Oleh:
ANAS MALIKI
13.201010.014
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai
Derajat Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian
Universitas Borneo Tarakan
Oleh:
ANAS MALIKI
13.201010.014
i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
Sulistyawati.
pada tahun 2007. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di MTsN 1
Ulum Munjungan lulus pada tahun 2013. Ditahun yang sama diterima di Program
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2015 di PT. Daisy
Timber, Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Pada bulan Juli – Agustus 2016
v
KATA
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi ini.
kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya bapak Samaudin dan Ibu Sulistyawati dan saudaraku
5. Ibu Dr. Ir. Eko Harry Pudjiwati, SP., MP, Ibu Siti Zahara.SP.,MP dan Ibu
vi
memberikan bimbingan dan masukan yang membangun demi terselesaikan
Danang, Wahyu, Ansar, Sahdan, Dian Arif, Wahyu, Aji terima kasih atas
7. Rizka Puspa Dewi yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama
proses skripsi.
mahasiswa Fakultas Pertanian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
Anas Maliki
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................viii
DAFTAR TABEL.........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................xii
ABSTRAK................................................................................................xiii
ABSTRACT..............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian............................................................................................3
C. Manfaat Penelitian..........................................................................................3
D. Hipotesis Penelitian........................................................................................3
C. Metode Penelitian.........................................................................................15
D. Pelaksanaan Penelitian.................................................................................16
E. Parameter Pengamatan.................................................................................18
F. Analisis Data.................................................................................................20
G. Analisis Korelasi..........................................................................................35
BAB V PENUTUP.....................................................................................38
A. Kesimpulan...................................................................................................38
B. Saran.............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................39
LAMPIRAN............................................................................................... 43
ix
DAFTAR
x
DAFTAR
xi
DAFTAR
3 Bagan penelitian......................................................... 50
xii
ABSTRAK
xiii
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
banyak manfaat dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Kebutuhan buah mentimun
saat ini masih sangat rendah karena mentimun hibrida hanya ditanam sebagai
nilai gizi yang cukup baik, setiap 100 gram mentimun memiliki kandungan 15 g
kalori, 0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02
mg thianine, 0,01 mg
riboflavin, natrium 5,00 mg, niacin 0,10 mg, abu 0,40 gr, 14 mg asam, 0,45 mg IU
mentimun di Indonesia terus menurun dari tahun ke-tahun. Pada tahun 2011
sampai 2015 berturut turut 521.535 ton, 511.525 ton, 491.636 ton, 477.989 ton dan
447.696 ton. Hal ini kemungkinan disebabkan kurang intensif dan budidaya
tanaman mentimun. Salah satu faktor tersebut adalah Varietas mentimun yang
teknik budidaya seperti pemangkasan dan kualitas benih yang baik (varietas) serta
Varietas Harmony, tetapi ada pula varietas yang tidak direkomendasikan untuk
melakukan pemangkasan.
jenis mentimun hibrida yang banyak ditanam oleh petani mentimun di Kota
terhadap Geminivirus, embun bulu dan Anthraknosa, memiliki umur genjah dan
Mercy masih cukup sedikit, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
Mercy.
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
D. Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Mentimun (Cucumis sativus L.) berasal dari bagian Utara India, tepatnya
mencapai panjang ± 3 meter. Mentimun tumbuh baik di daerah yang lembab atau
tempat kering yang subur. Tanaman ini telah dibudidayakan sejak berabad-abad
dan merupakan sayuran buah subtropik dan tropik daratan tinggi, namun banyak
pula jenis yang dapat tumbuh baik dan diusahakan secara luas di daratan rendah
(Ashari, 2006).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
5
utama dapat menumbuhkan cabang anakan. Ruas batang atau buku-buku batang
kecil dari cabang utama (lmdad dan Nawangsih, 1994). Batang sering dipilih
mentimun.
masing-masing bagian pada batang dari ujung sampai pangkal sangat bervariasi.
