Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM INTEGRASI

OLEH :

NUR HIJRA
E281 19 129

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM INTEGRASI

“Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Mata Kuliah Integrasi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako”

Oleh :

NUR HIJRA
E 281 19 129

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021

ii
Judul Penelitian : Laporan Lengkap Praktikum Integrasi di Kebun
Akademik Fakultas Pertanian

Nama : Nur Hijra

Stambuk : E 28119129

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Universitas : Tadulako

Palu, Desember2021

Menyetujui,

Koordinator Asisten Nama Asisten Penanggung Jawab

Syamsu Sp Muhammad Iqbal


E28117082

Disahkan Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Mata Kuliah Integrasi

Dr. Ir. Muhammad Ansar, MP


196208091987011001

iii
RINGKASAN

Nama Nur Hijra (E281 19 129), Judul “laporan Lengkap Praktikum


Integrasi di Kebun Akademik Fakultas Pertanian Universitas Tadulako”.
Sistem integrasi tanaman adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh
keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dalam suatu usaha tani atau suatu
kesuburan lahan. Pola yang telah banyak diterapkan adalah sistem integrasi
dimana secara empiris pola pengembangan integrasi tanaman bukan saja telah
meningkatkan populasi secara nyata, tetapi juga mampu menumbuhkan usaha.
Integrasi tanaman perkebunan merupakan perpaduan dua komoditas yang bisa
dikembangkan secara bersamaan pada wilayah yang sama, yang masing-masing
keberadaannya saling membutuhkan satu sama lain. Tanaman jagung merupakan
komoditas yang potensial untuk dikembangkan karena merupakan sumber
karbohidrat dan protein. Selain itu jagung mempunyai potensi sebagai salah satu
komoditas pertanian untuk bahan pangan terpenting kedua setelah beras dan
merupakan bahan pakan ternak serta bahan baku industri. Kebutuhan jagung terus
meningkat sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan
kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi
melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun
potensi hasil. Sistem integrasi merupakan penerapan usaha tani terpadu, sistem ini
sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput dan hijauan
pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai pakan, selain
menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan
tanah.
Sistem integrasi dapat meningkatkan pendaptan rumah tangga dengan
mengolah kotoran ternak menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya dapat
dijual kepada petani lain. Usahatani integrasi dalam satu kesatuan daur produksi.
Beberapa hasil penelitian sistem integrasi ternak dan tanaman dapat meningkatkan
pendapatan petani. Usahatani terpadu merupakan pilihan tepat karena semakin
terbatasnya kemampuan sumber daya pertanian, sehubungan dengan itu, sistem
integrasi jagung adalah salah satu model sistem usahatani terpadu alternatif pada
pertanian. Pengembangan sistem integrasi jagung merupakan program strategis
untuk mendukung swasembada jagung. Sistem integrasi jagung merupakan sistem
usahatani tanpa limbah sehingga limbah tanaman menjadi input pakan ternak,
sebaliknya limbah ternak digunakan untuk tanaman jagung. Keunggulan model
sistem integrasi jagung ini adalah terjadinya integrasi positif antara kedua atau
kebih komoditas yang dipadukan. Setiap kombinasi yang berinteraksi positif
menunjukkan bahwa keduanya saling mendukung dalam satu sistem produksi
usaha tani.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan lengkap

dengan judul “Laporan Lengkap Praktikum Integrasi di Kebun Akademik

Fakultas Pertanian dengan baik. Penyusunan laporan ini sebagai syarat untuk

menyelesaikan praktikum Mata Kuliah Integrasi.

Selama pelaksanaan praktikum ini penulis banyak mendapatkan arahan,

bimbingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan

praktikum dan penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.

Oleh karenanya, dengan baik dan benar. Oleh karenanya, dengan kerendahan hati

penyusun ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Syamsu S.P, Selaku Koordinator Praktikum Mata Kuliah Integrasi.


