Anda di halaman 1dari 28

USULAN PENELITIAN

KAJIAN KORELASI ANTARA KALIUM DAN SERAPANNYA


TERHADAP HASIL TANAMAN PADI YANG DIBUDIDAYAKAN DI
LAHAN SAWAH KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN,
BANYUMAS

Oleh:
Luthfie Alie Pratama
NIM A1D015204

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
USULAN PENELITIAN

KAJIAN KORELASI ANTARA KALIUM DAN SERAPANNYA


TERHADAP HASIL TANAMAN PADI YANG DIBUDIDAYAKAN DI
LAHAN SAWAH KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN
BANYUMAS

Oleh:
Luthfie Alie Pratama
NIM A1D015204

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian


Pada Pendidikan Strata Satu Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
USULAN PENELITIAN

KAJIAN KORELASI ANTARA KALIUM DAN SERAPANNYA


TERHADAP HASIL TANAMAN PADI YANG DIBUDIDAYAKAN DI
LAHAN SAWAH KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN
BANYUMAS.

Oleh:
Luthfie Alie Pratama
NIM A1D015204

Diterima dan disetujui


Tanggal: …………….

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Mohammad Rif’an, M.P. Ir. A.H. Syaeful Anwar,


NIP 19610726 198903 1 003 M.Si.
NIP 19580630 198703 1 001

Mengetahui
Wakil Dekan Bidang Akademik,

Dr. Ir. Hidayah Dwiyanti, M.Si.

i
NIP. 19620906 198703 2 001
PRAKATA

Segala puji terucap kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kuasa

limpahan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian

ini. Usulan penelitian yang berjudul “Kajian Korelasi Antara Kalium Dan

Serapannya Terhadap Hasil Tanaman Padi Yang Dibudidayakan Di Lahan

Sawah Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas” ini penluis susun

sebagai salah satu syarat untuk memenuhi syarat kelulusan menjadi sarjana strata

satu (S1) pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Jenderal Soedirman.

Penulis pun sangat berterimakasih kepda setiap pihak yang membantu

penulis dalam menyelesaikan tulisan ini, terkhusus untuk:

1. Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal

Soedirman yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian

2. Bapak Dr. Ir. Mohammad Rif’an, M.P., selaku dosen pembimbing satu yang

yang dengan bijaksana bersedia membimbing penulis

3. Bapak Ir. A.H. Syaeful Anwar, M.Si., selaku dosen pembimbing dua dan

pembimbing akademik yang juga telah banyak bersabar dalam membimbing

penulis sampai menyelesaikan studi

4. Ayah dan Ibu di rumah yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis

dalam setiap kondisi

5. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil, sehingga

dapat terselesaikannya usulan penelitian ini.

ii
Penulis menyadari dalam penulisan usulan penelitian ini masih perlu dikaji

dan diperaiki. Namun penulis berharap penulisan usulan penelitian ini dapat

diterima dengan oleh siapa saja sebagai referensi untuk membuka wawasan dan

pengetahuan. Seraya penulis pun dengan terbuka menerima saran dan kritik terkait

penulisan agar dapat memperbaiki tulisan menjadi lebih baik.

Purwokerto, Maret 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

halama

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4

II. KERANGKA PEMIKIRAN.........................................................................5


A. Tanaman Padi............................................................................................5
B. Tanah Sawah.............................................................................................6
C. Karbon Organik.........................................................................................8

III. METODE PENELITIAN............................................................................11


A. Tempat dan Waktu..................................................................................11
B. Bahan dan Alat........................................................................................11
C. Rancangan Percobaan..............................................................................12
D. Variabel Pengukuran...............................................................................14
E. Garis Besar Penelitian.............................................................................15
F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halama

1. Peta Satuan Lahan Homogen Kecmatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas......13


2. Bagan alur penelitian.........................................................................................16

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat betumpu pada sektor

pertanian sebagi sumber perokonomiannya. Terlebih semenjak diperkenalkannya

program revulosi hijau dua puluh tahun lalu. Tidak hanya berhasil meningkatkan

produksi pertanian di sektor padi, namun Indonesia pada saat itu pun berhasil

memenuhi kebutuhan beras nasional. Hal itu bukan hanya membanggakan, tetapi

juga semakin menguatkan jati diri Indonesia sebagai salah satu negara agraris

terbesar di dunia.