daun mentimun bervariasi, tergantung dari spesies dan kultivarnya. Panjang daun
antara 7 - 20 cm, panjang tangkai daun 5 - 15 cm, pinggir daun berlekuk antara 3 -
5, dengan susunan daun berselang-seling. Pada daun yang masih muda menyirip
lima seperti pohon palem dan sudut- sudutnya meruncing. Daun tua membentuk
daun menyerupai bulat telur, tetapi pangkal daun mempunyai lekukan (Sumpena,
2001).
atau kuning cerah. Bunga jantan dicirikan tidak mempunyai bagian yang
beberapa hari lebih dahulu dibandingkan dengan bunga betina. Sedangkan bunga
bunga, dan umumnya baru muncul pada ruas ke- 6 setelah bunga jantan. Bunga
Buah mentimun muda berwarna hijau, hijau gelap, hijau muda dan hijau
buah mentimun yang sudah tua berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua,
dan putih bersisik. Buah mentimun letaknya menggantung dari ketiak antara daun
panjang atau bulat pendek. Kulit buah mentimun ada yang berbintil-bintil, ada
pula yang halus. Daging buah berwarna putih, lunak dan mengandung air dalam
jumlah besar. Lapisan dalam berupa lendir dan biji dapat dimakan (Sumpena,
2001).
horizontal dan vertikal. Kekuatan penetrasinya relatif dangkal, hanya sampai pada
kedalaman 30 - 60 cm.
kekuning - kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat
laut, optimal pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Mentimun
tumbuh baik pada suhu yang relatif tinggi. Biji tanaman mentimun tidak dapat
perkecambahan yang terbaik diperoleh pada suhu 25° - 30°C. Keadaan lingkungan
yang kurang mendukung seperti terlalu lembab atau terlalu panas akan
pada hasil tanaman. Salah satu dampaknya akan mudah terserang berbagai hama
berbagai penyakit seperti powdery mildew, layu fusarium dan lainnya (Grubben
Panjang atau lama penyinaran, intensitas sinar dan suhu udara, merupakan
faktor yang sangat penting, karena berpengaruh terhadap munculnya bunga betina.
Panjang penyinaran lebih dari 12 jam per hari, dengan intensitas sinar dan suhu
udara yang tinggi, tanaman mentimun lebih banyak membentuk bunga jantan,
penyinaran yang kurang dari 12 jam per hari, dengan intensitas sinar dan suhu
udara yang rendah, ternyata tanaman mentimun lebih banyak membentuk bunga
Tanah mineral yang bertekstur liat berat dan tanah organik seperti tanah gambut
pertumbuhan mentimun berkisar antara 5,5 - 6,5. Mentimun tumbuh optimal pada
tanah yang mengandung cukup air, terutama pada waktu berbunga, jenis tanah
yang cocok untuk penanaman mentimun diantaranya aluvial, latosol dan andosol.
tanaman seperti cabang, daun dan ranting untuk mendapatkan bentuk tertentu
berguna mengurangi beban buah yang terlalu lebat sehingga didapatkan buah
tanaman yang tidak berguna bagi tanaman seperti pembuangan daun yang sudah
matahari yang dapat diterima oleh tanaman, sehingga akan memaksimalkan daun
mengontrol jumlah daun yang optimal sehingga hasil dapat ditingkatkan. Menurut
optimal.
reproduktif. Cahaya matahari yang diterima oleh tanaman yang dipangkas akan
(Willaume et al., 2004). Pemangkasan pada bagian pucuk (tunas apikal) akan
arsitektur daun menjadi lebih kompak dan jarak dari source ke sink menjadi
lebih pendek. Source merupakan daun dan semua jaringan tanaman yang
(Taiz dan Zeiger, 2002). Jarak antara source dan sink yang lebih pendek
mengatur keseimbangan source dan sink agar produksi yang dihasilkan tanaman
matahari leluasa menyinari bagian tanaman sehingga daun akan lebih baik dan
tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan meminimumkan persaingan antara organ
vegetatif dan generatif serta keseimbangan asimilat yang harus ditunjang oleh
Taiz dan Zeiger (2002), melaporkan bahwa semakin banyak daun maka
organ-organ vegetatif akan lebih baik karena daun pada tanaman berfungsi
kimia.
tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury and Ross (1995), aliran auksin
pertumbuhan tunas pada ketiak daun (tunas lateral), hal ini mengakibatkan
apikal, akibatnya suplai auksin terhenti dan mengalihkan pada pertumbuhan tunas-
auksin yaitu menginisiasi pemanjangan sel dan memacu protein tertentu yang ada
pH pada dinding sel mengakibatkan dinding sel semakin elastis sehingga air dapat
masuk ke dalam sel tumbuhan secara osmosis (air bergerak dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi). Masuknya air kedalam sel akan
pucuk tanaman terhenti, sehingga hormon auksin dan sitokinin bekerja secara
maksimal dalam usaha memunculkan tunas lateral. Sitokinin adalah hormon yang
pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang dengan
tunas
1
lateral akan diikuti oleh bertambahnya jumlah daun. Selaras dengan Irawati dan
Setiari (2006), tanaman dengan jumlah dan panjang cabang yang lebih tinggi
memiliki jumlah daun yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan asimilat
karena tidak dapat bertindak sebagai sumber (source) tetapi lebih berfungsi
sebagai pengguna (sink). Jika jumlah daun parasit cukup banyak maka dapat
tanaman yang daun-daunnya ternaungi dapat menurunkan hasil sebesar 40% atau
pemangkasan pada ruas satu sampai lima cabang dan bakal buah dibuang, lalu
dipangkas pada ruas ke-6 sampai ke-12 ditinggalkan tiga daun dapat
menyatakan bahwa pemangkasan pucuk setelah ruas ketiga seluruh cabang lateral
peningkatan jumlah bunga betina per tanaman dan jumlah buah per tanaman.
Pemangkasan setelah
1
ruas ketiga seluruh cabang lateral meningkatkan persentase bunga betina per
tanaman sebesar 78,66% dan jumlah buah per tanaman sebesar 33,51%, serta
persentase bunga betina per tanaman sebesar 45,62% dan jumlah buah per
tanaman sebesar 6,61% serta memberikan penurunan persentase bunga jantan per
pengaruh nyata terhadap panjang buah dan berat buah dibandingkan tanpa
METODE PENELITIAN
Universitas Borneo Tarakan pada bulan Desember sampai dengan Februari 2017.
Mercy, ajir, kotoran ayam, urea, SP-36, KCI, air, insektisida berbahan aktif MIPC
50%.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, ember,
tugal, cutter, penggaris, parang, gunting, jangka sorong, hand counter, timbangan
C. Metode Penelitian
P0 : tanpa pemangkasan
ketiga
sampel.
Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Yijk = µ + τi + εij
D. Pelaksanaan Penelitian
tanaman lain yang tumbuh di atasnya. Kemudian lahan diolah dengan kedalaman
2. Penanaman
3. Penyiraman
Penyiraman rutin dilakukan setiap hari pada pagi hari sebelum pukul
09.00 WITA terutama pada fase awal pertumbuhan yaitu umur 1 - 2 minggu
setelah tanam. Setelah mentimun muncul bunga penyiraman dilakukan setiap dua
tanam dengan mengganti tanaman yang mati atau tumbuhnya abnormal dengan
terbaik per lubang tanam pada saat tanaman berumur tiga minggu setelah tanam.
5. Pemasangan Ajir
tanam. Ajir berupa bilah bambu atau kayu yang dipasang pada tiap tanaman
6. Penyiangan
7. Pemupukan
Pupuk yang diberikan yaitu: urea 280 kg/ha (6 gram/tanaman), SP-36 260 kg/ha
diberikan pada saat tanam dan setengahnya diberikan setelah tanaman berumur 10
hari setelah tanam. Pupuk ditugal ke dalam tanah dengan jarak ± 15 cm dari
batang.
1
8. Pemangkasan
10. Panen
berdiameter lebih dari 2,5 cm. Mentimun dipanen sampai habis masa panen
produktif. Waktu panen dilakukan sekitar pukul 07.00 - 09.00 WITA. Panen
E. Parameter Pengamatan
Panjang tanaman diukur pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam
dilakukan dengan menggunakan alat bantu tali rafia dan diukurkan ke meteran
kemudian dicatat.
