Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PUPUK HAYATI DAN ROCK FOSFAT


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
KACANG TANAH (Arachis hipogea L.)
PADA TANAH GAMBUT

Oleh:

Rangga Krisdayanto
NIM C1011151030

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
PENGARUH PUPUK HAYATI DAN ROCK FOSFAT
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
KACANG TANAH (Arachis hipogea L.)
PADA TANAH GAMBUT

Rangga Krisdayanto
NIM C1011151030

Jurusan Budidaya Pertanian

Tim Pembimbing:

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Drs. Darussalam, M.Sc Dr. Iwan Sasli, SP, MSi


NIP 196012111988031002 NIP 196907091996031004

Disahkan oleh:

Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS


NIP 196101261985031002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya rencana penelitian ini dapat diselesaikan. Judul
dari rencana penelitian ini adalah “Pengaruh Pupuk Hayati Dan Rock Fosfat
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hipogea L.) Pada Tanah
Gambut”.
Selama penyusunan rencana penelitian ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada Drs. Darussalam. M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Iwan
Sasli, SP, MSi selaku dosen pembimbing kedua. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah mendukung, yaitu :
1. Kedua Orangtua dan keluarga yang memberikan dukungan serta doa yang tulus
kepada penulis untuk menyelesaikan rencana penelitian ini, baik berupa moril
maupun materil.
2. Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswanti, M.P selaku dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura.
3. Dr. Ir. Fajar Rianto, MS selaku ketua jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian, Universitas Tanjungpura.
4. Maulidi, SP., M.Sc selaku ketua program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura.
5. Seluruh civitas akademika Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.
6. Teman-teman seperjuangan, kususnya Agroteknologi A angkatan 2015. Semoga
rencana penelitian ini dapat menjadi acuan penulis dalam melaksanakan
penelitian.

Pontianak, September 2020

Rangga Krisdayanto
NIM. C1011151030

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................v
I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................3
II. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................................4
A. Tinjauan Pustaka................................................................................................4
1. Botani Tanaman Kacang Tanah.....................................................................4
2. Morfologi Tanaman Kacang Tanah...............................................................4
3. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah.......................................................5
4. Tanah Gambut................................................................................................6
5. Pupuk Hayati..................................................................................................7
6. Rock Fosfat (RP)............................................................................................9
B. Kerangka Konsep.............................................................................................10
C. Hipotesis..........................................................................................................11
III. METODE PENELITIAN.................................................................................12
A. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................12
B. Bahan dan Alat Penelitian................................................................................12
C. Rancangan Penelitian.......................................................................................13
D. Pelaksanaan Penelitian.....................................................................................13
E. Variabel Pengamatan.......................................................................................15
F. Variable Penunjang..........................................................................................17
G. Analisis Statistik..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20

ii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Analisis keragaman percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 18

Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Tanah Gambut......................................................24

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Kapur Dolomit......................................................25

Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis Kebutuhan Kapur Pada Tanah Gambut................26

Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Bulk Density.........................................................27

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar Lampiran 1. Denah Penelitian Dengan Split Plot.........................................28

Gambar Lampiran 2. Denah Tanaman per Petak........................................................29

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Talam 2............................23

Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dasar.....................................................30

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pupuk Fosfat............................................................31

Lampiran 4. Perhitungan Kebutuhan Kapur Dolomit.................................................32

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan komoditi yang bernilai
ekonomis serta banyak diminati masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya, permintaan kacang
tanah dipasaran juga terus meningkat. Kacang tanah dapat konsumsi langsung
ataupun untuk kebutuhan industri seperti pembuatan margarin, sabun, minyak goreng
dan lain sebagainya. Permintaan ekspor juga meningkat setiap tahunnya akan tetapi
produksi dan ketersediaan yang belum mencukupi. Berdasarkan Pusat Data dan
Sistem Informasi Kementerian Pertanian (2019), produktivitas kacang tanah nasional
tahun 2017 sebesar 13,23 Ku/Ha dan produktivitas kacang tanah provinsi Kalimantan
Barat tahun 2017 sebesar 12,01 Ku/Ha yang tergolong rendah dibandingkan
beberapa provinsi lainnya. Ketersediaan kacang tanah yang tergolong rendah ini
disebabkan karena produktivitas lahan yang kurang optimal, oleh karena itu perlu
dilakukan pengembagan kacang tanah.
Pengembangan kacang tanah dapat dilakukan dengan ekstensifikasi dan
intensifikasi lahan. Ekstensifikasi lahan yaitu perluasan areal budidaya tanaman,
dengan begitu semakin banyak jumlah tanaman kacang tanah yang di budidayakan
akan meningkatkan produksi tanaman kacang tanah. Intensifikasi lahan adalah
pemanfaatan lahan agar memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Disisi lain lahan
subur yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman kacang tanah sangatlah terbatas
karenanya digunakan lahan marginal. Lahan marginal adalah lahan yang secara
alamiah mempunyai produktivitas rendah karena faktor internal dan eksternal.
Contoh lahan marginal yang dapat digunakan sebagai media budidaya kacang tanah
yaitu gambut.
Gambut merupakan material bahan organik yang tertimbun secara alami
dalam keadaan basah yang berlebihan, dan sedikit mengalami perombakan. Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (2015), luas
lahan gambut di Kalimantan Barat yaitu sebesar 1,6 juta ha, sedangkan yang
berproduksi sebesar 181.131 ha. Lahan gambut yang digunakan sebagai media
budidaya kacang tanah ini memiliki kendala tingkat kesuburan yang bergantung pada

1
2

kematangan gambut tersebut, jika belum matang media gambut akan minim unsur
hara dan memiliki pH masam, serta lambat dalam proses dekomposisi yang
menyebabkan unsur hara dalam berbentuk terikat tidak bisa diserap tanaman. Dalam
proses budidaya kacang tanah mengharuskan media pada pH 6,5 dengan kandungan
usur hara yang cukup tinggi. Pengolahan media tanam (gambut) agar sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman kacang tanah dapat dilakukan dengan penambahan pupuk
hayati dan pemupukan rock fosfat (RP).
Pemberian pupuk hayati pada gambut dengan pH optimal akan menambah
keragaman mikrobia dalam pembentukan unsur hara agar tersedia bagi tanaman.
Pupuk hayati dengan kandungan Pseudomonas fluorescens jika berada dalam tanah
dapat memecah unsur P yang terikat agar dapat diserap tanaman. Penggunaan pupuk
hayati juga dapat membantu proses dekomposisi pada tanah gambut agar menambah
ketersediaan hara. Menurut (Fitriana et al., 2015) Tanaman kacang tanah
membutuhkan unsur hara esensial seperti N, P, dan K untuk pertumbuhan dan
produksinya, terutama P untuk pembentukan bunga, polong, dan biji. Usur P juga
bisa ditambahkan dengan penggunaan rock fosfat (RP).
Rock fosfat (RP) merupakan bahan baku utama pembuatan pupuk SP dan
umumnya kadar P2O5 pada RP dibawah 30% sehingga penggunaanya relatif lebih
banyak dari pupuk P lainnya. Rock fosfat memiliki harga yang relatif murah jika
dibandingkan dengan pupuk lainnya yang memiliki kandungan P seperti SP serta
alternatif ketika pupuk dengan unsur P lainnya tidak tersedia di pasaran. Pupuk RP
memiliki kandungan trikalsium fosfat (Ca3(PO4)2) yang tidak larut dalam air,
sehingga lambat tersedia bagi akar tanaman (El-Yazid dan Abou- Aly, 2011). Rock
fosfat (RP) jika dikombinasikan dengan pupuk hayati diharapkan mampu membantu
agar unsur P pada RP bisa cepat tersedia di tanah untuk di serap tanaman.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah penggunaan pupuk hayati
memberi efisiensi dalam penggunaan rock fosfat (RP) pada tanaman kacang tanah di
tanah gambut.