Begitu pun apabila kita melihat kontribusi masyarakat Indonesia di bidang

pertanian. Menurut data BPS hasil survei pertanian pada tahun 2018, ada sekitar

33.487.806 juta orang Indonesia yang berprofesi sebagai petani. Menurut Peneliti

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Muhammad Diheim Biru, jumlah

tersebut cenderung menurun dari beberapa tahun lalu, dimana jumlah petani

Indonesia bisa mencapai 6 juta orang. Meskipun demikian, selama lima tahun ke

belakang Indonesia dapat dikatakan tetap konsisten dalam mengembangkan sektor

pertanian terutama di sektor padi. Tercatat produksi padi Indonesia mampu

tumbuh pada angka 2.33 di tahun 2017 lalu (BPS, 2018)

Pemandangan kontras tersebut bisa dikatakan sesuatu yang ajaib. Mengingat

jumlah petani seharusnya mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap

jumlah produksi pertanian itu sendiri.

1
Salah satu sumber daya alam unggulan Indonesia adalah Indonesia

merupakan negara yang memprioritaskan swasembada pangan sebagai salah satu

program yang diunggulkan. Hal yang diunggulkan yaitu produksi beras yang

diharapkan dapat mencukupi kebutuhan pangan di Indonesia. Tanaman padi

(Oryza sativa. L) adalah tanaman pangan penting di Indonesia karena tanaman

padi merupakan tanaman pokok yang dimanfaatkan sebagai kebutuhan primer

masyarakat luas. Usaha ini dilakukan untuk melengkapi kebutuhan pangan

didalam negeri yang belum tercukupi karena kebutuhan akan makanan terutama

beras terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Selain itu, usaha ini

dilakukan untuk mengurangi impor akan bahan pangan dari luar negeri. Strategi

yang perlu dilakukan yaitu peningkatan produktivitas melalui pendekatan

pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Hal ini dapat dicapai

dengan cara sinergitas komponen teknologi, seperti perbaikan mutu benih dan

penggunaan varietas unggul baru (VUB), pemupukan berimbang dan rasional,

pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dan pengelolaan air serta

pemakaian pupuk organik (Yohanes, 2017).

Pemupukan yang berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk

memperbaiki dan meningkatkan produktifitas pertanian. Pemupukan berimbang

perlu dilakukan karena sangat berguna dalam menetapkan pemberian pupuk yang

sesuai takaran, tepat waktu, dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai dengan status

kesuburan tanah sawahnya sehingga pemupukan akan lebih efisien. Pemupukan

berimbang perlu dukungan dari hasil uji tanah yang mewakili sifat kimia

2
tanahnya. Uji tanah merupakan suatu kegiatan analisis kimia tanah untuk

mengevaluasi status kesuburan tanah (Suarjana et al., 2015).

Tanah sawah dapat terbentuk dari tanah kering dan tanah basah, sehingga

karakterisasi setiap sawah dipengaruhi oleh bahan pembentuk tanahnya. Tanah

sawah yang terbentuk dari tanah kering umumnya terdapat di daerah dataran

rendah, dataran tinggi vulkan atau nonvulkan yang awalnya adalah tanah kering

yang tidak pernah jenuh air. Berbeda morfologinya dengan tanah sawah dari tanah

rawa yang pada awalnya memang sudah jenuh air (Prasetyo et al., 2004).

Selama penanaman padi dilakukan, partikel-partikel tanah mulai mengendap

dan sebagian air diserap oleh akar tanaman, sehingga kadar air mencapai 20- 60%

selama pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, daya kohesi meningkat, sehingga

tanah menjadi padat. Ketika padi mulai tua, penggenangan mulai dihentikan,

sehingga tanah mulai mengering. Struktur lumpur, mulanya tanah berubah

menjadi seperti pasta kemudian memadat sehingga berstruktur masif (Agus et al.,

2004).