1
Jumlah daun dihitung pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam
Jumlah buah layak panen dihitung pada saat selesai panen terakhir dengan
menghitung keseluruhan buah yang layak di panen pada setiap sampel tanaman.
Panjang buah layak panen diukur mulai dari pangkal buah sampai ujung
dipanen.
Diameter buah layak panen diukur pada bagian tengah buah dengan
Bobot buah layak panen dihitung dengan menjumlahkan bobot seluruh buah
F. Analisis Data
Faktor koreksi (FK) = nilai untuk mengoreksi (µ) dari ragam data (τ)
sehingga dalam sidik ragam nilai µ = 0.
FK = (Tij)2 / (kx t)
JKtotal = T (Y 2i) – (FK)
JKkelompok = (TK2) / t - FK
JKperlakuan= { (TPj)2 / k } – FK
JKgalat = JK total - JK kelompok - JKperlakuan
S = √2𝐾𝑇𝐺 ÷ 𝑟
𝑑
tα(v) = nilai baku t-student pada taraf uji 𝛼 dan derajat bebas galat v KTG
= kuadrat tengah galat
r = replication (ulangan)
BAB IV
jumlah daun, total jumlah buah, diameter buah layak panen dan bobot buah layak
terhadap jumlah buah layak panen (Tabel dan panjang buah layak panen
2).
pemangkasan (P0), pemangkasan pucuk seluruh cabang lateral setelah ruas ketiga
(P2), dan pemangkasan 2 cabang lateral yang muncul pertama kali setelah ruas
ketiga (P3) berbeda nyata dengan perlakuan pemangkasan pucuk pada batang
secara nyata menghasilkan tinggi tanaman terendah dari perlakuan lainnya (P0,
P2 dan P3).
300
250
Tinggi Tanaman
200
150
100
50
0
P0 P1 P2 P3
Gambar 1. Pengaruh pemangkasan terhadap tinggi tanaman (cm)
Keterangan: P0: tanpa pemangkasan; P1: pemangkasan pucuk pada batang
utama; P2: pemangkasan pucuk seluruh cabang lateral
setelah ruas ketiga; P3: pemangkasan 2 cabang lateral yang
muncul pertama kali setelah ruas ketiga
sintesis auksin pada pucuk tanaman. Salah satu peran auksin pada tanaman yaitu
diproduksinya auksin, dalam hal ini adalah IAA (Indole Acetic Acid) yang
batang lebih lambat. Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh dan Aziz (2014)
Perlakuan P0, P2, dan P3 secara nyata menunjukkan habitus tanaman lebih
tinggi dibandingkan P1. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan tersebut tidak
pada ujung pucuk. Jika hal seperti ini dibiarkan maka akan terjadi dominasi
pucuk pada batang utama. Sesuai dengan pernyataan Sartono dan Sahat (1999),
apikal. Apabila dominasi apikal bisa dicegah maka pertumbuhan tanaman menjadi
lebih baik.
2
Daun merupakan salah satu organ penting pada tanaman yang dapat
dikontrol supaya mampu menghasilkan fotosintat yang optimal dan tidak menjadi
sink (pengguna hasil fotosintesis) bagi tanaman tersebut. Daun adalah organ yang
pemangkasan (P0), pemangkasan pucuk seluruh cabang lateral setelah ruas ketiga
(P2), dan pemangkasan 2 cabang lateral yang muncul pertama kali setelah ruas
pemangkasan (P0)
2
70
60
50
Jumlah daun (helai)
40
30
20
10
0
P0 P1 P2 P3
secara visual terlihat memiliki cabang lateral lebih panjang dari perlakuan lainnya,
auksin pada pucuk tanaman, sehingga auksin dan sitokinin bekerja secara
maksimal dalam usaha memunculkan tunas lateral. Sitokinin adalah hormon yang
pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang dengan
Setiari (2006), menyatakan bahwa tanaman dengan jumlah dan panjang cabang
yang lebih tinggi memiliki jumlah daun yang lebih banyak sehingga akan
Taiz dan Zeiger (2002) menyatakan bahwa, semakin banyak daun maka
organ-organ vegetatif akan lebih baik karena daun pada tanaman berfungsi
pemangkasan berpengaruh nyata terhadap total jumlah buah (Tabel 14), namun
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah layak panen (Tabel 17). Pengaruh
tanpa pemangkasan (P0) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P1, P2 dan P3).
