Anda di halaman 1dari 33

SURVEI JENIS-JENIS TANAMAN TALAS (COLOCASIA SP)

YANG DI BUDIDAYAKAN DI DISTRIK MOSWAREN


KABUPATEN SORONG SELATAN

PROPOSAL

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian


Universitas Muhammadiyah Sorong Untuk Memenuhi
Sebagai Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pertanian

Oleh :

AKWILA WAY
NIM. 20185001025

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Telah diperiksa dan disetuji Oleh Para Pembimbing dan diterima Untuk diajukan

kepada Panitia Ujian Proposal yang dibentuk Oleh Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Sorong untuk memenuhi Syarat Guna memenuhi syarat

Ujian proposal pada Program Studi Agroteknologi

Pembimbing I Pembimbing II

AKHMAT ALI, SP.,MP ISMAIL M. SANGADJI, SP.,M.Si


NIDN. 1215076701 NIDN.

Sorong, Februari 2023

Ketua Program Studi Agroteknologi


Universitas Muhammadiyah Sorong

MIRA HERAWATI SOEKAMTO, SP.,MP


NIDN. 1204047901

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Propsal Skripsi ini dengan judul

“SURVEI JENIS-JENIS TANAMAN TALAS YANG DIBUDIDAYAKAN DI

DISTRIK MOSWAREN” Dengan tersusunnya Proposal Skripsi ini penulis tidak

lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

antara lain :

1. Bapak Dr. Muhammad Ali, MM,.MH Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Sorong yang telah mengijinkan penulis menimba Ilmu di Universitas

Muhammadiyah Sorong.

2. Bapak Sulkarnaen Sangadji, SP.,M.Si Selaku dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Sorong.

3. Ibu Mira Herawati Soekamto, SP.,MP Selaku Ketua Program Studi Agroteknologi

di Universitas Muhammadiyah Sorong.

4. Bapak Akhmat Ali, SP.,MP Selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

membantu menyelesaikan proposal ini.

5. Bapak Ismail M. Sangadji, SP.,M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak membantu menyelesaikan proposal ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sorong

yang tak pernah lelah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.

7. Kedua orang tua dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan doa dan

nasehat demi keberhasilan studi saya.

iii
8. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu baik moril maupun materi dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan dari penyusunan Proposal

Skripsi ini. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan

penulisan ini. Semoga Proposal Skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukannya.

Sorong, Februari 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5

A. Penelitian Sebelumnya ................................................................... 5

B. Umbi Talas (Colocasia sp) ........................................................... 10

C. Jenis-Jenis Talas ............................................................................. 13

D. Syarat Tumbuh ............................................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 19

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 19

B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 19

C. Alat dan Bahan ............................................................................... 19

D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 20

E. Pengumpulan Data ......................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 26


v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman dan Umbi Talas ................................................................ 11

Gambar 2. Morfologi Talas ................................................................................. 13

Gambar 3. Pohon dan Umbi Talas Bogor ........................................................... 14

Gambar 4. Pohon dan Umbi Talas Belitung ....................................................... 15

Gambar 5. Pohon dan Umbi Talas Padang ......................................................... 17

E.

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam pangan lokal yang berpotensi sebagai sumber

pangan alternatif dan perlu dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan

antara lain seperti jagung, kacang– kacangan, dan umbi-umbian yang dijadikan

sebagai bahan pangan dibeberapa daerah. Talas (Colocasia sp) merupakan

tanaman pangan dari umbi-umbian yang banyak dibudidayakan di Indonesia.

Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berwatakan tegak, tingginya 1

m atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas

mempunyai nama beberapa nama umum yaitu taro, old cocoyam, dan ‘Eddo (e).

Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari

tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m dpl, baik liar maupun di tanam.

Umbi talas dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk silinder atau bulat,

berwarna coklat. Daunnya berbentuk perisai atau hati dengan tangkai mencapai 1

meter panjangnya ( Prana MS, Kuswara, 2012).

Talas (Colocasia esculenta L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang

berpotensi sebagai sumber karbohidrat dalam diversifikasi pangan. Sekitar 10%

penduduk dunia mengonsumsi talas sebagai pangan. Jenis tanaman ini tidak

menuntut syarat tumbuh yang khusus dan merupakan sumber pangan yang

penting karena umbinya memiliki nilai gizi yang cukup baik (Sulistyowati et al.