Tanaman padi sangat besar perannya dalam mempercepat terjadinya

degradasi kandungan C-organik pada lahan sawah. Penanggulangan dilakukan

untuk mengurangi degradasi kandungan C-organik dengan cara merubah sistem

pertanian menjadi pertanian organik yang dapat meningkatkan kandungan C-

organik. C-organik tanah yang meningkat dapat membantu keberlanjutan

kesuburan tanah, melindungi kualitas tanah dan air yang terkait dalam siklus hara,

air dan biologi, di samping merupakan indikator kunci dari kualitas tanah dan

keberlanjutan sistem pertanian karena mempunyai peranan penting dalam

3
mempengaruhi kualitas fisik dan produktivitas tanah (Komatsuzaki dan Ohta,

2007).

Ketersediaan kandungan C-organik harus dijaga agar tetap cukup dalam

tanah, sehingga selalu dilakukan evaluasi cadangan atau simpanan C-organik

tanah baik pada sistem pertanian organik maupun konvensional. Adanya hal

tersebut sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi pada kualitas tanah

sebagai respon terhadap praktek pengelolaan pertanian. Simpanan C-organik

tanah (soil organic carbon storage) dapat menjadi suatu ukuran bagi sekuestrasi C

di dalam tanah. Selain berat, volume dan kandungan C-organik tanah, kedalaman

tanah juga menentukan besar sekuestrasi atau simpanan C-organik tanah

(Komatsuzaki and Syuaib, 2010).

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah merupakan

salah satu wilayah yang didominasi oleh area persawahan. Kecamatan Kalibagor

memiliki topografi datar dengan jaringan sungai yang memadai untuk saluran irigasi

yang merupakan wilayah hilir dari Sub-DAS Sungai Serayu. Adanya karakteristik

tersebut maka dilakukan penelitian terhadap tanah sawah terutama pada perubahan

kandungan C-organik ketika masa tanam dan pasca panen yang mempengaruhi

kualitas tanah dan produktivitas padi.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana agihan dan kandungan C-organik di lahan sawah Kecamatan

Kalibagor, Banyumas?

2. Bagaimanakah perubahan kandungan C-organik di lahan sawah Kecamatan

Kalibagor, Banyumas pada masa tanam dan pasca panen?

4
3. Bagaimanakah rekomendasi pemberian pupuk organik di lahan sawah

Kecamatan Kalibagor, Banyumas?

C. Tujuan

1. Mengetahui agihan dan kandungan C-organik di lahan sawah Kecamatan

Kalibagor, Banyumas.

2. Mengetahui perubahan C-organik di lahan sawah Kecamatan Kalibagor,

Banyumas pada masa tanam dan pasca panen.

3. Menentukan rekomendasi pemberian pupuk organik yang tepat di lahan

sawah Kecamatan Kalibagor, Banyumas.

D. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai informasi status

ketersediaan C-organik dan perubahannya pada tanah tanaman padi di

Kecamatan Kalibagor, Banyumas.

2. Memperoleh data dan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi

penelitian yang serupa maupun penelitian pengembangan selanjutnya.

5
II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tanaman Padi

Tanaman padi termasuk dalam suku padi-padian (Graminae). Tanaman padi

merupakan tanaman semusim yang memiliki sistem perakar serabut, batang

sangat pendek dengan struktur berupa batang yang terbentuk dari rangkaian

pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna dengan pelepah tegak, warna

hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang

pendek dan jarang. Bunga yang tersusun pada tanaman padi yaitu secara majemuk

dengan satuan bunga yang disebut floret yang terletak pada satu spikelet yang

duduk pada panikula dengan tipe malai yang bercabang. Buah pada tanaman padi

bertipe bulir atau kariopsis (tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya), bentuk

hampir bulat hingga lonjong dengan ukuran 3 mm hingga 15 mm yang tertutup

oleh palea dan lemma (sekam) (Sulistyawati dan Nugraha, 2010).

Tanaman padi dapat ditanam berbagai musim. Penanaman padi di musim

kemarau dan musim hujan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap

kuantitas dan kualitas dari padi. Penanaman padi pada musim kemarau akan lebih

baik dibandingkan pada musim hujan namun dengan pengairan baik. Proses

penyerbukan dan pembuahan padi pada musim kemarau tidak akan terganggu

oleh hujan sehingga padi yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Akan tetapi,

apabila padi ditanam pada musim hujan, proses penyerbukan dan pembuahannya

menjadi terganggu oleh hujan. Akibatnya, banyak padi yang hampa (Mubaroq,

2013)

6
Secara umum menurut Sakti et al. (2013), ada tiga stadia pertumbuhan

tanaman padi dari awal penyemaian hingga panen :

1. Stadia vegetatif dari perkecambahan sampai terbentuknya bulir. Varietas padi

yang berumur pendek (120 hari) stadia ini lamanya sekitar 55 hari, sedangkan

pada varietas padi berumur panjang (150 hari) lamanya sekitar 85 hari.