Pengaruh pemangkasan terhadap jumlah buah layak panen berbeda tidak nyata
pada semua perlakuan (Tabel 4). Perlakuan tanpa pemangksan (P0) menghasilkan
total jumlah buah terbanyak dengan rata-rata 8.10 buah dibandingkan dengan
bahwa tanaman mentimun menghasilkan buah yang baik. Produksi tanaman selain
Pembentukan buah yang terlalu banyak justru menyebabkan ukuran buah semakin
disebabkan oleh keberadaan asimilat yang diproduksi oleh daun. Sonnewald dan
mengasilkan buah yang layak panen rata-rata berjumlah 3.15 buah, diameter 4.06
cm dan bobot per buah rata-rata 383 gram. Jumlah buah yang tidak layak panen
pada perlakuan P0 juga lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya (P1, P2,
dan P3). Lebih dari 50% buah yang terbentuk tidak layak dipanen dikarenakan
cacat bentuk dan ukuran buah yang kecil, selain itu banyak terserang hama lalat
membusuk sehingga tidak layak konsumsi (Gambar 3), semakin banyak buah
matahari tidak mampu menembus tajuk tanaman sehingga kondisi tanaman terlalu
lembab. Keadaan seperti ini yang paling disukai hama untuk menetap dan
lembab atau terlalu panas juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman sehingga
berpengaruh pada hasil tanaman. Salah satu dampaknya tanaman akan mudah
terserang berbagai hama dan penyakit. Keadaan lingkungan yang terlalu lembab
(a) (b)
Gambar 3. Kriteria buah tidak layak panen
a = buah busuk
b = buah cacat dan berukuran kecil
memperoleh asimilat yang lebih besar sehingga kualitas buah (bobot dan
diameter) layak panen menjadi lebih baik terbukti dengan diameter dan bobot
kondisi tanah di lokasi penelitian tergolong tanah masam dengan pH berkisar 4.5.
ketersediaan hara P, K,Ca, Mg, Cu, Zn, Mo, B, mineralisasi dan nitrifikasi sangat
lambat serta kandungan Al yang sangat tinggi (Gruba dan Mulder, 2008).
Kendala
3
secara maksimal.
berpengaruh tidak nyata terhadap panjang buah layak panen (Tabel 19). Pengaruh
pemangkasan terhadap panjang buah layak panen (Tabel 5) berbeda tidak nyata
tanaman merupakan hasil dari pengaruh interaksi antara faktor eksternal dengan
maupun ekstrim. Hal ini sejalan dengan pendapat Gardner et al., (1991),
produksi suatu tanaman ditentukan tiga faktor utama yaitu: (1) genetic,
merupakan sifat karateristik dari tanaman tersebut yang dipengaruhi oleh gen
tersebut berperan penting dalam menentukan panjang buah, diameter dan bobot
buah mentimun.
