Anda di halaman 1dari 39

1.

LAPORAN PRAKTIKUM METODOLOGI


PENELITIAN AGRIBISNIS

„‟Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah
Metodologi penelitian agribisnis”

OLEH:

KELVIN THEOFILUS RIA


E 321 20 065

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BAWANG
MERAH VARIETAS LEMBAH PALU DI
DESA MAKU KABUPATEN SIGI

„‟Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Agribisnis”

0LEH:

KELVIN THEOFILUS RIA


E321 20 065

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022

iii.
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas lembah Palu


di Desa Maku Kecamatan Sigi

Kelas : AGB2

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Agribisnis

Oleh : Kelvin Theofilus Ria /E32120065

Palu, Desember 2022

Mengetahui

Dosen Penanggung Jawab Dosen Pengampuh

Prof. Dr.Made Antara ,MP Dr. rer.Pol.Dewi Nur Asih, Sp.,Msi


NIP. 196111251987011001 NIP. 197808112003122003

Menyetujui
An. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako
Wakil Dekan Bidang Akademik

Dr. Ir. Abdul Rahim STP.,MP.,IPM


NIP. 197110092005011001

iv.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat yang dilimpahkan-Nya, saya dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan yang berjudul “Analisis Usahatani Bawang Merah
Varitas Lembah Palu Di Desa Maku “

laporan ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.

Dengan segala keterbatasan, saya sepenuhnya menyadari bahwa dalam


penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam pembahasan
maupun tata bahasa atau cara penulisannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan
hati kiranya koreksi dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
khususnya para pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan penulisan
laporan ini.

Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Made Antara,
MP dan juga Ibu Dr. rer. Pol.Dewi Nur Asih, SP., M.Si selaku dosen
pengampuh di mata kuliah metodologi penelitian agribisnis yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penyusun dapat menyelesaikan praktikum
dengan baik

Akhir kata saya mengharapkan semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi
saya sebagai penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Palu , 12 Desember 2022

v.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang ........................................................................................... 1.


2.2 Permasalahan ............................................................................................. 3
3.2 Tujuan ....................................................................................................... 3
4.2 Manfaat Pratikum ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Bawang Merah ........................................................................................... 4


2.2 Kajian Terdahulu........................................................................................ 5

BAB III METODE PRAKTEK LAPANGAN

1.3 Tempat dan Waktu Praktikum .................................................................. 7

2.3 Penentuan Responden ............................................................................... 7

3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 8

4.3 Teknik Analisis Data ................................................................................. 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.4 Kondisi umum wilayah Praktikum............................................................. 9


2.4 Identitas Responden ................................................................................. 10
3.4 Analisis Pendapatan finansial Usahatani .................................................. 12

vi.
4.4 Aspek Produksi dan Teknologi ................................................................. 15
5.4 Jalur Pemasaran......................................................................................... 16
6.4 Dampak lingkungan ................................................................................. 17

BAB V PENUTUP

1.5 Kesimpulan .............................................................................................. 19


2.5 Saran.......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21

LAMPIRAN ........................................................................................................ 23

vii.
DAFTAR TABEL
Halaman

1. Klasifikasi 3 Responden ....................................................................... 11


2. Analisis Usahatani Bawang Goreng Pak Sukidi .................................. 12
3. Analisis Usahatani Bawang Goreng wahyu ......................................... 13
4. Analisis Usahatani Bawang Goreng Pak Sukarti ................................. 14

viii.
DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Gambar wawancara bersama Responden ............................................. 7


2. Gambar posisi Desa Maku ................................................................... 9
3. Gambar saluran I .................................................................................. 16
4. Gambar saluran II ................................................................................. 17

ix.
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Total Biaya Variabel ............................................................................ 25
2. Total Pendapatan Hasil Produksi ......................................................... 26
3. Total Pendapatan Finansial .................................................................. 27
4. Dokumentasi Praktikum ....................................................................... 28

x.
i.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang berkembang


pesat di Indonesia dikarenakan kesesuaian karakteristik lahan agroklimat, dan
wilayah yang cocok untuk pengembangannya. Dari segi ekonomi, komoditas
hortikultura mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat dijadikan usaha
agribisnis hortikultura guna menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat (Dirjen
Hortikultura, 2011).

Sub Sektor Hortikultura juga merupakan salah satu simpul sistem


pembangunanan pertanian yang memiliki prospek sangat baik dengan potensi
keragaman komoditas yang cukup tinggi. Sesuai SK Menteri Pertanian Nomor:
511/Kpts/PD310/9/2006, komoditas binaan Direktorat Jenderal Hortikultura
mencakup 323 jenis komoditas yang terdiri dari 60 jenis buah - buahan, 80 jenis
komoditas sayuran, 66 jenis komoditas tanaman obat dan 117 jenis komoditas
florikultura (Dirjen Hortikultura, 2015).

