Anda di halaman 1dari 59

ANALISIS PERBANDINGAN PAKAN PELET, PAKAN FERMENTASI

DAN PAKAN ALAMI TERHADAP PRODUKSI


DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE
(Studi Kasus di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Jawa Timur)

PROPOSAL

Diajukan untuk Penelitian Guna Menyusun Skripsi


Program Studi Agribisnis

Diajukan Oleh :

ARYA PRIMASETYA
NPM. 17024010067

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2021
ANALISIS PERBANDINGAN PAKAN PELET DENGAN PAKAN
FERMENTASI DAN PAKAN ALAMI TERHADAP PRODUKSI
DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE
(Studi Kasus di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Jawa Timur)

Diajukan Oleh :

ARYA PRIMASETYA
NPM: 17024010067

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Dr. Ir. Indra Tjahaja Amir, MP Dr. Ir. H Sudiyarto, MM


NIP. 19581118 198903 1001 NIP. 19580311 198503 1001

Mengetahui:

Koordinator
Program Studi Agribisnis

Ir. Sri Widayanti, MP


NIP. 19620106 199003 2001

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Analisis

Perbandingan Pakan Pelet dengan Pakan Fermentasi dan Pakan Alami

Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele (Studi Kasus di

Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Jawa TImur)” Laporan proposal skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program

Strata-1 di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan

selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. H Sudiyarto, MM selaku dosen pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi selama pra-pelaksanaan

penelitian hingga pasca pelaksanaan penelitian serta dalam kegiatan

akademis selama penulis belajar di Fakultas Pertanian.

2. Dr. Ir. Indra Tjahaja Amir, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi selama pra-

pelaksanaan penelitian hingga pasca pelaksanaan penelitian

3. Wahyu Santoso, S.P., MMA selaku dosen pembimbing pendamping

sebelumnya yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi

selama pra-pelaksanaan penelitian hingga pasca pelaksanaan penelitian

4. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MT selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

ii
5. Dr. Ir. Nora Augustien, MP selaku Dekas Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Ir. Sri Widayanti, MP selaku Koordinator Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik

berupa moril maupun material.

8. Teman – teman saya khususnya mahasiswa Fakultas Pertanian angkatan

2017 yang tidak henti-hentinya memberikansemangat dan motivasi hingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengancepat dan tepat.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Kami menyadari penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.

Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikan untuk

selanjutnya. Sehingga akhirnya laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi bidang Pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi

lebih lanjut. Amin.

Surabaya, November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 5

2.2 Landasan Teori .................................................................................... 20

2.2.1 Pengambilan Keputusan ............................................................... 20

2.2.2 Produksi ........................................................................................ 24

2.2.3 Pendapatan ................................................................................... 26

2.2.4 Jenis Pakan Lele ........................................................................... 30

2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 34

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 37

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................. 37

3.2 Penentuan Sampel............................................................................... 37

3.3 Pengumpulan Data .............................................................................. 38

3.4 Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel ...................................... 40

3.5 Analisis Data ........................................................................................ 41

3.6 Batasan Operasional............................................................................ 43

iv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44

LAMPIRAN ........................................................................................................ 47

v
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Produksi Ikan Lele di Kec. Diwek ............................................................. 2

2.1 Kandungan Gizi Usus Ayam per 100 gr ................................................... 34

3.1 Persebaran Sampel Penelitian ................................................................. 38

vi
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................ 36

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ................................................................................. 47

viii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi cukup besar

untuk melakukan pengembangan budidaya ikan air tawar. Salah satu komoditas

ikan air tawar yang sangat potensial adalah ikan lele. Ikan lele merupakan salah

satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan ini sudah

dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele

berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air

yang terbatas dengan padat tebar tinggi, pemasarannya relatif mudah, dan

modal yang dibutuhkan relatif rendah (Taharudin, Tang, and Putra 2017).

Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah

masuknya jenis ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada

tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih

cepat, dan lebih tahan penyakit. Namun demikian, perkembangan budidaya yang

pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo

mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat

(inbreeding), seleksi induk yang salah dan penggunaan induk yang berkualitas

rendah. Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, Balai Pengembangan Benih Air

Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik dengan

cara silang balik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi

nama lele sangkuriang (Nasrudin 2010).

Kabupaten Jombang merupakan salah satu sentra penghasil ikan lele di

Jawa Timur selain Kabupaten Tulungagung dan Kediri, produksi ikan lele di

Kabupaten Jombang pada tahun 2020 berada pada angka 7.523,30 ton (BPS

Kabupaten Jombang 2020). Di Kabupaten Jombang berkembang cukup baik

disetiap kecamatannya. Dengan potensi yang dimiliki oleh setiap Kecamatan

1
2

maka terdapat wilayah di Kabupaten Jombang yang dikategorikan kedalam

kawasan agropolitan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang

melalui program pengembangan kawasan pertanian, peternakan, dan perikanan

(Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Jombang 2015).

Kecamatan Diwek merupakan salah satu penghasil ikan lele terbesar di

Kabupaten Jombang, berikut merupakan data produksi ikan lele di Kecamatan

Diwek dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1. 1 Produksi Ikan Lele di Kec. Diwek

Produksi (ton/tahun)
2017 1.505,80
2018 1.258,10
2019 1.262,30
2020 1.261,70
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kab.Jombang, 2021

Tabel 1.1 menjelaskan bahwa hasil produksi ikan lele di Kec.Diwek dari

tahun 2017 – 2020 mengalami penurunan. Pakan komersil (pelet) dalam usaha

budidaya ikan berpengaruh besar terhadap peningkatan produksi, namun harga

pelet yang mahal menjadi kendala besar dalam budidaya lele karena biaya

produksi untuk pakan sekitar 60-70% yang harus dikeluarkan dari total biaya

produksi (Gunawan and Bagus 2011; Arief, Nur, and Sri 2014). Harga pakan lele

terus meningkat hingga 7-10% (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2018).

Peternak ikan lele di Jombang, dominan menggunakan pakan komersil

(pelet). Dampak dari budidaya lele secara intensif ini adalah sisa pakan dan sisa

hasil metabolisme banyak terakumulasi di perairan budidaya sehingga kualitas

perairan budidaya menurun bahkan dapat mengakibatkan kematian bagi lele

akibat banyaknya amoniak, nirat dan nitrit. Agar pakan tersebut dapat

memberikan pengaruh secara maksimal dan menghasilkan bobot biomassa ikan

yang lebih besar serta tidak berdampak pada kualitas perairan maka perlu dicari

solusi dengan menggunakan pakan yang di fermentasi menggunakan probiotik.


3

Fermentasi membantu dalam sistem pencernaan karena mengandung bakteri

baik. Fermentasi menggunakan probiotik bertujuan agar pakan pakan yang

diberikan dapat terserap dengan sempurna, dikarenakan pada pakan

konfensional tidak terdapat kandungan bakteri baik yang dapat memperlancar

penyerapan nutrisi untuk ikan lele. Sehingga pakan yang dibutuhkan dapat

menurun dengan adanya penyerapan yang sempurna dibantu oleh bakteri yang

terkandung dalam probiotik.

Pemberian pakan buatan seperti pakan komersil umumnya dikarenakan

ketersediaanya di pasaran. Namun pakan komersil terkadang belum mampu

meningkatkan bobot tubuh ikan secara signifikan. Oleh karena itu dibutuhkan

pakan kombinasi yang mampu meningkatkan bobot tubuh ikan secara signifikan

serta meningkatkan sintasan hidup ikan. Pakan kombinasi yang dapat digunakan

adalah dengan memfermentasi pakan. Salah satu fermentor yang dapat dijadikan

bahan fermentasi pakan pada ikan adalah probiotik.

Lele termasuk hewan omnivora yang cukup rakus juga bersifat kanibal

sehingga akan membutuhkan cukup banyak pakan agar sifat kanibalnya tidak

muncul, akibatnnya ongkos produksi juga meningkat. Untuk menyiasati hal

tersebut, dibutuhkan pakan alternatif yang terjangkau namun memiliki cukup

protein guna perkembangan lele dan mengurangi sifat kanibalismenya. Banyak

cara yang telah dilakukan untuk mengurangi biaya pakan, diantarannya

penggunaan pakan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan

lele adalah limbah usus ayam. Limbah usus ayam, jarang sekali dimanfaatkan

kembali, akibatnya limbah tersebut bisa mencemari lingkungan dan menimbulkan

aroma tidak sedap. Selain itu kandungan nutrisi limbah usus ayam masih sangat

tinggi (Suhendra, 2014 disitasi Falahudin dkk., 2016). Usus ayam mengandung

protein sebesar 53,1%, lemak 29,2%, karbohidrat 2,0%%, abu 4,6.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana alasan peternak lele dalam menentukan jenis pakan tambahan

antara pakan fermentasi dan pakan alami?

2. Berapa hasil produksi dan besar pendapatan usaha ikan lele?

3. Bagaimana perbandingan pakan pelet, pakan fermentasi dan pakan alami

terhadap hasil produksi dan pendapatan usaha ikan lele?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi alasan peternak lele dalam menentukan jenis pakan

tambahan antara pakan fermentasi dan pakan alami.

2. Menganalisis hasil produksi dan besar pendapatan usaha ikan lele.

3. Menganalisis perbandingan pakan pelet, pakan fermentasi dan pakan

alami terhadap hasil produksi dan pendapatan usaha ikan lele.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai langkah awal dalam pengaplikasian ilmu

pengetahuan dan sebagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi.

Selain itu sebagai bagian dari persyaratan penyelesaian tugas akhir untuk

memperoleh gelar Strata Satu (S1).

2. Bagi pembudidaya, sebagai informasi bagi semua pembudidaya di

Indonesia yang ingin mengembangkan usaha budidaya ikan lele sebagai

pendapatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

3. Bagi akademisi, hasil penelitian diharapkan akan menambah khasanah

kepustakaan dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang

mengkaji tentang kelayakan usaha budidaya ikan lele di Indonesia.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Endang Sri Sudalmi dan Sri Hardiatmi (2017) judul penelitian adalah

Analisis Perbandingan Biaya dan Pendapatan Usahatani Cabe dan

Usahatani Pare di Desa Kaligawe, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui besarnya biaya

dan pendapatan usahatani cabe dan usahatani pare, (2) Untuk mengetahui

manakah yang lebih menguntungkan usahatani cabe atau usahatani pare.