berpengaruh nyata terhadap diameter buah layak panen (Tabel 21). Pengaruh
bahwa pemangkasan pucuk pada batang utama (P1) berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya (P0, P2, dan P3). Pemangkasan pucuk pada batang utama
4.35
4.30
4.25
Diameter Buah (cm)
4.20
4.15
4.10
4.05
4.00
3.95
3.90
3.85
P0 P1 P2 P3
Gambar 4. Pengaruh pemangkasan terhadap diameter buah layak panen
(cm)
Keterangan: P0: tanpa pemangkasan; P1: pemangkasan pucuk pada batang
utama; P2: pemangkasan pucuk seluruh cabang lateral
setelah ruas ketiga; P3: pemangkasan 2 cabang lateral yang
muncul pertama kali setelah ruas ketiga
pertumbuhan yang tidak dikehendaki seperti adanya daun yang saling bernaungan
intensitas cahaya) yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu mampu
mengatur jumlah daun yang optimal bagi tanaman, jumlah daun yang optimal
Menurut Brown (1988), daun parasit yaitu daun tidak dapat bertindak sebagai
sumber (source) tetapi sebagai pengguna (sink). Jika jumlah daun parasit cukup
banyak maka dapat menurunkan hasil tanaman, karena kompetisi antar bagian
bertujuan untuk mengatur keseimbangan source dan sink agar produksi yang
dilakukan agar sinar matahari leluasa menyinari bagian tanaman sehingga daun
mengurangi gangguan hama dan penyakit. Jika daun-daun produktif maka mampu
berpengaruh nyata terhadap bobot buah layak panen (Tabel 23). Pengaruh
pemangkasan pucuk pada batang utama (P1) berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya (P0, P2, dan P3). Pemangkasan pucuk pada batang utama memberikan
460.00
440.00
420.00
400.00
380.00
Bobot Buah
360.00
340.00
P0 P1 P2 P3
Gambar 5. Pengaruh pemangkasan terhadap bobot buah layak panen (gram)
Keterangan: P0: tanpa pemangkasan; P1: pemangkasan pucuk pada batang
utama; P2: pemangkasan pucuk seluruh cabang lateral
setelah ruas ketiga; P3: pemangkasan 2 cabang lateral yang
muncul pertama kali setelah ruas ketiga
buah yang optimal. Jumlah buah yang optimal akan mengakibatkan translokasi
asimilat menuju ke buah lebih banyak, sehingga asimilat yang disimpan dalam
antara ditunjang oleh intersepsi dan penyebaran cahaya yang baik. Penyerapan
akan lebih baik jika jumlah daun optimal dan tidak saling bernaungan. Foton
(cahaya) inilah yang akan mengubah karbondioksida dan air yang kemudian
menuju pengguna fotosintat (sink). Semakin pendek jarak antara source menuju
sink akan lebih menguntungkan bagi tanaman karena hasil fotosintat akan
langsung disimpan dalam buah sehingga meningkatkan bobot buah. Hal ini
didukung oleh pernyataan Ainzworth dan Bush (2011), bahwa jarak antara
source dan sink yang lebih pendek mengakibatkan penggunaan asimilat lebih
efektif dan translokasi lebih lancar, dengan demikian bobot buah akan meningkat.
G. Analisis Korelasi
dan bobot buah layak panen berkorelasi negatif terhadap tinggi tanaman. Semakin
tinggi tanaman diikuti penurunan jumlah daun, diameter dan bobot buah layak
panen. Hal ini disebabkan karena saat tanaman mentimun tidak dilakukan
utama lebih pendek tetapi pertumbuhan cabang-cabang lateral tumbuh lebih pesat
selalu
3
diiringi dengan meningkatnya diameter dan bobot buah. Semakin banyak jumlah
daun justru tidak produktif dan menjadi pesaing dalam memperoleh asimilat. Hal
ini dibuktikan dengan data pengamatan jumlah daun dan tinggi tanaman pada
tanaman 228,10 cm dengan jumlah daun 59,50 helai. Meningkatnya diameter dan
bobot buah layak panen belum tentu diiringi dengan naiknya tinggi tanaman.
Bertambahnya diameter dan bobot buah lebih diduga lebih dipengaruhi oleh
jumlah daun dan jumlah buah total. Jumlah daun yang banyak akan menghasilkan
Bobot buah layak panen berkorelasi negatif terhadap jumlah buah layak
panen. Hal ini disebabkan jumlah buah yang banyak akan mengakibatkan
translokasi asimilat terbagi dan menyebabkan ukuran buah menjadi lebih kecil.
buah dengan bobot 383,45 gram, sedangkan pada P1 menghasilkan jumlah buah
Bobot buah layak panen berkorelasi positif terhadap diameter buah layak
panen. Semakin besar diameter buah akan diikuti naiknya bobot buah. Hal ini
dikarenakan bobot buah selalu berbanding lurus dengan diameter buah. Hal
pemangkasan pucuk pada batang utama (P1) menghasilkan diameter buah layak
panen 4,26 cm dengan bobot buah layak panen 427,11 gram, sedangkan perlakuan
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Hasil tanaman terbaik terdapat pada perlakuan pemangkasan pucuk pada batang
utama (P1) karena mampu meningkatkan jumlah daun 16,19%, diameter buah
layak panen 4,92% dan bobot buah layak panen 11,38% dibandingkan tanpa
B. Saran
menyarankan :
Ainzworth EA and Bush DR. 2011. Carbohydrate Export from the Leaf: A Highly
Regulated Process and Target to Enhance Photosynthesis and Productivity.