2. Stadia reproduktif dari terbentuknya bulir sampai pembungaan. Varietas

berumur pendek lamanya sekitar 35 hari, dan pada varietas berumur panjang

sekitar 35 hari juga.

3. Stadia pembentukan gabah atau biji dari pembungaan sampai pemasakan biji.

Lamanya stadia sekitar 30 hari, baik untuk varietas padi berumur pendek

maupun berumur panjang. Apabila ketiga stadia dirinci lagi, maka akan

diperoleh sembilan stadia. Masing-masing stadia mempunyai ciri dan nama

tersendiri.

E. Tanah Sawah

Sawah merupakan sebuah lahan pertanian yang secara fisik berpermukaan

rata yang memiliki batasan yaitu pematang, serta dapat ditanami padi, palawija,

dan tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok

tanam padi. Sawah untuk keperluan seperti ini harus mampu menyangga

genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam

pertumbuhannya. Pengairan sawah digunakan sistem irigasi dari mata air baik itu

sungai ataupun air hujan. Lahan yang mempunyai tingkat kemiringan tinggi,

7
sawah dibuat berteras untuk menghindari erosi dan menahan air (Sofyan et al.,

2007).

Selama proses pembentukan tanah sawah, sifat fisik tanah yang ada

mengalami banyak perubahan. Proses reduksi dan oksidasi merupakan proses-

proses utama yang dapat mengakibatkan perubahan baik sifat mineral, kimia,

fisika, dan biologi tanah. Perubahan sifat fisik tanah juga banyak dipengaruhi oleh

terjadinya iluviasi dan eluviasi bahan kimia atau partikel tanah akibat proses

pelumpuran dan perubahan drainase (Agus et al., 2004).

Lahan sawah merupakan lahan yang multifungsi atau memiliki beragam

fungsi. Multifungsi pertanian merupakan suatu konsep yang menjabarkan

berbagai fungsi eksternal pertanian selain fungsi utamanya sebagai penghasil

pangan dan serat atau barang yang tampak nyata dan dapat dipasarkan. Secara

umum Agus et al., (2004) menjabarkan lahan sawah mempunyai fungsi internal

dan eksternal sebagai berikut :

1. Ketahanan pangan, dimana beras merupakan komoditas pangan strategis

masyarakat Indonesia. Lahan sawah menyumbang beras sekitar 80 persen

total kebutuhan beras nasional.

2. Penyedia unsur hara tanaman, dimana salah satu sifat intrinsik lingkungan

lahan sawah adalah kemampuannya untuk memasok berbagai unsur hara

seperti basa (K, Ca, dan Mg), dan silika (Si) yang terlarut dalam air irigasi.

Lahan sawah juga mampu memasok unsur nitrogen melalui dekomposisi

bahan organik tanah dan fiksasi melalui proses biologi tanah. Penggenangan

juga meningkatkan pH tanah dan ketersediaan unsur hara seperti P sebagai

8
akibat dari proses reduksi dari senyawa besi-fosfat dan kelarutan besi atau

aluminium fosfat.

3. Memelihara sumber daya air, lahan persawahan yang datar atau berteras,

dapat menyimpan air dalam bentuk air genangan dengan volume yang cukup

besar. Daya tampung lahan sawah berteras sangat bervariasi tergantung sifat

dan karakteristik tanahnya.

4. Mengurangi risiko banjir, dimana di daerah hilir kemampuan lahan dalam

suatu DAS menahan air merupakan indikator fungsi mitigasi banjir. Lahan

pertanian dapat menahan sebagian air hujan di dalam tanaman atau tajuk

pohon, di permukaan tanah (air genangan), dan di dalam pori tanah.

5. Menjadi habitat flora dan fauna, dimana ekosistem pertanian lahan sawah

menyediakan beraneka ragam jenis makanan dan habitat bagi makhluk lain

seperti serangga, burung, mikro dan makro flora lahan basah.

