LAPORAN
KULIAH KERJA PROFESI
Disusun Oleh :
VIRA TRIANA
NPM : 20025010007
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Widiwurjani, MP
NIP. 1962122 419870 3200
Mengetahui,
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja
Profesi yang berjudul “Teknik Pemeliharaan dan Panen Tanaman Karet
(Hevea brasiliensis) di PTPN XII Kebun Renteng Desa Mangaran Kecamatan
Ajung Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur”. Laporan ini berisi tentang
kegiatan yang dilakukan penulis selama melakukan kegiatan Kuliah Kerja Profesi
di PTPN XII Kebun Renteng, Desa Mangaran, Kecamatan Ajung, Kabupaten
Jember, Provinsi Jawa Timur. Pembahasan yang dilakukan penulis dalam laporan
ini mengacu pada literatur yang ada berupa buku-buku, makalah ilmiah, dan
bahan-bahan lainnya.
Terselesaikannya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Profesi ini tidak
terlepas dari bantuan, dukungan, bimbingan, serta dorongan yang tak terhingga
nilainya dari berbagai pihak, baik secara material maupun spiritual. Atas
terselesaikannya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Profesi ini, dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada:
1. Ir.Widiwurjani, MP selaku Dosen Pembimbing Kuliah Kerja Profesi yang
telah bersedia meluangkan waktu, mencurahkan pikiran dan dengan sabar
mendidik dalam kegiatan penyusunan laporan ini.
2. Ir.Agus Sulistyono, MP selaku Dosen Penguji pada Ujian Kuliah Kerja
Profesi (KKP) yang telah memberikan pengarahan-pengarahan yang
berguna dalam penyusunan dalam laporan serta bersedia membimbing dan
memberikan pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dalam
penyusunan laporan.
3. Ir.Rr.Djarwatiningsih P.S., MP selaku Dosen Penguji pada Ujian Kuliah
Kerja Profesi (KKP) yang telah memberikan pengarahan-pengarahan yang
berguna dalam penyusunan dalam laporan serta bersedia membimbing dan
memberikan pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dalam
penyusunan laporan.
i
4. Manajer PTPN XII Kebun Renteng Desa Mangaran Kecamatan Ajung
Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur, Mandor Besar, Mandor, dan
seluruh staf PTPN XII Kebun Renteng yang telah mendidik dan
memberikan pengalaman serta wawasan yang luas selama penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi..
5. Bapak Riyanto selaku sinder kepala asisten afdeling curah manis yang
telah mendidik dan memberikan pengalaman serta wawasan yang luas
bahkan telah memberi motivasi tentang kerasnya kompetisi di masa
mendatang.
6. Bapak Moch Yusuf selaku mandor kepala afdeling curah manis dan
pembimbing kkp di lapang yang telah membantu berjalannya kegiatan kkp
dan juga membimbing serta memberikan pengetahuan-pengetahuan baru.
7. Dr. Ir Tri Mujoko, M.P selaku koordinator Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
8. Kedua Orang Tua yang telah memberikan semangat, dukungan, doa dan
kasih sayangnya kepada penulis dalam mengerjakan penyusunan Laporan
Kuliah Kerja Profesi ini
9. Sahabat-sahabat saya yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik
sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai penyempurnaan
Laporan Kuliah Kerja Profesi kedepannya. Akhir kata semoga dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
III. KEADAAN UMUM DAERAH............................................................. 15
3.1. Keadaan Umum ..................................................................................... 15
3.2. Keadaan Tanah ...................................................................................... 15
3.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas .................................................. 16
VI. METODE KULIAH KERJA PROFESI ................................................. 22
4.1. Waktu dan Tempat KKP ........................................................................ 22
4.2. Metode Pengambilan Data ..................................................................... 22
4.2.1. Pengumpulan Data Primer ....................................................................... 22
4.2.2. Pengumpulan Data Sekunder ................................................................... 22
4.2.3. Penyajian Data.......................................................................................... 23
V. PELAKSANAAN TEKNIK PEMELIHARAAN DAN PANEN ........ 24
TANAMAN KARET (Haven brasiliensis) TANAMAN ............................ 24
MENGHASILKAN (TM) DI PTPN XII KEBUN RENTENG DESA .... 24
MANGARAN KECAMATAN AJUNG KABUPATEN JEMBER PROVINSI
JAWA TIMUR ............................................................................................. 24
5.1. Teknik Pemeliharaan Tanaman Karet TM ................................................ 24
5.1.1. Pengendalian Gulma Tanaman Karet ....................................................... 24
5.1.2. Stimulansia ............................................................................................... 29