B. Rumusan Masalah
Tanaman kacang tanah merupakan jenis kacang-kacangan yang banyak
dikonsumsi dikalangan masyarakat, karenanya permintaan pasar semakin hari terus
3

meningkat. Peningkatan permintaan pasar ini harus diimbangi dengan jumlah


produksi yang optimal pada lahan pertaniannya seperti lahan gambut.
Kalimantan Barat tersebar luas lahan gambut yang belum diolah menjadi
lahan pertanian yang produktif. Pengolahan lahan gambut sebagai media tanam
kacang tanah di hadapkan dengan masalah yaitu pH rendah dan unsur hara yang ada
tidak bisa diserap tanaman. Penggunaan kapur dolomit diharapkan mampu
meningkatkan pH sampai titik optimal syarat tumbuh tanaman kacang tanah.
Pemberian pupuk hayati dapat menambah ketersediaan hara P dan mikroorganisme
dalam tanah gambut, serta mempercepat proses ketersediaan P dari RP yang tidak
mudah tersedia agar bisa diserap tanaman untuk pembungaan, pembentukan polong
dan biji kacang tanah. Penggunaan pupuk hayati diharapkan mampu meningkatkan
efisiensi dalam pengguanaan rock phospat (RP).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu
pengguanaan pupuk hayati apakah memberikan pengaruh terhadap ketersediaan
unsur hara P serta efisiensi terhadap penggunaan rock fosfat (RP) untuk pertumbuhan
dan hasil kacang tanah pada tanah gambut.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kombinasi pupuk hayati
dan rock fosfat (RP) terhadap ketersediaan unsur hara P serta efisiensi dalam
penggunaan RP terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada tanah
gambut.
II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka
1. Botani Tanaman Kacang Tanah
Kedudukan tanaman kacang tanah dalam sistematika (Taksonomi)
tumbuhan sebagai berikut (Adisarwanto, 2007) ;
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Leguminales
Familia : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.

2. Morfologi Tanaman Kacang Tanah


Tanaman kacang tanah pada bagian bawahnya terdapat akar dan buah yang
berbentuk polong. Akar tanaman kacang tanah terdiri dari tiga bagian yaitu akar
tembaga (radicula), akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix
lateralis). Akar tanaman berfungsi sebagai organ penghisap unsur hara dan air untuk
pertumbuhan tanaman. Kacang tanah memiliki akar tunggang dengan akar primer
yang tidak tumbuh secara dominan. Akar kacang tanah dapat tumbuh sampai panjang
40 cm. Akar kacang tanah memiliki bintil-bintil akar atau nodul yang berisi bakteri
Rhizobium japanicum, bakteri Rizobium ini dapat mengikat nitrogen dari udara yang
dapat digunakan untuk pertumbuhan kacang tanah (Sumarno, 2003).
Buah kacang tanah berbentuk polong terdapat di dalam tanah yang berisi 1-
4 biji, umumnya 2-3 biji per polong berbentuk agak bulat sampai lonjong,
terbungkus kulit biji tipis berwarna putih, merah, atau ungu. Ukuran polong
bervariasi, polong berukuran besar biasanya mencapai panjang 6 cm dengan diameter
1,5 cm. Polong tua ditandai oleh lapisan warna hitam pada kulit polong bagian
dalam. Rendemen polong kering menjadi biji berkisar 50% - 70%. Inti biji terdiri
dari (embrio), sendiri dan lembaga. Biji kacang tanah berkeping dua (dicotyledonae),

4
5

ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari kecil yang beratnya 250g – 400g per
1.000 butir sampai besar dengan ukuran 500g per 1.000 butir (Sumarno, 2003).
Bagian atas kacang tanah terdapat batang daun dan bunga. Batang kacang
tanah berukuran pendek, berbuku-buku, dengan tipe pertumbuhan tegak atau
mendatar. Panjang batang berkisar antara 30cm – 50cm atau lebih, tergantung jenis
atau varietas kacang tanah dan kesuburan tanah. Daun kacang tanah yang masih
muda membentuk daun tunggal dan berbentuk bundar. Tanaman kacang tanah
dewasa membentuk daun majemuk sersisip genap terdiri dari empat anak daun
dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini beragam, ada yang
berbentuk bundar, elips, dan agak lancip, tergantung pada varietasnya (Pitojo, 2005).
Permukaan daun ada yang tidak berbulu dan ada yang berbulu. Bagian atas tanaman
kacang tanah yaitu pada batang juga merupakan tempat tumbuhnya bunga.
Bunga tanaman kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning dan
bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya
berlangsung setelah tanaman berumur 4 – 6 minggu. Bunga kacang tanah menyerbuk
sendiri pada malam hari. Dari semua yang tumbuh, hanya 70% - 75% yang
membentuk bakal polong (ginofor). Bunga mekar selama 24 jam, kemudian layu dan
gugur. Ujung tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh
membengkok ke bawah, memanjang, dan masuk ke dalam tanah (Ruknama, 1998).

3. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah


Tanaman kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi
sedikit lembab, yaitu rata-rata 70% - 85% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu
sekitar 300 – 500 mm/tahun. Secara umum, suhu yang baik untuk pertumbuhan
tanaman kacang tanah berkisar antara 25 oC – 35oC (Pitojo, 2005). Penyinaran sinar
matahari secara penuh sangat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama
kesuburan daun dan perkembangan besarnya polong kacang tanah. Waktu berbunga
tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang cukup lembab dan cukup lembab
udara, sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan baik dan pembentukan
polong dapat berjalan secara leluasa, sedangkan pada saat buah kacang tanah
menjelang tua, tanah menghendaki dalam kondisi kering (Wijaya, 2011).
Menurut Adisarwanto (2007), bahwa kemasaman (pH) tanah yang cocok
adalah 6,5 dengan sistem drainase yang baik. Drainase yang baik menciptakan aerasi
6

yang baik pula sehingga akar tanaman akan lebih mudah menyerap air, hara nitrogen
dan oksigen. Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh kandungan atau kecukupan
unsur hara dalam tanah. Semakin tinggi tingkat kesuburan tanah maka semakin
banyak unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Semua tanaman termasuk kacang
tanah memerlukan unsur hara esensial makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan
mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl).
Pitojo (2005), menyebutkan bahawa kacang tanah tumbuh paling baik
dalam kisaran suhu udara 25-35°C. Suhu tanah yang menjadi faktor penentu dalam
perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanam. Suhu ideal untuk pertumbuhan
ginofor 20-30°C. Tanaman kacang tanah memerlukan sinar matahari yang penuh.
Tanaman kacang tanah tergolong jenis tanaman yang memerlukan iklim yang
lembab pada fase perkecambahan, fase pertumbuhan vegetatif, fase pembungaan dan
fase pengisian polong. Setelah pengisian polongnya sempurna, dikehendaki iklim
yang kering untuk membantu pemasakan polong karena iklim yang lembab dan
basah dapat menyebabkan pembusukan polong.

4. Tanah Gambut
Gambut merupakan material atau bahan organik yang tertimbun secara
alami dalam keadaan basah yang berlebihan, bersifat tidak mampat atau hanya
sedikit mengalami perombakan. Proses pembentukan gambut terjadi di daerah
cekungan dibawah pengaruh penggenangan yang cukup lama (Sabiham, 2006).
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah
lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi
terhambat oleh kondisi anaerob dan kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan
rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai (Hardjowigeno, 1986). Berdasarkan
faktor pembentuknya tanah gambut di Kalimantan Barat tergolong gambut ombrogen
dengan ketebalan bahan organik 3-16 m (Balai informasi pertanian,1987).
Tingkat kematangan gambut dibedakan menjadi gambut saprik (matang)
adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali,
berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya <15%.
Gambut hemik (setengah matang) adalah gambut setengah lapuk, sebagian bahan
asalnya masih bisa dikenali, berwarma coklat, dan bila diremas bahan seratnya 15–
75%. Gambut fibrik (mentah) adalah gambut yang belum melapuk, bahan asalnya
7

masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila diremas >75% seratnya masih tersisa
(Noor, 2001).
Sifat kimia tanah gambut menjadi masalah untuk budidaya pertanian seperti
kesuburan yang rendah karena pH rendah, ketersediaan unsur hara makro (K, Ca,
Mg, P) dan mikro (Cu, Zn, Mn, dan Bo) yang rendah, mengandung asam-asam
organik yang beracun, serta memiliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) tinggi tetapi
Kejenuhan Basa (KB) rendah. Gambut di Indonesia umumnya memiliki pH <4
tingkat kematangannya masih tergolong fibrik. Gambut dangkal dengan kedalaman
<150 cm memiliki tingkat keasaman antara pH 4,0-5,1, sedangkan pada gambut
kedalamannya >150 cm memiliki tingkat keasaman pH <4,0 (Hartatik dkk., 2011).
Tingkat kemasaman ini memiliki hubungan erat dengan kandungan asam organik.
Bahan organik yang telah terdekomposisi mempunyai gugus reaktif karboksil dan
fenol yang bersifat sabagai asam lemah yang menimbulkan sifat asam pada tanah
gambut. Tingkat kemasaman tanah gambut cenderung turun pada tingkat kedalaman
gambut yang rendah (Syahruddin dan Nuraini 1997).
Karakteristik fisik gambut yang penting dalam pemanfaatannya untuk
pertanian meliputi kadar air, berat isi (bulk density (BD)), daya menahan beban,
subsiden (penurunan permukaan), dan mengering tidak balik. Kadar air tanah gambut
berkisar antara 100 – 1.300% dari berat keringnya (Mutalib dkk, 1991). Semakin
tinggi bulk density dapat di artikan gambut semakin matang (saprik).

5. Pupuk Hayati
Pupuk hayati memiliki kandungan bakteri serta fungi yang dapat melarutkan
fosfat tidak tersedia menjadi tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. Sebagian
besar bentuk fosfat terikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Adanya pengikatan fosfat ini menyebabkan pupuk P yang diberikan tidak efisien,
sehingga perlu diberikan dalam takaran tinggi. Pemberian pupuk P ke dalam tanah,
hanya 15-20% yang dapat diserap oleh tanaman, sedangkan sisanya akan terjerap di
antara koloid tanah dan tinggal sebagai residu dalam tanah (Buckman dan Brady,
1956) maka perlunya penambahan pupuk hayati.
Pupuk hayati dengan kandungan mikrobia pelarut fosfat terdiri atas bakteri
(Taha et al., 1969), dan fungi (Khan & Bhatnagar, 1977). Mikrobia yang termasuk
dalam kelompok bakteri pelarut fosfat antara lain Pseudomonas striata, P. diminuta,
8

P. fluorescens, P. cerevisia, P. aeruginosa, P. putida, P. denitrificans, P. rathonis,


Bacillus polymyxa, B. laevolacticus, B. megatherium, Thiobacillus sp.,
Mycobacterium, Micrococcus, Flavobacterium, Escherichia freundii,
Cunninghamella, Brevibacterium spp., Serratia spp., Alcaligenes spp.,
Achromobacter spp., dan Thiobacillus sp.. Sedangkan fungi yang dapat melarutkan
fosfat umumnya berasal dari kelompok Deutromycetes antara lain Aspergillus niger,
A. awamori, P. digitatum, P. bilaji, Fusarium, Sclerotium, Aspergillus niger, dan
lain-lain (Alexander, 1977; Shale, 1978; Das, 1963). Fungi pelarut fosfat yang
dominan di tanah adalah Penicillium dan Aspergillus (Suh et al., 1995; Whitelaw et
al., 1999). Fungi pelarut fosfat yang dominan ditemukan di tanah masam Indonesia
ialah Aspergillus niger dan Penicillium (Goenadi et al., 1993).
Pertumbuhan mikrobia pelarut fosfat sangat dipengaruhi oleh kemasaman
tanah. Pada tanah masam, aktivitas mikrobia didominasi oleh kelompok fungi sebab
pertumbuhan fungi optimum pada pH 5-5,5. Pertumbuhan fungi menurun bila pH
meningkat. Fungi dalam tanah berbentuk miselium vegetatif ataupun spora
(Waksman dan Starkey, 1981). Miselium atau filamen fungi tersebar di antara
partikel tanah dan tersusun dalam hifa-hifa, ada yang bersepta dan ada yang tidak.
Sebaliknya pertumbuhan kelompok bakteri optimum pada pH sekitar netral dan
meningkat seiring dengan meningkatnya pH tanah. Secara umum bakteri pelarut
fosfat yang dominan yang diisolasi dari rizosfer tanah termasuk ke dalam golongan
mikrobia aerob pembentuk spora (Taha et al., 1969), hidup pada kisaran pH 4-10,6
(Sen dan Paul, 1957).
Penggunaan pupuk hayati dimaksutkan sebagai pembenah tanah dan cara
agar unsur hara dalam tanah tersedia bagi tanaman. Mengurangi pemberian pupuk
anorganik karena lebih efisien terserap tanaman walaupun dalam jumlah sedikit
dibawah anjuran. Pemberian pupuk hayati ini dilakukan pada benih yang akan di
tanam, hal ini dimaksutkan agar proses perkembangan mikrobia dapat berlangsung
besamaan dengan proses penanaman, sehingga manfaatnya bisa dirasakan tanaman
sesuai fungsinya dalam perkembangan tanaman agar lebih baik pada fase awal
penanaman sampai panen.
9