Metode penelitian yang digunakan adalah : deskriptif yang memusatkan

pada pemecahan masalah sekarang. Pemilihan Desa Kaligawe

dilaksanakan secara sengaja, karena kebanyakan penduduknya

bermatapencaharian sebagai petani sayuran. Penelitian ini dilakukan

terhadap petani pemilik penggarap. Dalam penelitian ini untuk mengalisis

menggunakan uji t - test untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani

cabe dan pendapat usahatani pare. Hasil penelitian yang diperoleh: (1)

Rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk usahatani cabe sebesar Rp

17.551.645, 66 per hektar. Rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk

usahatani pare sebesar Rp 11.981.771,71 per hektar, (2) Rata-rata

pendapatan yang diperoleh petani untuk usahatani cabe sebesar Rp

38.379.866,95 per hektar. Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani

untuk usahatani pare sebesar Rp 22.430.868,35 per hektar, (3) Dari uji t –

test diketahui bahwa t hitung ( 1,9980 ) > t tabel ( 0,0328 ). Ini berarti Hi

diterima, (4) dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendpatan

petani cabe > dari pendapatan usahatani pare atau usahatani cabe lebih

menguntungkan dari pada usahatani pare.

5
6

2. Ayu Lia Permata, Sudarma Widjaya, Achdiansyah Soelaiman (2017) judul

penelitian ini adalah Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sistem Tanam

Jajar Legowo Dengan Sistem Tegel di Kecamatan Seputih Mataram

Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbandingan struktur biaya usahatani padi sawah jajar legowo dan tegel

sistem tanam dan perbandingan pendapatan petani yang menerapkan

sistem jajar legowo dan tegel di Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten

Lampung Tengah. Penelitian ini menggunakan metode survei. Lokasinya

ditentukan secara purposive dimana sistem tanam jajar legowo dan tegel

dilaksanakan dan memiliki produksi padi tertinggi di Kabupaten Lampung

Tengah. Jumlah sampel 30 petani yang dipilih secara acak. Penelitian

dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai Mei 2016. Penelitian ini

menggunakan analisis rasio. Hasilnya menunjukkan bahwa biaya produksi

sistem tanam 'jajar legowo' lebih tinggi daripada sistem 'tegel' terutama

pestisida dan biaya tenaga kerja. Pendapatan usahatani padi dengan

sistem jajar legowo lebih besar dibandingkan dengan sistem tegel.

3. Alfin Wahid Annasaby (2007), judul penelitian ini adalah Analisis

Perbandingan Efisiensi Biaya Produksi Budidaya Ikan Lele Kolam Terpal

dengan Kolam permanen (Plester) Pada Home Industri Barokah di

Kabupaten Sidoarjo. Tujuan penelitian ini adalah Untuk membandingkan

tingkat efisensi biaya produksi kolam terpal dengan kolam permanen

(plester). Alat analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif

kualitatif yaitu menentukan biaya variabel (Variabel Cost / VC), biaya tetap

(Fixed Cost / FC), biaya semi variabel, menghitung tingkat penjualan, laba

bersih atau rugi bersih, menentukan efisiensi biaya produksi dari kolam

terpal dan kolam permanen (plester). Hasil analisa data yang di dapat

selama penelitian pada Analisis Perbandingan Efisiensi Biaya Produksi


7

Budidaya Ikan Lele Kolam Terpal Dengan Kolam Permanen (Plester) yaitu

tingkat efisiensi yang diperoleh yaitu E1 sebesar 1,39 untuk kolam terpal

dan E2 sebesar 1,35 untuk kolam permanen (plester). Maka kedua kolam

sama-sama menguntungkan dan efisien. Namun kolam terpal lebih efisien

dari pada kolam permanen (plester) karena E1 > E2 atau 1,39 > 1,35.

4. Notohatmodjo dan Aji (2015) Bonifasius Soehakso Notohatmodjo, judul

penelitian ini adalah Perbandingan Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele

Konsumsi dengan Metode Konvensional dan Metode Regulator Ekosistem

Pada Skala Rumah Tangga di Dusun Banjaran Kecamatan Tempuran

Kabupaten Magelang. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan

aspek teknis dan ekonomis usaha pembesaran ikan lele dengan metode

konvensional dan metode regulator ekosistem. Penelitian ini menggunakan

metode studi kasus Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan / Rapid Rural

Appraisal (RRA) dan melakukan wawancara dengan petani lele konsumsi.

Pada penelitian ini, topik data yang berhubungan dengan aspek teknis dan

ekonomis usaha menjadi panduan dalam pengumpulan data primer. Data

primer yang diperoleh dilakukan analisis dengan pendekatan perhitungan

keuntungan usaha, analisa titik impas dan jangka waktu pengembalian

investasi atas budidaya lele konsumsi yang dilakukan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa usaha pembesaran lele konsumsi dengan metode

konvensional dan metode regulator ekosistem memiliki tingkat keuntungan

usaha yang berbeda, pada pembesaran lele konsumsi dengan metode

konvensional diperoleh keuntungan usaha per periode (4 siklus/tahun)

sebesar Rp 6.376.720 (dengan 2 unit kolam) dan metode regulator

ekosistem diperoleh keuntungan usaha per periode (4 siklus/tahun)

sebesar Rp 14.707.720 (dengan 2 unit kolam). Investasi usaha

pembesaran lele konsumsi yang diperlukan sejumlah Rp 7.958.000


8

(metode konvensional) dan Rp 8.058.000 (metode regulator ekosistem).

Dengan metode konvensional; nilai titik impas tercapai pada saat

pendapatan mencapai Rp 16.365.911 dan panen produksi sejumlah

1.309,27 kg kemudian dengan metode regulator ekosistem; nilai titik impas

tercapai pada saat pendapatan mencapai Rp 9.680.800 dan panen

produksi sejumlah 774,5 kg. Jangka waktu pengembalian investasi dengan

metode konvensional adalah 15 bulan atau 5 siklus periode pembesaran

dan jangka waktu pengembalian investasi dengan metode regulator

ekosistem adalah 6 bulan atau 2 siklus periode pembesaran. Ditinjau dari

analisa kelayakan usaha maka usaha pembesaran lele konsumsi yang

layak untuk skala rumah tangga adalah menggunakan metode regulator

ekosistem.

5. Rahmadani 2014, judul penelitian ini adalah Analisis Biaya dan

Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional

dan Biofloc di Kota Depok (Studi Kasus di Pokdakan Mandiri Sangkuriang

dan PT Agro 165 Nusantara Jaya). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui biaya yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan lele

sangkuriang teknik tradisional dan biofloc, mengetahui pendapatan yang

diperoleh pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional

dan biofloc, menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele

sangkuriang dilihat dari R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point (BEP), dan

Payback Period (PP), mengetahui kelebihan dan kelemahan teknik

tradisional dengan biofloc pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif untuk mengetahui biaya yang

dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan

lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc dalam satu periode (3 bulan).
9

Alat analisis dalam penelitian ini yaitu analisis kelayakan usaha untuk

melihat sejauh mana usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk

dikembangkan menggunakan analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C

ratio), analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio), break even point

(BEP), payback period (PP). Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan

teknik tradisional dan biofloc pada pembesaran ikan lele sangkuriang

dengan mengolah data secara manual. Pengolahan data kuantitatif ini

menggunakan alat bantu kalkulator dan melalui program Microsoft Office

Excel 2007. Dari hasil analisis tersebut kita dapat mengetahui kelebihan

dan kelemahan teknik tradisional dengan biofloc dalam pembesaran ikan

lele sangkuriang dengan mengolah data secara manual. Hasil penelitian ini

yaitu 1) biaya yang dikeluarkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang

dalam satu periode menggunakan teknik tradisional pada 7 kolam bulat

berdiameter 1,70 m dengan menebar 7.000 ekor bibit sebesar Rp.

10.971.713 dan menggunakan teknik biofloc pada 5 kolam bulat

berdiameter 2,20 m dengan menebar 13.750 ekor sebesar Rp. 17.754.308.

2) Pendapatan yang diperoleh usaha pembesaran ikan lele sangkuriang

dalam satu periode menggunakan teknik tradisional pada 7 kolam bulat

berdiameter 1,70 m dengan menebar 7.000 ekor bibit sebesar Rp.

2.118.287 dan menggunakan teknik biofloc pada 5 kolam bulat berdiameter

2,20 m dengan menebar 13.750 ekor sebesar Rp. 4.763.692. 3) Pada

usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional nilai R/C ratio

sebesar 1,193, nilai B/C ratio sebesar 0,193, BEP volume sebesar 645 kg,

BEP harga sebesar Rp. 14.249, dan payback period dalam waktu 11 bulan

27 hari (4 periode). Pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik

biofloc nilai R/C ratio sebesar 1,268, nilai B/C ratio sebesar 0,268, BEP

volume sebesar 986 kg, BEP harga sebesar Rp. 14.192, dan payback
10

period dalam waktu 7 bulan 18 hari (3 periode). 4) Teknik biofloc pada

usaha pembesaran ikan lele sangkuriang lebih baik digunakan dari pada

teknik tradisional.

6. Purwanto dan Henny (2019) Ardi Purwanto, judul penelitian ini adalah

Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Pada Usaha Lele Dhumbo dan

Lele Sangkuriang dalam Satu Kali Priode di UD Very's Farm di Desa

Kebunagung Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pendapatan budidaya lele dumbo dan budidaya

lele sangkuriang dalam satu kali panen dan untuk mengetahui usaha

budidaya lele dhumbo dan lele sangkuriang efisien atau tidak efisien.

Pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini dengan menggunakan

metode wawancara dengan pemilik dan pengelolaan Very’s Farm. Metode

analisis yang digunakan adalah Analisis Biaya (Cash Total), Analisis

Penerimaan, Analisis Pendapatan, Analisis Efisiensi Usaha. Hasil analisis

menunjukkan pendapatan lele dhumbo per produksi dengan bibit yang di

gunakan 10.000 ekor sebesar Rp. 14.665.783, dan lele sangkuriang

sebesar Rp. 15.487.883, dengan tingkat efisiensi usaha lele dhumbo 1,09

dan lele sangkuriang 1,14 artinya usaha lele dhumbo dan lele sangkuriang

efisien.