2014). Talas dikonsumsi dalam bentuk umbi, dalam keadaan matang dengan cara

1
direbus, digoreng, ataupun dibakar, sedangkan daun dan tangkai daunnya dapat

digunakan sebagai sayuran. Pemanasan diperlukan untuk menghilangkan rasa

gatal yang terdapat dalam talas mentah yang mengandung kalsium oksalat

(Setyowati et al. 2007). Umbi talas merupakan bahan pangan yang rendah lemak,

bebas gluten, dan mudah dicerna karena mengandung serat yang cukup tinggi

untuk memperlancar kerja pencernaan (Hassan 2014). Bubur talas dapat

melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi bayi dengan tingkat alergi

yang rendah. Talas juga dapat diambil tepungnya untuk dipakai sebagai pengganti

tepung terigu.

Dibanding ubi jalar dan ubi kayu, talas mempunyai keunggulan dalam

kandungan protein, vitamin B1, unsur P, dan Fe yang lebih tinggi dan kadar lemak

yang rendah. Umbi talas mengandung 13–19% karbohidrat dan 1,4% protein, juga

mengandung kalsium, lemak, fosfor, zat besi, dan vitamin B (Dewi 2012). Umbi

talas mengandung protein (1,5–3,0%), kalsium, fosfor, vitamin A dan C, serta pati

pada talas mengandung 15–20% amilosa sehingga mudah dicerna karena dapat

dipecahkan oleh gula ludah manusia (Setyowati et al. 2007).

Manfaat talas bagi kehidupan masyarakat asli Papua sangatlah penting.

Tanaman talas sudah lama dibudidayakan dan digunakan sebagai sumber pangan

bagi masyarakat Papua khususnya masyarakat di Distrik Moswaren. Talas

merupakan tanaman yang unik secara ekologi, dapat tumbuh pada kondisi di mana

tanaman lain kurang berhasil, misalnya kondisi genangan, kegaraman (dapat

tumbuh pada kondisi 25-50% air garam), dan naungan. Tanaman talas memiliki

2
kemampuan yang tinggi untuk mempertahankan kepadatan stomata di bawah

kondisi naungan dan khlorofil yang tinggi (Suketi et al. 2001).

Tanaman talas di Distrik Moswaren masih dibiarkan tumbuh secara liar dan

belum Banyak dibudidayakan oleh kebanyakan petani di wilayah tersebut.

Tanaman talas biasanya hanya dimanfaatkan sebagai sumber makanan Pokok,

pakan ternak, padahal bagian-bagian dari tanaman talas dapat dimanfaatkan

seperti daun dan tangkai daunnya bisa jadi sayur, dan umbinya bisa jadi makanan

pengganti nasi bagi manusia. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan penelitian

ini supaya petani bisa lebih memanfaatkan tanaman talas tersebut sebagai bahan

pangan dan juga untuk menambah nilai ekonomi bagi petani yang ada di wilayah

Distrik Moswaren.

Identifikasi morfologi merupakan langkah awal dalam mengetaui suatu jenis

tanaman. Kegiatan identifikasi terhadap morfologi tanaman talas (Calocasia sp)

lokal di Distrik Moswaren diharapkan dapat mengungkapkan potensi unggulan

tanaman yang dibudidayakan dan informasi yang didapatkan digunakan sebagai

acuan untuk mengenalkan jenis-jenis talas yang ada di Distrik Moswaren, melalui

karakteristik morfologi umbi talas, seperti bentuk, ukuran, dan warna umbi dapat

menentukan jenis pemanfaatannya sebagai pangan dan industr serta dapat

dimanfaatkan lebih baik apabila karakteristik umbi tanaman tersebut diketahui.

Serta dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan data bagi

penelitian.

3
Berdasarkan Latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “SURVEI JENIS-JENIS TANAMAN TALAS YANG

DIBUDIDAYAKAN DI DISTRIK MOSWAREN”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Berapa banyak jenis tanaman talas yang ada di Distrik Moswaren ?

2. Apakah dari berbagai jenis tanaman talas yang ditemukan mempunyai potensi

untuk di budidayakan ?