6. Rock Fosfat (RP)

Rock fosfat (RP) merupakan batuan alam yang mengandung usur P dengan
rata-rata kandungan dibawah 30% (Ridwan, 2011). Rock fosfat (RP) ini juga
merupakan bahan utama untuk pembuatan pupuk fosfat seperti SP-36, SP-18 dan
TSP atau pupuk lainnya yang mengandung unsur P. Rock fosfat (RP) memiliki
kandungan trikalsium fosfat (Ca3(PO4)2) yang tidak larut dalam air, sehingga lambat
tersedia bagi akar tanaman (El-Yazid dan Abou- Aly, 2011). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor
menunjukkan bahwa rock fosfat (RP) mempunyai efektivitas yang sama baiknya
dengan sumber P yang mudah larut seperti SP-36, sehingga penggunaan rock fosfat
(RP) sebagai sumber pupuk P bisa meningkatkan efisiensi pupuk di lahan kering
masam.
Penggunaan rock fosfat (RP) secara langsung sebagai pupuk diharapkan
mempunyai efektivitas yang sama dengan pupuk P yang mudah larut. Efektivitas
rock fosfat (RP) ditentukan oleh beberapa faktor antara lain reaktivitas, ukuran
butiran, pH tanah, dan respon/tanggap tanaman. Rock fosfat (RP) yang mempunyai
reaktivitas dan nilai RAE rendah memungkinan untuk menciptakan pupuk yang lebih
efisien baik sehubungan dengan keperluan tanaman dan tanah maupun nilai
ekonominya.
Teknologi pupuk untuk mengefisienkan pupuk P dapat dilakukan dengan
cara biologi antara lain dengan membuat fosfokompos (mencampurkan fosfat alam
dengan kompos), inokulasi dengan versicular-arbuscular mycorrizha, menggunakan
mikrobia pelarut P, dan menggunakan species tanaman yang toleran terhadap
defisiensi P. Teknologi ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengefisienkan
penggunaan superfosfat dan rock fosfat (RP). Rock fosfat (RP) dapat diserap
langsung oleh tanaman dalam bentuk fitin, walaupun sebenarnya penyerapan ini
efektif apabila fitin telah mengalami dekomposisi sehingga menjadi bentuk – bentuk
fosfat anorganik yang tersedia untuk tanaman. Hasil penelitian penggunaan rock
fosfat (RP) bermutu tinggi secara langsung pada tanaman perkebunan (kelapa sawit,
karet dan kakao) di lahan masam dan rawa menunjukkan prospek yang baik.
Efektivitas pupuk rock fosfat (RP) sebanding atau bahkan lebih unggul dari pada
pupuk TSP yang mudah larut (Ling, 1987).
10

B. Kerangka Konsep
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh media
tumbuhnya. Tanah yang digunakan sebagai media tanam bagi tanaman perlu
mendapatkan pengolahan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman optimal
serta mudahnya dalam penyerapan unsur hara. Tanah yang baik untuk kacang tanah
adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang
baik. Kacang tanah dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah jika dilakukan
pengolahan tanah yang tepat sesuai dengan syarat tumbuhnya.
Penggunaan tanah gambut sebagai media tumbuh memiliki beberapa faktor
pembatas yaitu pH dan kandungan unsur hara yang dapat diserap tanaman sedikit.
Kandungan unsur hara yang terikat pada bahan organik cukup tinggi, sehingga tidak
tersedia bagi tanaman. Cara mengatasi kendala-kendala tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian kapur sampai pH sesuai syarat tumbuh tanaman serta penggunaan
pupuk hayati.
Menurut Simanungkalit (2006) penggunaan pupuk hayati dapat
meningkatkan ketersediaan P serta mampu mengkolonisasi rizosfir dan
menghasilkan zat pengatur tumbuh. Selain itu beberapa mikrobia dalam pupuk hayati
juga dapat berperan sebagai biokontrol melalui proteksinya terhadap penyakit.
Dilaporkan bahwa Pseudomonas sp dapat mencegah tanaman dari patogen fungi
yang berasal dari tanah dan potensinya sebagai agen biokontrol untuk digunakan
secara komersial di rumah kaca maupun di lapangan (Arshad dan Frankenberger,
1993).
Hasil penelitian Herman dan Dibyo (2013) Inokulasi mikrobia pelarut fosfat
yang dikombinasikan dengan pemberian NPK mampu meningkatkan tinggi tanaman
dan bobot biomassa benih kakao sampai umur 12 MSP. Perlakuan MPF + NPK
menghasilkan tinggi tanaman, bobot biomassa dan serapan P tertinggi dibandingkan
perlakuan lainnya. Isolat MPF yang dikombinasikan dengaan pemberian NPK
mampu meningkatkan serapan hara P benih kakao sampai 3,07 kali.
Santos, et al., (1997) menunjukkan bahwa inokulasi bakteri pelarut Fosfat
dan aplikasi P-alam (rock phosphate) pada tanah masam Ultisols mampu
meningkatkan ketersediaan P, serapan P, dan bobot biji kering kacang tanah. Hasil
ini memperlihatkan peran bakteri pelarut fosfat dalam mempercepat proses pelarutan
11

P dari P-alam, namun belum banyak menjelaskan peran mikrobia tersebut dalam
melepaskan P yang terikat pada mineral tanah.
Hasil penelitian Arista (2015), dosis N berpengaruh nyata terhadap berat
segar brangkasan tanaman. Kombinasi dosis pupuk terbaik yaitu dosis pupuk 150
kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36 dan 225 kg/ha ZK yang dapat meningkatkan 57% berat
biji kering jika dibandingkan dengan dosis pupuk rekomendasi, serta memberikan
pengaruh nyata terhadap berat brangkasan kering tanaman kacang tanah.
Rahmadhani (2007) menyebutkan bahwa dengan pemberian pupuk Rock
fosfat (RP) pada dosis 400 kg/ha dapat meningkatkan bobot biji dan jumlah polong
kedelai di tanah gambut.
Menurut penelitian Meirdania (2019), Aplikasi bakteri pelarut fosfat
(Pseudomonas fluorescens) dan rock phosphate dapat mempengaruhi karakter
fisiologi tanaman tomat, terutama dalam meningkatkan P jaringan tanaman fase
vegetatif, meningkatkan kandungan klorofil daun, meningkatkan tinggi tanaman,
meningkatkan berat kering tanaman dan berat buah. Kombinasi perlakuan terbaik
guna meningkatkan karakteristik fisiologi tanaman tomat adalah aplikasi bakteri
pelarut fosfat dan rock phosphate 0,69 g/polybag.
Penelitian Dewi, et al., (2014), pada tanah bersifat masam dengan dosis
FMA (20 g/tan) dan pupuk rock fosfat (150 kg/ha) dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksi kedelai, yaitu meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering tajuk, bobot
kering akar, jumlah polong berisi dan bobot biji kering per tanaman sampel.
Penelitian Ichwan (2017), dengan pemberian batuan fosfat 250 kg/ha dan
tanpa dolomit memberikan pengaruh terbaik pada bobot biji kering per petak yang
menghasilkan 583,06 g/petak atau setara dengan 1,23 ton/ha dengan asumsi luas
lahan efektif 85%.