7. Ardiansyah Dimas (2019) judul penelitian ini adalah Perbandingan Analisa

Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Secara Tradisional dan Semi Intensif

di Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis usaha pembesaran lele dumbo secara tradisional dan semi

intensif di Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan dan menganalisis

jenis usaha pembesaran lele dumbo yang dinilai lebih efisien, sehingga

dapat memenuhi permintaan pasar. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survei, peneliti melakukan treatment dalam


11

pengumpulan data, misalnya dengan menyebarkan kuesioner dan

wawancara terstruktur. Analisis yang digunakan adalah analisis break

event point, analisis penerimaan dan keseimbangan biaya (R/C ratio) dan

Payback Period (PP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika dihitung

berdasarkan BEP, pembesaran lele dumbo secara tradisional masih cukup

impas. Sedangkan rata-rata produksi BEP dapat dilihat pada semua biaya

yang ditanggung jika menjual ikan lele minimal 905 kg. Untuk perhitungan

R/C ratio, bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan

penerimaan sebesar Rp. 2.63 dan dinyatakan masih menguntungkan. Jadi

jika dihitung berdasarkan perhitungan PP, yang dalam jangka waktu sekitar

2 bulan modal usaha yang ditanamkan pada usaha ini akan kembali. Selain

pembesaran lele dumbo secara semi intensif yang dihitung melalui

perhitungan harga rata-rata BEP, pembesaran lele dumbo intensif ini tidak

memperoleh untung atau rugi/breakeven. Sedangkan mengacu pada

perhitungan produksi rata-rata BEP, pembesaran lele dumbo intensif ini

semua biaya yang harus ditanggung. Selain perhitungan R/C Ratio, dimana

setiap rupiah biaya yang dikeluarkan mengakibatkan akseptasi sebesar Rp.

1.18 dan bisnis ini tetap untung. Sedangkan besarnya nilai payback period

sekitar 17 bulan modal usaha yang ditanamkan pada usaha ini akan

kembali dan usulan investasi pembesaran lele dumbo semi intensif dapat

dilanjutkan.

8. Henni Febri Yanti, Satia Negara Lubis, Mozart B. Darus (2013) judul

penelitian ini adalah Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi

Kayu Menjadi Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di Kabupaten Serdang

Bedagai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses pengolahan

tepung mocaf dan tapioka, untuk menganalisis pendapatan pelaku usaha,


12

serta menganalisis dan membandingkan nilai tambah pengolahan tepung

mocaf dan tapioka di daerah penelitian. Lokasi penelitian terletak di

Kabupaten Serdang Bedagai yang ditentukan secara purposive dengan

jumlah sampel sebanyak 7 sampel. Data yang digunakan adalah data

primer dengan teknis wawancara langsung dengan menggunakan daftar

pertanyaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif,

analisis biaya dan pendapatan, dan analisis nilai tambah. Hasil analisis

menunjukkan bahwa pendapatan usaha pengolahan nilai tambah ubi kayu

menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingan pendapatan usaha

pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka.

9. Andika (2017) judul penelitian ini adalah Analisis Perbandingan

Pendapatan Usahatani Udang Windu dan Udang Vannamei Secara

Intensive di Desa Beurawang Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara

usahatani udang Windu dan udang Vannamei secara intensif di desa

Beurawang kecamatan Jeumpa kabupaten Bireuen. Metode analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus

analisis biaya, penerimaan, keuntungan, rumus uji t dengan menggunakan

SPSS. Dari hasil penelitian dan pengolahan data diketahui bahwa rata-rata

pendapatan bersih petani tambak udang Windu sebesar Rp. 664.675.191,-

/Ha per produksi. Sedangkan rata-rata pendapatan bersih petani tambak

udang Vannamei sebesar Rp. 686.079.773,-/Ha per produksi. Berdasarkan

hasil pengujian hipotesis terhadap perbandingan pendapatan usahatani

udang Windu dengan udang Vannamei secara intensif di desa Beurawang

kecamatan Jeumpa kabupaten Bireuen diperoleh nilai t hitung > t tabel

yaitu 2,897 > 2,086. Sama halnya pengujian dengan menggunakan


13

SPSS 17,0 diperoleh nilai sig < α yaitu 0,009 < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata pendapatan usahatani udang

Windu dengan udang Vannamei di desa Beurawang kecamatan Jeumpa

kabupaten Bireuen.

10. Mhd Riswan Hanafi, Thomson Sebayang, Yusak Maryunianta (2015) judul

penelitian ini adalah Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Sistem

Sri ( System of Rice Intensifiation) dengan Sistem Konvensional di

Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Tujuan

penelitian adalah untuk (1) Untuk menganalisis perbedaan penggunaan

input produksi (2) Untuk menganalisis perbedaan tingkat produksi (3) Untuk

menganalisis input yang berpengaruh terhadap hasil produksi padi (4)

Untuk menganalisis perbedaan biaya produksi (5) Untuk menganalisis

perbedaan pendapatan petani (6) Untuk menganalisis input yang

berpengaruh terhadap pendapatan petani pada usahatani padi sawah

sistem SRI dan sistem Konvensional di daerah penelitian. Metode

penelitian data untuk hipotesis (1), (2), (4), (5) menggunakan uji beda rata

– rata (uji – t), untuk hipotesis (3) dianalisis dengan menggunakan Fungsi

Produksi Coob-Douglas, dan hipotesis (6) dianalisis dengan Fungsi

Pendapatan persamaan regresi linier berganda menggunakan program

SPSS 16. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Penggunaan input

produksi sistem Konvensional lebih tinggi daripada sistem SRI (2) tingkat

produksi padi sistem SRI lebih tinggi daripada sistem Konvensional (3)

Benih dan pupuk Kompos berpengaruh terhadap produksi SRI, sedangkan

input yang mempengaruhi produksi sistem Konvensional adalah benih dan

Tenaga Kerja (4) biaya produksi SRI lebih tinggi daripada biaya produksi
14

sistem Konvensional (5) Pendapatan petani sistem SRI lebih tinggi

daripada sistem Konvensional (6) biaya Kompos dan tenaga kerja

mempengaruhi pendapatan petani SRI, sedangkan input yang

mempengaruhi pendapatan Konvensional adalah biaya benih dan tenaga

kerja.

11. S. Pd Made Ary Meitriana, M. Erg I. Ketut Dunia, I. Gusti Ayu Artayani

(2014) judul penelitian ini adalah Analisis Perbandingan Perolehan Laba

Bertani Tembakau dengan Bertani Sayur di Desa Pemaron, Kecamatan

Buleleng Kabupaten Buleleng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

(1) perbandingan biaya produksi bertani tembakau dan bertani sayur (2)

perbandingan pendapatan bertani tembakau dan bertani sayur, dan (3)

perbandingan perolehan laba atau rugi bertani tembakau dan bertani sayur

di Desa Pemaron. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah petani tembakau dan petani sayur di

Desa Pemaron. Objek penelitian ini adalah biaya produksi, pendapatan,

dan laba atau rugi bertani tembakau dengan bertani sayur. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi dan

wawancara. Dianalisis dengan analisis deskriftif kuantitatif dengan

menghitung perbandingan biaya produksi, pendapatan, dan laba atau rugi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perbandingan biaya produksi

bertani tembakau dan bertani sayur di Desa Pemaron tahun 2013 sebesar

Rp 37.638.000,00. Hal ini dapat dilihat dari biaya produksi bertani

tembakau sebesar Rp 46.447.000,00 per hektar, sedangkan biaya produksi

bertani sayur sebesar Rp 8.809.000,00 per hektar. (2) Perbandingan

Pendapatan bertani tembakau dan bertani sayur di Desa Pemaron tahun

2013 sebesar Rp 35.000.000,00. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan


15

bertani tembakau Rp 53.000.000,00 per hektar, sedangkan pendapatan

bertani sayur Rp 18.000.000,00 per hektar. (3) Perbandingan Laba bertani

tembakau dan bertani sayur di Desa Pemaron tahun 2013 sebesar Rp

2.658.000,00. Hal ini dapat dilihat dari laba bertani tembakau Rp

6.533.000,00 per hektar, sedangkan laba bertani sayur Rp 9.191.000,00

per hektar.

12. Wiwit Widyawati (2018) judul penelitian ini adalah Analisis Perbandingan

Biaya dan Pendapatan Usahatani Tebu Sistem Tanam Rawat Ratoon pada

Lahan Sawah dan Lahan Tegal di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalsisis perbandingan biaya dan pendapatan usahatani tebu

rawat ratoon pada lahan sawah dan lahan tegal di Kabupaten Malang,

Pasuruan, Lumajang dan Situbondo Provinsi Jawa Timur. Penentuan

sample pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

dimana total petani tebu lahan sawah dan tegal di Kabupaten Malang,

Pasuruan, Lumajang dan Situbondo di Provinsi Jawa Timur adalah

sebanyak 54 orang petani tebu dengan teknik budidaya rawat ratoon yang

terdiri dari 19 petani lahan sawah dan 35 petani tebu lahan tegal. Data

dianalisis menggunakan metode analisis uji beda t-test. Hasil analisis

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan biaya dan pendapatan yang

signifikan antara USAtani tebu rawat ratoon pada lahan sawah dan lahan

tegal pada Kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang dan situbondo. Biaya

total rata – rata per hektar per musim tanam yang dikeluarkan petani tebu

rawat ratoon pada lahan sawah lebih besar dibandingkan pada biaya total

usahatani tebu rawat ratoon pada lahan tegal. Usahatani tebu rawat ratoon

pada lahan sawah lebih menguntungkan dibandingkan usahatani tebu

rawat ratoon pada lahan tegal. Diperlukan intervensi pemerintah dalam hal
16

fasilitasi pemeliharaan saluran serta fasilitasi penyediaan dan akses petani

dalam memperoleh sarana produksi pertanian dan modal dalam rangka

meningkatkan efisiensi usahatani petani tebu.