2. Muhammad Iqbal, Selaku Penanggung Jawab Praktikum Mata Kuliah
Integrasi.
Penyusun telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan laporan
ini, namun sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh
karena itu, dengan penuh rasa rendah hati penyusun menerima kritikan dan saran
yang sifatnya membangun. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada
penyusun dan pembacanya. Aamin.
Palu, November 2021

penyusun

v
DAFTAR ISI

Teks Halaman
HALAMAN SAMPUL......................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. iii
RINGKASAN........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR........................................................................... v
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. viii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat .............................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Morfologi Tanaman .............................................................. 3
2.1.1 Jagung .......................................................................... 3
2.1.2 Bawang Merah ............................................................. 4
2.2 Syarat Tumbuh ...................................................................... 6
2.2.1 Jagung .......................................................................... 6
2.2.2 Bawang Merah .............................................................
2.3 Pupuk dan Pemupukan .......................................................... 8
2.3.1 Jagung .......................................................................... 9
2.3.1 Bawang Merah ............................................................. 10
2.4 Pola Tanam ........................................................................... 12
2.4.1 Jagung .......................................................................... 11
2.4.2 Bawang Merah ............................................................. 12

BAB III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Tempat dan Waktu ................................................................ 14
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................... 14
3.3 Cara Kerja ............................................................................. 14
3.3.1 Penyiapan Lahan ........................................................... 15
3.3.2 Penanaman .................................................................... 15
3.3.3 Perawatan ...................................................................... 16
3.3.4 Parameter pengamatan .................................................. 16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengamatan Tanaman ........................................................... 17
4.1.1 Jagung .......................................................................... 17
4.1.2 Bawang Merah ............................................................ 18
4.2 Vegetasi Tanaman ................................................................. 20

vi
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 21
5.2 Saran...................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
BIODATA PENYUSUN

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) bibit jagung................. 17


2. Tabel 2. Rata-rata jumlah daun (lembar) jagung....................... 17
3. Tabel 3. Rata-rata diameter (cm) jagung.................................... 18
4. Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman (cm) bawang merah............ 19
5. Tabel 5. Rata-rata jumlah daun (lembar) bawang merah.......... 19

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1.1 Vegetasi Gulma (Indica pudica L.)................................... 23


Gambar 1.2 Vegetasi Gulma................................................................. 23
Gambar 2.1 Vegetasi Serangga Ulat grayak (spodoptera L.)............... 23
Gambar 2.1 Vegetasi Serangga Semut (formicida)............................... 23

ix
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays.L) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi


kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat
kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok, jagung juga
merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutukan akan konsumsi jagung
diindonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya
tingkat konsumsi perkapita tahun-1 dan semakin meningkat jumlah penduduk.
Jagung merupakan bahan dasar/bahan olahan untuk minyak goreng, tepung
maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak (Tim
Karya Tani Mandiri, 2010).
Jagung pulut merupakan bahan pangan khas pulau sulawesi. Masyarakat
sulawesi umumnya sangat menggemari jagung pulut yang dapat direkreasikan
dalam berbagai bentuk makanan olahan. Selain itu jagung pulut juga menjadi
sumber plasma nutfah untuk merakit kultivar-kultivar baru melalui kegiatan
pemuliaan tanaman (Azrai et al, 2010).
Jagung pulut lokal sulawesi memiliki produktivitas yang hanya mencapai 2
hingga 2,5 ton/ha, sementara potensi hasil bisa mencapai 8,09 ton/ha. Di
kabupaten Poso pada tahun 2012 produksi jagung pulut hanya mencapai 3.731,2
ton, lebih rendah jika dibandingkan dengan produksi di tingkat Provinsi Sulawesi
Tengah sebesar 440.308 ton (BPS Poso, 2013).
Bawang merah (Alliu m ascalonicum L.) merupakan salah satu kebutuhan
pokok, namun kebutuhan bawang merah tidak dapat dihindari oleh konsumen
rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masakan sehari-hari. Kegunaan lain dari
bawang merah ialah sebagai obat tradisional yang manfaatnya sudah dirasakan
oleh masyarakat luas. Demikian pula pesatnya pertumbuhan industri pengolahan
makanan akhir-akhir ini juga sangat cenderung meningkatkan kebutuhan bawang
merah di dalam negeri (Firmansyah dan Sumarni,2013).