C. Hipotesis
Diduga pemberian kombinasi pupuk hayati dan rock fosfat (RP)
memberikan pengaruh terhadap efisiensi penggunaan RP serta ketersediaan unsur
hara P untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada tanah gambut.
III.METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Jalan Sepakat 2 Gg. Racana Untan
Pontianak. Lama penelitian yang dilaksanakan yaitu 4 bulan dari bulan September
sampai dengan Desember.

B. Bahan dan Alat Penelitian


1. Bahan penelitian
a. Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kacang tanah varietas
Talam 2 (Deskripsi varietas Talam 2 dapat dilihat pada lampiran 1).

b. Tanah Gambut
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah gambut yang
berada dilahan Jalan Sepakat 2 Gg. Racana Untan Pontianak dengan kedalaman
lapisan olah 0 – 20 cm (Analisis tanah gambut pada lampiran 2).

c. Pupuk Dasar
Pemberian pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk
kandang kotoran ayam, Urea, KCl dan Rock fosfat (RP) sesuai perlakuan.

d. Pupuk Hayati
Pupuk hayati yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah FloraOne
dengan kandungan Rhizobium sp, Azotobacter sp, Tricoderma harzianum,
Aspergilus niger, Pseudomonas fluorescens dengan dosis sesuai perlakuan.

e. Kapur
Kapur yang akan digunakan adalah kapur pertanian Calsium carbonate 800
mesh dengan daya netralisasi (masih di analisis) (Hasil analisis dapat dilihat
pada lampiran 2).

f. Pestisida
Pestisida yang akan digunakan ialah reagen dan furadan sebagai pencegah
hama ulat pemakan daun dan pemakan biji.

12
13

2. Alat Penelitian
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
sabit, gembor, meteran, gelas ukur, timbangan digital, timbangan dagang, pH
meter, alat dokumentasi, thermohygrometer, alat tulis dan oven.

C. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian ini menggunakan metode split plot Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor :
1. Faktor (M) sebagai petak utama pupuk hayati terdiri dari 2 taraf yakni:
1) m0 = Pupuk hayati 0 g/kg benih kacang tanah.
2) m1 = Pupuk hayati 5 g/kg benih kacang tanah.
2. Faktor (P) sebagai anak petak pupuk rock fosfat terdiri dari 4 taraf yakni :
1) p0 = 0 g/petak rock fosfat setara dengan 0 kg/ha
2) p1 = 5 g/petak rock fosfat setara dengan 50 kg/ha
3) p2 = 15 g/petak rock fosfat setara dengan 150 kg/ha
4) p3 = 25 g/petak rock fosfat setara dengan 250 kg/ha
(Perhitungan dosis rock fosfat pada lampiran 3)
Terdapat 8 kombinasi perlakuan dan di ulang sebanyak 3 kali maka terdapat
24 satuan perlakuan (Denah penelitian pada gambar lampiran 1).

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma dengan
di tebas, kemudian lahan di cangkul dan membuang akar kayu yang ada di tanah,
dengan lapisan olah 0 - 20 cm dan membentuk petak bedengan berukuran 1 m x 1
m, antar petak di beri jarak 20 cm.

2. Pemberian Kapur
Pemberian kapur dilakukan dengan cara di tabur pada permukaan tanah
gambut dalam petak bedengan dan dicampur dengan cara di aduk menggunakan
cangkul.

3. Pemberian Pupuk Kandang Ayam


Pemberian pupuk kandang ayam dilakukan dengan cara di tabur pada
permukaan tanah secara merata dengan dosis 20 ton/ha (2 kg/petak). Pemberian
14

pupuk kandang ayam ini bersamaan dengan pemberian kapur, lalu selanjutnya di
lakukan inkubasi selama 2 minggu dan di lakukan pengukuran pH setelah
inkubasi.

4. Penanaman
Sebelum ditanam benih dibasahi menggunakan air lalu dicampurkan MPF
dan ada juga yang tidak di beri MPF sesuai perlakuan, kemudian benih kacang
tanah ditanam dengan kedalaman 2 cm dari permukaan tanah dengan jarak 20cm
x 20cm, pada setiap lubang tanam di beri 2 benih kacang tanah.

4. Pemupukan Urea, Rock fosfat (RP) dan KCl


Pupuk dasar yang diberikan pada kacang tanah adalah pupuk urea dengan
dosis 50 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha. Rock fosfat sesuai perlakuan yaitu 100
kg/ha, 200 kg/ha dan 300 kg/ha, Pupuk tersebut diberikan sekaligus pada saat
tanam dengan cara dimasukkan kedalam lubang tempat pemupukan dengan jarak
5 cm dari lubang tanaman. ( Perhitungan pada lampiran 2 dan lampiran 3 )

5. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan :
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi hari dan sore hari dengan
mengguanakan gembor sampai tanah lembab, jika hujan tidak disiram.

b. Penjarangan
Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam
dengan meninggalkan 1 tanaman yang pertumbuhannya terbaik. Penjarangan
dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman kacang dengan
gunting. Sisa tanaman yang dipotong dihaluskan dan dikembalikan ketanah.

c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu, jika ada
tanaman yang mati atau ada tanaman yang pertumbuhannya tidak normal maka
dilakukan penanaman ulang. Tanaman yang digunakan untuk menyulaman
digunakan tanaman yang umurnya sama dengan perlakuan yang sama.
15

d. Pembumbunan
Pembumbunan tanah dilakukan sebelum tanaman berbunga atau sebelum
tanaman berumur 29 hari setelah tanam (hst), dimana pembumbunan bertujuan
agar ginofor pada kacang tanah dapat mudah masuk kedalam tanah yang
gembur sehingga proses pembentukan polong dan biji berlangsung sempurna.

e. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma
yang ada di sekitar tanaman.

f. Pencegahan dan Pengendalian hama dan penyakit


Pengendalian terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara
menaburkan Furadan atau Regent di permukaan tanah bersamaan dengan penanaman
benih kacang tanah.