3. Apakah terdapat perbedaan karakteristik tanaman talas di Distrik Moswaren ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan penelitian dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Berapa banyak jenis tanaman talas yang ada di Distrik Moswaren

2. Apakah dari berbagai jenis tanaman talas yang ditemukan mempunyai potensi

untuk di budidayakan

3. Apakah terdapat perbedaan karakteristik tanaman talas di Distrik Moswaren

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari peniliti ini dapat dibagi menjadi menjadi dua sisi :

1. Manfaat Teoritis

4
Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat secara teoritis,serta

sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Penulis

Bagi peneliti sendiri diharapkan agar dapat menambah ilmu serta

wawasan yang lebih luas lagi, sehingga dapat dijadikan masukan dalam

melihat perbedaan ilmu teori dengan praktik dilapangan.

b) Bagi Akademisi

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan

dalam penelitian yang berhubungan dengan Budidaya Talas sebagai

sumber informasi bagi penelitian selanjutnya, serta dapat memberikan

kontribusi dalam menambah wawasan keilmuan kepada civitas akademik

dalam bidang pertanian.

c) Bagi Pembaca

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai

masukan bagi para pembaca yang akan melakukan penelitian baik yang

berhubungan dengan topik penelitian ini maupun tidak.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Sebelumnya

Berikut beberapa penelitian relevan sebelumnya yang dijadikan peneliti

sebagai acuan pada penelitian ini, yaitu :

1. “Observasi Keberadaan Tanaman Talas-Talasan Marga Colocasia Dan

Xanthosoma Di Kec. Kedungkandang Kota Malang Dan Kec. Ampelgading

Kab. Malang” oleh Putri Vyati Sulistyowati (2011), Niken Kendarini dan

Respatijarti. Berdasarkan hasil observasi dan survey bahwa di kecamatan

Kedungkandang dan kecamatan Ampelgading ditemukan jenis talas-talasan

yang berasal dari marga Colocasia (Talas Bentul putih, Talas Bentul dan Talas

Bentul hitam) yang dapat digunakan sebagai bahan pangan dan 2 jenis talas

yang berasal dari marga Xanthosoma (Kimpul Belitung dan Kimpul Hitam).

Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan, persamaannya terletak pada objek penelitian yang

merupakan tanaman dari marga Colocasia. Sedangkan perbedaannya yaitu

pada peneliti sebelumnya tidak hanya mengobservasi tanaman dari marga

Colocasia saja, tetapi juga tanaman dari marga Xanthosoma tanpa melihat

hubungan kekerabatan tanaman pada kedua marga tersebut, serta perbedaan

mengenai tempat penelitian yang dilakukan, penelitian sebelumnya dilakukan

di Kota Malang. Penelitian yang akan dilakukan ini hanya meneliti tanaman

6
dari marga Colocasia yang terdapat di Kota Palangka Raya dengan melihat

hubungan kekerabatan dari kultivar talas.

2. “Hubungan Kekerabatan Kultivar Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott)

Berdasarkan Karakter Morfologi Organ Vegetatif” oleh Hafsah (2016). Topik

Hidayat, dan Kusdianti. Kultivar-kultivar yang diteliti antara lain talas

kaliurang, burkok, bentul, bogor, sutra, kudo, lampung dan semir. Hasil

penelitian ini menunjukkan variasi morfologi organ vegetatif yang cukup

tinggi. Dari fenogram yang terbentuk diketahui bahwa seluruh kultivar yang

diamati membentuk dua kelompok utama. Penelitian ini memiliki kesamaan

dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, persamaannya

terletak pada objek yaitu marga Colocasia dan tujuan dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar kultivar talas.

Sedangkan perbedaannya terletak pada kultivar talas yang diteliti, pada

penelitian sebelumnya kultivar talas yang diteliti merupakan talas yang

tumbuh di daerah Cibinong dengan kultivar yang dipilih sebanyak 8 kultivar.

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah kultivar talas yang tumbuh di

wilayah Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

3. “Teknik Budidaya Tanaman Talas (Colacasia Esculenta Scho) sebagai Upaya

Peningkatan Hasil Produksi Talas Di Desa Situgede” Oleh Haniva Azzahra

(2020), Yora Difa Mora Lubis, Sandra Dewi Hartanti dan Ninuk Purnanigsih

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Talas adalah komoditas utama di

Desa Situgede dengan varietas talas taiwan dan talas bentul. Para petani lebih

fokus pada pengembangan talas taiwan karena talas taiwan lebih toleran

7
terhadap serangan hama dan penyakit namun kualitas dari rasa talas bentul

lebih unggul. Permasalahan saat ini yakni proses pertanian yang dilakukan

para petani di Desa Situgede mulai dari masa penanaman hingga panen tidak

terdapat perlakuan secara khusus yang mengakibatkan hasil panen yang tidak

maksimal. Perlu dilakukan teknik budidaya talas dan perhatian khusus terkait

pengaturan jarak tanam, perlakuan tumpang sari, dan proses pemusnahan

hama untuk menaikkan nilai produksi talas di Desa Situgede. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui cara budidaya tanaman talas Bogor di Desa