13. Ayu Citra Asri, Agus Sutanto, Dina Ruslanjari (2012) judul penelitian ini

adalah Studi Komparatif Pendapatan Petani Semangka dan Petani Padi

(Studi Kasus Desa Pilang dan Desa Sidodadi Kecamatan Masaran

Kabupaten Sragen). Tujuan dari penelitian:(1) mengetahui besarnya

pendapatan bersih petani semangka dan padi; (2) mengidentifikasi faktor-

faktor yang berpengaruh pada usahatani semangka dan padi; (3)

mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang diperoleh petani dalam

usahatani semangka dan padi. Metode yang digunakan dalam penelitian

adalah metode survei yang mengambil lokasi di Desa Pilang dan Desa

Sidodadi Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen dengan melakukan

wawancara menggunakan kuesioner dan observasi. Pengujian hipotesis

menggunakan tabel silang, tabel frekuensi, dan analisis regresi berganda.

Teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik regresi berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa (1) t hitung 3,589 > t tabel (t0,05(60) =

1,671) yang berarti terdapat perbedaan rerata pendapatan bersih dengan

perbandingan 4:1 sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani semangka dan

padiditerima; (2) luas lahan merupakan faktor produksi yang berpengaruh

kuat terhadap pendapatan USAhatani semangka dan padi (3) manfaat dan

biaya usahatani semangka dan padi lebih dari 1.

14. Aulia Wulandari, Salmiah, dan Tavi Supriana (2013) judul penelitian ini

adalah Analisis Komparasi Usahatani Ternak Ayam Potong Rakyat dengan

Ternak Ayam Potong Kemitraan (Studi Kasus: Kec.Dolok Batu Nanggar


17

dan Kec.Bandar Huluan Kab.Simalungun). Tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui ketersediaan input produksi, menganalisis perbandingan biaya

produksi serta penerimaan pada usaha ternak ayam potong rakyat dengan

kemitraan, menganalisis perbandingan pendapatan bersih pada usaha

ternak ayam potong rakyat dengan kemitraan di daerah penelitian,

mengetahui perbandingan jumlah tenaga kerja pada usaha ternak ayam

potong rakyat dengan kemitraan, serta mengetahui apakah usaha ternak

ayam potong layak diusahakan secara finansial, dan mana yang lebih

tinggi kelayakannya. Penelitian dilakukan pada bulan November 2012.

Metode yang digunakan adalah analisis statistik uji beda rata-rata atau t-

hitung (Independent Sampel T-Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ketersediaan input produksi untuk masing-masing peternak tersedia

dengan baik di daerah penelitian. Biaya produksi, penerimaan, dan

pendapatan peternak kemitraan lebih tinggi dari peternak rakyat. Jumlah

tenaga kerja yang digunakan lebih besar pada peternak kemitraan. Kedua

usaha ternak ayam potong sama-sama layak untuk diusahakan menurut

kriteria kelayakan R/C Ratio dan BEP, dimana nilai R/C Ratio lebih tinggi

pada peternak rakyat sedangkan BEP lebih tinggi pada peternak

kemitraan.

15. Yanter Hutapea, Suparwoto, dan Waluyo (2018) judul penelitian ini adalah

Analisis Perbandingan Pendapatan Penangkaran Benih Padi pada Tiga

Agroekosistem di Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan anggota dari

usaha penangkaran benih padi, menganalisis pendapatan yang diterima

oleh anggota di agroekosistem irigasi, tadah hujan dan lebak Sumatera

Selatan. Penarikan contoh secara acak berlapis tak berimbang terdiri dari
18

15 petani di Kelompok Tani Usaha Bersama Desa Tulus Ayu Kabupaten

OKU Timur mewakili Agroekosistem Irigasi, 16 petani pada Unit pengolah

benih Widhatama Desa Lubuk Seberuk Kabupaten OKI mewakili

Agroekosistem Tadah Hujan dan 15 petani di Kelompok Usaha Bersama

Agribisnis (KUBA) Maju Bersama di Desa Sako Kabupaten Banyuasin

mewakili agroekosistem lebak. Analisis data menggunakan regresi linier

berganda dan uji T (uji kesamaan dua rata-rata). Hasil kajian menunjukkan

bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan penangkaran

padi anggota adalah produktivitas calon benih dan dummy agroekosistem

irigasi. Pendapatan anggota kelompok dari penangkaran benih padi

ternyata elastis terhadap Perubahan produktivitas calon benih, dan tidak

elastis terhadap Perubahan biaya produksi, luas sawah dikelola, jumlah

anggota keluarga terlibat usahatani padi dan dummy agroekosistem.

Pendapatan penangkaran benih padi tertinggi diperoleh anggota di

agroekosistem tadah hujan (Rp 18.949.280/ha), sedangkan pendapatan

unit pengolah benih tertinggi diperoleh di agroekosistem lebak (Rp

10.997.560/ha).benih padi, pendapatan, agroekosistem.

16. Fauzi (2016) judul penelitian ini adalah Analisis Perbandingan Biaya dan

Pendapatan Pengguna Pupuk Oraganik dan Anorganik pada Usahatani

Padi Sawah Irigasi di Desa Rambah Tengah Hilir Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya

dan pendapatan dengan pupuk organik dan anorganik pada usahatani

padi sawah irigasi di Desa Rambah Tengah Hilir Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu. Penentuan sampling dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling dimana responden yang dipilih

adalah 20 orang petani padi dengan pupuk organik dan 20 orang petani
19

padi dengan pupuk anorganik di Desa Rambah Tengah Hilir Kecamatan

Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi dan wawancara. Data penelitian dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa biaya total per hektar dan per kg output per musim

tanam usahatani padi organik yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan

usahatani padi anorganik, nilai R-C rasio usahatani padi organik lebih

besar dibandingkan usahatani padi anorganik. Hal ini menunjukkan bahwa

usahatani padi organik lebih menguntungkan daripada usahatani padi

anorganik. Saran yang diajukan adalah usahatani padi organik sama-sama

layak untuk diusahakan, namun usahatani padi organik lebih

menguntungkan daripada usahatani padi anorganik.

17. Sheila Almaida, Dian Wijayanto, Abdul Ghofar (2015) judul penelitian ini

adalah Analisis Perbandingan Pendapatan Nelayan Bubu Desa

Betahwalang dengan Pola Waktu Penangkapan Berbeda. Tujuan dari

penelitian ini adalah mengetahui aspek teknis perikanan rajungan dengan

alat tangkap bubu; menganalisis produksi, biaya, pendapatan dan

keuntungan nelayan bubu di Desa Betahwalang; dan mengestimasi

dampak pola waktu penangkapan yang berbeda terhadap produksi, biaya,

pendapatan dan keuntungan nelayan bubu di Desa Betahwalang. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang bersifat kualitatif

dan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan uji t

(paired sample t test) dengan asumsi uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai residual data produksi, biaya,

pendapatan dan keuntungan memiliki varians yang sama dan terdistribusi

normal (uji normalitas dan uji homogenitas). Pola waktu penangkapan yang
20

digunakan dalam penelitian ini adalah 12 bulan (313 trip), 11 bulan (287

trip), 10 bulan (261 trip) dan 9 bulan (234 trip). Estimasi perhitungan

terhadap produksi, biaya dan pendapatan nelayan bubu di Desa

Betahwalang diperoleh nilai tertinggi pada 12 bulan penangkapan, akan

tetapi keuntungan maksimal yang diperoleh nelayan bubu di Desa

Betahwalang terdapat pada 10 bulan penangkapan.

2.2 Landasan Teori

Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Reed (2011:358) mengatakan bahwa setiap hari orang-orang akan

membuat keputusan. Secara umum, menurut Schiffman & Kanuk

(2008:485) keputusan adalah seleksi terhadap dua atau lebih alternatif

pilihan. Dengan kata lain untuk membuat keputusan harus terdapat

alternatif pilihan.

Menurut Davis keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang

dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang

pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab

pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dalam

perencanaan. Keputusan dapat berupa tindakan terhadap pelaksanaan

yang menyimpang dari rencana semula (Hasan, 2002:9).

Follet menyebutkan keputusan adalah suatu atau sebagai hukum

situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua

yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya

atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah.

Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum

situasi (Hasan, 2002:9).


21

Keputusan menurut Stoner adalah pemilihan di antara alternatif-

alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu:

a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.

b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.

c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan

pada tujuan tersebut (Hasan, 2002:9).

2. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Hasan (2002:14) dalam pengambilan keputusan ada beberapa

faktor atau hal yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut antara lain posisi

atau kedudukan, masalah, situasi, kondisi dan tujuan.

a. Posisi/kedudukan

Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan sesorang

dapat dilihat dalam hal berikut.

1) Letak posisi; dalam hal ini apakah ia sebagai pembuat keputusan,

penentu keputusan, ataukah yang menjalani.

2) Tingakatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy,

peraturan, organisasional, operasional, teknis.

b. Masalah

Masalah adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan,

yang merupakan penyimpangan dari pada apa yang diharapkan,

direncanakan, atau dikehendaki dan harus diselesaikan.

c. Situasi

Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan

satu sama lain dan yang secara sama-sama memancarkan pengaruh

terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.

d. Kondisi
22

Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama

menentukan gaya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian

beasar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.

e. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit

(kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah

tertentu/telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan

keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.

Menurut Terry (dalam Hasan, 2002:16), faktor-faktor yang berpengaruh

dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Hal-hal yang berwujud dan tak berwujud, yang emosional maupun yang

rasional.

b. Tujuan organisasi. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan

sebagai bahan dalam pencapaian tujuan dari organisasi.

c. Orientasi. Keputusan yang diambil tidak boleh memiliki orientasi kepada diri

pribadi, tetapi harus lebih berorientasi kepada kepentingan organisasi.

d. Alternatif-alternatif tandingan. Jarang sekali ada satu pilihan yang betul-

betul memuaskan, karenanya, harus dibuat alternatif-alternatif tandingan.

e. Tindakan. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental, karenanya

harus diubah menjadi tindakan fisik.

f. Waktu. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan waktu dan proses

yang lebih lama.

g. Kepraktisan. Dalam pengambilan keputusan diperlukan pengambil

keputusan yang praktis untuk memperoleh hasil yang optimal (lebih baik).

h. Pelembagaan. Setiap keputusan yang diambil harus dilembagakan, agar

dapat diketahui tingkat kebenarannya.

i. Kegiatan berikutnya. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan


23

dari serangkaian mata rantai kegiatan berikutnya.