5.1.3 Pemupukan ................................................................................................. 31
5.1.4 Pengendalian Hama dan Penyakit .............................................................. 32
5.1.5 Investarisasi Pohon..................................................................................... 32
5.2 Panen Tanaman Karet .................................................................................. 33
5.2.1 Penyadapan Tanaman Karet ....................................................................... 33
5.2.2. Pemanenan Lateks .................................................................................... 35
5.2.3. Tap Infeksi................................................................................................ 36
VI. PEMBAHASAN .................................................................................... 38
VII. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 45
7.1. Simpulan .................................................................................................... 45
7.2. Saran .......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 46
LAMPIRAN ................................................................................................... 50
iv
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
Lampiran
1. Riwayat Pendidikan …………...………………………..……………..... 55
2. Statistik pohon karet kebun renteng pada tahun tanam 2005, 2006,2007
2010 dan 2013………….………………………….…...………..…........ 54
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
vi
Lampiran
1. Surat Keterangan Kuliah Kerja Profesi ................................................... 51
2. Kartu Monitoring Kuliah Kerja Profesi ................................................... 52
3. Formulir Tap Inspeksi ............................................................................. 53
4. Statistik Kebun Karet Renteng Tahun Tanam 2013 ................................ 53
vii
I. PENDAHULUAN
1
2
diperlukan tanaman, dan tidak lupa perawatan juga bertujuan supaya tanaman
tetap sehat dan memiliki umur produktifitas yang panjang. Kegiatan pada panen,
panen merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil produksi yang
tinggi dengan mengetahui dan menggunakan cara kegiatan panen yang baik dan
benar serta mengikuti aturan. Memperhatikan cara panen yang baik dan benar
akan menghasilkan keuntungan yang berkesinambungan. Tanaman karet yang
tidak dipelihara dengan baik akan menghasilkan tanaman karet yang heterogen
sehingga produktivitas areal menjadi rendah. tanaman juga mengalami hambatan
pertumbuhan dan perkembangan sehingga matang sadap dicapai dalam waktu
yang lebih lama.
Kuliah Kerja Profesi (KKP) dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara XII
karena PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) disebut juga sebagai PTPN XII,
merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan status Perseroan Terbatas yang
keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan
maksud dan tujuan perusahaan adalah melakukan usaha dibidang agrobisnis dan
agro industri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perusahaan untuk
menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
serta mengejar keuntungan yang meningkatkan nilai perusahaan dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Perkebunan Renteng termasuk
dalam wilayah II di PTPN XII dengan komoditas karet, kopi robusta dan aneka
kayu. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan
Kuliah Kerja Profesi dengan harapan dapat mengetahui dan mempraktikkan cara
pemeliharaan tanaman karet TM (Tanaman Menghasilkan) dan panen yang
dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di PT Perkebunan
Nusantara XII Kebun Renteng adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pengalaman, pengenalan, dan pengamatan yang dilakukan
secara langsung di lapang mengenai kondisi dan keadaan yang ada di
lapang.
3
1.3. Manfaat
Manfaat dilaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di PT Perkebunan
Nusantara XII Kebun Renteng adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menyajikan data secara tertulis dan dapat
menyampaikan pengalaman yang diperoleh selama Kuliah Kerja Profesi
2. Mengetahui kualitas sumberdaya manusia yang ada, sehingga dapat
membantu dalam menyusun strategi rekrutmen baru bagi perusahaan.
3. Mencipkakan hubungan yang sinergis antara perguruan ringgi dengan
dunia kerja khususnya suatu perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.3.2. Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m pohon tegak, kuat, berdaun
lebat,dan dapat mencapai umur 100 tahun (Gambar 2.2). Biasanya tumbuh lurus
memiliki percabangan yang tinggi di atas. Dibeberapa kebun karet ada
kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke utara. Batang tanaman ini
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis PS, 2018).