6. Panen
Kacang tanah varietas Talam 2 dipanen pada saat tanaman berumur 90-95
hari setelah tanam, pemanenan dilakukan dengan cara serempak pada setiap
tanaman. Ciri-ciri tanaman siap panen antara lain batang mulai mengeras, daun
menguning, sebagian daun berguguran, kulit polong telah mengeras, kulit
berserat, bagian dalam polong berwama coklat, bila ditekan polong mudah
pecah. Jika biji telah penuh, harus segera dipanen, karena bila terlambat biji
dapat tumbuh (Balitkabi, 2012).

E. Variabel Pengamatan
Variabel-variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur dari pangkal
batang sampai pada titik tumbuh terakhir. Pengukuran dimulai pada saat tanaman
berumur 2 minggu setelah tanam sampai vegetatif maksimum, dengan interval
waktu pengukuran 2 minggu sekali. Pengukuran tinggi tanaman menggunakan
meteran lalu dicatat berapa tingginya.
16

2. Volume Akar (cm3)


Pengukuran volume akar dilakukan pada saat fase vegetatif maksimum
terhadap 1 sampel secara destruktif dengan cara memisahkan akar dengan bagian
atas tanaman lalu dibersihkan dan dicuci, kemudian akar dimasukkan kedalam
gelas ukur yang telah diisi dengan air dan dilihat penambahan volume dalam gelas
ukur tersebut. Selisih dari volume tersebut sebelum dimasukan akar dan sesudah
dimasukan akar merupakan volume akar.

3. Berat kering tanaman (g)


Berat kering tanaman diukur pada masa vegetatif maksimum. Akar dan
bagian atas tanaman dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ° C selama 2 x 24
jam sampai beratnya konstan.

4. Berat polong kering pertanaman (g)


Pengamatan jumlah polong kering pertanaman dilakukan setelah panen.
Pengamatan dilakukan dengan cara menjemur polong selama 7 hari atau sampai
kering lalu ditimbang menggunakan timbangan digital.

5. Berat Biji Kering per Tanaman (g)


Perhitungan berat biji kering per tanaman dilakukan pada akhir penelitian
yaitu setelah panen, dengan mengupas dari polongnya dan menimbang semua biji
kering yang dihasilkan dalam satu tanaman menggunakan timbangan digital.
Pengeringan biji kacang tanah dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
selama 7 hari.

6. Berat 100 butir biji kering (g)


Berat 100 butir biji kering diukur dengan menimbang 100 biji kering
yang diambil secara acak dalam setiap ulangan perlakuan, kemudian ditimbang
menggunakan timbangan digital.

7. Serapan P
Serapan P diukur dengan cara mengalikan kadar P tanaman dengan berat
kering tanaman. Kadar P tanaman diukur di lab pada tanaman yang sudah di
keringkan.
17

F. Variable Penunjang
1. Suhu Udara (0C)
Suhu udara diukur setiap hari selama berlangsungnya penelitian yaitu
pagi hari pukul 06.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB dan sore pukul 18.00 WIB.

2 x suhu pagi +suhu siang+ suhu sore


T (0C) ¿
4

2. Kelembaban udara (%)


Kelembaban udara diukur setiap hari selama berlangsungnya penelitian.
Pengukuran kelembaban udara dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu
udara.
2 x RH pagi+ RH siang+ RH sore
RH (%) Relatif ¿
4
3. pH tanah
Pengukuran pH tanah dilakukan pada awal penelitian sebelum inkubasi,
setelah inkubasi selama 2 minggu dan di akhir penelitian yaitu setelah panen.

4. Curah Hujan (mm3)


Curah hujan diukur dengan menghitung volume air yang tertampung
dalam wadah yang diberi corong pada bagian atasnya untuk mengalirkan air
kedalam wadah.
3
Volume air (cm )
CH¿ 2
πr

G. Analisis Statistik

Model linier untuk percobaan split plot dengan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) adalah sebagai berikut :

Yijk= µ + Kk + αi + δik + βj + (αβ) ij + εijk


18

Keterangan:
i = 1,2, … ,a ; j = 1,2, … ,b ; k = 1,2, … ,r
i = petak utama ; j = anak petak ; r = ulangan
Yijk adalah Nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan
ulangan ke- k;
(µ , αi , βj , Kk ) adalah komponen aditif dari rataan, pengaruh faktor A,
pengaruh faktor B dan pengaruh pengelompokan
(αβ)ij adalah komponen interaksi dari faktor A dan faktor B
2
δik adalah komponen acak petak utama yang menyebar normal (O, σ )
δ
εijk adalah pengaruh acak anak petak juga menyebar normal (O, σ 2)

Tabel 1. Analisis ragam faktorial split plot dalam Rancangan Acak Kelompok
(RAK)
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung
(SK) (db) (JK) (KT) 5% 1%
Petak Utama: JK PU
KTPU/
Kelompok r-1 JKK KTPU
KTG(A)
Penggunaan KT(A)/
a-1 JK(M) KT(A)
MPF (M) KTG(A)
Galat (a) (r-1)(a-1) JK(a) KTG(A)
Anak Petak:
Penggunaan KT(B)/
b-1 JK(P) KT(B)
RP (P) KTG(B)
Interaksi KT(AB)/
(a-1)(b-1) JK(MxP) KT(AB)
(MxP) KTG(B)
((b-1)+(a-
Galat (b) JK (b) KTG (B)
1)(a)(r-1)
Total (rab)-1 JKT

Uji nyata analisis keragaman dilakukan dengan cara membandingkan antara


F. hitung dengan F. tabel. Tabel pada taraf nyata 5%. Hasil perbandingan antara F.
hitung dengan F. tabel mempunyai dua kemungkinan yaitu :
1. Bila F. hitung > F. tabel 5% maka dinyatakan adanya pengaruh yang nyata
(significant).
2. Bila F. hitung ≤ F. tabel 5% maka pengaruh tersebut tidak nyata (non significant).
Jika hasil perhitungan analisis keragaman diperoleh perlakuan yang
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk
19

mengetahui perbedaan antara perlakuan. Rumus Uji BNJ pada taraf 5 % adalah
sebagai berikut :
1. Untuk perlakuan pupuk hayati (M)

BNJ(M) = Qa (t.dbgm)
√ KTG (m)
rm

2. Untuk perlakuam rock fosfat (P)

BNJ(P) = Qa (t.dbgp)
√ KTG ( p)
rp

3. Untuk semua kombinasi perlakuan (MP)

BNJ(M) = Qa (t.dbgm.p)
√ KTG ( m )+ KTG ( p)
r
Keterangan:
Qa = Nilai yang diamati dari tabel Q 5%
t = Jumlah perlakuan
dbg(m) = Derajat bebas galat (m)
dbg(p) = Derajat bebas galat (p)
dbg(mp) = Derajat bebas galat (mp)
KTG(m) = Kuadrat tengah galat (m)
KTG(p) = Kuadrat tengah galat (p)
KTG(mp) = Kuadrat tengah galat (mp)
r = Jumlah ulangan