Pada dasarnya, bawang merah terbagi atas beberapa jenis yang dapat
dibedakan berdasarkan karakteristik atau kekhasan yang dimilikinya. Di Indonesia
sendiri terdapat beberapa jenis bawang merah yang memiliki kekhasan, salah
satunya yang terdapat di Palu, Sulawesi Tengah. “Bawang Merah Palu”,
Penggunaan nama ini diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah pada perayaan
Hari Krida Pertanian tahun 2000 di Palu.

Bawang Merah Palu memang sangat berbeda dengan bawang umumnya.


Perbedaannya terletak pada jenis umbinya yaitu dikenal dengan Bawang Batu,
bentuknya kecil dan warnanya tidak semerah bawang merah pada umumnya,
namun lebih keras. Selain itu Bawang merah Palu memiliki cita rasa yang khas,
meskipun ciri-ciri morfologinya tidak banyak berbeda dengan bawang merah
lainnya. Salah satu keunikan bawang ini yang membedakan dengan bawang

1.
merah lainnya adalah umbinya mempunyai tekstur yang padat sehingga
menghasilkan bawang goreng yang renyah dan gurih serta aroma yang tidak
berubah walaupun disimpan lama dalam wadah yang tertutup.

Menurut beberapa sumber, bawang jenis ini tidak bisa tumbuh di daerah-
daerah lain di Indonesia. Bahkan, dari seluruh wilayah yang ada di Sulawesi
Tengah, hanya tanah di daerah Palu yang cocok untuk bawang jenis ini. Kontur
tanah di daerah Palu yang berpasir membuat bawang batu ini dapat tumbuh
dengan subur dan berproduksi dengan baik. Menurut Limbongan et al., (2001),
Bawang merah banyak diusahakan oleh petani di Lembah Palu, mengingat
Lembah Palu merupakan suatu kawasan dataran rendah yang beriklim kering dan
curah hujan kurang dari 500 mm/th sehingga kondisi tersebut sangat cocok bagi
pertumbuhan tanaman bawang merah.

Bawang merah (Allium Ascalonicum L.) varietas Lembah Palu merupakan


salah satu komoditas unggulan Sulawesi Tengah dan merupakan bahan baku
industri pengolahan bawang goreng serta menjadi “brand lokal” Palu. Salah satu
keunikan bawang ini yang membedakan dengan bawang merah lainnya adalah
umbinya mempunyai tekstur yang padat sehingga menghasilkan bawang goreng
yang renyah dan gurih serta aroma yang tidak berubah walaupun disimpan lama
dalam wadah yang tertutup (Limbongan dan Maskar,2003).

Bawang merah varietas Lembah Palu (Allium Wakegi Arraki), yang


diunggulkan Provinsi Sulawesi Tengah adalah jenis bawang goreng, yakni
bawang merah lokal yang biasa disebut sebagai bawang batu dan sudah dikenal
keunggulannya dari segi aroma serta tekstur yang khas sehingga banyak disukai
konsumen, baik di nusantara maupun mancanegara.

Bawang merah juga memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak digunakan
sebagai bahan utama bumbu dasar masakan Indonesia (Utami, 2010). Selain itu,
dimanfaatkan pula sebagai obat-obatan, bahkan bawang merah menjadi komoditas
usahatani hortikultural bawang merah seperti yang diusahakan masyarakat di
Desa Maku, Kecamatan Dolo,Kabupaten Sigi,Provinsi Sulawesi Tengah, yang

2.
sering dikenal dengan bawang goreng . Hal tersebut menyebabkan permintaan
akan bawang merah meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

2.1. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran bahan baku bawang goreng pada


para usahatani Desa Maku di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Sulawesi
Tengah.
2. Berapa besar margin dan efisiensi pemasaran bawang goreng pada para
usahatani Desa Maku di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Sulawesi
Tengah.

3.1. Tujuan

1. Mengetahui bentuk saluran pemasaran bawang merah varietas lembah palu


para usahatani Desa Maku di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Sulawesi
Tengah.
2. Mengetahui besar margin dan efisiensi pemasaran bawang merah varietas
lembah palu para usahatani Desa Maku di Kecamatan Dolo Kabupaten
Sigi Sulawesi Tengah.

4.1. Manfaat Pratikum

1. Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan ilmu bagi penulis.


2. Sebagai bahan masukan kepada pihak akademis untuk pengembangan
usaha Bawang Goreng terhadap peningkatan pemasaran petani.

3.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Bawang Merah

Bawang merah termasuk jenis sayuran umbi yang digunakan sebagai


bumbu penyedap makanan. Kandungan gizi bawang merah (nilai gizi per 100 g)
Menurut National Nutrient Database mengandung energi 166 kJ (40 kkal),
karbohidrat 9,34 g, gula 4,24 g, diet serat 1,7 g, lemak total 0,1 g, asam lemak
jenuh 0,042 g, asam lemak tak jenuh tunggal 0,013 g, asam lemak tak jenuh ganda
0.017 g, protein 1,1 g ,air 89,11 g, vitamin Aequiv. 0 mg (0%), thiamine (vit.B1)
0,046 mg (4%), riboflavin (vit.B2) 0,027 mg (2%), niacin (vit. B3) 0.116 mg
(1%), vitamin B6 0,12 mg (9%), folat (vit. B9) 19 mg (5%), vitamin B12 0 mg
(0%), vitamin C 7.4 mg (12%), vitamin E 0,02 mg (0%), vitamin K0,4 mg (0%),
kalsium23 mg (2%), besi 0,21 mg (2%), magnesium 0,129 mg (0%), fosfor 29 mg
(4%), kalium 146 mg (3%), sodium 4 mg (0%), seng 0,17 mg (2%)
(Waluyo,2015).