6
protein 27%; lemak 32,3%, abu 3,96% (Setyawardhani dkk, 2011) dengan
kandungan mineral per gram daging biji karet 0,85 mg Ca; 0,01 Fe dan 9,29 mg
Mg (Eka dkk, 2010). Kandungan gizi yang tinggi dari biji karet terutama protein,
sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kasmirah (2012), yang menyatakan bahwa biji karet
mengandung protein dan energi metabolis yang tinggi
2.3.4. Bunga
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malay
payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada
ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga
betina merambut vilt. Ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan dan
mengandung bakal buah yang beruang 3. Kepala putik yang akan dibuahi dalam
posisi duduk juga berjumlah 3 buah. Bunga jantan mempunyai 10 benang sari
8
yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun
satu lebih tinggi dari yang lain (Gambar 2.5). Paling ujung adalah suatu bakal
buah yang tidak tumbuh sempurna (Tim Penulis PS, 2018).
Bagian bunga yang sempurna terdiri dari tiga bagian utama yaitu dasar
bunga, perhiasan bunga atau mahkota bunga dan persarian (Boerhendhy, 2013).
Benang sari dan putik ini terdapat dalam satu bunga atau bunga karet terdiri dari
bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang
jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujung terdapat lima tajuk
yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt.
Ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang
beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah
tiga buah. Bunga jantan mempunyai seluruh benang sari yang tersusun menjadi
satu tiang. Kepala sari terbagi dalam dua karangan, tersusun satu lebih tinggi dari
yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal bakal buah yang tidak tumbuh
sempurna.
2.3.5. Akar
Sesuai dengan sifat dikotil nya, akar tanaman karet merupakan akar
tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan
besar. Akar tunggang dapat menunjang tanah pada kedalaman 1-2 m, sedangkan
akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Gambar 2.6). Akar yang paling aktif
menyerap air dan unsur hara adalah bulu akar yang berada pada kedalaman 0-60
cm dan jarak 2,5 m dari pangkal pohon (Setiawan dan Andoko, 2015).
9
karet akan semakin lambat dan hasilnya lebih rendah (Setyamidjaja, 2010).
Menurut Wijaya (2018), respon klon karet terhadap suhu bervariasi yang akan
dijelaskan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi (Wijaya, 2018)
Suhu Udara Pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
o
5C Kerusakan tanaman karena suhu rendah
10 oC Fotosintesis berhenti
18 oC -24 oC Optimum untuk aliran lateks
27 oC -33 oC Optimum untuk fotosintesis
35 oC Stomata menutup
meningkat sesuai dengan umur tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang.
Tanpa perawatan yang baik, kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk,
produktivitasnya menurun, dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman
pada masa produksi ini meliputi penyiangan, pemupukan dan peremajaan
(Boerhendhy, 2010).
2.5.1. Penyiangan
Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan
penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan perumbuhan
gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan dapat dilakukan
dengan cara manual atau mekanis, kimiawi dan penyiangan terpadu atau
menggabungkan cara keduanya (Ismail dkk, 2022). Cara manual atau mekanis
adalah pemberantasan gulma menggunakan peralatan, seperti cangkul parang atau
sabit. Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan jika areal
perkebunan karet tidak terlalu luas. Jika areal karet sangat luas pemberantasan
gulma yang paling efektif adalah secara kimiawi menggunakan herbisida atau
bahan kimia pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik. Herbisida kontak
memberantas gulma dengan cara kontak langsung dengan gulmanya. Herbisida
sistemik memberantas gulma dengan cara zat aktifnya terserap ke dalam gulma.
Penggunaan herbisida harus bijaksana, artinya, harus sesuai dengan dosis dan
frekuensi yang telah ditetapkan.
2.5.2. Pemupukan
Budidaya karet, pemupukan dilakukan sejak tanam sampai tanaman tidak
berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal. Jika
pada masa sebelum disadap semua tanaman karet harus dipupuk, pada masa
setelah sadap pemupukan harus dilakukan secara selektif, artinya hanya tanaman
yang produksi lateksnya bagus saja yang dipupuk. Langkah ini untuk menghindari
pemborosan. Cara pemupukan tanaman karet sama dengan masa sebelum
produksi, yaitu pupuk dimasukkan kedalam lubang yang digali melingkar dengan
jarak 1 - 1,5 meter dari pohon. Pupuk dimasukkan ke dalam alur berbentuk garis
dengan jarak 1,5 meter dari pohon. Pemupukan dilakukan pastikan tanah sudah
bebas dari gulma. Jika pada sebelum produksi dilakukan pemupukan sekali dalam
setahun, sedangkan pemupukan tanaman karet pada masa produksi dilakukan dua
12
kali dalam satu tahun, yaitu pada pergantian musim. Pemupukan, tujuannya untuk
mempercepat pertumbuhan dan matang sadap. Pemberian pupuk sebaiknya
dilakukan pada saat pergantian musim dari musim penghujan ke musim kemarau
(Balai Penelitian Sembawa, 2009). Dosis pupuk disesuaikan dengan jenis tanah
tempat karet dibudidayakan. Penggunaan pupuk tunggal memberikan kesan tidak
praktis karena harus mencampurkan paling tidak tiga jenis pupuk.