Menurut Millet (dalam Hasan, 2002:16) faktor-faktor yang berpengaruh

dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

a. Pria dan wanita. Pria pada umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan

cepat mengambil keputusan dan wanita umumnya relatif lebih lambat dan

sering ragu-ragu.

b. Peranan pengambil keputusan. Peranan bagi orang yang mengambil

keputusan itu perlu diperhatikan, mencakup kemampuan mengumpulkan

informasi, kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan,

kemampuan menggunakan konsep yang cukup luas tentang perilaku

manusia secara fisik untuk memperkirakan perkembangan-perkembangan

hari depan yang lebih baik.

c. Keterbatasan kemampuan. Perlu disadari adanya kemampuan yang

terbatas dalam pengambilan keputusan di bidang manajemen, yang dapat

bersifat institusional ataupun bersifat pribadi.

Faktor‐faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan

individual dapat dibedakan menjadi dua faktor utama, (Moordiningsih dan

Faturochman, 2006:6) yaitu :

a. Faktor internal, yang berasal dari dalam individu Faktor internal

meliputi kreativitas individu, persepsi, nilai‐nilai yang dimiliki individu,

motivasi dan kemampuan analisis permasalahan.

b. Faktor eksternal, yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal

meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan, informasi dan

komunitas individu saat mengambil keputusan, seperti peran

pengaruh sosial maupun peran kelompok


24

3. Proses Pengambilan Keputusan

Lahirnya suatu keputusan tidak serta serta merta berlangsung secara

sederhana begitu, sebab sebuah keputusan itu selalu saja lahir

berdasarkan dari proses yang memakan waktu, tenaga dan pikiran hingga

akhirnya terjadinya suatu pengkristalan dan lahirlah keputusan tersebut.

Saat pengambilan keputusan adalah saat dimana kita sepenuhnya memilih

kendali dalam bertindak sedangkan saat kejadian tak pasti adalah saat

dimana sesuatu di luar diri kitalah yang menentukan apa yang akan terjadi

artinya kendali diluar kemampuan kita. Selanjutnya yang dianggap penting

adalah pertanggungjawaban dari keputusan itu sendiri kepada pihak yang

berkepentingan (Fahmi, 2011:4).

Menurut Stephen Robbins dan Marry Coulter (dalam Fahmi, 2011:5)

proses pengambilan keputusan merupakan serangkaian tahap yang terdiri

dari delapan langkah yaitui:

a. Mengidentifikasi Masalah

b. Mengidentifikasi Kriteria Keputusan

c. Memberi Bobot Pada Kriteria

d. Mengembangkan Alternatif-alternmatif

e. Menganalisis Alternatif

f. Memilih Satu Alternatif

g. Melaksanakan Alternatif tersebut

h. Mengevaluasi Efektivitas Keputusan

2.2.1 Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan menciptakan, menghasilkan, dan


25

membuat. Kegiatan produksi tidak dapat dilakukan jika tidak ada bahan

yang akan 27 digunakan untuk melakukan proses produksi itu sendiri.

Untuk bisa melakukan produksi, maka harus memenuhi faktor-faktor

produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian

keusahawan. Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai

atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktorfaktor

produksi. Teori produksi modern menambahkan unsur teknologi sebagai

salah satu bentuk dari elemen input (Salvator, 2005). Keseluruhan unsur-

unsur dalam elemen input tadi selanjutnya dengan menggunakan teknik-

teknik atau caracara tertentu, diolah atau diproses sedemikian rupa untuk

menghasilkan sejumlah output tertentu.


26

Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas

ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan

pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai

aktivitas dalam menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi

tertentu untuk mengolah atau memproses input sedemikian rupa agar

memberikan nilai tambah (Sukirno, 2003). Suatu proses produksi dapat

dikatakan tepat jika proses produksi tersebut efisien. Artinya, dengan sejumlah

input tertentu dapat menghasilkan output yang maksimum. Atau, untuk

menghasilkan output tertentu digunakan input minimum. Dalam memutuskan

barang yang akan dihasilkan, produsen selalu bertindak rasional (Soeharno,

2013).

2.2.2 Pendapatan

1. Definisi Pendapatan

Pendapatan adalah sejumlah penghasilan yang diperoleh masyarakat atas

prestasi kerjanya dalam periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan

maupun tahunan (Sukirno, 2006). Rahardja dan Manurung (2001)

mengemukakan pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang)

seseorang atau suatu rumah tangga dalam periode tertentu. Berdasarkan kedua

definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan penghasilan

yang diterima oleh masyarakat berdasarkan kinerjanya, baik pendapatan uang

maupun bukan uang selama periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan

maupun tahunan.

Mankiw (2013) menyebutkan bahwa pendapatan dirumuskan sebagai hasil

perkalian antara jumlah unit yang terjual dengan harga per unit. Apabila

dirumuskan secara matematis maka hasilnya adalah:


27

TR = P x Q

Dimana :

TR = total revenue

P = price

Q = quantity

Dengan demikian pendapatan penjual diperoleh dari seberapa banyak

jumlah barang yang terjual dengan harga yang telah disepakati antara penjual

dan pembeli. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pendapatan pedagang pasar adalah pendapatan yang diterima atas jumlah

barang yang terjual dikalikan dengan hgarga per unit barang tersebut menurut

jenis-jenis dagangannya.

2. Jenis-jenis Pendapatan

Rahardja dan Manurung (2001) membagi pendapatan menjadi tiga bentuk,

yaitu:

a. Pendapatan Ekonomi

Pendapatan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh seseorang atau

keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanpa mengurangi

atau menambah asset bersih. Pendapatan ekonomi meliputi upah, gaji,

pendapatan bunga deposito, pendapatan transfer dan lain-lain.

b. Pendapatan Uang

Pendapatan uang adalah sejumlah uang yang diperoleh seseorang atau

keluarga pada suatu periode sebagai balas jasa terhadap factor produksi

yang diberikan. Misalnya sewa bangunan, sewa rumah, dan lain

sebagainya.
28

c. Pendapatan Personal

Pendapatan personal adalah bagian dari pendapatan nasional sebagai hak

individu-individu dalam perkonomian, yang merupakan balas jasa terhadap

keikutsertaan individu dalam suatu proses produksi.

Menurut cara perolehannya, pendapatan dibedakan menjadi 2 Tohar

(2003) :

a. Pendapatan kotor, yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi

dengan pengeluaran biaya-biaya

b. Pendapatan bersih, yaitu pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi

dengan pengeluaran biaya-biaya

3. Sumber-Sumber Pendapatan

Rahardja dan Manurung (2001) menyebutkan bahwa terdapat tiga sumber

pendapatan keluarga, yaitu :

a. Gaji dan Upah

Pendapatan dari gaji dan upah merupakan pendapatan sebagai balas jasa

yang diterima seseorang atas kesediaannya menjadi tenaga kerja pada

suatu organisasi.

b. Asset Produktif

Pendapatan dari asset produktif adalah pendapatan yang diterima oleh

seseorang atas asset yang memberikan pekmasukan sebagai balas jasa

atas penggunaannya.

c. Pendapatan dan Pemerintah

Pendapatan dari pemerintah merupakan penghasilan yang diperoleh

seseorang bukan sebgai balas jasa atas input yang diberikan.


29

4. Tingkat Pendapatan

Ariyani dan Purwantini (2006) menyebutkan bahwa tingkat pendapatan

seseorang digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

a. Golongan yang berpenghasilan rendah, yaitu pendapatan rata-rata

Rp.150.000 per bulan

b. Golongan berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan rata-rata antara

Rp.150.000 – Rp. 450.000 per bulan

c. Golongan berpenghasilan menengah, yaitu pendapatan rata-rata antara

Rp.450.000 – Rp.900.000 per bulan

d. Golongan yang berpenghasilan tinggi, yaitu rata-rata pendapatan per bulan

lebih dari Rp.900.000

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Swastha (2008) menyebutkan bahwa terdapat beberapa factor yang

mempengaruhi pendapatan penjual, yaitu:

a. Kemampuan pedagang, yaitu mampu tidaknya seorang pedagang dalam

mempengaruhi pembeli untuk membeli barang dagangannya dan

mendapatkan penghasilan yang diharapkan.

b. Kondisi pasar, berhubungan dengan keadaan pasar, jenis pasar, kelompok

pembeli di pasar tersebut, lokasi berdagang, frekuensi pembeli dan selera

pembeli dalam pasar tersebut.

c. Modal, setiap usaha memerlukan modal yang digunakan untuk operasional

usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimal. Dalam kegiatan

penjualan, semakin banyak jumlah barang yang dijual maka keuntungan

akan semakin tinggi. Apabila ingin meningkatkan jumlah barang yang dijual

maka pedagang harus membeli barang dalam jumlah yang besar. Oleh

karena itu diperlukan tambahan modal untuk membeli barang dagangan


30

tersebut sehingga daopat meningkatkan pendapatan.

d. Kondisi organisasi usaha, semakin besar usaha dagang akan memiliki

frekuensi penjualan yang juga semakin tinggi, sehingga keuntungan akan

semakin besar.

e. Faktor lain, misalnya periklanan dan kemasan produk yang dapat

mempengaruhi pendapatan penjual.