1
Pada dekade terakhir, kebutuhan bawang merah di indonesia dari tahun ke
tahun baik untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan
sebesar 5%. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang setiap
tahunnya juga mengalami peningkatan, Badan pusat stastistik (BPS, 2016)
menyatakan bahwa produksi bawang merah di indonesia dari tahun 2011-2015
yaitu sebesar 893.124 ton, 964.195 ton, 1.010.773 ton, 1,229.184 ton. Pada tahun
2015 produksi bawang merah nasional mengalami penurunan dibandingkan tahun
2014 yaitu sebesar 0,39%. Luas panen bawang merah di indonesia tahun 2011-
2015 yaitu seluas 93.667 Ha, 99.519 Ha, 98,937 Ha.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengamatan pada tanaman jagung dan bawang merah serta mengetahui vegetasi
dan serangga.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman

2.1.1 Morfologi Tanaman Jagung


Hampir semua bagian dari tanaman jagung memiliki nilai ekonomis.
Beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya, batang dan daun
muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau
kompos, batang dan daun kering sebagai kayu bakar, buah jagung muda untuk
sayuran, perkedel, bakwan dan berbagai macam olahan makanan lainnya.
1. Batang
Batang tanaman jagung tidak bercabang dan kaku. Bentuk batangnya
silinder dan terdiri atas beberapa ruas serta buku ruas. Adapun tingginya
tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60 – 250 cm
(Paeru dan Dewi, 2017).
2. Daun
Paeru dan Dewi, (2017) mengatakan bahwa tanaman jagung memiliki daun
yang panjang dan lebarnya agak seragam. Lembar daun berselang-seling dan
berbentuk seperti rumput. Tulang daun terlihat jelas dengan bentuk termasuk
tulang daun sejajar. Tanaman jagung memiliki jumlah daun 8 – 48 helai. Daun
tanaman jagung terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian kelopak daun, lidah daun, serta
helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak daun
dengan helaian daun terdapat lidah daun yang memiliki bulu dan berlemak yang
disebut ligula yang memiliki fungsi untuk mencegah air untuk masuk kedalam
kelopak daun dan batang.
3. Bunga
Bunga jagung juga termasuk bunga tidak lengkap karena tidak memiliki
petal dan sepal. Alat kelamin jantan dan betinanya juga berada pada bunga yang
berbeda sehingga disebut bunga tidak sempurna. Bunga jantan terdapat di ujung
batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke -6 atau ke -8 dari bunga
jantan (Paeru dan Dewi, 2017).

3
Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang
disebut floret. Dua floret diabatsi oleh sepasang glumae (gluma). Bunga jantan
tumbuh dibagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk
sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol,
yang tumbuh dari buku di antara batang dan pelepah daun. Umumnya satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah betina.
4. Tongkol dan Biji
Tanaman jagung mampu menghasilkan satu atau beberapa tongkol. Tongkol
jagung muncul dari buku ruas yang berupa tunas yang kemudian berkembang
menjadi tongkol jagung. Pada satu tongkol terdapat 200 – 400 biji jagung yang
tersusun rapi yang memiliki bentuk pipih dengan permukaan biji jagung cembung
atau cekung serta dasarnya memiliki bentuk yang runcing. Biji jagung memiliki 3
bagian terpenting yaitu perikarp, endosperma dan embrio (Paeru dan Dewi, 2017).
Budiman, (2013) mangatakan bahwa pada biji jagung terdiri atas empat
bagian utama, yaitu: kulit luar (perikarp) (5 %), lembaga (12 %), endosperma (82
%) dan tudung biji (tin cap) (1 %). Kulit luar merupakan bagian yang banyak
mengandung serat kasar atau karobohidrat yang tidak larut (non pati), lilin dan
beberapa mineral. Lembaga banyak mengandung minyak. Total kandungan
minyak dari setiap biji jagung adalah 4 %. Sedangkan tudung biji dan endosperm
banyak mengandung apti. Pati dalam tudung biji adalah pati yang bebas
sedangkan pati pada endosperm terikat kuat dengan matriks protein (gluten).

2.1.2 Morfologi Tanaman Bawang


Merah Struktur morfologi tanaman bawang merah terdiri atas akar, batang,
umbi, daun. Tanaman bawang merah termasuk tanaman semusim ( annual),
berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang
sejati (diskus) yang berbentuk sperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat
melekatnya perakaran dan mata tunas (titik tumbuh) ( Rukmana, 2012).