2.5.3. Peremajaan
Bertahun-tahun disadap lateksnya, tanaman karet akan memasuki fase
menua yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Bila terus dipelihara
dan disadap hasil lateks yang diperoleh tidak akan menguntungkan secara
ekonomi, sehingga perlu dilakukan peremajaan. Peremajaan tanaman karet
dilakukan dengan maksud mengganti tanaman tua dengan tanaman baru yang
memiliki produktivitas tinggi, kualitas tinggi dan secara ekonomi jauh lebih
menguntungkan dari pada tanaman awal (Sianturi, 2011). Kegiatan peremajaan
karet dimulai dengan pembongkaran pohon-pohon tua. Peremajaan dilaksanakan
setelah tanaman berumur 25−30 tahun. Patokan umur 25 tahun sebagai batas
pelaksanaan peremajaan tidak selalu tepat karena banyak kebun yang tidak
produktif lagi sebelum mencapai umur 25 tahun. Waktu pelaksanaan peremajaan
perlu didasarkan pada perhitungan jumlah produksi dan nilai ekonomis.
Lain sudut kemiringan irisan sadap 30o – 40o terhadap bidang datar untuk bidang
sadap bawah dan 45o untuk bidang sadap atas (Febriyanto, 2017). Pada sistem
sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar. Panjang irisan ½ S (irisan
miring sepanjang ½ spiral) Letak bidang sadap pada arah Timur-Barat (pada jarak
antar Tanaman pendek), sama dengan arah pergerakan penyadapan).
2.6.2. Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Pemasangan talang dan mangkuk sadap dalam proses penyadapan terdapat
beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut Talang terbuat dari seng lebar 2,5cm panjang ± 8cm
dipasang jarak 5-10cm dari ujung irisan sadap bagian bawah. Pemasangan talang
sadap di bagian ini bertujuan supaya tidak mengganggu pelaksanaan penyadapan,
lateks dapat mengalir dengan baik, dan tidak terlalu banyak meninggalkan getah
bekuan pada batang (Nasution, 2017). Pemasangan mangkuk dipasang pada jarak
15-20 cm dibawah talang sadap. Pemasangan mangkuk sadap diposisi ini
bertujuan supaya lateks dapat mengalir sampai kemangkuk dengan baik, dan
penyadap tidak mengalami kesulitan mengambilnya sewaktu pengumpulan lateks.
2.6.3. Penyadapan
Sadap atau panen tanaman yang paling baik adalah saat tekanan Turgor sel
tinggi. Tekanan turgor sel tanaman tinggi berkisar pada Pukul 02.00 – 04.00 wib.
Tekanan turgor akan mempengaruhi volume Lateks yang mengalir setelah
disadap. Pada saat tekanan turgor tinggi maka aliran lateks juga deras. Seiring
dengan tingginya intensitas matahari, tekanan turgor tanaman semakin lemah
sehingga lateks yang keluar semakin sedikit. Lateks yang dihasilkan dipengaruhi
oleh klon karet, umur karet, lilit batang karet,intensitas pengambilan dan cara
penyadapan, keadaan tanah,dan waktu penyadapan (Ritonga, 2015). Konsumsi
kulit per bulan atau pertahun ditentukan oleh rumus sadap ½ S, d/2, 100% , ½ S,
d/4, 100%, atau ½ S, d/3, 67%, artinya dari rumus tersebut adalah ½ S berarti
penyadapan setengah lingkaran batang pohon, d/2 artinya pohon disadap setiap 2
hari sekali, dan 100% untuk itensitas sadapan. Bila disadap 2 hari sekali maka
kulit karet yang terpakai 2,5 cm/bulan atau 10 cm/kuartal atau 30 cm/tahun.