6. Memelihara nilai sosial-budaya dan daya tarik pedesaan. Panorama lahan

sawah yang indah serta nilai budaya masyarakat pedesaan yang spesifik

mempunyai daya tarik bagi masyarakat perkotaan. Nilai-nilai sosial-budaya

dan tradisi masyarakat pedesaan melekat pada sistem pertanian yang

dilakukannya.

F. Karbon Organik

Karbon organik (C-organik) yang terkandung dalam bahan organik (BO)

telah lama dikenal sebagai salah satu penciri kesuburan tanah dan lahan produktif.

Sebaliknya, tanah merupakan tempat pencadangan BO terbesar dalam ekosistem

9
darat, dan berperan penting dalam siklus karbon (C) global. Tanah dan BO

merupakan dua hal yang saling tergantung. Bahan organik butuh tanah untuk

berlindung secara fisik dari proses oksidasi, sedangkan tanah butuh BO untuk

kesuburan fisik, kimia, dan biologinya (Yulnafatmawita et al., 2011).

C-organik merupakan salah satu indikator kesuburan tanah. Tanah yang

mengalami kemerosotan kandungan C-organik menandakan tanah tersebut

mengalami penurunan kualitas kesuburan tanah atau degradasi kesuburan. Bahan

organik penting sebagai sumber energi jasad renik yang berperan dalam

penyediaan hara tanaman. Bahan organik menentukan kapasitas tukar kation

tanah, walaupun sifat ini tergantung pH. Tanah miskin bahan organik dan

didominasi mineral liat 1:1, mempunyai kapasitas tukar kation yang rendah,

sehingga efisiensi pemupukan akan berkurang karena sebagian besar hara mudah

hilang dari lingkungan perakaran. Bahan organik juga berperan dalam

memperbaiki struktur tanah sehingga tanah mudah diolah dan dilumpurkan.

Mengingat pentingnya peranan bahan organik terhadap kesuburan fisik, kimia dan

biologi tanah, maka pemberian atau daur-ulang bahan organik merupakan bagian

penting dari pelestarian kesuburan tanah (Yohanes, 2017).

Proses yang dapat menyebabkan kehilangan C-organik dari dalam tanah

dapat melalui (a) respirasi tanah, (b) respirasi tanaman, (c) terangkut panen, (d)

dipergunakan oleh biota, dan (e) erosi. Siklus karbon di dalam tanah meliputi

konversi karbon dioksida atmosfer menjadi material tanaman melalui proses

fotosintetsis diikuti oleh dekomposisi sisa-sisa tanaman dan binatang ke dalam

tanah. Selama proses dekomposisi, transformasi karbon difasilitasi oleh aktivitas

10
mikroba, oksidasi karbon menjadi karbon diokasida yang selanjutnya

dikembalikan ke atmosfer. Karbon selanjutnya diasimilasikan oleh tanaman

sebagai ion karbonat dan bikarbonat atau terangkut dari dalam tanah bahkan

sampai ke laut. Setiap tahun, pergerakan karbon dalam jumlah besar dan terjadi

perubahan dari satu fase ke fase lainnya pada siklus di dalam tanah termasuk

pergerakan 10 % karbon dari tanaman dan 5% karbon dari bahan organik tanah

(Diara, 2017).

Perbandingan relatif karbon dengan nitrogen dan fosfor dalam bahan

organik pada tanah mineral adalah dengan rasio 110:9:1 menurut berat. Contoh

dalam hal ini yaitu setiap 1 ton simpanan C dapat menyimpan 100 kg N sehingga

penambahan akumulasi C dalam tanah akan memberi keuntungan bagi

penambahan simpanan nitrogen. Karbon tanah telah umum ditetapkan sebagai

indikator keberlanjutan sistem pertanian dan perubahannya dapat terjadi melalui

jumlah total karbon, cadangan karbon karbon dan aktif (labil). Total karbon

merupakan jumlah karbon yang berasal dari karbon organik dan karbon

anorganik. Karbon organik berada pada fraksi bahan organik tanah, sedangkan

karbon anorganik terutama ditemukan pada mineral karbonat. Cadangan karbon

disimpan dalam 3 komponen pokok, yaitu (a) biomasa merupakan bagian dari

vegetasi yang masih hidup, (b) nekromasa merupakan bagian dari vegetasi yang

telah mati, dan (c) bahan organik tanah merupakan sisa mahluk hidup yang talah

mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian

dari tanah (Hairiah et al., 2011).