4
1. Akar
Secara morfologi akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar,
dan tudung akar. Sedangkan secara anatomi (struktur dalam) akar tersusun atas
epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat. Ujung akar merupakan titik
tumbuh akar. Ujung akar terdiri atas jaringan meristem yang sel-selnya berdinding
tipis dan aktif membelah diri. Ujung akar dilindungi oleh tudung akar (kaliptra).
Tudung akar berfungsi melindungi akar terhadap kerusakan mekanis pada waktu
menembus tanah (Dewi 2012).
Pada akar, terdapat rambut-rambut akar yang merupakan perluasan
permukaan dari sel-sel epidermis akar. Adanya rambut-rambut akar akan
memperluas daerah penyerapan air dan mineral. Rambut-rambut akar hanya
tumbuh dekat ujung akar dan relatif pendek. Bila akar tumbuh memanjang
kedalam tanah maka pada ujung akar yang lebih muda akan terbentuk rambut-
rambut akar yang baru, sedangkan rambut akar yang lebih tua akan hancur dan
mati. Akar merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai alat untuk
menyerap air dan garam mineral dari dalam tanah, dan untuk menunjang dan
memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya (Dewi 2012).
2. Batang
Batang pada bawang merah merupakan batang yang semu yang terbentuk dari
kelopak-kelopak daun yang saling membungkus. Kelopak-kelopak daun sebelah
luar selalu melingkar dan menutupi daun yang ada didalamnya. Beberapa helai
kleopak daun terluar mengering tetapi cukup liat. Kelopak daun yang menipis dan
kering ini membungkus lapisan kelopak daun yang yang ada didalamnya yang
membengkak. Karena kelopak daunnya membengkak bagian ini akan terlihat
mengembung, membentuk umbi yang merupakan umbi lapis (Dewi 2012).
Bagian yang membengkak pada bawang merah berisi cadangan makanan
untuk persediaan makanan bagi tunas yang akan menjadi tanaman baru, sejak
mulai bertunas sampai keluar akarnya. Sementara itu, bagian atas umbi yang
membengkak mengecil kembali dan tetap saling membungkus sehingga
membentuk batang semu (Dewi 2012).

5
Pada pangkal ubi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang
tidak sempurna. Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akar-akar serabut yang
tidak terlalu panjang. Sedangkan dibagian atas cakram, diantara lapisan kelopak
daun yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
tanaman baru (Dewi 2012 ).
3. Daun
Secara morfologi, pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian daun
(lamina), dan tangkai daun (petiolus). Daun pada bawang merah (Allium cepa var.
ascalonicum) hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil dan
memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunya meruncing dan
bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak (Dewi 2012).
Pada bawang merah, ada juga yang daunnya membentuk setengah lingkaran
pada penampang melintang daunnya, warna daunnya hujau muda. Kelopak-
kelopak daun sebelah luar melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya
(Dewi 2012).
4. Umbi
Bagian pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok
yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram tumbuh akar-akar
serabut. Di bagian atas cakram terdapat mata tunas yang dapat menjadi tanaman
baru. Tunas ini dinamakan tunas lateral, yang akan membentuk cakram baru dan
kemudian dapat membentuk umbi lapis kembali (BPS 2016).

2.2 Syarat Tumbuh

2.2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

1. Iklim
Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah
hujan ideal sekitar 85 – 200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan
dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya
jagung ditanam di awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Dan
tanaman jagung menghendaki suhu antara 21 – 34 derajat C, namun idelanya pada

6
suhu 23 – 27 derajat C. Sedangkan pada proses perkecambahan benih jagung
memerlukan suhu sekitar 30 derajat C (Budiman, 2013).
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak tipe dan
variasi sifat – sifat yang dimilikinya, jagung dapat tumbuh baik pada berbagai
iklim. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalag daerah
– daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis atau tropis basah.
Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 00 – 500 lintang utara hingga
00 – 400 lintang selatan (Rukmana, 2010).