Bawang merah merupakan tanaman semusim dengan bentuk umbi


berlapis, pangkal daun bersatu membentuk batang semu yang berada dalam tanah
dan akar berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi. Apabila dibelah secara
membujur maka umbi bawang merah terdiri atas sisik daun, kuncup yang
menghasilkan titik tumbuh tanaman, subang yang merupakan batang dimenter,
dan akar adventif sebagai akar serabut yang terdapat dibawah (Suwandi, 2014).

Tanaman bawang merah termasuk salah satu di antara tiga anggota Allium
yang paling relativ dan mempunyai nilai ekonomi tinggi di samping bawang putih
dan bawang bombay (Wibowo, 2006). Bawang merah merupakan salah satu
komoditi hortikultura yang termasuk ke dalam sayuran rempah yang digunakan
sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah citarasa dan kenikmatan
masakan. Di samping itu, tanaman ini juga berkhasiat sebagai obat tradisional,

4.
misalnya obat demam, masuk angin, diabetes mellitus, disentri dan gigitan
serangga (Budi dan Bambang, 2005).

2.2 Penelitian Terdahulu

Ayu Resti Pamungkassari, Marimin, dan Indah Yuliasih. (2018)


melakukan penelitian tentang Analisis Kerja, Nilai Tambah, dan Mitigasi Risiko
Rantai Pasok Agroindustri Bawang Merah. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi mekanisme dan kinerja rantai pasok, melakukan perhitungan
nilai tambah pada pelaku rantai pasok, mengidentifikasi dan memitigasi risiko
rantai pasok, dan pemilihan alternatif strategi peningkatan kinerja, nilai tambah,
dan mitigasi risiko pada rantai pasok. Hasil penelitian ini ialah struktur rantai
pasok bawang merah di Kabupaten Brebes memiliki kompleksitas anggota yang
terlibat diantaranya petani, pedagang penngumpul, dan industri. Perhitungan nilai
tambah menunjukkan bahwa rasio nilai tambah tertinggi terdapat pada tingkat
industri. Petai selaku pemeran kunci sebagai pemasok memiliki nilai tambah
tertinggi kedua. Namun jika dibandingkan dengan tingkat keuntungan setiap
pelaku, petani memiliki tingkat keuntungan paling rendah dibandingkan pelaku
lainnya. Hasil aksi mitigasi terbaik di setiap tingkat pelaku diketahui bahwa perlu
adanya optimalisasi saprodi di tingkat petani, perbaikan SOP pascapanen dari
mulai penggudangan, tenaga kerja terampil dan sarana penjemuran di tingkat
pengumpul serta peningkatan kapasitas supplier dengan melakukan penilaian
secara berkala ditingkat petani. Alternatif strategi terbaik untuk peningkatan
kinerja, nilai tambah dan mitigasi risiko rantai pasok agroindustri bawang merah
yaitu dengan penerapan SOP budidaya dan pascapanen yang tepat.

Hisky Agung Rantung. (2015) melakukan penelitian tentang Analisis


Struktur Biaya dan Efisiensi Agroindustri Bawang Goreng “UD. Sri Rezeki” di
Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
struktur biaya dalam pengolahan, penerimaan dan pendapatan yang diperoleh,
tingkat efesiensi usaha dalam pengolahan, volume produksi dan harga produksi
dari pengolahan agroindustri “Sri Rezeki”. Hasil penelitian ini menunjukkan

5.
bahwa UD. Sri Rezeki merupakan industri pengelolaan bawang goreng kecil yang
menuju ke sedang dengan memiliki 26 orang tenaga kerja. Bahan baku utama
yang digunakan berasal dari bawang merah asli dari Lembah Palu. Jangkauan
pemasaran produk dari UD. Sri Rezeki cukup luas, yaitu di Kota Palu, kemudian
bawang gorengnya sudah merambah beberapa supermarket besar seperti Hero
Cafffour, Giant Jakarta, dan Alfa Makassar. Penerimaan perbulannya
Rp.517.500.000. Struktur biaya terdiri dari biaya tetap RP. 2.858.127,7 dan biaya
tidak tetap sebesar Rp. 154.815.000 yang menjadi biaya produksi
Rp.157.673.173,7. Efesiensi produksi usaha ini termasuk kriteria usaha yang
menguntungkan karena nilai rasio yang dihasilkan dari analisis efisiensi adalah
nilai 3,3 dengan demikian R/C >1. Analisis Break Event Point mencapai titik
impas adalah pada produksi sebesar 2.436 kg dan dapat dikatakan mencapai titik
impas usahanya pada nilai Rp. 234.280 per kg.