Situgede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan untuk mengetahui proses

budidaya pertanian talas di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Jawa

Barat. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan pengamatan

melalui partisipasi langsung (kegiatan SUIJU SLP 2019) kepada masyarakat

di Desa Situgede. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah hama

utama yang menyerang tanaman talas di Situgede adalah belalang (Oxya sp.)

dimana menimbulkan gejala berupa daun berlubang. Penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa Proses budidaya tanaman talas yakni

pembibitan,pemeliharaan dan pengendalian hama. Sistem tumpangsari

merupakan system yang sangat cocok diterapkan pada tanaman talas.

Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan, persamaannya terletak pada objek yaitu marga Colocasia dan

tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis talas. Sedangkan

perbedaannya terletak pada talas yang diteliti, pada penelitian sebelumnya

talas yang diteliti merupakan talas yang tumbuh di desa situgede dengan jebis

8
yang dipilih sebanyak 8 jenis. Penelitian yang akan dilakukan ini adalah talas

yang tumbuh di wilayah Moswaren Kabupaten Sorong Selatan.

4. “Analisis Sistem Budi Daya Tanaman Talas (Colocasia esculenta L.) di

Kelurahan Bubulak, Bogor Barat, Jawa Barat” Oleh Nurhabiba dan Wayan I

Wayan Astika. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan macam

sistem budidaya talas di Keluhan Bubulak, Bogor, Jawa Barat, serta

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi sistem budidaya talas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, yaitu mengetahui serta mendapatkan gambaran

tentang macam sistem budi daya talas di Kelurahan Bubulak. Penelitian ini

menggunakan indikator sistem budi daya yang meliputi pola pertanaman,

manajemen budi daya, hasil produksi budi daya, kendala-kendala budi

daya, dan keberlanjutan sistem budi daya talas. Berdasarkan hasil

analisis, terdapat dua macam sistem budi daya talas di Kelurahan Bubulak

yaitu monokultur dan polikultur. Sistem budi daya talas secara polikultur

dengan tumpangsari dinilai lebih sesuai dan efektif karena dapat

meningkatkan produktivitas lahan dan menciptakan stabilitas secara

ekologi dengan menurunnya serangan hama dan penyakit, Penelitian ini

memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan, persamaannya terletak pada objek yaitu marga Colocasia dan tujuan

dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis talas. Sedangkan

perbedaannya terletak pada sistim budidaya tanaman talas.

9
B. Umbi Talas (Colocasia sp)

1. Toksonomi Umbi Talas (Colocasia sp)

Tanaman talas berasal dari daerah Asia Tenggara, selanjutnya talas

menyebar ke Cina, Jepang, daerah Asia Tenggara dan beberapa pulau di

Samudera Pasifik kemudian terbawa oleh migrasi penduduk ke Indonesia. Di

Indonesia talas biasa dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi

pantai sampai pegunungan di atas 1000m dari permukaan laut.tanaman ini

berperawakan tegak dengan tinggi 1 m atau lebih. Talas merupakan tanaman

pangan yang berupa herbal dan merupakan tanaman semusim atau tanaman

sepanjang tahun (Purwono dan Heni, 2017). Secara taksonomi tumbuhan talas

dapat diklasifikasikan sebagai berikut, :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia sp (Steenis, 2008).

10
Gambar 1. Tanaman dan umbi talas

Tanaman talas jenis (Colocoasia esculenta) termasuk tumbuhan tegak

yang memiliki perakaran liar, berserabut dan dangkal. Tanaman monokotil

setinggi 90-180 cm. batang yang tersimpan dalam tanah pejal, bentuk silinder

(bulat), umumnya berwarna cokelat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak yang

terdapat di atas, lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas (stolon).

Daun talas berbentuk perisai besar dengan tangkai panjang dan besar, lembaran

daunnya 20-50 cm, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya dan warna

pelepahnya bermacam-macam. Permukaan daunnya ditumbuhi rambut-rambut

halus yang menjadikannya kedap air (Minantyorini dan Hanarida, 2002).

Pelepah daunnya tertancap agak ketengah helai daun sebelah bawah.