2.2.3 Jenis Pakan Lele

1. Pakan Lele

Sarana produksi kedua yang harus disediakan dalam pembesaran lele

sangkuriang adalah pakan. Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan

kepada hewan ternak (baik berupa bahan organik maupun anorganik) yang

sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatannya. Zat

pakan adalah bagian dari bahan pakan yang dapat dicerna, dapat diserap dan

bermanfaat bagi tubuh (ada 6 macam zat pakan: air, mineral, karbohidrat, lemak,

protein dan vitamin). Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi

tertentu untuk kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan

sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh (Mudjiman 2008).

a. Pakan komersial, pakan pelet/buatan adalah pakan yang dibuat dari

campuran bahan – bahan alami atau bahan olahan yang dilakukan proses

pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya

tarik/rangsangan terhadap ikan untuk memakannya. Pembuatan pakan

didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrient ikan, kualitas bahan

baku, dan nilai ekonomisnya.Salah satu pakan ikan buatan yang paling

banyak dijumpai di pasaran adalah pelet (Mahyudin 2008). Pakan pelet

komersial yang digunakan memiliki kandungan pakan yaitu 33% protein,

5% lemak, 6% karbohidrat. Fungsi dari pakan utama sendiri yaitu untuk


31

pemeliharaa, menunjang aktifitas metabolisme serta untuk

pertumbuhan.Penggunaan pakan buatan sendiri dapat memperoleh

banyak keuntungan, antara lain dapat meningkatkan produksi melalui

metode padat penebaran yang tinggi dengan waktu pemeliharaan yang

lebih pendek (Mahyudin 2008).

b. Pakan fermentasi merupakan pakan yang mampu mengurai senyawa

kompleks menjadi yang sederhana dan sejumlah mikroorganisme yang

mampu mensintesa vitamin dan asam – asam amino yang dibutuhkan oleh

hewan akuatik sehingga siap digunakan untuk pakan ikan (Irianto and

Soesilo 2007). Fermentasi itu sendiri adalah memecah bahan – bahan

yang tidak mudah / sulit dicerna oleh ikan seperti selulosa menjadi gula

sederhana yang mudah dicerna dengan 7 bantuan mikroorganisme. Enzim

yang dihasilkan dalam proses fermentasi dapat memperbaiki nilai nutrisi,

pertumbuhan, serta meningkatkan daya cerna serat kasar, protein dan

nutrisi pakan lainnya (Winarno dalam Amarwati et al., 2015).

c. Pakan alami merupakan makanan yang keberadaannya tersedia di alam

dan diberikan dalam bentuk aslinya yang langsung dapat dimakan oleh

ikan. (Buwono 2000 dalam Apriani 2019:56)

2. Kelebihan dan kekurangan Pakan

a. Pakan pelet komersial, pakan pelet komersial (pakan buatan) merupakan

pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan kebutuhan

pembuatnya. Pembuatan pakan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan

nutrisi, kualitas bahan baku, serta nilai ekonomis. Adapun keuntungan dan

kelemahan menggunakan pakan komersial antara lain adalah memiliki

kandungan nutrisi yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan ikan, lebih

tahan lama dan bentuk serta ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan

(Almaududy 2006). Kelemahan dalam pakan buatan ini adalah memerlukan


32

lebih banyak biaya untuk pembeliannya, perlunya adaptasi agar mau

dimakan oleh ikan jika respon ikan kurang dan formula pakan kurang tepat

hanya menjadi limbah yang akan mengotori lingkungan media budidaya

(Almaududy 2006).

b. Pakan fermentasi, keuntungan menggunakan pakan yang difermentasikan

dengan EM4 dan Mollase yaitu mampu memecah bahan yang sulit dicerna

oleh ikan seperti selulosa menjadi gula sederhana, tekstur pelet lebih

lembut, merangsang nafsu makan ikan, dapat memperbaiki nilai nutrisi,

meningkatkan daya cerna serat kasar, protein dan nutrisi pakan lainnya

(Winarno dalam Amarwati et al., 2015). Fermentasi pakan juga dapat

menekan niali FCR hingga 0,0997 pada pemeliharaan ikan lele dumbo

yang diberi 8 pakan pelet komersial yang difermentasikan menggunakan

probiotik probiofish (Negara 2015). Kekurangan dari pakan fermentasi ini

adalah tidak bisa menjamin kelangsungan hidup dari ikan yang dipelihara.

Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi faktor dari dalam dan faktor dari luar

ikan. Faktor dari dalam terdiri dari umur dan kemampuan ikan dalam

menyesuaikan/adaptasi diri dengan lingkungan budidaya, faktor dari luar

terdiri dari kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, dan sifat – sifat biologis

lainnya terutama yang berhubungan dengan penanganan dan

penangkapan (Armiah 2010).

c. Pakan alami, kelebihan dari pakan alami mempercepat laju pertumbuhan

ikan karena kandungan gizi yang cukup tinggi, mudah dicerna, dan

gerakan pakan menarik perhatian ikan. (Buwono, 2000 dalam Apriani

2019:56) Dalam proses budidaya ikan khususnya pada kegiatan

pembesaran, faktor yang terpenting adalah ketersediaan pakan dalam

jumlah yang cukup, dan harus mengandung seluruh nutrient yang

diperlukan, yakni karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin dalam


33

jumlah yang cukup dan seimbang. Kondisi tersebut sangat dibutuhkan bagi

usaha bidang budidaya perikanan (Kordi, 2009). Kekurangan pakan alami

memerlukan waktu yang lebih lama karena untuk bisa menghasilkan pakan

alami dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan memerlukan tenaga

dan waktu untuk menumbuhkannya. Kecepatan laju pertumbuhan ikan

sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta

kondisi lingkungan hidupnya. Apabila pakan yang diberikan berkualitas

baik, jumlahnya mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung maka

dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan menjadi cepat sesuai yang

diharapkan. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan berkualitas jelek,

jumlahnya tidak mencukupi dan kondisi lingkungannya tidak mendukung

dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat (Amri dan Khairuman

2013)

3. Probiotik

Probiotik akuakultur dikenal sebagai bakteri yang mampu memperbaiki

kualitas air, meningkatkan daya tahan tubuh ikan, meningkatkan kelancaran

pencernaan ikan dan dikenal sebagai bakteri yang mampu meningkatkan

pertumbuhan pada ikan (Putra 2010). Probitoik merupakan bahan tambahan

(feed additive) yang mengandung sejumlah bakteri (mikroba) yang memberikan

efek menguntungkan bagi kesehatan ikan karena dapat memperbaiki

keseimbangan mikroba intestinal, sehingga memberikan keuntungan

perlindungan, proteksi penyakit dan perbaikan daya cerna.Probiotik juga dapat

mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit

pathogen (Putra 2010).

4. Limbah Usus Ayam

Limbah usus ayam, jarang sekali dimanfaatkan kembali, akibatnya limbah

tersebut bisa mencemari lingkungan dan menimbulkan aroma tidak sedap. Selain
34

itu kandungan nutrisi limbah usus ayam masih sangat tinggi (Suhendra, 2014).

Limbah usus ayam memiliki kandungan gizi yang cukup potensial. Kandungan

gizi dalam usus ayam dijelaskan pada tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Kandungan Gizi Usus Ayam per 100 gr

Zat Gizi Nilai


Energi (kkal) 130
Protein (g) 14
Lemak (g) 7,2
Karbohidrat (g) 1,5
Vitamin A (IU) 62
Vitamin B1 (mkg) 0,1
Kalsium (mg) 14
Besi (mg) 4
Seng (mg) 1,4
Fosfor (mg) 115
Kalium (mg) 15
Kolesterol (mg) 110
Sumber: Syahrizal, Muhammad, dan Adri (2019)

2.3 Kerangka Pemikiran

Budidaya ikan lele adalah suatu kegiatan dimana orang memelihara ikan

lele untuk kemudian dijual. Ikan lele relatif mudah dibudidayakan di perairan iklim

hangat, sehingga dapat menyuplai makanan yang murah bagi pasar setempat.

Ikan lele dapat dibudidayakan di kolam tembok, tanah, terpal, dan juga di tangki,

maupun di sungai kecil.

Budidaya ikan lele sangat diminati para peternak karena pasarnya yang

terus berkembang. Budidaya ikan lokal yang digemari masyarakat setempat

perlu diutamakan jika tujuan kegiatannya adalah untuk meningkatkan produksi

makanan serta meningkatkan gizi masyarakat di daerah tersebut. Oleh karena

itu, informasi tentang biologi umum ikan lokal yang akan dibudidayakan

merupakan data awal yang di perlukan dalam perencanaan.

Peternak ikan lele di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, dominan

menggunakan pakan komersil (pelet). Pemberian pakan buatan seperti pakan

komersil umumnya dikarenakan ketersediaanya di pasaran. Namun pakan


35

komersil terkadang belum mampu meningkatkan bobot tubuh ikan secara

signifikan. Oleh karena itu dibutuhkan pakan kombinasi yang mampu

meningkatkan bobot tubuh ikan secara signifikan serta meningkatkan sintasan

hidup ikan. Pakan kombinasi yang dapat digunakan adalah dengan

memfermentasi pakan. Salah satu fermentor yang dapat dijadikan bahan

fermentasi pakan pada ikan adalah probiotik.

Lele termasuk hewan omnivora yang cukup rakus juga bersifat kanibal

sehingga akan membutuhkan cukup banyak pakan agar sifat kanibalnya tidak

muncul, akibatnnya ongkos produksi juga meningkat. Untuk menyiasati hal

tersebut, dibutuhkan pakan alternatif yang terjangkau namun memiliki cukup

protein guna perkembangan lele dan mengurangi sifat kanibalismenya. Banyak

cara yang telah dilakukan untuk mengurangi biaya pakan, diantarannya

penggunaan pakan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan

lele adalah limbah usus ayam karena banyak mengandung nutrisi yang masih

sangat tinggi.

Usahatani yang dilakukan peternak lele di Kecamatan Diwek Kabupaten

Jombang, masing-masing menghasilkan penerimaan dan memerlukan

pengeluaran yang berbeda. Perhitungan penerimaan dalam penelitian ini adalah

selisih antara total penerimaan dengan total biaya usahatani. Besar kecilnya

penerimaan petani dalam berusahatani dipengaruhi oleh jumlah produksi yang

dihasilkan dalam satu kali periode atau panen, harga jual produk, serta jenis

pakan yang di gunakan. Pengeluaran peternak terdiri dari total biaya produksi.

Total biaya produksi yaitu biaya tetap dan biaya variable yang berhubungan

dengan kegiatan usahatani. Perbedaan hasil produksi, penerimaan dan

pengeluaran masing-masing usahatani menunjukkan bahwa tingkat

kesejahteraan peternak lele tersebut juga berbeda.