Ilham. (2013) melakukan penelitian tentang Analisis Pendapatan dan


Kelayakan Usaha Bawang Goreng Pada UMKM Usaha Bersama Di Desa
Bolupuntu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Tujuan penelitan ini
ialah untuk menganalisis pendapatan bawang goreng pada UMKM usaha bersama
di Desa Bolupountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Untuk
menganalisis kelayakan usaha bawang goreng pada UMKM usaha bersama di
Desa Bolupountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Hasil penelitian
ini adalah pendapatan rata-rata yang diperoleh usaha bawang goreng UMKM
usaha bersama di Desa Bolupountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten
Sigi sebesar Rp1.854.090 per bulan. Industri UMKM usaha bersama layak
diusahakan yang diindikasikan nilai R/C > 1 sebesar 1,6.

6.
BAB III

METODE PRAKTEK LAPANGAN

1.3 Tempat dan Waktu Praktikum

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Maku Kecamatan Dolo Kabupaten


Sigi Sulawesi Tengah. Waktu penelitian telah berlangsung 1 (satu) hari yaitu hari
Sabtu tanggal 10 Desember 2022.

2.3 Teknik Penentuan Sampel

Gambar 1 . Wawancara bersama Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah petani Bawang goreng di Desa Maku
Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.Penentuan lokasi yaitu dengan
cara sengaja (purposive sampling), sedangkan penentuan sampel dilakukan secara
acak (simple random sampling). Jumlah yang dipilih sebanyak 3 populai orang
yang ada di lokasi penelitian, sehingga terdapat 3 orang petaniBawang Merah
sebagai sampel. Menurut pendapat Arikunto (2017:173), mengatakan bahwa
apabila subjek nya kurang dari 100 (Petani),maka seluruh populasi (Petani)
menjadi sampel penelitian

7.
3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui dua jenis yakni data primer
dan data sekunder.

1. Data primer, yaitu data yang sumbernya diperoleh secara langsung dengan
menyebarkan kuisioner kepada para petani serta melalui teknik wawancara
terhadap infomarsi kunci sebagai data yang telah diambil.

2. Data sekunder di peroleh dari study literatur, hasil dari studi kepustakaan ini
dapat berupa bahan - bahan tambahan yang berasal dari buku, majalah
ilmiah,jurnal internet, arsip dokumen pribadi dan dokumen resmi lainnya yang
ada hubungannya dengan penulisan ini.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti di


lapangan, yang meliputi pengamatan daerah penelitian dan pencatatan informasi
yang diberikan oleh parah petani Bawang Merah Varietas Lembah Palu di daerah
penelitian.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan melakukan data dengan wawancara untuk


memperoleh informasi dari responden yang relevan dengan penelitian. Objek
wawancara adalah petani Bawang Merah Varietas Lembah Palu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini, yaitu untuk membantu pengumpulan data dari
daerah penelitian dengan cara menggali data yang sudah dokumentasi,berupa
surat-surat peraturan dari lembaga atau instansi terkait

8.
5.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis data kualitatif
yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari
para informan. Tujuan analisis data kualitatif yaitu; (1) menganalisa proses
berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang
tuntas terhadap proses tersebut; dan (2) menganalisasi makna yang ada dibalik
informasi, data dan proses suatu fenomena sosial (Bungin,2007). Penganalisisan
ini didasarkan pada kemampuan dalam menghubungkan fakta, data dan informasi,
kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul
gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

9.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.4 Kondisi umum wilayah Praktikum

Gambar 2. Posisi Desa


Maku dari gambaran
satelit Google.

Wilayah Desa Maku


terletak pada wilayah
administrasi Kecamatan
Dolo, BPP Dolo. dengan
ketinggian + 300 mdpl.
Serta kemiringan tanah

> 10% Sedangkan batas-batas wilayah diuraikan sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tulo


 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sigi Biromaru
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Dolo Barat
 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Waturalele

Desa Maku terletak di pusat pemerintahan Kecamatan Dolo, Jarak dari Ibu kota
Kabupaten sekitar ± 7.0 Km, serta jarak dari Ibu Kota Provinsi 20 Km. Jumlah
Kepala Keluarga $45, Jumlah penduduk sebanyak 1.768 jiwa dengan perincian
penduduk laki-laki 890 jiwa dan penduduk perempuan 878 jiwa. Penduduk Desa
Maku umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditi unggulan yaitu
Hortikultura, Palawija dan perkebunan

10.
2.4 Identitas Responden

Berkaitan dengan metode wawancara, dalam hal ini peneliti memberikan


pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas responden dan pemasaran komoditas
Bawang Merah Allium Wakegi Arraki terhadap informan penelitian yang terpilih
untuk mengetahui pemasaran. Bawang Merah Varietas Lembah Palu Kelurahan
Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi.