III. KEADAAN UMUM DAERAH
15
16
H. Penyadap
- Melaksanakan penyadapan karet menurut norma sadap yang berlaku
- Menjaga mutu penyadapan agar tetap baik
- Melakukan pemeriksaaan hasil sadapan supaya tidak ada yang salah
- Meningkatkan produktivitas lateks maupun lump cup
- Menjaga mutu hasil sadapan agar tetap baik
VI. METODE KULIAH KERJA PROFESI
22
23
24
25
- Pendongkelan
Pendongkelan merupakan kegiatan mencabut gulma beserta akar, rizhoma,
umbi dan Iain-Iain. Cara ini dilakukan khusus untuk tanaman perdu yang
dijelaskan pada (Gambar 5.1)
Gambar diatas merupakan cara melakukan kesrik pendem yang dilakukan oleh
pegawai kebun. Kegiatan kesrik pendem biasanya dilakukan pada pagi hari pukul
06.00 – selesai.
- Pembabatan atau Jombret (Slashing)
Pembabatan atau jombret merupakan kegiatan penyiangan tanpa
mengganggu akar gulma dengan tujuan membuang bagian vegetatif dan generatif
gulma yang berada di atas tanah (Gambar 5.3).
A B
purna tumbuh berbentuk larutan dalam air untuk mengendalikan tanaman karet,
tanaman padi, kelapa sawit dan dan teh. Selain KONUP 480 SL di lapang juga
menggunakan herbisida Valino 865 SL untuk membasmi beberapa kategori gulma
di kebun karet (Gambar 5.4)
A B
Gambar 5.4. Herbisida yang Digunakan pada Saat Dilapangan : A. Herbisida
KONUP 480 SL dan B. Herbisida Valino 865 SL
Herbisida Valino 865 SL memiliki bahan aktif yaitu 2,4-D dimetilamina
865 g/l , (setara dengan asam 2,4-D 720 g/l). Herbisida Valino 865 SL yaitu
herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air, berwarna coklat tua,
untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Pengaplikasian di lapangan yaitu
dengan mencampurkan kedua herbisida dengan konsentrasi KONUP 480 SL 600
ml ditambah dengan Valino 400 ml dicampur dengan air 100 liter.
Cara pencampuran kedua herbisida tersebut yaitu pertama tuangkan
herbisida KONUP 480 SL ke gelas ukur sampai pada ukuran 600 ml, kemudian
tuangkan herbisida valino 400 ml, setelah itu tuangkan kedua herbisida ke dalam
tong berisi air 100 liter, aduk secara berlawanan arah dan berpotongan supaya bisa
homogen larutannya, kemudian menuangkan larutan campuran herbisida ke alat
penyemprot (Gambar 5.5). Cara pengaplikasian alat semprot adalah dengan
memompa bagian saluran air hingga terasa berat kemudian mulai berjalan dan
menyemprotkan alat semprot ke gulma (Gambar 5.6). Ketika saluran air yang ada
di pompa dengan di imbangi dengan penyemprotan ke gulma sambil di pompa
lagi supaya tidak habis air yang ada di saluran pompa. Ujung penyemprotan
dipegang tangan kanan dan pompa air dipegang tangan kiri. Penyemprotan
herbisida harus merata dengan posisi yang tepat pada saat penyemprotan.
29
stimulan pada tanaman karet harus memenuhi syarat yaitu tanaman harus sehat
ditandai dengan kondisi daun dan alur sadap yang baik. Merk dagang stimulan
yang digunakan adalah Amcotrel 10 PA (berbahan aktif: 10% etefon), teksturnya
seperti pasta cair berwarna merah kemudaan (Gambar 5.7). Dosis stimulan cair
yang digunakan adalah 1 ml/pohon dengan konsentrasi 2,5%, perbandingan 1 : 2.
Metode pengaplikasian yang digunakan untuk stimulan cair yaitu GAS (Groove
Application System). Pengaplikasian stimulan cair dilakukan setiap 1 bulan 3 kali
dengan (GAS 10), untuk (GAS 15) dilakukan 1 bulan 2 kali, sedangkan (GAS 30)
dilakukan 1 bulan sekali. Pencampuran stimulan ini dilakukan di depan Gudang
kantor afdeling kebun renteng pada pukul 05.00 WIB, dengan menuangkan 1 liter
Amcotrel dan 2 liter air ke dalam galon lalu mengaduknya menggunakan tongkat
kayu.
mengikuti barisan tanaman dengan jarak 150-200 cm dari pohon, dengan syarat
pupuk SP-36 dan Urea tidak boleh dicampurkan tempatnya, lalu larikan yang
sudah ditaburi pupuk ditutup kembali dengan tanah.
