Anda di halaman 1dari 30

USULAN PENELITIAN

KORELASI ANTARKARAKTER MORFOLOGI TANAMAN PAKCOY


(Brassica rapa L.) PADA TIGA NILAI DAYA HANTAR LISTRIK (DHL)
MENGGUNAKAN HIDROPONIK RAKIT APUNG

Oleh:
Evi Setyaningsih
A1L014054

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
USULAN PENELITIAN

KORELASI ANTARKARAKTER MORFOLOGI TANAMAN PAKCOY


(Brassica rapa L.) PADA TIGA NILAI DAYA HANTAR LISTRIK (DHL)
MENGGUNAKAN HIDROPONIK RAKIT APUNG

Oleh:
Evi Setyaningsih
A1L014054

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian pada


Pendidikan Strata Satu Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
USULAN PENELITIAN

KORELASI ANTARKARAKTER MORFOLOGI TANAMAN PAKCOY


(Brassica rapa L.) PADA TIGA NILAI DAYA HANTAR LISTRIK (DHL)
MENGGUNAKAN HIDROPONIK RAKIT APUNG

Oleh:
Evi Setyaningsih
A1L014054

Diterima dan disetujui


Tanggal:………………

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Noor Farid, M.Si. Fatichin, S.P., M.P., Ph.D.


NIP. 19650517 199003 1 001 NIP. 19770423 200312 1 002

Mengetahui:
Wakil Dekan Bidang Akademik,

Dr. Ir. Hidayah Dwiyanti, M.Si.


NIP. 19620906 198703 2 001
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian

yang berjudul “Korelasi antarkarakter Morfologi Tanaman Pakcoy (Brassica

rapa L.) pada Tiga Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) Menggunakan

Hidroponik Rakit Apung”.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya usulan penelitian ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan penulis untuk

menyampaikan terimakasih kepada :

1. Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Pertanian Universitas Jenderal

Soedirman yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.

2. Komisi Tugas Akhir Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Jenderal Soedirman.

3. Bapak Dr. Ir. Noor Farid, M.Si., selaku pembimbing I pelaksanaan penelitian.

4. Bapak Fatichin, S.P., M.P., Ph.D., selaku pembimbing II pelaksanaan

penelitian.

5. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan

dukungan selama persiapan pelaksanaan penelitian.

6. Rekan penelitian, Dini, Fadila, Atika dan Sulasih atas segala bantuan dan

dukungannya hingga usulan ini dapat terselesaikan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam persiapan pelaksanaan penelitian.

1
Akhir kata semoga usulan penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dapat

memberikan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi

penulis maupun bagi pihak yang berkepentingan.

Purwokerto, Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA.................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

LAMPIRAN................................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
C. Manfaat Penelitian............................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5

A. Deskripsi Tanaman Pakcoy.............................................................. 5


B. Hidroponik Rakit Apung.................................................................. 7
C. Daya Hantar Listrik (DHL).............................................................. 10

III. METODE PENELITIAN...................................................................... 12

A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 12


B. Bahan dan Alat Penelitian................................................................ 12
C. Rancangan Percobaan...................................................................... 12
D. Variabel Pengamatan........................................................................ 13
E. Analisis Data.................................................................................... 15
F. Garis Besar Pelaksanaan Penelitian................................................. 15
G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian......................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18

3
LAMPIRAN

No Halaman

1. Denah Percobaan.................................................................................. 19

2. Deskripsi Varietas................................................................................. 21

4
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman yang semakin berkembang, ternyata banyak orang yang

sudah meninggalkan pekerjaan petani. Regenerasi pun tak berjalan

semestinya. Bahkan hingga saat ini jumlah petani yang ada di Kabupaten

Banyumas hanya sekitar 100 ribu orang saja. Kepala Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Banyumas, Widarso (2018)

mengatakan bahwa jumlah 100 ribu petani lebih sedikit dibandingkan

tahun-tahun sebelumnya padahal sektor pertanian memiliki peran strategis

dalam pembangunan nasional. Selain itu usaha pertanian dianggap tidak

terlalu menguntungkan. Sebab, lahan garapannya kecil, untungnya terlalu

sedikit dan risikonya cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

(BPS) hingga Februari 2017, tercatat penyerapan tenaga kerja di pertanian,

perikanan dan perkebunan sebanyak lebih dari 39 juta jiwa atau 31,8%.

