perkembangan tanaman selada selama 10 hari setelah

semai.

d. Tahap Pindah Tanam

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Menyiapkan netpot yang sudah diberi kain flanel untuk menaikkan air

nutrisi di rockwool.

3) Menyiapkan larutan pupuk organik cair dan larutan AB mix, lalu

memasukkannya ke dalam bak sebagai wadah pertumbuhan tanaman

selada dengan teknik hidroponik. Masing-masing bak diisi larutan

dengan konsentrasi yang berbeda-beda.

4) Menyiapkan impraboard yang telah dilubangi sebagai penopang

netpot.

5) Mengukur kepekatan larutan nutrisi menggunakan TDS meter, lalu

mencatat setiap ppmnya pada masing-masing bak. Jika ppmnya sudah

pas (sekitar 500 ppm), maka dilakukanlah pindah tanam.

6) Memisahkan rockwool berdasarkan garis yang sudah dibuat pada

waktu penyemaian. Memisahkan menggunakan cutter.

7) Memilih tanaman yang paling baik, lalu memasukkan ke dalam netpot

sampai menyentuh ke kain flanel, kemudian dimasukkan ke dalam


34

sistem hidroponik. Ulangi langkah ini hingga semua lubang terpenuhi

dan pastikan kain flanel menyentuh ke air nutrisinya.

e. Tahap Pembesaran

1) Melakukan pengecekan setiap 2 hari untuk melihat kepekatan

nutrisinya, apakah sudah berkurang atau masih tetap. Apabila

berkurang, segera tambahkan pekatan nutrisi.

2) Menaikkan kepekatan nutrisi menjadi 800 ppm pada hari ke-17

dengan cara mengganti air nutrisi yang sudah kotor dengan air nutrisi

yang baru.

3) Menaikkan kepekatan nutrisi menjadi 1.000 ppm pada hari ke-23

dengan cara mengganti air nutrisi yang sudah kotor dengan air nutrisi

yang baru.

4) Menaikkan kepekatan nutrisi menjadi 1.200 ppm pada hari ke-29

dengan cara mengganti air nutrisi yang sudah kotor dengan air nutrisi

yang baru. Pada hari ke-30 sampai dengan panen, diharuskan

melakukan pengecekan air nutrisi tiap hari, karena air sangat cepat

habis disebabkan oleh penyerapan tanaman.

f. Panen

1) Memanen pada hari ke-34 dengan kondisi tanaman selada sudah siap

panen.

2) Melakukan pengamatan terhadap tanaman dengan melihat keadaan

tanaman, menghitung tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah, dan

mengamati warna tanaman.


35

3) Menyimpan hasil panen pada plastik lalu mengikat bagian batangnya

menggunakan karet gelang, agar kebersihan dan kesegaran tanaman

selada tetap terjaga.

F. Teknik Pengumpulan Data (Data, Sumber Data, dan Instrumen)

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

eksperimen, yaitu teknik mengukur atau menguji objek yang diteliti dan mencatat

data-data yang diperlukan. Data-data yang diperlukan adalah keadaan tanaman,

tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah, dan warna tanaman.

1. Keadaan Tanaman

Tabel 3.2 Pengamatan Keadaan Tanaman

Ulangan
Perlakuan
1 2 3 4
K
P1
P2
P3
P4

Keterangan:

Sa = Segar

L = Layu

2. Tinggi Tanaman

Tabel 3.3 Penghitungan Tinggi Tanaman

Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3 4
K
P1
P2
P3
P4
36

3. Jumlah Daun

Tabel 3.4 Penghitungan Jumlah Daun

Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3 4
K
P1
P2
P3
P4

4. Bobot Basah

Tabel 3.5 Penghitungan Bobot Basah Tanaman

Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3 4
K
P1
P2
P3
P4

5. Warna Tanaman

Tabel 3.6 Pengamatan Warna Daun

Ulangan
Perlakuan
1 2 3 4
K
P1
P2
P3
P4

Keterangan:

HM = Hijau Muda

HT = Hijau Tua
37

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis

data menggunakan One Way Anova (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh

perlakuan dengan pengujian tingkat signifikansi 0,05. Adapun kriteria pengujian,

yaitu jika (F hitung < F tabel), maka H0 diterima dan jika (F hitung > F tabel), maka

H0 ditolak. Jadi, untuk membandingkan setiap perlakuan, maka dilakukan uji

lanjutan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Pengolahan dan analisis data

dilakukan dengan bantuan software SPSS 24.