Besarnya keragaman hasil penelitian dapat dihitung dengan rumus koefisien


keragaman sebagai berikut :

KK =
√ KTG

Keterangan:
KK = Koefisen Keragaman
KTG = Kuadrat Tengah Galat
𝑥̅ = Nilai Rata-Rata
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Mycrobiology. 2nd Ed. John Wiley and
Sons. New York. 467 p.
Andisarwanto, T., 2007. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Di Lahan Sawah
Dan Lahan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta.
Arshad, M. and W.T. Frankenberger. 1993. Microbial production of plant growth
regulators. p. 307-347. In F.B. Metting (Ed.). Soil Microbial Ecology.
Marcel Dekker, Inc. New York, Bassel, Hongkong.
Buckman, H.O. and N.C. Brady. 1956. The Nature and Properties of Soils. 5th ed.
Macmillan, New York.
El-Yazeid, A. and H.E.. Abou-Aly. 2011. Enhancing growth, productivity and
quality of tomato plants using phosphate solubilizing microorganism. Aust.
J. of Basic Appl. Sci. 5 : 371 – 79.
Dewi, R.R, Yaya Hasanah, dan Nini Rahmawati. 2014. Peran Fungi Mikoriza
Arbuskula Dan Pupuk Rock Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Online Agroekoteknologi. 2 (3).
Fitriana, D. A., T. Islami dan Y. Sugito. 2015. Pengaruh dosis Rhizobium serta
macam pupuk kendang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah (Arachis hypogaea L.) varietas kancil. J. Produksi Tanaman. 3 (7) :
547-555.
Gaspersz, Vincent. 1991. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito.
Bandung.
Goenadi, D.H., R. Saraswati, dan Y. Lestari. 1993. Kemampuan melarutkan fosfat
dari beberapa isolat bakteri asal tanah dan pupuk kandang sapi. Menara
Perkebunan 61(2): 44-49.
Herman, Maman Dan Dibyo Pranowo. 2013. Pengaruh Mikroba Pelarut Fosfat
Terhadap Pertumbuhan Dan Serapan Hara P Benih Kakao Theobroma
Cacao L.. Balai Penelitian Tanaman Industri Dan Penyegar. Sukabumi.
Buletin Ristri 4 (2): 129-138.
Ichwan, A.R., Alfandi dan Siti Wahyuni. 2017. Pengaruh Dosis Batuan Fosfat Dan
Dolomit Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah (Arachis
Hypogaea L) Kultivar Tuban. Jurnal AGROSWAGATI 5 (2).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Republik Indonesia. 2015.
Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS).
Http://Incas.Menlhk.Go.Id/Id/Data/West-Kalimantan/. Diakses Pada 12
September 2019 Pukul 00.54.

20
21

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Https://Aplikasi2.Pertanian.Go.Id.


Diakses Pada 12 September 2019 Pukul 23:59 Wib.
Khan, J.A. and R.M. Bhatnagar. 1977. Studies on solubilization of insoluble
phosphates by microorganisms. I. Solubilization of Indian phosphate rocks
by Aspergillus niger and Penicillium sp. Fert. Technol. 14: 329- 333.
Ling, A.H. 1987. Use of rock phosphate for direct application in cocoa plantations
in Malaysia. hlm. 29-36 dalam Pross. Lokakarya Penggunaan Pupuk P-alam
Secara Langsung pada Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian Tanah.
Marhani, 2019. Pengaruh Aplikasi Rhizobium Dan Pupuk Npk, Bokashi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai Glycine Max L Merrill Pada
Tanah Gambut. Jurnal Agroland. 26 (1) : 49-57.
Meirdania, S.M., R. Soedradjad, Sigit Soeparjono dan Tri Candra Setiawati. Aplikasi
Bakteri Pelarut Fosfat dan Rock Phosphate Terhadap Karakteristik Fisiologi
Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jurnal Bioindustri. 2 (1).
Permanasari, I., Mokhamad Irfan Dan Abizar. 2014. Pertumbuhan Dan hasil kedelai
(Glycine max (L.) Merill) dengan pemberian Rhizobium dan pupuk urea
pada media gambut. Jurnal Agroteknologi. 5 (1) : 29 – 34.

Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.


Pusat Data Dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian. 2016. Situs Basis Data
Statistik Pertanian. Diakses Pada 14 November 2019 Pukul 20:46 Wib.
Rahmadhani, F. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Rock Fosfat dan Berbagai Jenis
Isolat Mikoriza Vesikular Arbuskula Terhadap Produksi Tanaman Kedelai
pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu. Skripsi. Medan : Universitas
Sumatra Utara, Fakultas Pertanian.
Ridwan, I. 2011. Pembuatan pupuk super fosfat dengan variasi diameter partikel rock
fosfat dan variasi konsentrasi asam sulfat. J. Fluida. 7 (1) : 36-40.
Ruknama. 1998. Kacang Tanah. Kanisus. Yogyakarta. Hal 16.
Santosa, E., T. Prihatini, S.Widati, Dan Sukristiyonubowo. 1997. Pengaruh Bakteri
Pelarut Fosfat Dan Fosfat Alam Terhadap Beberapa Sifat Tanah Dan
Respon Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea. L). Prosiding Seminar
Nasional Pupuk, Hiti-Universitas Lampung.
Sen, A. and N.B. Paul. 1957. Solubilization of phosphatase by some common soil
bacteria. Curr. Sci. 26: 2-22.
Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organic Fertilizer And
Biofertilizer. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian.
22

Suh, J.S., S.K. Lee, K.S. Kim, and K.Y. Seong. 1995. Solubilization of insoluble
phosphates by Pseudomonas putida, Penicillium sp. And Aspergillus niger
isolated from Korean Soils. J.Kor. Soc. Soil Sci. Fert. 28(3): 278-286.
Sumarno. 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru Algesindo: Bandung.
Taha, S.M., and S.A.Z. Mahmoud, A.H. El-Damaty, and A.M. Abd. El-Hafez. 1969.
Activity of phosphate-dissolving bacteria in Egyptian soils. Plant Soil 31(1):
149-160.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kacang Tanah. Yrama Widya.
Cetakan 1.
Waksman, S.A. and R.L. Starkey. 1981. The Soil and The Microbe. John Wiley and
Sons, Inc. New York.
Widi A. Y. 2013. Pengaruh Bakteri Pelarut Fosfat Dan Bakteri Penambat Nitrogen
terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat pada Tanah Masam. Tesis.
Universitas Jenderal Soedirman.
Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan Dan Pemberian Kapur Terhadap
Pertumbuhan Dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L).
Skripsi. IPB. Bogor.
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Talam 2.
SK Mentan : 1179/Kpts/SR.120/11/2014
Dilepas tahun : 12 November 2014
Asal : Silang antara varietas Gajah dengan varietas
tahan penyakit daun ICGV92088 Nama galur
G/92088//92088-02-B-2-8-1 (GH 3)
Umur : ± 90–95 hari
Tipe tumbuhan : Tegak (Spanish)
Rata-rata tinggi tanaman : 57,5 cm
Bentuk batang : Bulat
Warna batang : Hijau keunguan
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Pusat bendera berwarna kuning muda dengan
matahari merah tua
Warna ginofor : Ungu
Bentuk polong : Agak berpinggang, kulitnya agak halus dengan
pelatuk kecil
Bentuk dan warna biji : Bulat/merah muda
Jumlah biji per polong : 2/1/3 biji
Jumlah polong per tanaman : 22 polong
Warna polong muda : Putih
Warna polong tua : Putih gelap
Posisi polong : Miring ke bawah dan menyebar
23