5.1.4 Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman karet TM dilapangan terdapat beberapa penyakit utama yaitu
Kering Alur Sadap (KAS) yang banyak dijumpai pada saat observasi dilapang.
Pengendalian KAS dapat dikendalikan dengan cara a) pengerokan kulit sampai
kedalaman ± 3-4 mm dari kambium, b) mengoleskan Oleokimia dilakukan tiga
kali pada hari ke-1, 30, dan 60 dengan mengoleskan formula merata dengan kuas
±50 cc/pohon/aplikasi untuk 100 cm panjang panel. c) setelah pengobatan selesai
maka penyadapan dapat dilakukan pada kulit sehat mulai hari ke 90, d) kulit yang
terkena KAS (Kering Alur Sadap) akan kembali pulih setelah 12 bulan dari kulit
bidang sadap (bark scrapping) dan mencapai ketebalan >7 mm, efektivitas
penyembuhan dapat mencapai 85-95%.
Beberapa hama yang biasanya menyerang tanaman karet.yang menyerang
tanaman menghasilkan dilapang yaitu hama Rayap yang banyak dijumpai.
Pengendalian yang dapat dilakukan pada saat dilapang adalah sarang yang dekat
pohon dihancurkan dan membunuh semua rayap yang ada di dalamnya, terutama
sarang utamanya dan ratunya. Pembongkaran sarang dapat menggunakan cangkul.
Tanah disekitar pohon yang dicurigai dibuka melingkar dengan garis tengah
kurang lebih 0,75 meter, kemudian disiram dengan larutan insektisida berbahan
aktif sipermetrin dengan konsentrasi 0,02-0,05 % sebanyak 2 liter/pohon.
Pengendalian hama dan penyakit diatas merupakan hasil wawancara yang
dilakukan kepada petugas kebun dikarenakan pada saat kegiatan KKP (Kuliah
Kerja Profesi) pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan karena sudah
dilakukan pada bulan Desember – Januari awal.
5.1.5 Investarisasi Pohon
Inventarisasi pohon yang diterapkan oleh PTPN XII yaitu diusahakan
pencatatan pohon terinci atas nomor pohon yang telah dibuat sejak masa TBM
dan dilakukan rutin setiap akhir tahun, diadakan perbaikan batas hektar dengan
pemberian tanda pohon karet, di setiap blok tahun tanam yang di tempat strategis
33
dipasang dengan warna dasar putih dan tulisan warna biru yang memuat data
tahun tanam, luas, jarak tanam, klon, protas 5 tahun terakhir.
Panen lateks dilakukan bull akan dikumpulkan di post/ blok kebun dan
disetor pada mandor, yang kemudian mandor tersebut akan mengukur banyak
lateks yang diperoleh oleh penyadap dengan menggunakan alat ukur untuk
menentukan banyaknya amonia yang akan ditambahkan pada 1 bull lateks.
Ketentuan penambahan amonia adalah 150 ml/32 liter lateks. Penambahan
amonia dilakukan untuk mempertahankan bentuk lateks (cair) hingga ke pabrik
(menghindari pembentukan lump). Terjadinya penggumpalan lateks (pra
koagulasi) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah
aktivitas mikroorganisme dan timbulnya anion dari asam lemak hasil hidrolisis
dalam lateks (Gambar 5.11). Amonia inilah yang merupakan salah satu zat yang
dapat mencegah prakoagulasi pada lateks.
36
Petugas yang bertugas untuk tap inspeksi akan diberikan formulir yang akan
diisi untuk menilai pohon pada kebun karet dan juga sebagai penilaian terhadap
penyadap. Kelas penyadap yang dinilai adalah kelas A-E dengan penilaian tiap
kulit perawan dan pulihan dalam SKB serta penilaian terhadap SKA + SKB
(Doble Cutting). Poin yang terdapat pada kertas formulir akan dijumlah per pohon
kemudian di total keseluruhan dan diambil rata-rata antara keseluruhan pohon.
Rata-rata yang sudah ketemu kemudian digolongkan kedalam kriteria kelas
penyadapan A-E yang sesuai dengan rata-rata yang ada.