A. Umur

Dalam kegiatan usahatani, umur sangat menentukan apakah tergolong


produktif atau kurang produktif dalam melakukan usahatani. Semakin tua petani
ada kecenderungan kegiatan berusahatani akan sedikit berpengaruh yang pada
akhirnya berpengaruh pada tingkat pendapatan. Dalam penelitian ini ada 3 (tiga)
Responden yang terbagi dari tingkat umur yang telah di dapatkan dalam penelitian
di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi.

B. Tingkat Pendidikan Responden

Kemampuan pengolahan usahatani sebagai ditentukan oleh tingkat


pendidikan, baik yang bersifat formal maupun non formal. Makin baik tingkat
pendidikan petani, makin banyak informasi-informasi yang dapat dicerna dan
menambah kreatifitas sehubungan dengan perencanaan pelaksanaan usahataninya
di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi.

C. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman dalam berusahatani merupakan faktor yang menunjang dalam


meningkatkan produktivitas dan kemampuan usahatani, khususnya dalam
peningkatan produktivitas usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu di
Kelurahan Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi.

11.
D. Jumlah Tanggungan Keluarga

Secara tidak langsung banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi


tingkat kesejahteraan keluarga petani. Besarnya tanggungan keluarga akan
mempengaruhi beban hidup keluarga dan dapat menjadi sumber tenaga kerja yang
dapat membantu usahtani. Semakin banyak tanggungan keluarga semakin besar
beban biaya hidup yang di tanggung petani di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi.

E. Luas Lahan Kebun Yang Dimiliki Responden

Luas lahan kebun yang dimiliki dapat memberikan gambaran bahwa makin
luas lahan kebun yang dimiliki, maka semakin tinggi peluang responden dalam
memanfaatkan lahan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa pemilikan lahan
responden memberi peluang bagi petani dalam usahatani Bawang Merah Varietas
Lembah Palu di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi.

Untuk jelasnya Umur,tingkat pendidikan,Pengalaman Berusahatani,Jumlah


Tanggungan Keluarga,dan Luas Lahan Kebun yang di miliki petani responden di
Kelurahan Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi 3 (tiga) Responden Menurut Umur,Tingkat


Pendidikan,Pengalaman,Tanggungan Keluarga,dan Luas Lahan (Ha) Kelurahan
Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi,2022

NAMA TINGKAT PENGALAMAN TANGGUNGAN LUAS


NO UMUR
RESPONDEN PENDIDIKAN USAHATANI KELUARGA LAHAN
1 Pak Sukidi 52 SMP 21 Tahun 4 2 Ha
0,25
2 Wahyu 26 SMA 1 tahun -
Ha
3 Sukarti 72 SMP 24 Tahun 2 1 Ha

12.
3.4 Analisis Pendapatan finansial Usahatani

Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu (Allium


Wakegi Arraki) dari beberapa Petani di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi.Pada Tabel 2

Tabel 2. Analisis Usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu Permusim dan
Perhektar (Ha) Pak Sukidi Responden 1 di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi, 2022.

Harga
No Urain Fisik Nilai
(Rp/fisik)
I Produksi 3.000 kg Rp.32.000 96.000.000
II Biaya Variabel
A. Benih 900 kg Rp.20.000 18.000.000
B. Pupuk
 Pupuk NPK 500 kg/Ha Rp.115.000 1.150.000
(Petro Kimia)
C. Pestisida
 Marsal 5 Liter Rp.170.000 850.000
 Decis 3 Liter Rp. 250.000 750.000
D. Tenaga Kerja 7 orang Rp. 100.000 700.000
E. Pasca Panen 25 orang Rp. 100.000 2.500.000
Total Biaya Variabel 23.950.000
III Biaya Tetap
5.000.000
 Pajak Tanah
IV Total Biaya 28.950.000
V Keuntungan 67.050.000
Tabel 2 menjelaskan bahwa pendapatan rata-rata pak Sukidi(petani)
responden dalam usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu sebesar Rp
67.050.000/musim tanam dalam 1 (satu) Ha, dengan total produksi yang
dikeluarkan meliputi biaya variabel dan biaya tetap sebesar Rp.
28.950.000/musim tanam dalam 1 (satu) Ha

13.
Tabel 3. Analisis Usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu Permusim dan
Perhektar (Ha) Pak Wahyu Responden 2 di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi, 2022.