Bunga terdiri atas tangkai seludang dan tongkol. Bunga betinanya terletak di

pangkal tongkol, bunga jantan disebelah atasnya, sedang diantaranya

terdapat bagian yang menyempit. Tanaman dipanen setelah berumur 6- 9 bulan

Hasil per rumpun sangat bervariasi yaitu berkisar 0,25 - 6 kg (Prana dan

Kuswara, 2002).

Talas merupakan salah satu tumbuhan yang lazim ditanam untuk

11
dimanfaatkan umbi atau daunnya. Tanaman ini berasal dari kawasan Asia

Selatan (India, Bangladesh, China Selatan) dan Tenggara (Myanmar, Vietnam,

Thailand, Malaysia, Indonesia). Sebagai tanaman pangan, daun dan tangkai

daunnya dapat digunakan sebagai sayuran, yaitu pada varietas yang tidak gatal.

Talas seringkali dibudidayakan pada daerah tropis dengan curah hujan cukup

(175–250 cm/tahun) serta memerlukan tanah yang subur di daerah lembab

dengan temperatur sekitar 21–27°C. Tanaman ini dapat hidup pada dataran

rendah sampai ketinggian 2700 m di atas permukaan laut namun tidak tahan

terhadap temperatur sangat rendah (beku) (Minantyorini dan Hanarida, 2002).

Talas merupakan tanaman umbi-umbian yang dapat mengeluarkan getah

berwarna putih seperti susu. Tanaman ini memiliki daun berbentuk perisai dan

warna daun yang sangat bervariasi tergantung varietasnya. Pada setiap

permukaan daun dan pelepah tanaman ini dilapisi oleh lapisan lilin untuk

melindungi diri. Tanaman ini memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal.

Daya jangkau akar tanaman ini mencapai kedalaman 40 - 60 cm dari permukaan

tanah. Kulit umbi talas berwarna kemerah-merahan dan dagingnya berwarna

putih keruh (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

2. Morfologi Talas (Colocasia sp)

Talas adalah tanaman herba dengan tinggi antara 0.5-1.5 m dan sebagian

besar daunnya berbentuk peltatus, kecuali khusus yang tumbuh di Hawai

daunnya berbentuk hastate. Panjang helai daun sekitar 30-80 cm dan lebar daun

antara 20- 50 cm. Panjang tangkai daun bervariasi tergantung genotipenya,

antara < 30 cm-1.5 m. Ukuran daun sangat dipengaruhi oleh lingkungan.


12
Ukuran maksimal daun biasanya terjadi saat awal muncul bunga dan setelah

mendekati panen tangkai daun memendek dan helai daun mengecil. Tanaman

talas mempunyai toleransi tinggi terhadap keteduhan sehingga dapat ditanam

secara tumpang sari yang dapat menguntungkan petani. Di Indonesia, talas

ditanam dalam berbagai pola budidaya, bisa sebagai tanaman tunggal

(monokultur), tumpang sari atau tumpang gilir (Minantyorini dan Hanarida,

2002).

Gambar 2. Morfologi Talas

C. Jenis-Jenis Talas
Di indonesia talas di tanam dalam berbagai pola budidaya bisa sebagai

tanaman tunggal (monokultur), tumpang sari atau tumpang gilir. Tanaman talas

dapat tumbuh baik di daerah tropis subtropis di dataran rendah sampai dataran

tinggi (pegunungan) yang ketinggiannya sekitar 1300meter di atas permukaan

laut. Suhu lingkungan ideal untuk pertumbuhan tanaman talas adalah sekitar 21-

13
27 derajat celcius dengan kelembaban udara 50-90% dan bercurah hujan

240mm/tahun.

Dari sejumlah jenis talas yang dikenal hanya beberapa varietas talas yang

digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi

diantaranya :

1. Talas Bogor

Talas Bogor (Colocasia esculenta L.) merupakan tumbuhan herba tinggi

35–120 cm. Daun 2-5 helai berwarna hijau, bergaris-garis hijau muda keungu-

unguan dengan pangkal berbentuk pelepah. Warna pelepah talas bermacam-

macam tergantung jenisnya. Talas merupakan tanaman semusim atau

sepanjang tahun. Talas berasal dari daerah sekitar India dan Indonesia,

kemudian menyebar hingga ke China, Jepang dan beberapa pulau di Samudra

Pasifik, selanjutnya terbawa oleh migrasi penduduk. Talas memiliki banyak

varietas yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Varietas suatu spesies

talas dapat dilihat dari parameter warna daging umbinya yaitu putih, krem,

kuning, orange, merah muda, ungu dan merah.