VI. PEMBAHASAN
38
39
Insektisida sipermetrin merupakan salah satu bahan aktif dari piretroid sintetik
yang banyak beredar dipetani dan termasuk dalam golongan insektisida yang
mempunyai sifat khas untuk pengendalian serangga antara lain efektifitas tinggi
(sebagai racun kontak dan perut), kurang toksik terhadap mamalia, dan hilangnya
efektifitas relatif cepat.
Pemeliharaan jalan kebun dan saluran air di kebun Renteng PTPN XII
dilakukan pengendalian gulma manual yang menutupi jalanan dan saluran air
serta apabila terdapat lubang harus ditutup dengan grasak atau batu yang
disesuaikan dengan kondisi jalan. Jembatan yang rusak diperbaiki dan setiap
jembatan diberi tanda kapasitas beban. Diadakan pemeliharaan saluran primer,
sekunder dan tersier serta sungai kecil di dalam kebun agar kebun bebas dari
genangan saat musim hujan tiba. Menurut Wijaya (2018), pemeliharaan jalan
berfungsi sebagai mempermudah jalan akses tenaga kerja untuk melakukan
kegiatan budidaya, pemanenan ataupun pengontrolan pada tanaman karet.
Pemeliharaan tanaman karet TM (Tanaman Menghasilkan) yang terakhir
adalah investarisasi pohon. Investarisasi pohon bertujuan untuk menentukan
secara pasti populasi tanaman karet. Menurut Nugroho (2019), perlu dilakukan
inventarisasi pohon dengan parameter yaitu jumlah kematian pohon dan
dibedakan berdasar penyebab kematian antara Iain angin, hama penyakit dan Iain-
Iain, jumlah pohon yang sakit dibedakan karena BB, penyakit akar dan Iain-Iain.
jumlah pohon yang sehat atau produktif. Inventarisasi pohon yang diterapkan oleh
PTPN XII sangat bermanfaat bagi tenaga kerja kebun serta karyawan karena
dengan adanya investarisasi pohon memudahkan pendataan populasi pohon dan
statistik pohon karet TM (Tanaman Menghasilkan)
Penyadapan karet di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng
dilakukan pada tanaman karet yang telah memenuhi kriteria matang sadap pohon
dan matang sadap populasi. Melakukan penyadapan harus melalui beberapa
tahapan yaitu pembagian hanca, pembuatan mal sadap, pemasangan talang dan
mangkuk, dan buka sadap. Penyadapan di PTPN XII kebun Renteng dilakukan
pada TM karet tahun 2005, 2006, 2007, 2010, dan 2013. Proses sadap ketebalan
irisan pada saat menyadap karet yaitu 1.5 mm. Menurut Setiawan (2015),
Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti akan mempercepat habisnya kulit
43
panel BI dibagi menjadi 2 panel yaitu panel BI-1 dan panel BI-2. penyadapan
pada panel BI-1 dilakukan pada kulit perawan dengan ¼ lingkaran panel pada
Tahun 11. Panel tahun ke 11 akan habis disadap selama 1 tahun, kemudian setelah
habis penyadapan pindah ke ¼ lingkaran pada panel Tahun 12, begitu juga pada
panel tahun ke sehingga panel BI-1 akan disadap selama 4 tahun sampai panel
tahun ke 14. Kemudian panel tahun ke 15 penyadapan dilakukan ½ lingkaran.
Sehingga panel tahun ke 15 akan habis disadap selama 1 tahun, sehingga
keseluruhan panel BI-1 akan habis selama 5 tahun. Setelah habis, penyadapan
pindah ke panel BI-2 dengan ketentuan sama seperti pada panel BI-2 dan dimulai
pada tahun ke tahun 15 sampai tahun 19 dengan penyadapan ¼ lingkaran sama
seperti pada panel BI-1 kemudian setelah panel tahun ke 20 penyadapan ½
lingkaran sehingga panel BI-2 akan habis selama 5 tahun. Setelah tahun ke 20
penyadapan dilakukan secara kondensional atau sadap mati dan menyesuaikan
kulit yang masih bisa dipakai sebelum nantinya dilakukan peremajaan. Tujuan
peremajaan menurut Iskandar (2014), adalah untuk mencapai efisiensi sebesar
mungkin sehingga akan memperoleh keuntungan yang semakin besar.