DAFTAR PUSTAKA

Dahono. 2012. Pembuatan Kompos dan Pupuk Cair Organik dari Kotoran dan
Urin Sapi. Riau: Loka Pengkajian Teknologi Pertanian. Hal. 7.
Darmadi, I. G. W., dkk. 2019. Pendampingan Pembuatan Pupuk Organik (Kompos)
Cair dari Limbah Rumah Tangga di Kecamatan Selemadek Timur
Kabupaten Tabanan. Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat. Vol. 1. No.
2. Issue 2. Soilless 3. Hal. 143.
El-Kazzaz, K. A. and A. A. El-Kazzaz. 2017. Agriculture a New and Advanced
Method for Agriculture Development: an Introducion. Research Article,
Agri Res & Tech: Open Access Journal. Vol. 3. Hal. 4-7.
Gunawan, Kusmiadi, dan Prasetiyono. 2015. Studi Pemanfaatan Sampah Organik
Sayuran Sawi (Brassica juncea L.) dan Limbah Rajungan (Portunus
pelagicus) untuk Pembuatan Kompos Organik Cair. Jurnal Pertanian
dan Lingkungan. Vol. 8. No. 1. Hal. 38.
Hati, S. 2018. Pembuatan Pupuk Kompos Cair dari Limbah Rumah Tangga sebagai
Penunjang Mata Kuliah Ekologi dan Masalah Lingkungan. Skripsi.
Aceh: Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry Darussalam Banda Aceh. Hal. 9-22.
Irawan, L. N. 2017. Pengaruh Ekstrak Alang-Alang (Imperata cylindrica L.) dan
Teki (Cyperus rotundus L.) terhadap Pertumbuhan Gulma pada
Pertanaman Selada (Lactuca sativa L.). Skripsi. Purwokerto: Program
Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hal. 12.
Kurnia, M. E. 2018. Sistem Hidroponik Wick Organik Menggunakan Limbah
Ampas Tahu Terhadap Respon Pertumbuhan Tanaman Pakchoy
(Brassica chinensis L.). Skripsi. Lampug: Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Hal. 19-23.
Lestari, A. P. 2017. Kajian Efek Asam Salisilat pada Planlet Selada (Lactuca sativa
L.) dalam Kondisi Cekaman Kekeringan Secara In Vitro. Skripsi.
Lampung: Program Studi Biologi Universitas Lampung. Hal. 8.
Lubis, J. 2018. Pengaruh Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuta
sativa L.) pada Sistem Hidroponik NFT dengan Berbagai Konsentrasi
Pupuk AB Mix dan Bayfolan. Skripsi. Medan: Program Studi
Agroteknologi Universitas Medan Area. Hal. 8.
Manis, I., Supriadi, dan I. Said. 2017. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang sebagai
Pupuk Organik Cair dan Aplikasinya Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kangkung Darat (Ipomea reptans poir). Journal Akademika Kim. Vol. 6.
No. 4. Hal. 224.

38
39

Maskur, R. dan R. Firdaus . 2014. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah
Rumah Tangga dengan Penambahan Rumen Sapi. Skripsi. Surabaya:
Program Studi Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November. Hal.
1-19.
Muhadiansyah, T. O., Setyono, dan S. A. Adimihardja. 2016. Efektivitas
Pencampuran Pupuk Organik Cair dalam Nutrisi Hidroponik pada
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuta sativa L.). Jurnal
Agronida. Vol. 2. No. 1. Hal. 39-44.
Nur, T., A. R. Noor, dan M. Elma. 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari
Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Penambahan Bioaktivator EM4
(Effective Microorganisms). Jurnal Konversi. Vol. 5. No. 2. Hal. 7.
Nurhaji. 2013. Pengaruh Media dan Konsentrasi Hara terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Selada (Lactuta sativa L.) secara Hidroponik Sistem
Subtrat. Skripsi. Aceh: Program Studi Agroteknologi Universitas Teuku
Umar Meulaboh. Hal. 6.
Nurjazuli, dkk. 2016. Teknologi Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos
Cair. Jurnal Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II. Hal.
2.
Rahayu, W. S., Mukarlina, dan R. Linda. 2018. Pertumbuhan Tanaman Selada
(Lactuca sativa L. var. New Grand Rapids) menggunakan Teknologi
Hidroponik Sistem Terapung (THST) Tanpa Sirkulasi dengan
Penambahan Giberelin (GA3). Jurnal Probiont. Vol. 7. No. 7. Hal. 62.
Sakinah, N. 2016. Rancang Bangun Alat Pengolahan Sampah Organik menjadi
Pupuk Cair. Skripsi. Makassar: Program Studi Fisika Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar. Hal. 21-24.
Sri, H. H. 2015. Uji Kualitas Pupuk Organik Cair dari Berbagai Macam
Mikroorganisme Lokal (MOL). Jurnal El-Vivo. Vol. 3. No. 1. Hal. 55.
Sucipto, C. D. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta:
Gosyen Publishing. Hal. 89.
Swastika, S., A. Yulfida, dan Y. Sumitro. 2018. Budidaya Sayuran Hidroponik
(Bertanam Tanpa Media Tanah). Riau: Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Hal. 4.
Tallei, T. E., I. F. M. Rumengan, dan A. A. Adam. 2017. Hidroponik untuk Pemula.
Manado: UNSRAT Press. Hal. 2-3.
Yovita, H. I. 2012. Membuat Kompos Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 63-
65.

Anda mungkin juga menyukai