Pemuda saat ini lebih berminat untuk bekerja di sektor lain, selain tidak

perlu kotor dan tidak perlu keahlian khusus seperti bertani, juga lebih

menjanjikan kepastian hasilnya. Widarso mengatakan pekerja di sektor

pertanian semakin lama semakin sedikit, karena itu sekarang kita rangsang

agar bertani non padi, ke holtikultura, seperti sayur-sayuran, buah dan

tanaman hias itu terbukti menguntungkan.


Tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospek

untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

1
Tanaman hortikultura diantaranya buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias

serta sayur-sayuran seperti pakcoy. Tanaman hortikultura sangat baik

untuk dikembangkan karena mempunyai peranan penting dan strategis

untuk pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional.


Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Hal

ini disebabkan nilai gizi pada sayuran sangat tinggi karena merupakan

sumber vitamin, mineral, protein nabati, dan serat. Salah satu jenis sayuran

yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah pakcoy. Tanaman pakcoy

(Brassica rapa L.) mengandung serat, vitamin A, B, B2, B6, dan C,

kalsium, fosfor, tembaga, magnesium, zat besi, dan protein. Sayuran

pakcoy memiliki manfaat untuk mencegah kanker, hipertensi, dan penyakit

jantung sehingga membantu kesehatan pada sistem pencernaan dan

mencegah anemia bagi ibu hamil (Tania et al., 2012).

Berdasarkan data BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2015),

produksi tanaman pakcoy menurun sekitar 5,23% yaitu dari 635,728

ton/tahun pada tahun 2013 menjadi 602,468 ton/tahun pada tahun 2014

dengan penurunan produktivitas sebesar 1,89%. Permintaan sayuran

pakcoy sangat tinggi tidak hanya untuk keperluan rumah tangga tetapi juga

untuk industri makanan. Banyaknya permintaan sayuran khususnya

pakcoy tidak diimbangi dengan produksi yang dihasilkan. Lahan pertanian

produktif semakin sempit dan jumlah penduduk semakin meningkat

menjadi permasalahan utama sehingga perlu ada media tanam yang dapat

menggantikan atau meminimalisasi penggunaan tanah sebagai media

tanam. Salah satu solusinya melalui sistem hidroponik, yang merupakan

2
cara budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah melainkan

menggunakan air sebagai medianya. Pada sistem ini, unsur hara mineral

yang dibutuhkan bagi tanaman berasal dari larutan nutrisi yang dilarutkan

dalam air.

Nutrisi sangat penting untuk keberhasilan dalam menanam secara

hidroponik, karena tanpa nutrisi tentu saja tidak bisa menanam secara

hidroponik. Nutrisi merupakan hara makro dan mikro yang harus ada

untuk pertumbuhan tanaman. Setiap jenis nutrisi memiliki komposisi yang

berbeda-beda. Makanan atau nutrisi yang diperlukan dilarutkan dalam air,

sehingga dapat diperhitungkan dan diatur konsentrasi pupuk yang

digunakan dengan cermat sebanyak yang diperlukan saja (Perwitasari et

al., 2012).
Menurut puspitasari (2011) menyatakan bahwa sayuran daun

membutuhkan nutrisi pada tingkat kepekatan larutan dengan daya hantar

listrik (DHL) sekitar 1,5-2,5 mS/cm. Jika kepekatan larutan nutrisi dengan

DHL terlalu tinggi, maka tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi

karena telah jenuh. Aliran hara hanya lewat, tanpa diserap akar. Batasan

jenuh dari kepekatan larutan nutrisi untuk sayuran daun adalah dengan

DHL 4,2 mS/cm.


Karakter morfologi merupakan penanda yang mudah diamati dan

merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan.

Karakterisasi dilakukan untuk mendapatkan karakter-karakter yang

memiliki korelasi dengan tingkat pertumbuhan tanaman pakcoy.

Berdasarkan karakterisasi ini, diharapkan diperoleh penciri morfologi

3
untuk tanaman pakcoy yang dapat tumbuh dengan baik pada tiga nilai

daya hantar listrik (DHL) yang berbeda pada teknik hidroponik rakit

apung.

B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui korelasi antar karakter morfologi tanaman pakcoy dengan sistem

hiroponik rakit apung.


2. Mengetahui nilai Daya Hantar Listrik (DHL) terbaik untuk pertumbuhan

tanaman pakcoy.
3. Mengetahui varietas tanaman pakcoy terbaik pada masing-masing nilai Daya

Hantar Listrik (DHL).

C. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah tentang karakter yang dapat digunakan sebagai

penanda morfologi yang berkorelasi dengan tingkat produktivitas tanaman

pakcoy.
2. Memberikan informasi ilmiah tentang nilai Daya Hantar Listrik (DHL) terbaik

yang dapat digunakan supaya tanaman pakcoy dapat mendapatkan nutrisi yang

cukup untuk pertumbuhan.


3. Memberikan informasi ilmiah mengenai varietas tanaman pakcoy yang dapat

menghasilkan produksi dengan baik pada nilai Daya Hantar Listrik (DHL)

yang dianjurkan.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TANAMAN PAKCOY
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang

termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah

dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat

serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili

dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina,

Malaysia, Indonesia dan Thailand (Setiawan, 2014).


Adapun klasifikasi tanaman pakcoy adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales V
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L
(Setiawan, 2014).

Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk jenis sayur sawi yang

mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh

masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan

kebutuhan masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup

mudah dibudidayakan dan hanya memerlukan waktu yang singkat berkisar

3 sampai 4 minggu. Perawatan pakcoy juga tidak terlalu sulit

dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya. Budidaya tanaman

pakcoy dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan

media tanam dalam polybag. Media tanam dapat dibuat dari campuran

tanah dan kompos dari sisa limbah (Prasasti et al., 2014).

Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat,

tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun

5
dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna

putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15-30 cm.

Pakcoy mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanah di Indonesia

sehingga bagus untuk dikembangkan (Prasasti et al., 2014).

Menurut Setiawan (2014) daerah penanaman yang cocok adalah

mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas

permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang

mempunyai ketinggian 100 mdpl sampai 500 mdpl. Tanaman pakcoy dapat

tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian

pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.

Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam

sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah

penyiraman secara teratur.

Tanaman pakcoy cocok ditanam pada tipe tanah lempung, lempung berpasir,

gembur dan mengandung bahan organik. Lokasi yang diperlukan merupakan

lokasi terbuka dan drainase air lancar. Pakcoy ditanam dengan benih langsung

atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi yaitu sekitar 20-25 tanaman/m 2 , dan

bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur

40-50 hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam.

Pakcoy memiliki umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat

dipertahankan selama 10 hari, pada suhu 0 0C. Media tanam adalah tanah yang

cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung humus,

subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang

6
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 5 sampai pH 7 (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1999).

Pemanenan pakcoy adalah tanaman dicabut dari tanah atau dipotong

setinggi tanah dengan pisau. Tanaman yang sudah dipanen tidak boleh

terkena sinar matahari karena mudah layu. Pemanenan sebaiknya

dilakukan pada pagi hari (Kader et al., 1986 ). Pemanenan pakcoy dapat

dilakukan lebih awal yaitu sekitar tiga minggu setelah penanaman tetapi

ada juga yang pada umur antara 30 sampai 45 hari, tergantung pada

varietas dan metode penanamannya (Tay dan Toxopeus, 1994).

B. HIDROPONIK RAKIT APUNG

Hidroponik dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos

yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau

budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi, hidroponik berarti budidaya tanaman

yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media

tanam. Sejarah mencatat bahwa hidroponik sudah dimulai oleh Bangsa

Babylonia pada tahun 600 SM yaitu berupa taman gantung (hanging

garden). Taman gantung ini adalah merupakan hadiah dari Raja

Nebukadnezar II untuk istri tercintanya bernama Amytis, yang juga

sebagai permaisuri. Taman gantung ini dibuat secara bertingkat dan tidak

semuanya menggunakan media tanah sebagai media tanam. Seperti halnya

Bangsa Babylonia, Bangsa Cina juga telah mencoba menerapkan cara

bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah sebagai media tanam.

7
Bangsa Cina telah menerapkan teknik bercocok tanam yang dikenal

dengan “Taman Terapung”. Bahkan di Mesir, Cina dan India juga sudah

menerapkan cara bercocok tanam yang tidak menggunakan tanah sebagai

media tanam. Mereka sudah menggunakan pupuk organik yang mereka

gunakan sebagai suplai bahan makan untuk tanaman yang mereka tanam

di dalam bedengan pasir yang terletak di tepi sungai. Cara bercocok tanam

seperti ini dikenal dengan istilah “River Bed Cultivation” (Roberto, 2003).
Istilah hidroponik lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan

yang diberikan kepada DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari

Universitas California. DR. WF. Gericke melakukan percobaan dan

penelitian dengan menanam tomat di dalam bak yang berisi mineral

sehingga tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh sampai

ketinggian 300 cm dan memiliki buah yang lebat. Sebelumnya beberapa

ahli patologis tanaman juga melakukan percobaaan dan penelitian untuk

dapat melakukan bercocok tanam tanpa media tanah sebagai media tanam,

sehingga pada masa itu bermunculan istilah-istilah “Nutri Culture”,

“Water Culture”, ”Gravel Bed Culture”, dan istilah “Soilless Culture”