Perhitungan pendapatan dilakukan pada masing-masing peternak lele


36

dengan menggunakan parameter analisia usaha yaitu, Pendapatan, Break Event

Point (BEP), dan Revenue Cost (R/C). Selanjutnya hasil dari parameter analisa

usaha tersebut dapat dilakukan perbandingan antara peternak lele yang

menggunakan pakan pelet, pakan fermentasi dan pakan alami terhadap hasil

produksi dan besarnya pendapatan peternak lele di Kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang. Berikut merupakan kerangka pemikiran dari penelitian

“Analisis Perbandingan Pakan Pelet dan Pakan Fermentasi dengan Pakan Alami

Terhadap Hasil Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele (Studi

Kasus Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang)” :

Peternak Lele di Kecamatan Diwek


Kabupaten Jombang

Pakan Pelet Pakan Fermentasi Pakan Alami

• Hasil • Hasil • Hasil


Produksi Produksi Produksi
• Besar • Besar • Besar
Pendapatan Pendapatan Pendapatan

➢ Keuntungan ➢ Keuntungan ➢ Keuntungan


➢ Break Event Point ➢ Break Event Point ➢ Break Event Point
(BEP) (BEP) (BEP)
➢ Revenue Cost ➢ Revenue Cost ➢ Revenue Cost
(R/C) (R/C) (R/C)

Perbandingan Pakan Pelet dengan Pakan Fermentasi dan


Pakan Alami Terhadap Hasil Produksi dan Pendapatan Usaha
Ikan Lele

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian


III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Provinsi

Jawa Timur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan

bahwa daerah tersebut merupakan daerah hasil produksi lele terbesar di wilayah

Kabupaten Jombang. Tingkat kesejahteraan peternak lele di daerah tersebut

berbeda dilihat dari hasil produksi dan besarnya pendapatan. Maka dengan

menganalisis perbandingan pakan terhadap hasil produksi dan besarnya

pendapatan akan diketahui peternak lebih sejahterah ketika menggunakan pakan

pelet, pakan fermentasi atau pakan alami. Sehingga peternak lele yang kurang

sejahterah dapat melakukan usaha usaha untuk meningkatkan produksi

usahataninya yang nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan

kesejahteraan rumah tangganya.

Penentuan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2016). Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peternak lele yang menggunakan

pakan pelet, pakan fermentasi, dan pakan alami yang berada di Kecamatan

Diwek.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono 2016). Responden dalam penelitian ini yaitu

peternak lele yang menggunakan pakan pelet, pakan fermentasi dan pakan alami

yang berada di Kecamatan Diwek. Teknik pengambilan data sampel ini biasanya

didasarkan oleh pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu, tenaga

dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Adapun

37
38

cara dalam penentuan responden, penulis menggunakan cara Quota sampling,

yaitu metode penerapan sampel dengan menentukan quota pada masing-masing

kelompok, Menurut Sugiyono (2010) menyatakan bahwa sampling kuota adalah

teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu

sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Dalam teknik ini jumlah populasi tidak

diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Ciri-ciri

sampel yang di ambil yaitu:

1. Menggunakan kolam tanah

2. Menggunakan pakan pelet

3. Menggunakan pakan alami

4. Menggunakan pakan probiotik

5. Menggunakan jenis bibit lele yang sama

Responden diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap

kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah

kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Persebaran responden penelitian

sebanyak 15 orang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Persebaran Sampel Penelitian

No. Jenis Pakan Jumlah Responden


1. Pakan Pelet 10
2. Pakan Fermentasi 10
3. Pakan Alami 10
Jumlah 30

3.2 Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung di

lapangan. Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

observasi (pengamatan), atau juga data hasil wawancara (interview) peneliti

dengan nara sumber secara langsung (Sekaran 2006). Data primer dapat berupa
39

opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap

suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Sumber data ini

diperoleh dari kegiatan dilapang dengan sasaran para Peternak Lele di Kecamatan

Diwek. Pengumpulan data primer dilakukan menggunakan metode sebagai berikut :

a. Wawancara, adalah cara yang dilakukan untuk pengumpulan data guna

mendapatkan informasi, data - data yang diperlukan melalui kegiatan tanya

jawab secara langsung dengan informan dengan mempersiapkan kuisioner

atau daftar pertanyaan yang menyangkut dengan topik dan tema yang mau di

angkat pada penulisan laporan. Dalam hal ini kepada Peternak Lele yang ada

di Kecamatan Diwek.

b. Kuesioner, adalah metode pengumpulan data dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan dan pernyataan kepada responden yang dalam hal ini

adalah peternak lele yang ada di Kecamatan Diwek. Dalam penelitian ini

kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka yaitu responden diberi

kebebasan untuk menjawab dan tidak disediakan pilihan jawaban.

c. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan data secara sistematik

terhadap unsur – unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek

penelitian, pengumpulan data dengan observasi dapat dilakukan dari dua

sumber, yaitu data primer dengan diperoleh dari hasil wawancara langsung

dengan para peternak lele yang bersangkutan dengan daftar pertanyaan yang

menyangkut dengan topik pembahasan. Selanjutnya dapat diperoleh melalui

dokumentasi guna pengambilan data berupa gambaran, situasi dan keadaan

tempat melaksanakan penelitian saat terjun dilapangan dan hasilnya akan

dilampirkan dalam bentuk foto maupun video.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah

ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan


40

berupa gaji, laporan keuangan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari

sumberreferensi, majalah, dan lain sebagainya (Sekaran 2006).

3.3 Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variable

yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan

dengan penelitian. Konsep ini memperjelas dan menghindari kesalah pahaman

mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat

definisi operasional sebagai berikut:

1. Ikan Lele memiliki bentuk badan memanjang, terdapat potongan membulat

pada tengah badannya, dengan kepala pipih ke bawah, dan berbentuk

pipih ke samping untuk bagian belakang tubuhnya.

2. Pakan pelet adalah pakan yang dibuat dari campuran bahan – bahan alami

atau bahan olahan yang dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam

bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik/rangsangan terhadap ikan untuk

memakannya.

3. Pakan fermentasi merupakan pakan yang mampu mengurai senyawa

kompleks menjadi yang sederhana dan sejumlah mikroorganisme yang

mampu mensintesa vitamin dan asam – asam amino yang dibutuhkan oleh

hewan akuatik sehingga siap digunakan untuk pakan ikan

4. Pakan alami merupakan makanan yang keberadaannya tersedia di alam dan

diberikan dalam bentuk aslinya yang langsung dapat dimakan oleh ikan.

5. Produksi adalah jumlah lele yang dihasilkan oleh para peternak lele di

kecamatan Diwek dalam satu periode.

6. Total biaya adalah total seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang

digunakan untuk menghasilkan suatu barang jadi dalam satu periode

tertentu.

7. Harga adalah senilai uang yang harus dibayarkan konsumen lele kepada
41

peternak lele untuk mendapatkan ikan yang ingin dibelinya.

8. Pendapatan merupakan hasil dari sebuah kegiatan penjualan dari hasil

produksi para peternak lele dalam satu periode. Dalam penelitian ini untuk

mengetahui pendapatan yang di hasilkan dalam satu periode menggunakan

beberapa parameter analisa usaha, yaitu :

a. Pendapatan, adalah selisih antara semua penerimaaan dengan semua

pengeluaran (biaya produksi yang benar-benar dikeluarkan) dari suatu

kegiatan usaha.

b. R/C Ratio (Revenue per Cost), adalah digunakan untuk mengetahui

setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat

memberikan sejumlah nilai rupiah penerimaan. Kegiatan usaha yang

menguntungkan memiliki nilai R/C yang besar.

c. Break Even Point (BEP) atau titik pulang pokok, adalah merupakan suatu

nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi

sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan atau impas.

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara responden dianalisis

berdasarkan tujuan penelitian. Berikut merupakan analisis data yang sesuai

dengan masing – masing tujuan penelitian :

1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengidentifikasi alasan peternak lele

dalam menentukan jenis pakan tambahan antara pakan fermentasi dan

pakan alami di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Analisis data yang

digunakan yaitu menggunakan analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif

merupakan prosedur pemecahan masalah yang bertujuan untuk membuat

deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat terhadap

keadaan subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan faktafakta, sifat-

sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki yang tampak atau apa
42

adanya. Tahapan yang dilakukan untuk menganalisis tujuan yang pertama

yaitu, melakukan observasi dan wawancara menggunakan kuesioner

terbuka kepada peternak lele di Kecamatan Diwek Kabupaten Joimbang.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dan penarikan kesimpulan dari hasil

wawancara yang telah di lakukan.

2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu menganalisis hasil produksi dan besar

pendapatan usaha ikan lele di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

Analisis yang digunakan sebagai berikut :

a. Besarnya pendapatan yang diperoleh dalam kegiatan usahatani dapat

dihitung dengan cara sebagai berikut :

NR = TR –TC

Keterangan :

NR = Pendapatan

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Biaya Total)

b. Untuk menemukan titik impas dimana hasil penjualan produksi sama

dengan biaya produksi dapat menggunakan rumus Break Event Point

(BEP) yaitu sebagai berikut :

BEP (Harga) = TC / Q

Keterangan :

BEP = Titik Impas

TC = Total Cost (Biaya Total)

Q = Total Produksi

3. Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu menganalisis perbandingan pakan pelet,

pakan fermentasi dan pakan alami terhadap hasil produksi dan pendapatan

usaha ikan lele di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Analisis yang

digunakan sebagai berikut :


43

1. Untuk mengetahui setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam

kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai rupiah penerimaan.

Kegiatan usaha yang menguntungkan memiliki nilai R/C yang besar,

dan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

R/C Ratio = TR
TC
Keterangan :

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

2. Analisis R/C ratio ini akan digunakan untuk menguji seberapa jauh

setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha yang

bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai

manfaatnya. (Sukirno, 2002).

3. Jika R/C ratio > 1, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak

untuk diusahakan.

4. Jika R/C ratio = 1, maka usaha tersebut tidak mengalami kerugian dan

menguntungkan (impas).

5. Jika R/C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak menguntungkan dan

tidak layak untuk diusahakan.

3.6 Batasan Operasional

Adapun Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2021.

3. Variabel penelitian selain jenis pakan di anggap sama.


44

DAFTAR PUSTAKA

Almaida, Sheila, Dian Wijayanto, and Abdul Ghofar. 2015. “Analisis


Perbandingan Pendapatan Nelayan Bubu Desa Betahwalang Dengan Pola
Waktu Penangkapan Berbeda.” Fisheries Resources Utilization
Management and Technology 4 (3): 1–9.