Talas Bogor (Colocasia esculenta L.) memiliki karakter yang berbentuk

silinder sampai agak membulat talas bogor ini mengandung kristal yang bisa

menyebabkan gatal apabila terkena permukaan kulit. Budidaya talas bogor ini,

waktu musim penghujan. Talas ini dapat dipanen setelah umur 6-9 bulan

14
Gambar 3 Pohon dan Umbi Talas Bogor

2. Talas Belitung

Umbi Talas Belitung (Xanthosoma sagittifolium) atau umbi kimpul

merupakan tanaman pangan yang termasuk jenis herba menahun. Talas

memiliki berbagai nama umum di seluruh dunia, yaitu Taro, Old cocoyam,

Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba, dan Yutao. Tanaman ini

diklasifikasikan sebagai tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji

tertutup (Angiospermae) dan berkeping satu (Monocotyledonae).

Talas Belitung tergolong tumbuhan berbunga ”Agiospermae ” dan berkeping

satu “Monocotylae“. Daunnya hijau muda karena tangkai daunnya yang hijau

muda mempunyai garis ungu. Bentuk umbi kimpul silinder hingga agak bulat,

terdapat ruas dengan beberapa bakal tunas. Kulit umbi mempunyai tebal

sekitar 0,01–0,1 cm, sedangkan korteksnya setebal 0,1 cm.

Gambar 3 Pohon dan Umbi Talas Belitung

3. Talas Padang (Colocasia Gigantea)

Adalah sejenis tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) dengan umbi

yang tidak enak dimakan (KBBI, 2018). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai

15
giant elephant ear atau Indian taro, dan di beberapa daerah di Indonesia

tumbuhan ini dikenal dengan nama-nama seperti kemumu (Min.); kajar-kajar,

lumpuy (Sd.); dan rombang (Jw.) (Heyne K.1987).

Tumbuhan ini berupa terna dengan daun berukuran besar, bundar telur

hingga bentuk jantung, 18-20 inci 14-18 inci, dengan lekukan dalam di ujung

tangkai daun; tulang daun sekunder besar-besar, 8-10 pasang. Perbungaan

dalam tongkol berwarna kuning, terlindungi oleh seludang sepanjang 5-6 inci,

seludang serupa jangat. (Hoker JD.1983)

Talas padang Colocasia gigantea hampir sama dengan jenis lainnya

yang semarga, adalah colocasia esculenta. perbedaannya adalah pada ukuran

pohonnya yang lebih besar, bisa mencapai tinggi 2 meter dan tangkai daunnya

yang ditutupi lapisan lilin putih, serta urat-urat daunnya yang lebih kasar.

Umbi induknya cukup besar, akan tetapi tidak enak dimakan. Salah satunya

yang telah dibudidayakan mempunyai ukuran pohon yang lebih kecil untuk

digunakan daunnya, kultivar ini dikenal dengan nama talas Padang. Jenis ini

berasal dari Malaysia. Tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan (25 –

1,500 m dpl), pada hutan campuran, hutan jati, di rawa-rawa dan pada padang

alang-alang. Menyenangi tempat yang agak terlindung dan lembab.

Di Jawa terdapat dari barat sampai ke timur. Colocasia gigantea yang

dibudidayakan, dimanfaatkan tangkai dan daunnya saja. Umbinya, menurut

analisa mengandung 0,8% protein kasar. Talas Padang diperbanyak dengan

bijinya, anaknya atau bagian pangkal umbinya beserta bagian pelepahnya.

Karena yang dimanfaatkan hanya daunnya, maka anak- anaknya dibiarkan

16
tumbuh di sekeliling batangnya. Berbeda dengan talas bogor, talas ini mudah

sekali berbunga dan dapat berbuah serta berbiji banyak. Mengingat ukuran

pohon dan umbinya yang besar dan pembungaannya yang mudah, maka talas

padang mungkin dapat disilangkan dengan talas bogor yang dapat berbunga.

Gambar 4 Pohon dan Umbi Talas Padang

D. Syarat Tumbuh

1. Iklim

Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim

sedang. Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab

(curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi

ada kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang

beriklim rendah atau iklim panas (Damayanti, 2009).

Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 mm

pertahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan

dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau

lebih. Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan

17
penyinaran penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan

dengan suhu 25-30 0C dan kelembaban tinggi (Paiki et al., 2006).