(Roberto, 2003).
Saat ini teknik hidroponik sudah berkembang sangat pesat sejak

pertama kali ditemukan, struktur yang digunakan bervariasi dari yang

paling sederhana hingga yang cukup rumit. Ada beberapa macam teknik-

teknik penanaman secara hidroponik yaitu: Nutrient Film Technique

(NFT), Wick System, Floating System, Ebb and Flow, Drip Irrigation, dan

Aeroponik. Teknik hidroponik yang akan digunakan dalam penelitian

8
adalah teknikhidroponik sistem rakit apung (Floating System) (Jureni et

al., 2015).
Hidroponik jenis floating system bisa disebut juga dengan sistem

water culture atau deep water culture. Cara kerja dari teknik hidroponik

ini tanaman digantung pada baki atau wadah sehingga akar tanaman

terendam di dalam air yang telah tercampur dengan larutan nutrisi yang

diberi oksigen. Oksigen berperan untuk proses pertumbuhan tanaman dan

mencegah akar tanaman mengalami pembusukan. Sistem hidroponik ini

hanya dapat diterapkan untuk jenis tanaman yang membutuhkan banyak

air dan jangka waktu tanam yang relatif singkat (Sahat, 2006).
Floating system atau rakit apung dikenal juga dengan istilah raft

system atau water culture system. Prinsip sistem hidroponik ini adalah

tanaman ditanam dalam keadaan diapungkan tepat di atas larutan nutrisi,

biasanya dengan bantuan styrofoam sebagai penopangnya. Posisi tanaman

diatur sedemikian rupa sehingga perakaran menyentuh larutan nutrisi.

Karena akar terendam larutan nutrisi, akar tanaman yang dibudidayakan

dengan sistem ini rentan mengalami pembusukan. Karena itu, untuk

menambah oksogen terlarut, biasanya dialirkan udara kedalam larutan

tersebut menggunakan aerator (Jureni et al., 2015).


Water culture system memiliki kelebihan dan kekurangan seperti

banyak asupan yang didapat oleh tanaman, mudah dalam merawatnya, dan

membutuhkan sedikit nutrisi. Kelemahan dari sistem ini adalah hanya

cocok untuk jenis tanaman yang membutuhkan banyak air dengan jangka

waktu yang singkat dan tidak efektif untuk tanaman besar atau tanaman

jangka panjang (Subandi et al., 2015).

9
C. DAYA HANTAR LISTRIK (DHL)
Pada sistem hidroponik, air dan nutrisi diberikan secara terkontrol dan dalam

jumlah yang tepat. Hal ini dilakukan dengan cara mensirkulasikan nutrisi yang

terlarut dalam air. Pada tanaman, 80-90% bagian tanaman tersebut terdiri atas air,

sehingga ketersediaan air yang berkualitas sangat penting untuk pertumbuhan

tanaman. Kualitas air yang buruk dapat menyebabkan masalah toksisitas,

penyakit, masalah pH, dan lain-lain.

Larutan nutrisi sebagai pasokan air dan mineral yang penting bagi

pertumbuhan tanaman, sehingga harus tepat dalam penakaran jumlah,

komposisi nutrisi, dan suhu. Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini

diketahui dengan mengukur daya hantar listrik larutan tersebut. Semakin

tinggi konsentrasi maka semakin tinggi arus listrik yang dihantarkan. Daya

hantar listrik (DHL) adalah kemampuan untuk menghantarkan ion-ion

listrik yang terkandung di dalam larutan nutrisi ke akar tanaman. DHL

merupakan parameter yang menunjukkan konsentrasi ion-ion yang terlarut

dalam larutan nutrisi. Jika ion yang terlarut semakin banyak, maka

semakin tinggi DHL larutan nutrisi tersebut. Tinggi rendahnya DHL dalam

larutan nutrisi mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu kecepatan

fotosintesis tanaman, aktivitas enzim dan potensi penyerapan ion-ion

larutan oleh akar tanaman (Susila, 2009).