Harga
No Urain Fisik Nilai
(Rp/fisik)
I Produksi 800 kg Rp.32.000 25.600.000
II Biaya Variabel
A. Benih 200 kg Rp.20.000 4.000.000
B. Pupuk
 Pupuk Organik 250 kg Rp.50.000
 Urea 25 kg Rp.125.000 560.000
 Poska 50 kg Rp. 135.000

 Mutiara 25 kg Rp.250.000

C. Pestisida
 Obat ulat 100 ml Rp.210.000

 Fungisida ziflo 800 gram Rp. 95.000 555.000


250 ml Rp. 250.000
 Fungisida scor

15 Orang Rp.70.000 1.050.000


D. Tenaga Kerja
15 Orang Rp.25.000 375.000
E. Pasca Panen

Total Biaya Variabel 6.540.000


III Biaya Tetap
50.000
 Pajak Tanah
IV Total Biaya 6.590.000
V Keuntungan 19.010.000
Tabel 3 menjelaskan bahwa pendapatan rata-rata pak Wahyu (petani)
responden dalam usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu sebesar Rp
19.010.000 /musim tanam dalam 2500 m2, dengan total produksi yang
dikeluarkan meliputi biaya variabel dan biaya tetap sebesar Rp. 6.590.000/musim
tanam dalam 2500 m2

14.
Tabel 4. Analisis Usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu Permusim dan
Perhektar (Ha) Pak Sukarti Responden 3 di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi, 2022.

Harga
No Urain Fisik Nilai
(Rp/fisik)
I Produksi 4.100 kg Rp.32.000 143.500.000
II Biaya Variabel
A. Benih 900 kg Rp.20.000 18.000.000
B. Pupuk
 Phosgro 8 Zak Rp.1.800.000
 Urea 1 Zak Rp.150.000 3.700.000
 Phonska 3 Zak Rp. 750.000

 Mutiara 2 Zak Rp.1.000.000

C. Pestisida
 Obat ulat 25 ltr Rp.335.000 450.000

 matarset 20 ltr Rp. 115.000

D. Tenaga Kerja 33 Orang Rp.70.000 2.310.000

E. Pasca Panen 40 Orang Rp.70.000 2.800.000

Total Biaya Variabel 27.260.000


III Biaya Tetap
6.000.000
 Sewa Lahan / Tahun
IV Total Biaya 33.260.000
V Keuntungan 110.240.000

Tabel 4 menjelaskan bahwa pendapatan rata-rata pak Sukidi(petani)


responden dalam usahatani Bawang Goreng sebesar Rp.110.240.000 /musim
tanam dalam 1 (satu) Ha, dengan total produksi yang dikeluarkan meliputi biaya
variabel dan biaya tetap sebesar Rp. 33.260.000 /musim tanam dalam 1 (satu) Ha.

15.
Pengolahan Bawang merah varietas Lembah Palu (Allium Wakegi Arraki)
masih menjadi bagian penting dalam meningkatkan ekonomi di desa Maku
,harapan ini dari banyaknya peminat Bawang merah varietas Lembah Palu
(Allium Wakegi Arraki) yang cukup baik sehingga akan memberikan manfaat
tersendiri buat pelaksana usahatani di desa tersebut. Untuk menghasilkan bawang
merah goreng yang berkualitas salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah
higienitas dalam dalam Memproduksi Bawang Goreng

4.4 Aspek Produksi dan Teknologi

Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan


tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan
antara lain masa simpan umbi yang singkat, memerlukan gudang penyimpanan
yang besar dan kebutuhan umbi yang tinggi (mencapai 1-1,2 ton/Ha), sehingga
menyebabkan biaya pengangkutan yang tinggi.

Teknologi pemanfaatan TSS (True Seed Shallots) merupakan alternatif


untuk produksi bawang merah yang lebih efektif dan efisien dibandingkan
penggunaan umbi. Hal tersebut setidaknya mengurangi „persaingan‟ penggunaan
umbi untuk benih dengan untuk konsumsi. TSS adalah biji bawang merah yang
ditanam dalam waktu tertentu (4-5 bulan) dan diproses sebagai benih. Teknologi
pemanfaatan TSS untuk produksi benih bawang merah memiliki kelebihan yaitu
masa simpan yang lebih lama dan mudah (tidak memerlukan gudang
penyimpanan yang besar), serta kebutuhan benih yang lebih sedikit (3-4 kg/Ha),
sehingga biaya pengangkutan menjadi lebih rendah dan distribusi nya menjadi
lebih mudah.

Dampak pengkajian teknologi budidaya bawang merah Kelurahan Maku


Kecamatan Dolo di Kabupaten Sigi dapat dilihat dari meningkatnya produktivitas
dan pendapatan usahatani. Analisis usahatani digunakan sebagai parameter untuk
mengukur dampak pengkajian dengan membandingkan produktivitas dan
pendapatan usahatani.Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa teknologi

16.
budidaya Bawang merah varietas Lembah Palu (Allium Wakegi Arraki)
berdampak pada peningkatan produktivitas dan pendapatan usahatani serta
Pemasaran Produk Usahatani yang luas berdampak pada meningkatnya jumlah
permintaan akan suatu barang dan peningkatan Produktivitas Bawang merah
varietas Lembah Palu (Allium Wakegi Arraki)

5.4 Jalur Pemasaran

Dalam pemasaran Usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu sampai


ke pabrik pengolahan melibatkan beberapa lembaga pemasaran, yaitu orang atau
lembaga yang terlibat dalam pemasaran Bawang Merah. Dalam proses pemasaran
ini Bawang Merah yang dipasarkan adalah Bawang merah varietas Lembah Palu
(Allium Wakegi Arraki), . dari penelitian yang dilakukan di kelurahan Maku
kecamatan Dolo kabupaten Sigi adapun saluran pemasaran adalah sebagai berikut.