Pemanenan lateks dilakukan di pagi hari sekitar pukul 05.00- 06.00 setelah
dilakukan penyadapan saat malam harinya. Pemanenan lateks dalam mangkuk
dilakukan dengan bantuan alat yang dinamakan pellet yang terbuat dari bahan
pelepah pisang, hal ini dibuat untuk memudahkan petani dalam pengambilan
lateks. Saat penyetoran lateks, cairan lateks ditambahkan amonia. Menurut
Wargadipura (2018), penambahan amonia dilakukan untuk mempertahankan
bentuk lateks (cair) hingga ke pabrik (menghindari pembentukan lump).
Terjadinya penggumpalan lateks (pra koagulasi) dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang diantaranya adalah aktivitas mikroorganisme dan timbulnya anion dari
asam lemak hasil hidrolisis dalam lateks. Menurut Gunawan (2010), penyebab
terjadinya prakoagulasi adalah kemantapan bagian koloidal di dalam lateks
berkurang, kemudian menggumpal menjadi satu dalam bentuk komponen yang
lebih besar. Pengangkutan hasil lateks menggunakan truk ke pabrik banjarsari
dikarenakan pada kebun Renteng pabrik yang digunakan tidak lagi di fungsikan
sehingga hasil pemprosesan pasca panen dilakukan di kebun Banjarsari.
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Kesimpulan yang disimpulkan selama kegiatan Kuliah Kerja Profesi
(KKP) di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng Kabupaten Jember
antara lain:
1. Rangkaian pemeliharaan pada masa TM (Tanaman Menghasilkan) yang
dilakukan oleh PTPN XII adalah pengendalian gulma, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit tanaman karet, pemeliharaan jalan dan
saluran air serta inventarisasi atau statistik pohon.
2. Rangkaian kegiatan panen yang dilakukan di PTPN XII kebun Renteng
meliputi kegiatan penyadapan, pemungutan lateks, dan penyetoran lateks ke
TPH.
7.2. Saran
Saran saya untuk PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng adalah
sebaiknya pemeliharaan tanaman karet lebih diperhatikan lagi terutama pada
tahun tanam tua seperti 2005, 2006 dan 2007. Untuk kegiatan penyadapan, harus
lebih dikontrol secara berkala karena masih banyak beberapa penyadap yang
melakukan penyadapan tidak sesuai SOP aturan yang ada.
45
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2015. Petunjuk lengkap budi daya karet. Agro Media. 150 hal
Balai Penelitian Sembawa. 2009. Saptabina Usahatani Karet Rakyat (edisi ke -5).
Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa, Palembang. 75 hal.
Budi,W. G., I. Retno., K. Joshi., L., Penot dan E., Janudianto. 2018. Panduan
Pembangunan Kebun Wanatani Berbasis Karet Klonal (A Manual for
Rubber Agroforestry System-RAS). World Agroforestry Centre (ICRAF)
SEA Regional Office. 54 p. ISBN 979-3198-41-5. Bogor. 150 hal.
Damanik, S., M. Syakir dan M. Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca
Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.Bogor.
150 hal.
46
47
Damanik, S., M. Syakir dan M. Tasma. 2010. Budidaya dan pasca panen karet.
130 hal.
Eka, D. S. 2010. Pembentukan Biodiesel Dari Minyak Biji Karet Dengan Proses
Esterifikasi Dan Transestrerifikasi. (Doctoral dissertation, Faculty of
Industrial Technology). 77-90.
Hakim, L., T. M. Rahmiati., J. Jailani dan E. Surya. 2022. Media Tanam Serasah
Untuk Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Halia Prosiding
Seminar Nasional USM (Vol. 3, No. 1, pp. 884-893).
kerja pada karyawan PT. Lembah Karet Padang. Jurnal Benefita, 3(2),
248-262.
Siregar, Tumpal, H. Dan S., Suhendry, I. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet.
Penebar Swadaya, Jakarta. 100 hal
Tim Penulis PS. 2018. Paduan Lengkap Karet. Cetakan ke 1. Jakarta: Penebar
Swadaya. 150 hal.
50
51
Tabel lampiran 2. Statistik Pohon Karet Kebun Renteng pada Tahun Tanam 2005,
2006,2007,2010 dan 2013
TM KARET TM KARET TM KARET
AFD CURAH MANIS AFD CURAH MANIS AFD CURAH MANIS
KEBUN RENTENG KEBUN RENTENG KEBUN RENTENG