2. Media Tanam

Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan

organik atau humus. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan

berbagai jenis tanah, misal tanah lempung yang subur berwarna coklat pada

lapisan tanah yang bebas air tanah, tanah vulkanik,andosol, tanah

latosol (Rudyatmi dan Rahayu, 2012).

Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di

tanah drainase baik dan PH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk

talas tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila PH nya di bawah 5,0

(Minantyorini dan Hanarida, 2002).

Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila

tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang,

tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman ini

ialah menjelang musim hujan, sedang musim panen tergantung kepada

kultivar yang di tanam (Paiki et al., 2006).

3. Ketinggian Tempat

Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl. Di Indonesia sendiri

talas dapat tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian

2000 m dpl, meskipun sangat lama dalam memanennya (Setyowati et al.,

2007).

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat Deskriftif

eksploratif, yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan

kejadian. Menggunakan metode survey dengan teknik eksplorasi yaitu penelitian

yang dilakukan dengan menelusuri wilayah yang dapat ditemukan tumbuhan talas

dengan cara menetapkan lebih teliti atau secara seksama dalam suatu penelitian

(Singarimbun, 1989).

Penelitian ini mengidentifikasi keragaman morfologi tanaman talas yang

ada di Distrik Moswaren Kabupaten Sorong Selatan. Metode survei yang

diterapkan yaitu dengan mengambil sampel dari suatu populasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di Distrik Moswaren

Kabupaten Sorong Selatan dengan metode survei. Penelitian ini dimulai dari

bulan Maret 2023 sampai dengan Mei 2023.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk

mendokumentasikan hasil penelitian, Voice Recorder untuk merekam wawancara

dengan petani talas di Distrik Moswaren, Panduan Wawancara digunakan sebagai

19
alat pengumpulan data, Loog Book dan alat tulis untuk mencatat data yang

diperoleh serta alat pendukung lainnya.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa jenis tanaman

talas yang ada di Distrik Moswaren Kabupaten Sorong Selatan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jenis tumbuhan Talas (Colocasia

sp) yang terdapat Distrik Moswaren Kabupaten Sorong Selatan.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jenis Talas (Colocasia sp)

yang berada di Distrik Moswaren dengan cara pengambilan sampel secara

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang

memiliki karakteristik yang dikehendaki (Sugiyono, 2011). Pengambilan

sampel dilaksanakan dengan mengunjungi beberapa desa yang mempunyai

jenis tanaman talas di wilayah distrik Moswaren. Bila dijumpai jenis tanaman

tersebut maka dilakukan identifikasi berdasarkan pengamatan yang telah

ditetapkan sebelumnya dan dilakukan pendokumentasian dengan kamera. Data

yang diperoleh akan digunakan sebagai data awal untuk identifikasi dan

karakteristik dan akan dipaparkan secara deskriptif pada akhir penelitian.

20
E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data terhadap sampel berdasarkan buku panduan deskriptor

talas UPOV (International Union For The Protection Of New Varieties Of Plants)

2007. Meliputi :

Pengamatan Parameter

1. Morfologi Batang

a. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman talas diukur dari permukaan tanah sampai ke ujung

daun terpanjang dengan menggunakan meteran.

b. Warna Batang

Warna batang diamati secara visual.

2. Morfologi Daun

a. Warna Daun Muda

Warna daun muda diamati secara visual berdasarkan karateristik yang

telah ditentukan.

b. Warna Daun Tua

Warna daun tua diamati secara visual berdasarkan karateristik yang

telah ditentukan.

c. Bentuk Daun

21
1 3 5
upright semi-upright Spreading

Sumber : UPOV, 2007

Bentuk daun diamati secara visual berdasarkan karakteristik yang

telah ditentukan.

d. Bentuk Helaian Daun

Sumber : UPOV, 2007

Bentuk Helaian daun diamati secara visual berdasarkan karakteristik

yang telah ditentukan.

e. Bentuk Ujung Daun

Acut Abtu Roun

Sumber : UPOV, 2007


22
Bentuk ujung daun diamati secara visual berdasarkan karakteristik

yang telah ditentukan.

f. Lebar daun (cm)

Dipilih daun yang memiliki ukuran daun terlebar kemudian diukur

dengan menggunakan meteran

g. Panjang daun (cm)

Dipilih daun yang memiliki ukuran daun terpanjang kemudian diukur

dengan menggunakan meteran dari pangkal daun sampai ujung daun

h. Panjang tangkai daun (cm)