Nilai DHL didapat dengan cara mengukur nilai kepekatan pada

larutan nutrisi. Tidak hanya kelangsungan sirkulasi larutan yang

memegang peranan penting tetapi juga konsentrasi larutan dapat diketahui

10
dengan mengukur nilai DHL menggunakan alat yaitu, EC meter. Setiap

tanaman membutuhkan DHL yang berbeda-beda sesuai fase pertumbuhan.

Menurut penelitian Laelasari (2004) dalam Rahma dkk (2015), nilai DHL

larutan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan sayuran yaitu sebesar 1,5-2,0

mS/cm, dan nilai tolerannya sebesar 2,5 mS/cm. Selain itu, penggunaan

DHL pada tanaman dipengaruhi agroklimat lokasi budidaya seperti

intensitas cahaya matahari, angin, dan kelembaban. Dalam pemberian

larutan nutrisi untuk tanaman hidroponik dianjurkan untuk mengambil

angka DHL yang tinggi, meskipun biaya pupuknya akan meningkat,

namun dampaknya tanaman akan mencapai ukuran yang layak panen

dalam waktu yang lebih singkat. Selain itu, bobotnya juga akan

meningkat, penampilan semakin menarik, meningkatkan kadar gula, dan

kesegaran lebih terasa. DHL juga berpengaruh pada daya tahan tanaman

terhadap serangan penyakit. Secara umum nilai DHL 4,6 mS/cm adalah

ambang batas DHL larutan, nilai DHL yang melebihi ambang batas justru

akan merusak tanaman.

11
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan ± bulan September-Desember 2018 di screen

house Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Karim Karangtengah, Kabupaten

Banyumas, dengan ketinggian tempat ± 400 meter diatas permukaan laut (mdpl)

dan secara geografi terletak di koordinat 70 20’10” LS 1090 14’27” BT. Persiapan

dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Karim Karangtengah.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy

varietas Nauli F1, Green, White, Flamingo dan Emone 26, Styrofoam

ukuran 1 x 2 meter, pupuk AB mix, rockwool, netpot dan air. Alat yang

digunakan nampan plastik, sprayer, EC meter, pH meter, instalasi

hidroponik rakit apung, kamera, kertas label, dan alat tulis.

C. Rancangan yang Digunakan


Penelitian ini dilakukan di rumah kaca (screenhouse) menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari dua faktor yaitu tiga nilai daya

hantar listrik yaitu 1,5 , 2,5 , dan 3,5 mS/cm dan varietas pakcoy yang terdiri atas 5

varietas yaitu Nauli F1, Green, White, Flamingo dan Emone 26.

12
D. Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan dalam penelitian ini meliputi :
1. Tinggi tanaman (cm)
Parameter tinggi tanaman diukur dengan mistar. Pengukuran dilakukan dari

pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman.


2. Jumlah daun (helai)
Pengamatan jumlah daun diukur dengan cara menghitung daun yang sudah

membuka sempurna.
3. Luas daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan setelah panen. Metode yang digunakan

untuk mengukur luas daun dengan metode panjang kali lebar. Perhitungan

luas daun dilakukan pada daun atas, tengah dan bawah, kemudian dicari luas

daun rata-ratanya.
4. Klorofil daun
Pengukuran klorofil daun menggunakan alat Soil Plant Analysis Development

(SPAD). Pengukuran dilakukan dengan menempatkan sampel daun pada slot

kepala klorofil meter kemudian tekan ke bawah, saat kepala ditutup di atas

daun maka meteran akan berbunyi dan hasil pengukuran akan muncul di layar.

Tanaman sample dilakukan tiga kali pengukuran klorofil yaitu pada daun atas,

tengah dan bawah.

5. Panjang akar (cm)


Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang akar primer menggunakan

mistar yang dimulai dari leher akar sampai ujung akar primer dengan satuan

cm.
6. Volume Akar (ml)
Pengamatan dilakukan dengan cara memasukkan akar ke dalam gelas ukur

yang telah terisi air. Selisih volume air setelah akar dimasukan merupakan

volume akar dengan satuan ml.


7. Bobot basah akar (g)

13
Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang akar yaitu bagian leher akar

hingga ujung akar yang masih segar dengan satuan g.


8. Bobot basah tajuk (g)
Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang bagian tajuk hingga leher akar

yang masih segar dengan satuan g.