Almaududy, M. 2006. “Pengaruh Pemberian Pakan Substitusi Pada Tubifex Sp.


Terhadap Pertumbuhan, Konversi Pakan Dan Sintasan Benih Ikan
Balashark (Balantiocheilus Melapnoterus Bleeker).” Universitas Nasional
Jakarta.

Amarwati, H, Subandiyon, and Pinandoyo. 2015. “Pemanfaatan Tepung Daun


Singkong (Manihot Utilissima) Yang Difermentasi Dalam Pakan Buatan
Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus).”
Journal of Aquaculture Management and Technology 4 (2): 51–59.

Andika. 2017. “Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Udang Windu Dan


Udang Vannamei Secara Intensive Di Desa Beurawang Kecamatan Jeumpa
Kabupaten Bireuen.” Jurnal Sains Pertanian 1 (8).

Annasaby, Alfin Wahid. 2007. “ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BIAYA


PRODUKSIBUDIDAYA IKAN LELE KOLAM TERPAL DENGAN
KOLAMPERMANEN ( PLESTER ).”

Ardiansyah, Dimas. 2019. “PERBANDINGAN ANALISA USAHA PEMBESARAN


IKAN LELE DUMBO SECARA TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF DI
KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN.” UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG.

Arief, M, F Nur, and S Sri. 2014. “Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada
Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias Sp.).” Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan 6: 49–53.

Armiah, J. 2010. “Pemanfaatan Fermentasi Ampas Tahu Dalam Pakan Terhadap


Pertumbuhan Benih Ikan Selais (Ompok Hypopyhalmus).” Universitas Riau.
Pekanbaru.

Artayani, I Gusti Ayu. 2014. “Analisis Perbandingan Perolehan Laba Bertani


Tembakau Dengan Bertani Sayur Di Desa Pemaron , Kecamatan Bulelng,
Kabupaten Buleleng Tahun 2013.” Undiksha 4 (1).

Asri, Ayu Citra, Agus Sutanto, and Dina Ruslanjari. 2012. “Studi Komparatif
Pendapatan Petani Semangka Dan Petani Padi (Studi Kasus Desa Pilang
Dan Desa Sidodadi Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen).” Bumi
Indonesia 1 (3): 156–62.

BPS Kabupaten Jombang. 2020. “Produksi Ikan Lele Di Kab. Jombang Tahun
2020.” 2020.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Jombang. 2015. “Kategori Kawasan


Agropolitan Di Kabupaten Jombang.” 2015.
45

Fauzi. 2016. “Analisis Perbandingan Biaya Dan Pendapatan Pengguna Pupuk


Oraganik Dan Anorganik Pada Usahatani Padi Sawah Irigasi Di Desa
Rambah Tengah Hilir Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu.” Jurnal
Mahasiswa Fakultas Pertanian UPP 3 (1).

Gunawan, R G B, and Harianto Bagus. 2011. Dongkrak Produksi Lele Dengan


Probiotik Organik. Jakarta: Jakarta: PT AgroMedia.

Hanafi, Mhd Riswan, Thomson Sebayang, and Yusak Maryunianta. 2015.


“Analisis Perbandingan USAhatani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice
Intensifiation) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu
Kabupaten Serdang Bedagai.” Journal of Agriculture and Agribusiness
Socioeconomics 4 (6).

Hutapea, Yanter, Suparwoto, and Waluyo. 2018. “Analisis Perbandingan


Pendapatan Penangkaran Benih Padi Pada Tiga Agroekosistem Di
Sumatera Selatan.” Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi
Pertanian 21 (1): 49–61.

Irianto, Hari Eko, and Indroyono Soesilo. 2007. “DUKUNGAN TEKNOLOGI


PENYEDIAAN PRODUK PERIKANAN.” In Seminar Nasional Hari Pangan
Sedunia 2007, 1–20. Bogor: Badan Riset Kelautan dan Perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. “Harga Pakan Lele.” 2018.

Mahyudin, Kholis. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta: Jakarta:


Penebar Swadaya.

Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan. Jakarta: Jakarta: Penebar Swadaya.

Nasrudin. 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Jakarta: Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Negara, I K W. 2015. “Strategi Pengembangan Budidaya Lele Dumbo Clarias Sp.


Melalui Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan
Budidaya Di Kabupaten Buleleng.” Jurnal Manusia Dan Lingkungan 22 (3):
365–71.

Notohatmodjo, Soehakso, and Politeknik Sawunggalih Aji. 2015. “Perbandingan


Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele Konsumsi Dengan Metode
Konvensional Dan Metode Regulator Ekosistem Pada Skala Rumah Tangga
Di Dusun Banjaran Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.” Program
Studi Akuntansi Politeknik Suwunggalih Aji, no. September 2013.

Permata, Ayu Lia, Sudarma Widjaya, and Achdiansyah Soelaiman. 2017.


“ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI SISTEM TANAM JAJAR
LEGOWO DENGAN SISTEM TEGEL DI KECAMATAN SEPUTIH
MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH.” JIIA 5 (1): 9–14.

Purwanto, Ardi, and Henny DianaWati. 2019. “PERBANDINGAN PENDAPATAN


DAN EFISIENSI PADA USAHA LELE DHUMBO DAN LELE
SANGKURIANG DALAM SATU KALI PRIODE DI UD. VERY’S FARM DI
DESA KEBUNAGUNG KECAMATAN KOTA KABUPATEN SUMENEP.”
46

Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya, 391–99.

Putra, Achmad Noerkhaerin. 2010. “Kajian Probiotik Dan Sinbiotik Untuk


Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).” In
Skripsi, 109 hal. Institut Pertanian Bogor.

Rahmadani. 2014. “ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA


PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG TEKNIK TRADISIONAL DAN
BIOFLOC DI KOTA DEPOK (Studi Kasus Di Pokdakan Mandiri Sangkuriang
Dan PT. Agro 165 Nusantara Jaya)NALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN
USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURI.”

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Jakarta:


Salemba Empat.

Sudalmi, Endang Sri, and Sri Hardiatmi. 2017. “ANALISIS PERBANDINGAN


BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI CABE DAN USAHATANI PARE
DI DESA KALIGAWE, KECAMATAN PEDAN, KABUPATEN KLATEN.”
Research Fair Unisri 1 (1): 45–54.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Bandung: PT Alfabet.

Taharudin, M, Usman M Tang, and Iskandar Putra. 2017. “MAINTAIN OF


AFRICAN CATFISH (Clarias Gariepinus) USED OF PEAT SWAMP WATER
IN BIOFLOCS TECHNOLOGY.” Jurnal Online Mahasiswa 4 (1): 1–10.

Widyawati, Wiwit. 2018. “Analisis Perbandingan Biaya Dan Pendapatan


Usahatani Tebu Sistem Tanam Rawat Ratoon Pada Lahan Sawah Dan
Lahan Tegal Di Jawa Timur.” JEPA 2 (2): 102–10.

Wulandari, Aulia, Salmiah, and Tavi Supriana. 2013. “POTONG KEMITRAAN (


Studi Kasus : Kec . Dolok Batu Nanggar Dan Kec . Bandar Huluan Kab .
Simalungun ).” Journal of Agriculture and Agribusiness Socioeconomics 2
(4): 1–12. https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/view/7862.

Yanti, Henni Febri, Satia Negara Lubis, and Mozart B. Darus. 2013. “ANALISIS
PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI
TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI (Kasus : Desa Bajaronggi, Kec. Dolok Masihul Dan Kec. Sei
Rampah).” Journal of Agriculture and Agribusiness Socioeconomics 8 (2).
LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

ANALISIS PERBANDINGAN PAKAN PELET DENGAN PAKAN


FERMENTASI DAN PAKAN ALAMI TERHADAP PRODUKSI
DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE
(Studi Kasus di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Jawa Timur)

No. Responden :

Alamat :

Tanggal :

A. Identitas Responden

1) Nama :

2) Umur : …. tahun

3) Agama :

4) Pendidikan :

5) Jumlah anggota keluarga :

6) Status (dalam rumah tangga)

a) Kepala Rumah Tangga

Jumlah tanggungan keluarga :… orang

b) Bukan Kepala Rumah Tangga

7) Pengalaman dalam usaha pembesaran ikan lele …. tahun

8) Pekerjaan dalam beternak ikan lele :

a) Mata pencaharian pokok

b) Mata pencaharian sampingan

B. Usaha Pembesaran Ikan Lele

1) Proses pembesaran ikan lele :

47
48

a)

b)

c)

d)

e)

2) Ukuran kolam : … m2

3) Benih ikan lele :

a) Ukuran benih : … cm

b) Jumlah benih : … ekor

c) Harga /satuan benih : Rp…….

4) Biaya Air : Rp…..

5) Biaya Listrik : Rp…..

Peralatan Dalam Usaha Pembesaran Ikan Lele


No Jenis Jumlah Harga beli Tahun Masa Pakai
peralatan (satuan) (Rp/satuan) pembelian (tahun)

1.
2.
3.
4.

C. Tenaga Kerja Usaha Pembesaran Ikan Lele


No Pembesaran Dalam Luar Jumlah Upah Lama Total
Ikan keluarga keluarga TK bekerja biaya
(jam/hari TK
kerja)

1.

2.

3.
49

a) Pemeliharaan

1) Cara pemberian pakan :

2) Frekuensi pemberian pakan

b) Pengendalian hama dan penyakit

1) Bahan dan alat yang digunakan :

2) Proses pengendalian hama dan penyakit :

3) Obat – obat lain yang digunakan :

c) Pemanenan

1) Umur panen :

2) Alat yang digunakan :

3) Proses panen :

D. Penggunaan Biaya Pakan


No Penggunaan Kg/per produksi Harga/Kg Total biaya
Pakan (Rp) pakan
1.
2.
3.

a) Pakan

1) Sumber :

2) Jenis pakan :

3) Alasan :

4) Harga pakan/Kg : Rp…..

E. Biaya Lainnya yang Dikeluarkan

1) ……… : Rp/per produksi

2) ……… : Rp/per produksi

F. Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele

1) Jumlah produksi :

2) Harga jual :
50

3) Penerimaan :

4) Pendapatan :

Anda mungkin juga menyukai