A. Saluran I

PETANI PABRIK

Gambar 3 . Saluran Pemasaran I

Pada saluran I petani langsung menjual Bawang Merah kepada pihak


pabrik dengan harga Rp 32.000/kg. Pada saluran ini petani yang langsung menjual
hasil produksinya kepada pabrik.Hal yang menyebabkan ke 2 petani (Pak
Wahyu,dan Pak Sukidi) ini yang menjual hasil produksinya kepada pabrik, karena
dengan langsung menjual kepada pabrik akan memperoleh harga jual yang lebih
tinggi di bandingkan dengan menjual hasil produksi Bawang merah varietas
Lembah Palu (Allium Wakegi Arraki) kepada pedagang pengumpul.

17.
B. Saluran II

PETANI Pengumpul Eksportir

Gambar 4 . Saluran Pemasaran II

Pada saluran pemasaran II pedagang pengumpul membeli Bawang Goreng


kepada pihak petani, yang kemudian pedagang pengumpul menjual bawang
tersebut kepada eksportir. Bawang Merah Varietas lembah Palu yang dibeli oleh
pedagang pengumpul dari petani dengan harga rata-rata dari harga Rp 30.000/kg
dan kemudian menjual kepada eksportir dengan harga Rp 32.000/kg.Hal ini
menguntungkan di karenakan petani yang dapat merangkap sebagai pedagang
pengumpul agar dapat menutupi kekurangan stok ke pada eksportir dan
bermanfaat bagi petani lain yang belum memiliki akses dalam pemasaran Bawang
Merah

6.4 Dampak Lingkungan

Bawang merah merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki


peran di dalam praktek pertanian berkelanjutan ini. Produksi bawang merah tidak
terlepas dari faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Salah satu faktor
produksi tersebut adalah pupuk Nitrogen.

Penggunaan pupuk Nitrogen sangat baik untuk merangsang pertumbuhan


vegetatif dan meningkatkan hasil buah, namun penggunaan pupuk Nitrogen yang
berlebihan dapat memberikan dampak negatif salah satunya adalah pencemaran
lingkungan. Penggunaan pupuk Nitrogen yang melewati dosis yang di anjurkan
akan hilangnya kesuburan Tanah serta mematikan Mikrobioma dalam tanah

18.
Mikrobioma tanah memiliki peran penting dalam pemeliharaan nutrisi
tanah. Mikrobioma tanah berasosiasi dengan ekosistem tumbuhan melalui
interaksi tumbuhan dan mikroorganisme. Di tanah, mikroorganisme banyak
terdapat di horizon tanah yang dekat dengan akar yaitu rizosfer. Hal itu
disebabkan adanya pelepasan berbagai macam nutrien dari tumbuhan. Tumbuhan
menyekresi berbagai macam nutrisi penting bagi mikroorganisme seperti asam
amino, glukosa, fruktosa dan sukrosa.

Mikroorganisme rizosfer sendiri bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat


menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan. Mikroorganisme rizosfer dapat
memfiksasi nitrogen yang akhirnya dapat diserap tumbuhan dan memproduksi
fitohormon yang penting bagi tumbuh kembang tumbuhan. Selain itu
mikroorganisme rizosfer juga dapat melarutkan fosfor, potassium dan zink
sehingga mudah diserap oleh tumbuhan.

19.
BAB V

PENUTUP

1.5 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan, maka


diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. PemasaranBawang merah varietas Lembah Palu (Allium Wakegi Arraki)


di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi terdapat 2 saluran
pemasaran yang digunakan oleh para petani responden, yaitu:

a. Petani – Pabrik atau pedagang besar

b. Petani – Pedagang pengumpul - eksportir

2. Adapun pemasaran pada tiap saluran Pemasaran Bawang merah varietas


Lembah Palu (Allium Wakegi Arraki) di Kelurahan Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi tersebut yaitu saluran pemasaran I petani langsung menjual
jagung kepada pihak pabrik dengan harga Rp 32.000/kg. Pada saluran pemasaran
II petani menjual jagung kepada pedagang pengumpul, yang kemudian pedagang
pengumpul menjual Btersebut kepada Eksportir.Bawang yang dibeli oleh
pedagang pengumpul dari petani dengan harga rata-rata dari harga Rp 30.000/kg
dan kemudian menjual kepada Eksportir dengan harga Rp 32.000/kg. Hal ini
menguntungkan di karenakan petani yang dapat merangkap sebagai pedagang
pengumpul agar dapat menutupi kekurangan stok ke pada eksportir dan
bermanfaat bagi petani lain yang belum memiliki akses dalam pemasaran Bawang
Merah

2.5 Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian, adapun saran yang ingin disampaikan adalah
Disarankan kepada petani responden untuk menentukan saluran pemasaran yang

20.
tepat dan lebih mudah dilakukan petani dan memberikan keuntungan yang lebih
besar serta untuk pihak yang terlibat di dalam pemasaran.