9. pH larutan

Pengukuran pH dilakukan pada nutrisi sekitar tanaman dengan pH meter.

Pengukuran pH dilakukan dengan cara menyelupkan pH meter pada nutrisi.

10. Daya hantar listrik (DHL) (mS/cm)


Pengukuran DHL larutan nutrisi dengan menggunakan EC meter. Pengukuran

DHL dilakukan dengan cara menyelupkan EC meter pada nutrisi.


11. Konsentrasi zat terlarut dan pelarut (PPM)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat TDS meter dengan cara

menyelupkan TDS meter pada nutrisi.


12. Suhu dan Kelembaban
Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari pada pagi, siang dan

sore. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban yaitu

termohygrometer.

E. Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan uji homogenitas untuk mengetahui

data homogen atau tidak sebagai syarat dilakukannya uji ANOVA. Untuk

mengetahui hubungan antar karakter dilakukan analisis korelasi.

F. Garis Besar Pelaksanaan Penelitian


1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi pembuatan screenhouse kemudian membuat

instalasi hidroponik rakit apung yaitu bak untuk larutan nutrisi dan melubangi

styrofoam dengan diameter 5 cm. Penyemaian benih pakcoy juga termasuk

tahap persiapan sebelum tanaman dipindah pada hidroponik rakit apung.

14
2. Tahap Pelaksanaan

Setelah tanaman pakcoy disemai hingga muncul 3 hingga 4 daun kemudian

dipindahkan pada instalasi hidroponik rakit apung yang sudah diberi larutan

nutrisi. Tanaman dibungkus rockwool bagian batang hingga akar supaya

tanaman dapat berada pada lubang-lubang styrofoam. Kemudian semua

variabel pengamatan diamati dan diukur serta dicatat dan didokumentasikan.

3. Analisis Data
Setelah semua data diperoleh selanjutnya yaitu data dianalisis untuk mencari

nilai korelasinya dan dilanjutkan uji ANOVA untuk mendapatkan nilai DHL

terbaik dan varietas terbaik untuk pertumbuhan tanaman pakcoy.

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan antara bulan September-

Desember 2018 dengan pembagian kerja seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Penelitian


Bulan 2018
No Jenis Kegiatan Ags Des
Sept Okt Nov
t
1 Tahap persiapan
penelitian
b. Penyusunan dan
pengajuan judul

c. Pengajuan proposal

d. Perijinan penelitian
2 Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Analisis data

15
3 Tahap penyusunan
laporan

DAFTAR PUSTAKA

Jureni Siregar, Sugeng Triono dan Diding Suhandy. Pengujian Beberapa Nutrisi
Hidroponik pada Selada ( Lactuca Sativa L.) dengan Teknologi Hidroponik
Sistem Terapung (THST) Termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung,
Vol. 4, No. 1, Maret 2015.

Kader, A.A., R.F. Kasmire, S.G. Mitchell, M.S. Reid, N.F. Sommer and J.F.
Thompson, 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. University
of California. Division of Agriculture and Natural Resources.

Lonardy, M.V. 2006. Respons Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)


Terhadap Suplai Senyawa Nitrogen dari Sumber Berbeda pada Sistem
Hidroponik. Skripsi. Universitas Tadulako, Palu.

M. Subandi, Nella Purnama Salam dan Budy Frasetya. Penaruh Berbagai Maca
Nilai EC (Electrical Conductivity Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Bayam(Amaranthus SP.) pada Hidroponik Sistem Rakit Apung (Floating
HydroponicSystem). Jurnal Agroteknologi UIN Sunan Gunung Jati Bandung,
Vol. IX, No. 2, ISSN 1979-8911, Juli 2015.

Perwitasari, B., Mustika T., Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis)
Dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor : 5 (1) : 14-25.

Puspitasari, D. A., 2011. Kajian Komposisi Bahan Dasar dan Kepekatan Larutan
Nutrisi Organik Untuk Budidaya Baby Kailan (Brassica oleraceae var.
alboglabra) dengan Sistem Substrat. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

Prasasti, D., Erma, P., dan Munifatul, I. 2014. Perbaikan Kesuburan Tanah Liat
dan Pasir dengan Penambahan Kompos Limbah Sagu untuk Pertumbuhan
dan Produktivitas Tanaman Pakcoy (Brassica rapa rar. Chinensis). Bul.
Anatomi dan Fisiologi. XXI(2) : 33-46.