11
12
III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan di lahan sawah Kecamatan Kalibagor,

Kabupaten Banyumas. Persiapan dan analisis tanah dan jaringan tanaman akan

dilaksanakan di Laboratorium Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian

Universitas Jenderal Soedirman selama tiga bulan mulai bulan Maret 2019 hingga

bulan Juni 2019.

G. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lahan sawah di

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas, contoh tanah yang diambil dari

lahan pertanaman padi dengan kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm dari setiap titik

pengamatan, contoh daun tanaman padi, Peta Administrasi Kecamatan Kalibagor

(Skala 1:50.000), Peta Jenis Tanah Kecamatan Kalibagor (Skala 1:50.000), Peta

Kelerengan Kecamatan Kalibagor (Skala 1:50.000), Peta Penggunaan Lahan

(Skala 1:50.000) yang di overlay menjadi Peta Satuan Lahan Homogen (SLH) dan

bahan kimia untuk analisis kimia tanah di laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan pra penelitian

yaitu computer/laptop, software pemetaan ArcGIS 10.3, printer warna, GPS, Alat

yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur 50 ml, kertas penyaring,

corong, neraca analitik, erlenmeyer 50 ml, pipet ukur 10 ml, karet penghisap,

erlenmeyer 250 ml, laptop/komputer, bor tanah, cangkul, alumunium foil, oven,

13
mortir, pH meter, plastik ziplock, tabung reaksi, pipet tetes, beaker glass,

mikropipet, dan pisau.

H. Rancangan Percobaan

Metode penelitian dilakukan dengan penetapan titik sampel diawali dengan

pembuatan peta SLH (Satuan Lahan Homogen) yang dibuat dengan cara

menggabungkan peta (overlay) dari peta administrasi Kecamatan Kalibagor, peta

jenis tanah, peta kelerengan dan peta penggunaan lahan Kecamatan Kalibagor.

Penggabungan empat peta tersebut menghasilkan 11 SLH (Satuan Lahan

Homogen) dimana penelitian lebih perspektif ke satu SLH. Hasil analisis satuan

lahan homogen dapat dilihat pada Gambar 1.

14
Gambar 1. Peta Satuan Lahan Homogen Kecmatan Kalibagor, Kabupaten
Banyumas.

15
I. Variabel Pengukuran

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

1. C-Organik

Kandungan C-organik tanah ditentukan dengan Metode Walkey and Black.

2. Kemasaman tanah (pH H2O)

pH H2O tanah diukur dengan pH meter pada suspense tanah dengan

perbandingan tanah : akuades 1 : 5.

3. Kemasaman tanah (pH KCl)

pH KCl tanah diukur dengan pH meter pada suspense tanah dengan

perbandingan tanah : larutan KCl 1 M 1 : 5.

4. Daya hantar listrik tanah

Kandungan kadar garam yang terlarut di dalam sampel tanah (dS/m)

dihitung menggunakan konduktometer pada suspense tanah dengan

perbandingan tanah : akuades 1 : 5.

5. Potensial Redoks

Potensial elektroda standar terhadap suatu elektroda penunjuk standar, yaitu

elektroda hidrogen. Sampel tanah yang masih segar dan baru diambil dari

lapang, diukur dengan alat ukur ORP (Oxidation-Reduction Potential).

6. Data hasil tanaman padi sawah dan cara budidaya tanaman padi sawah. Data

ini didapatkan melalui wawancara dengan petani di lahan penelitian.

16
J. Garis Besar Penelitian

1. Melakukan perizinan pelaksanaan penelitian di Fakultas dan perizinan di

lokasi penelitian yaitu Kecamatan Kalibagor,Kabupaten Banyumas.

2. Menyusun rencana penelitian, pengumpulan peta dasar yang dibutuhkan untuk

pembuatan Peta Satuan Lahan Homogen (SLH) dari lokasi penelitian, data

sekunder serta studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian.

3. Melaksanakan survei pendahuluan, pengamatan di lokasi penelitian dan

penetapan titik sampel.