21.
DAFTAR PUSTAKA

Antara, M. 2011. Analisis Titik Pulang Pokok Usaha Bawang Goreng (Studi

Kasus Pada UD. Sri Rejeki di Kota Palu). J. Agroland Vol 18 (2) hal

134-142

https://hortikultura.pertanian.go.id/?page_id=5913. Di Akses Pada Tanggal 15

Desember 2022

https://perpustakaan.pancabudi.ac.id/dl_file/penelitian/19867_3_BAB_III.pdf Di

Akses Pada Tanggal 16 Desember 2022

http://disasterresponse.penabulufoundation.org/wpcontent/uploads/2019/08/Kajia

n-Singkat-Potensi-Bawang-Merah-Palu.pdf. Di Akses Pada Tanggal 18

Desember 2022

Maskar, Syamsul Bakhri, dan Chatijah. 2000. Laporan Hasil Pengkajian

Teknologi Budidaya BawangMerah Lokal Palu. BPTP Biromaru. Palu.

Rosliani R, Balitsa. Teknologi Perbenihan Bawang Merah Melalui Biji (True Seed

Shallot). Disampaikan pada Bimbingan Teknis Teknologi Produksi TSS.

Balitsa, 19 Mei 2017.

Waluyo N, Balitsa. Prosesing Benih Bawang Merah (TSS). Disampaikan pada

Bimbingan Teknis Teknologi Produksi TSS. Balitsa, 19 Mei 2017.

22.
Lupatini, M., G. Korthals, M. de Hollander, T.K.S. Jassens dan E.E. Kuramae.

2017. Soil microbiome is more heterogeneous in organic than in

conventional farming system. Frontiers in Microbiology. 7: 1-13.

23.
LAMPIRAN

24.
1. Total biaya variabel
Responden 1

II Biaya Variabel
F. Benih 900 kg Rp.20.000 18.000.000
G. Pupuk
 Pupuk NPK 500 kg/Ha Rp.115.000 1.150.000
(Petro Kimia)
H. Pestisida
 Marsal 5 Liter Rp.170.000 850.000
 Decis 3 Liter Rp. 250.000 750.000
I. Tenaga Kerja 7 orang Rp. 100.000 700.000
J. Pasca Panen 25 orang Rp. 100.000 2.500.000
Total Biaya Variabel 23.950.000

Responden 2

II Biaya Variabel
F. Benih 200 kg Rp.35.000 4.000.000
G. Pupuk
 Pupuk Organik 250 kg Rp.50.000
 Urea 25 kg Rp.125.000 560.000
 Poska 50 kg Rp. 135.000

 Mutiara 25 kg Rp.250.000

H. Pestisida
 Obat ulat 100 ml Rp.210.000

 Fungisida ziflo 800 gram Rp. 95.000 555.000


250 ml Rp. 250.000
 Fungisida scor

15 Orang Rp.70.000 1.050.000


I. Tenaga Kerja
15 Orang Rp.25.000 375.000
J. Pasca Panen

25.
Total Biaya Variabel 6.540.000

Responden 3

II Biaya Variabel
F. Benih 900 kg Rp.30.000 18.000.000
G. Pupuk
 Phosgro 8 Zak Rp.1.800.000
 Urea 1 Zak Rp.150.000 3.700.000
 Phonska 3 Zak Rp. 750.000

 Mutiara 2 Zak Rp.1.000.000

H. Pestisida
 Obat ulat 25 ltr Rp.335.000 450.000

 matarset 20 ltr Rp. 115.000

I. Tenaga Kerja 33 Orang Rp.70.000 2.310.000

J. Pasca Panen 40 Orang Rp.70.000 2.800.000

Total Biaya Variabel 27.260.000

2. Total Pendapatan Hasil Produksi


Responden 1

Harga
No Urain Fisik Nilai
(Rp/fisik)
I Produksi 3.000 kg Rp.32.000 96.000.000

Responden 2

Harga
No Urain Fisik Nilai
(Rp/fisik)
I Produksi 800 kg Rp.32.000 25.600.000

26.
Responden 3

Harga
No Urain Fisik Nilai
(Rp/fisik)
I Produksi 4.100 kg Rp.32.000 143.500.000

3 Total Pendapatan Finansial


a. Responden 1
TPHP-TBV 96.000.000-23.950.000
Total Rp.72.050.000

b. Responden 2
TPHP-TBV 25.600.000-6.540.000
Total Rp.19.060.000

c. Responden 3
TPHP-TBV 143.500.000-27.260.000
Total Rp.126.540.000

Keterangan : TPHP = Total Pendapatan Hasil Produksi


TBV = Total Biaya Variabel

27.
4. Dokumentasi

28.

Anda mungkin juga menyukai