Rahma, P.P., Subandi, M., dan Mustari, E. 2015. Pengaruh Tingkat Ec (Electrical
Conductivity) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)
Pada Sistem Instalasi Aeroponik Vertikal. Jurusan Agroteknologi Fakultas
Sains dan Teknologi. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Jurnal Agro Vol.2
No. 1 : 50-55.

16
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1999. World Vegetable : Principles,
Production, and Nutrition Values. 2nd ed. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg.
Maryland. 843 p.

Roberto, Keith. 2003. How To Hydroponic. The Future garden Press, New York.

Sahat M Sibarani. Analisis Sistem Irigasi Hidroponik NFT (Nutrient Film


Technique) Pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa L). Skripsi.
Fakultas Biologi USU, Medan, 2006.

Setiawan, A. 2014. Budidaya Tanaman pakcoy. IPB Press. Bogor.

Susila, A.D. 2009. Fertigasi Pada Budidaya Tanaman Sayuran Dalam Green
House. Bagian Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Tania, N., Astina, & Budi, S. (2012). Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi pada Tanah Podsolik Merah kuning.
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, 1(1), 10–15.

Tay, D.C.S., and H. Toxopeus. 1994. Brassica rapa L. cv. group Pakchoi, p 130-
134. In Siemonsma, J.S. and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East
Asia, Vegetables. PROSEA. Bogor. 412 p.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Percobaan

KETERANGA
N
ULANGAN 1
ULANGAN 2
ULANGAN 3

17
V1 Nauli f1
V2 Emone
V3 Flamingo
V4 Green
V5 White

V4 V4 V4 V5 V5 V5 V3 V3 V3
V4 V4 V4 V5 V5 V5 V3 V3 V3
V4 V4 V4 V5 V5 V5 V3 V3 V3
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V4 V4 V4
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V4 V4 V4
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V4 V4 V4
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V5 V5 V5
EC1

V1 V1 V1 V2 V2 V2 V5 V5 V5
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V5 V5 V5
V5 V5 V5 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V5 V5 V5 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V5 V5 V5 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V3 V3 V3 V3 V3 V3 V2 V2 V2
V3 V3 V3 V3 V3 V3 V2 V2 V2
V3 V3 V3 V3 V3 V3 V2 V2 V2

V3 V3 V3 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V3 V3 V3 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V3 V3 V3 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V2 V2 V2 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V5 V5 V5 V3 V3 V3 V5 V5 V5
EC2

V5 V5 V5 V3 V3 V3 V5 V5 V5
V5 V5 V5 V3 V3 V3 V5 V5 V5
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V1 V1 V1
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V2 V2 V2
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V2 V2 V2
V1 V1 V1 V2 V2 V2 V2 V2 V2

18
V3 V3 V3 V2 V2 V2 V1 V1 V1
V3 V3 V3 V2 V2 V2 V1 V1 V1
V3 V3 V3 V2 V2 V2 V1 V1 V1
V1 V1 V1 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V1 V1 V1 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V1 V1 V1 V1 V1 V1 V3 V3 V3
V2 V2 V2 V3 V3 V3 V5 V5 V5
EC3

V2 V2 V2 V3 V3 V3 V5 V5 V5
V2 V2 V2 V3 V3 V3 V5 V5 V5
V5 V5 V5 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V5 V5 V5 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V5 V5 V5 V5 V5 V5 V4 V4 V4
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V2 V2 V2
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V2 V2 V2
V4 V4 V4 V4 V4 V4 V2 V2 V2

Lampiran 2. Deskripsi Varietas

a. Deskripsi Pakcoy Nauli F1

Nama komoditi : Pakcoy Nauli F1


Umur panen : 28 HST
Bentuk Batang : Batang semu berbentuk sendok
Bentuk Daun : Lebar dan kaku
Warna Daun : Hijau muda
Tekstur Daun : Renyah
Cabang Samping : Tidak ada
Rasa : Tidak pahit
Daerah adaptasi : Dataran rendah sampai tinggi
Potensi Hasil : 25-30 ton/ha

Pemulia : PT. East West Seed Indonesia

b. Deskripsi Pakcoy Green

Asal : Takii Seed & Co. Ltd., Jepang


Silsilah : PC–461–G–PC987
Golongan varietas : Menyerbuk silang
Umur panen : 25-30 HST