Dipilih daun yang memiliki ukuran tangkai daun terpanjang

kemudian diukur dengan menggunakan meteran dari pangkal daun

sampai ujung tangkai daun

i. Warna tangkai daun

Diamati secara visual dengan karakteristik daun yang telah

ditentukan

j. Warna tepi daun

Diamati secara visual dengan karakteristik daun yang telah ditentukan

k. Garis tepi daun

Diamati secara visual dengan karakteristik daun yang telah

ditentukan

l. Warna garis tepi daun

Diamati secara visual dengan karakteristik daun yang telah

ditentukan

23
3. Morfologi Umbi

Sumber : UPOV, 2007


a. Jumlah Stolon

Jumlah stolon pada buah diamati dengan menghitung secara manual.

b. Karakter umbi talas diklasifikasikan dengan kode sebagai berikut:

Gambar 2. Keragaman bentuk umbi talas (Colocasia Sp).

Sumber: Minantyorini dan Hanarida (2002).

Panjang umbi : 3 (<8 cm), 5 (8-12 cm), 7 (12-18 cm), dan 9 (>18

cm) Bentuk umbi (Gambar 2) : 1 (kerucut), 2

(membulat), 3 (silindris), 4 (elips), 5 (halter), 6

(memanjang), 7 (datar dan bermuka banyak), dan 8

24
(tandan)

Warna daging umbi : 1 (putih), 2 (kuning), 3 (oranye), 4 (merah

muda), 5 (merah), 6 (merah ungu), 7 (ungu),

dan 9 (lainnya)

Warna kulit umbi : 1 (putih), 2 (kuning), 3 (merah), 4 (merah

muda), 5 (coklat), 6 (ungu), 7 (kehitaman), 9

(lainnya)

c. Hasil umbi pertanaman

Hasil umbi pertanaman diamati dengan cara menghitung jumlah

umbi yang diambil pada satu tanaman

d. Berat umbi pertanaman

Diamati dengan menggunakan timbangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alfons, J.B. 2012. Inovasi Teknologi Umbi-Umbian Mendukung Ketahanan


Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku.
maluku.litbang.deptan.go.id/ Diakses 13 Februari 2017.

Catherwood, D.J.,Savage,G.P.,Mason,S.M.,Scheffer, J.J.C., dan Douglas, J.A. 2007.


Oxalate content of cornels of Japanese taro (Colocasia esculenta L. Shott)
and the effect of cooking. J. Food composition and analysis 20:147- 151.

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara:


Jakarta.

Damayanti F. 2009. “Karakterisasi Morfologi dan Analisis Jumlah Kromosom


Beberapa Plasma Nutfah Talas Asal Kabupaten Kutai Barat Kalimantan
Timur”. Majalah Ilmiah Faktor edisi Juli-Agustus.Universitas Indraprsta
PGRI

Djukri. 2005. Keanekaragaman, laju pertumbuhan relatif, dan masa panen talas
(Colocasia esculenta L. Shott). FMIPA. Universitas negeri Yogyakarta.

Goncalves RF, Silva AMS, Silva AM, Valentão P, Ferreres F, Izquierdo AG, Silva
JB, Santos D, & Andrade PB. 2013. Influence of taro (Colocasia
esculenta L. Shott) growth conditions on the phenolic composition and
biological properties. Food Chemistry 14, 3480- 3485.

Hartanto, R. 2003. Modul Metodologi Penelitian. Semarang : Universitas


Diponegoro

Hartati, N.S., T.K. Prana dan M.S. Prana. 2001. Skrining Keanekaragaman Talas
(C.esculenta (L.) Schott.) Melalui Analisis Isozim. Pros. Keanekaragaman
Hayati dan Aplikasi Bioteknologi Pertanian. Jakarta, 6 Maret 2001.

Matthews, P., 2004. Genetic diversity in taro, and the preservation of culinary
knowledge. Ethonobotany Journal 2 (1547), 55-77

Minantyorini dan Hanarida. 2002. Panduan Karakterisasi dan Evaluasi Plasma


Nutfah Talas (Colocasia esculenta L. Shott). Departemen Pertanian.

Moorthy S.N. and P.K. Pillai. 1996. Physico chemical properties of starch some
accessions of Taro. In Kurup et al. (Eds.). Science Publisher, Inc. New
Hampshire. p. 502-507.
26
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU

IPB, Bogor.

UPOV (International Union For The Protection Of New Varieties Of Plants).


2007.

27

Anda mungkin juga menyukai