4. Melakukan survei lapang. Pengambilan sampel daun tiap titik sampel, dan

pengeboran tanah di lokasi titik pengamatan pada kedalaman 0-25 cm dan 25-

50 cm kemudian sampel tanah diambil dan diberi kode per titik sampel.

5. Melakukan analisis laboratorium terhadap sampel yang telah diambil dari

lokasi pengamatan berdasarkan variabel-variabel yang telah ditetapkan.

6. Melakukan penyusunan dan analisis data yang telah diperoleh.

17
Mengurus perizinan pelaksanaan
penelitian di kampus dan lokasi penelitian
(Kalibagor, Banyumas)

Penyusunan rencana penelitian, Peta


Satuan Lahan Homogen, studi pustaka

Survei pendahuluan, pengamatan lokasi


penelitian dan penetapan titik lokasi
sampel

Survei lapang dan pengambilan sampel


tanah dan daun

Analisis tanah di laboratorium

Analisis semua data yang didapat dan


penilaian status hara

Penyajian laporan hasil penelitian dan


peta

Gambar 2. Bagan alur penelitian.

18
K. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian disusun dalan tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Tabel pelaksanaan penelitian


Bulan
No Jenis Kegiatan
I II III IV
1. Persiapan dan pra survey
Survei lapangan dan pengambilan sampel tanah
2.
dan jaringan tanaman
3. Analisis tanah dan jaringan tanaman
4. Analisis data penelitian
5. Penyusunan laporan

19
DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., Adimiharja, A., Hardjowigeno, S., Fagi, A.M., & Hartati, W. 2004.
Tanah Sawah dan Teknologi Pengolahannya. Balai Penelitian Tanah,
Bogor.

Diara, I. W. 2017. Degradasi kandungan c-organik dan hara makro pada lahan
sawah dengan sistem pertanian konvensional. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Udayana. Bali.

Hairiah, K., Ekadinata, A., Sari, R.R., & Rahayu, S. 2011. Pengukuran Cadangan
Karbon : dari tingkat lahan ke bentang lahan. University of Brawijaya
(UB) Press, Malang.

Komatsuzaki, M. & Ohta, H. 2007. Soil management practices for sustainable


agro-ecosystems. Sustainability Science, 2 :103-120.

Komatsuzaki, M. & Syuaib, M.F. 2010. Comparison of the farming system and
carbon sequestration between conventional and organic rice production
in West Java, Indonesia. Sustainability, 2(3) : 833-843.

Mubaroq, I.A. 2013. Kajian potensi Bionutrient Caf dengan penambahan ion
logam terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Skripsi .
Fakultas Pertanian, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Prasetyo, B. H. & Suriadikarta, D. A. 2004. Karakteristik, potensi dan teknologi


pengolahan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di
Indonesia . Jurnal Litban Pertanian, 25(2) : 39- 46.

Sakti, A., Sunarminto, B.A., Maas, A., Indradewa, D., & Kertonegoro, B.D. 2013.
Kajian pemetaan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten
Purworejo. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 10(1) : 55-70.

Sofyan, Ritung, & Wahyunto. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuain Lahan. Balai
Penelitian Tanah Bogor, Bogor.

Suarjana, W., Supadma, A.A.N., & Arthagama, I.D.M. 2015. Kajian status
kesuburan tanah sawah untuk menentukan anjuran pemupukan
berimbang spesifik lokasi tanaman padi di Kecamatan Manggis. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 4(4) : 314-323.

Sulistyawati, E. & Nugraha, R. 2010. Efektivitas kompos sampah perkotaan


sebagai pupuk organik dalam meningkatkan produktivitas dan
menurunkan biaya produksi budidaya padi. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung. Bandung.

20
Yohanes, K.N. 2017. Kajian hubungan bahan organik tanah terhadap
produktivitas lahan tanaman padi di Desa Kebonagung. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional. Yogyakarta.

Yulnafatmawita, Adrinal, & Hakim, A. F. 2011. Pencucian bahan organik tanah


pada tiga penggunaan lahan di daerah hutan hujan tropis super basah
pinang-pinang Gunung Gadut, Padang. J. Solum, 8(1) : 34-42.

21

Anda mungkin juga menyukai