American Society of Plant Biologists. http://www.plantphysiology.org.
Diakses 01 Juni 2017
Brown, R.H. 1988. Growth of The Green Plant. P. 153-174. In M.B. Tesar (ed.)
Physiological Basis of Crop Growth and Development. ASA,CSSA,
Madison, WI
Dhaliwal HS, Banke Ak, Sharma LK, Bali SK. 2014. Impact of pruning Practices
on Shoot Growth and Bud Production in KINNOW (Citrus reticulate
Blanco) Plants. J Experim Bio Agric. 1(7):507-513.
Fumey D, Pierre EL, Yann G, Christophe G, Evelyne C. 2011. How Young Trees
Cope with Removal of Whole or Parts of Shoots: an Analysis of Local and
Distant Responses to Pruning in 1 Year Old Apple (Malus X domestica;
Rosaceae) Trees. American Journal of Botany. 98(11):1737-1751.
Gardner, FP., R.B. Pearce dan R.I Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant.
(Fisiologi Tanaman Budidaya alih bahasa H. Susilo). UI Press
Grubben, G.J.H. and O.A Denton. 2004. Plant Resources of Tropical Africa 2
Vegetables. PROTA Foundation Backhuys Publishers. Wageningen.
Hartawan R, Djafar ZR dan Negara ZP. 2010. Respon Pertumbuhan dan Kualitas
Benih Kedelai Pada Berbagai Fase Tumbuh terhadap Fotoperiodesitas.
Prosiding Seminar Nasional. 1532-1544
Munawaroh N. dan Aziz S.A. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Daun Torbangun
(Plectranthus amboinicus Spreng) dengan Pemupukan Organik dan
Pemangkasan. Bul. Agrohorti 1(4):122-132.
4
Panggabean F.DM., Mawami L. dan Nissa T.C. 2014. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urban) terhadap waktu
pemangkasan dan jarak tanam. Jurnal Agroekologi 2(2):702-711.
PT East West Seed Indonesia. 2017. Deskripsi Mentimun Varietas Mercy.
http://www.panahmerah.id/product/mercy-f1 . Diakses 14 Juli 2017
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1 Terjemahan
Diah R. Lukman dan Sumaryo. Institut Teknoligi Bandung. Bandung
Usman I.R. dan Aziz A. 2013. Analisis Pertumbuhan dan Produksi Kacang Koro
Pedang (Canavalia enziformis) pada Berbagai Konsentrasi Pupuk
Organik Cair dan Pemangkasan. Jurnal Galung Tropika 2(2):85-96.