Berat 100 biji : 43,4 gram


Potensi hasil : 4,0 ton/ha polong kering
Rata-rata hasil : ± 2,5 ton/ha polong kering
Kadar protein : ± 25,42% (Bk)
Kadar lemak : ± 46,53% (Bk)
Kadar asamesensial : Oleat ± 41,09%, linoleat ± 33,25% O/L Rasio
1,24
Ketahanan : Agak tahan penyakit karat daun dan penyakit
layu bakteri, agak tahan penyakit bercak daun
Keterangan : Adaptif lahan masam (pH 4,2–4,7) dengan
kejenuhan Al 10–30%.
Pemulia : Astanto Kasno, Trustinah, Joko Purnomo,
Novita Nugahaeni, dan Bambang Soewarsono
Peneliti : Sumartini dan Abdullah Taufiq
Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi (Balitkabi)
24

Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Tanah Gambut


25

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Kapur Calsium Carbonate


26

Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis Kebutuhan Kapur Pada Tanah Gambut


27

Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Bulk Density


KAG =
BKO + Berat BI =
BB+Ring Berat (a-c) - V. Ring = 3,14 *
Ring Tanah BKO BKO / V.
(gram) Ring (b-c)/(b- r2 * t
(gram) Basah Ring
c)*100%
a b c a-c b-c KAG V. Ring (g/cm3) BI (g/cm3)
196.82 120.16 99.74 97,08 20.42 375.42 100,09 0,20
Sumber : Pengukuran dilakukan penulis di Laboratorium Fisika Tanah Fakultas Pertanian tahun 2020
28

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 U


M0P1 M1P0 M0P1 M1P3 M1P3 M0P1

M0P3 M1P3 M0P2 M1P2 M1P2 M0P0

M0P2 M1P1 M0P3 M1P0 M1P1 M0P2

M0P0 M1P2 M0P0 M1P1 M1P0 M0P3

Gambar Lampiran 1. Denah Penelitian Dengan Split Plot

Keterangan :

M0 : Perlakuan diberi MPF 0 g/kg benih kacang tanah


M1 : Perlakuan diberi MPF 5 g/kg benih kacang tanah
P0 : Perlakuan Pemberian 0 kg/ha Rock fosfat (RP)
P1 : Perlakuan Pemberian 50 kg/ha Rock fosfat (RP)
P2 : Perlakuan Pemberian 150 kg/ha Rock fosfat (RP)
P3 : Perlakuan Pemberian 250 kg/ha Rock fosfat (RP)
U : Arah Utara
29

1M

20 cm

X X X X X X X X X X
20 cm
0
X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X 1M
0,5 M
X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X

Gambar Lampiran 2. Denah Tanaman per Petak

Keterangan :

= Luasan petakan

= Jarak tanam

= Jarak antar bedengan

X = Tanaman kacang

= Sampel destruktif

= Tanaman sampel
30

Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dasar


Diketahui luas lahan gambut 1 ha : 10.000 m2
Luas Petak Tanam (1mx1m) : 1m2
Populasi kacang tanah dalam petak : 25 tanaman
Dosis pupuk yang di gunakan pada penelitian ini adalah 150 kg/ha Urea dan
225 kg/ha KCL. Maka perhitungannya sebagai berikut:
1. Perhitungan Kebutuhan Urea
dosis pupuk
= x luas petakan
luaslahan 1 ha
150 kg/ha
¿ x 1m²
10.000 m²
= 0,015 kg/petak
15 g/ petak
=
25 tanaman/ petak
= 0,60 g/tanaman
2. Perhitungan Kebutuhan KCl
dosis pupuk
= x luas petakan
luaslahan 1 ha
225 kg/ha
¿ x 1m²
10.000 m²
= 0,0225 kg/petak
22 , 50 g/ petak
=
25 tanaman/ petak
= 0,90 g/tanaman
31

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pupuk Fosfat


Diketahui luas lahan gambut 1 ha : 10.000 m2
Luas petak tanam (1mx1m) : 1m2
Populasi kacang tanah dalam petak : 25 tanaman

Dosis pupuk rock fosfat pada penelitian ini sesuai perlakuan yaitu 0, 50, 150,
250 kg/ha. Maka perhitungannya sebagai berikut:

1. Perhitungan Kebutuhan Rock fosfat (RP) 50 kg/ha


dosis pupuk
= x luas petakan
luaslahan 1 ha
50 kg/ha
¿ x 1m²
10.000 m²
= 0,005 kg/petak
5 g/ petak
=
25 tanaman/ petak
= 0,2 g/tanaman

2. Perhitungan Kebutuhan Rock fosfat (RP) 150 kg/ha


dosis pupuk
= x luas petakan
luaslahan 1 ha
150 kg/ha
¿ x 1m²
10.000 m²
= 0,015 kg/petak
15 g/ petak
=
25 tanaman/ petak
= 0,6 g/tanaman

3. Perhitungan Kebutuhan Rock fosfat (RP) 250 kg/ha


dosis pupuk
= x luas petakan
luaslahan 1 ha
250 kg/ha
¿ x 1m²
10.000 m²
= 0,025 kg/petak
25 g/ petak
=
25 tanaman/ petak
= 1 g/tanaman
32
33

Lampiran 4. Perhitungan Kebutuhan Kapur Dolomit


Diketahui :

Luas petakan = 10.000 cm2

Kedalaman lapisan olah tanah = 20 cm

Bobot isi tanah gambut = 0,20 g/cm3

Berat kering mutlak tanah gambut = luas x kedalaman lapisan olah tanah x B.I

= 10.000 cm2 x 20 cm x 0,20 g/cm3

= 40.000 g = 40 kg

Hasil analisis tanah diperoleh pH tanah 3,48. Kebutuhan kapur untuk


menaikkan pH menjadi 5.5 adalah :

= 32,5 g/kg tanah x 40 kg = 1.300 g/petak

Kapur yang digunakan adalah kapur dolomit dengan daya netralisasi 88,56 % maka
perhitungan kapur dolomitnya adalah :

100
= x 1.300 g / petak
88 ,56

= 1.467,9 g/petak

= 1,467.9 kg/petak setara dengan 14.679 ton/ha.

Anda mungkin juga menyukai