19
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 25-27 cm
Warna daun : Hijau tua
Bentuk daun : Semi bulat
Panjang daun : + 17 cm
Lebar daun : + 11 cm
Ujung daun : Membulat
Panjang tangkai daun : ± 11 cm
Lebar tangkai daun : ± 3,5 cm
Warna tangkai daun : Hijau muda
Rasa : Tidak pahit
Berat 1.000 biji : ± 4,2 g
Daya simpan pada
suhu kamar : ± 4 hari
Hasil : + 30 ton/ha
Keterangan : Beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai

tinggi dengan ketinggian 90-1.200 mdpl pada suhu

18-27°C
Pengusul : PT. Winon Intercontinental
Peneliti : Denichi Takii (Takii Seed & Co.Ltd.) dan

Darmawan (PT. Winon Intercontinental)

c. Deskripsi Pakcoy White

Nama varietas : White Pakcoy

Umur tanaman : 40-45 HST

Tinggi tanaman : 25 cm

Tangkai daun : Ramping

Warna tangkai daun : Putih

Bentuk daun : Agak bulat ukuran 15-20 cm

Warna daun : Hijau

Ketahanan terhadap
Hama dan Penyakit : Tahan terhadap serangan ulat dan penyakit busuk

dan basah

20
Anjuran : Cocok ditanam di dataran rendah dan tinggi

Potensi produksi : 150 g-200 g /tanaman

Produsen Benih : PT. TAKI I SEED Indonesia, Yogyakarta

d. Deskripsi Pakcoy Flamingo

Asal : Introduksi dari China (Guang Zhou Shang He

Agriculture & Technology Co. Ltd)


Silsilah : FL 010 A-10-2-7-1-10-6-25-4 x
FC 015-7-11-5-8-8-22-2-10-2
Golongan varietas : Hibrida silang tunggal
Umur panen : 25-28 HST
Tinggi tanaman : 17,2-20 cm
Bentuk daun terluar : Oval
Ukuran daun terluar : Panjang 12,8-14,3 cm, lebar 9,6-11 cm
Warna daun terluar : Hijau muda
Jumlah daun yang dapat
dikonsumsi : 12-14 helai
Rasa : Tidak pahit
Bentuk biji : Bulat
Warna biji : Coklat
Berat 1.000 biji : 3,2-3,5 g
o
Daya simpan pada suhu 25-30 C : 1-2 hari setelah panen
Hasil per hektar : 20,1-29,7 ton
Populasi per hektar : 250.000-333.333 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 880-963 g
Penciri utama : Tanaman pendek dan kompak dengan

tinggi 17,2-20 cm, bentuk daun oval,

tulang daun berwarna putih kehijauan


Keunggulan varietas : Berat per tanaman tinggi 195,0-213,3 g,

berat tanaman per plot tinggi 4,73-7 kg


Wilayah adaptasi : Beradaptasi dengan baik di dataran

rendah dengan ketinggian 140-350 mdpl


Pemohon : PT. Agri Makmur Pertiwi
Pemulia : Chen Da Wei (Guang Zhou Shang He

Agriculture & Technology Co. Ltd)

21
Peneliti : Novia Sriwahyuningsih, Chrysant

Kusuma Ananda

e. Deskripsi Pakcoy Emone 26

Asal : Tohoku Seed Co., Ltd. Jepang


Silsilah : SS-64-67-64 x KC 63-69-65-63
Golongan varietas : Hibrida
Umur panen : 25-30 HST
Tinggi tanaman : 21-28 cm
Bentuk daun terluar : Bulat
Ukuran daun terluar : Panjang 17-19 cm, lebar 13-15 cm
Warna daun terluar : Hijau
Jumlah daun yang dapat
dikonsumsi : 9-11 helai
Rasa : Tidak pahit
Bentuk biji : Bulat
Warna biji : Coklat tua
Berat 1.000 biji : 2-3 g
Daya simpan krop pada suhu
26-270C : 2-6 hari setelah panen
Hasil krop per hektar : 28-57 ton
Populasi per hektar : 170.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 408-612 g
Penciri utama : Bentuk tanaman tegak, ujung daun

melengkung ke atas, bentuk helaian daun

bulat
Keunggulan varietas : Rasa tidak pahit, produksi tinggi (28-57

ton per hektar)


Wilayah adaptasi : Beradaptasi dengan baik di dataran tinggi

dengan ketinggian 1.100-1.250 mdpl pada

musim hujan
Pemohon : PT. Primasid Andalan Utama
Pemulia : Tom Kudo
Peneliti : Matius Raharjo, Asep Nana, Saman

Supardi, Agus Kamal Jaelani

22
23

Anda mungkin juga menyukai