Tabel 11. Analisis sidik ragam pengaruh pemangkasan terhadap jumlah daun
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F - Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F- Hitung 5% 1%
Kelompok 4 24.79375 6.1984375 0.314733tn 3.26 5.41
Perlakuan 3 1108.575 369.525 18.76307** 3.49 5.95
Galat 12 236.33125 19.69427083
Total 19 1369.7
Keterangan:
tn = Berpengaruh tidak nyata
** = Berpengaruh sangat nyata
Tabel 12. Hasil Uji BNT pengaruh pemangkasan terhadap jumlah daun
Perlakuan Jumlah Daun (helai) BNT 0,05 (=6,11)
P0 51.55 b
P1 59.90 c
P2 43.45 a
P3 40.90 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (5%)
4
Tabel 14. Analisis sidik ragam pengaruh pemangkasan terhadap total jumlah buah
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F - Tabel
F - Hitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%
tn
Kelompok 4 1.33125 0.3328125 1.35668 3.26 5.41
Perlakuan 3 24.384375 8.128125 33.1337** 3.49 5.95
Galat 12 2.94375 0.2453125
Total 19 28.659375
Keterangan:
tn = Berpengaruh tidak nyata
** = Berpengaruh sangat nyata
Tabel 15. Hasil Uji BNT pengaruh pemangkasan terhadap total jumlah buah
Perlakuan Total jumlah buah (buah) BNT 0,05 (=0,68)
P0 8.10 c
P1 6.30 b
P2 5.10 a
P3 5.85 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (5%)
4
Tabel 17. Analisis sidik ragam pengaruh pemangkasan terhadap jumlah buah
layak panen
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F - Tabel
F - Hitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%
tn
Kelompok 4 0.1375 0.034375 2.2 3.26 5.41
tn
Perlakuan 3 0.109375 0.036458 2.333 3.49 5.95
Galat 12 0.1875 0.015625
Total 19 0.434375
Keterangan:
tn = Berpengaruh tidak nyata
Tabel 19. Analisis sidik ragam pengaruh pemangkasan terhadap panjang buah
layak panen
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F - Tabel
F - Hitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%
Kelompok 4 2.003527778 0.500881944 0.95889336tn 3.26 5.41
Perlakuan 3 0.721819444 0.240606481 0.46061944tn 3.49 5.95
Galat 12 6.26825 0.522354167
Total 19 8.993597222
Keterangan:
tn = Berpengaruh tidak nyata
4
Tabel 21. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan Terhadap Diameter Buah
Layak Panen
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F - Tabel
F - Hitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%
Kelompok 4 0.658111111 0.164527778 3.058874tn 3.26 5.41
Perlakuan 3 1.568444444 0.522814815 9.72009** 3.49 5.95
Galat 12 0.645444444 0.053787037
Total 19 2.872
Keterangan:
tn = Berpengaruh tidak nyata
** = Berpengaruh sangat nyata
Tabel 22. Hasil Uji BNT Pengaruh Pemangkasan Terhadap Diameter Buah
Layak Panen (cm)
Diameter buah layak
Perlakuan panen(cm) BNT 0,05 (=0,07)
P0 4.06 ab
P1 4.26 c
P2 4.14 b
P3 4.16 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (5%)
4
Tabel 24. Analisis sidik ragam pengaruh pemangkasan terhadap bobot buah
layak panen
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F TABEL
F-Hitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%
Kelompok 4 2996.289 749.072 3.979* 3.26 5.41
Perlakuan 3 5506.414 1835.471 9.750** 3.49 5.95
Galat 12 2258.964 188.247
Total 19 10761.668
Keterangan:
* = Berpengaruh nyata
** = Berpengaruh sangat nyata
Tabel 25. Hasil Uji BNT pengaruh pemangkasan terhadap bobot buah layak
panen (gram)
Bobot buah layak panen BNT 0,05 (=18,90)
Perlakuan
(gram)
P0 383.453 a
P1 427.111 c
P2 392.180 ab
P3 407.631 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (5%)
4
a
P1 c P2 P1 P0 P3
b
d
P0 P2 P1 P1
P3
P2 P1 P3 P3 P0
P0 P3 P0 P2 P2
U
B T
Keterangan:
a : Panjang petak (200 cm)
cb : :Jarak
Lebarantar
petakblok (100
(100 cm)cm) d
S
: Jarak antar petak (50 cm)
5
200 cm
123 4 5 6
100 cm
7 8 9 10 11 12
Keterangan :
Jumlah tanaman per lubang 1
Jumlah tanaman per petak 12
Jumlah sampel per petak : 4 (dipilih secara acak)
Jarak tanaman : 60 x 30 cm
Ukuran petak : 200 x 100 cm
5
a b c
d e f
g h i
j k l
Keterangan : (a) pengambilan sampel tanah; (b) menimbang pupuk; (c) tanaman umur 1
MST; (d) serangan belalang pada masa vegetatif; (e) tanaman umur 3 MST; (f)
pemangkasan mentimun; (g) mentimun mulai berbunga; (h) penghitungan
parameter jumlah daun; (i) hasil panen mentimun; (j) pengukuran diameter
buah; (k) pengukuran bobot buah;
(l) buah busuk karena serangan lalat buah.
5
Lampiran 7. Hasil Analisa Tanah