2. Ketinggian Tempat

Menurut Paeru dan Dewi (2017), tanaman jagung mampu dbudidayakan pada
dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun pada umumnya jagung di
Indonesia dibudidayakan di dataran rendah, baik pada lahan tegalan, sawah tadah
hujan maupun sawah irigasi. Dan pada dataran tinggi tanaman jagung mampu
tumbuh pada ketinggian 1.000 – 1.800 m dpl. Budiman (2013) Menambahkan
daerah dengan ketinggian antara 0 – 600 m dpl merupakan ketinggian yang
optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung.
3. Jenis Tanah
Paeru dan Dewi (2017), mengatakan bahwa tanaman jagung dapat tumbuh
secara optimum jika ditanam pada lahan yang subur, gembur, dan kaya akan
humus sehingga produktivitas nya pun akan tinggi serta tanaman jagung akan
tumbuh secara baik jika keasaman tanah (pH) berkisar antara 5,5 – 7 namun yang
paling baik adalah 6,8. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain:
andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada
tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang
baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman
jagung tersebut (Budiman, 2013).

7
2.2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah
Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakaran yang
pendek. Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan
pembentukan umbi cukup banyak. Di lain pihak, bawang merah juga paling tidak
tahan terhadap air hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek. Sebaiknya
bawang merah ditanam di musim kemarau atau di akhir musim penghujan.
Dengan demikian, bawang merah selama hidupnya di musim kemarau akan lebih
baik apabila pengairannya baik (Hadisuwito, 2012).
Ketinggian tempat yang terbaik untuk tanaman bawang merah adalah
kurang dari 800 m di atas permukaan laut (dpl). Namun sampai ketinggian 1.100
m dpl, tanaman bawang merah masih dapat tumbuh. Ketinggian tempat suatu
daerah berkaitan erat dengan suhu udara, semakin tinggi letak suatu daerah dari
permukaan laut, maka suhu semakin rendah (Hadisuwito, 2012).
Tanaman bawang merah menghendaki temperatur udara antara 25 - 32 0C.
Tanaman bawang merah lebih baik pertumbuhannya pada tanah yang gembur,
subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang sesuai bagi
pertumbuhan bawang merah misalnya tanah lempung berdebu atau lempung
berpasir, yang terpenting keadaan air tanahnya tidak menggenang. Pada lahan
yang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik.
Derajat kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 (Hadisuwito, 2012).

2.3 Pupuk dan Pemupukan

2.3.1 Pupuk dan Pemupukan Tanaman Jagung


Pada pemupukan dasar, dosis pupuk yang tepat untuk tanaman jagung
terdiri dari pupuk organik (kompos dll) 10 – 20 Ton/hektar. Pemberian pupuk
dilakukan pada saat olah lahan, jika Ph tanah asam tambahkan dolomit/kaptan dan
jika Ph tanah basa maka tambahkan Sulfur/Belerang. Tujuan dari pemupukan ini,
yakni menyediakan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan benih jagung,
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, menetralkan ph tanah
(Damanik,2011)

8
a) Pemupukan susulan tahap pertama
Proses pemupukan susulan kali pertama ini dapat dikerjakan ketika umur
tanaman jagung sudah mencapai 15 HST (Hari Setelah Tanam). Adapun pupuk-
pupuk yang digunakan antara lain: Nitrogen:50 kg/ha(urea) Fosfor : 8 kg/ha(sp36,
tsp) Kalium : 40 kg/ha(kcl). Pemberian pupuk ini diharapkan pertumbuhan
tanaman jagung akan semakin subur. Selain itu, tanaman jagung juga mempunyai
daya tahan yang lebih kuat dari serangan hama dan penyakit (pasta, 2015)
b) Pemupukan susulan tahap kedua
Untuk pemupukan susulan tahap kedua, pekerjaannya dilaksanakan pada
waktu tanaman jagung telah menginjak usia 30 HST (hari setelah tanam). Proses
ini mengandalkan beberapa pupuk yang berguna untuk mendukung pertumbuhan
tanaman seperti : Nitrogen : 75 kg/ha(urea) Fosfor : 15 kg(sp36,tsp) Kalium : 60
kg(kcl)
c) Pemupukan susulan tahap ketiga
Pemupukan ketiga tanaman Jagung membutuhkan unsur hara yang
berfungsi untuk pembentukan buah jagung sehingga unsur hara P harus lebih
dominan dan mengurangi unsur hara N agar tanaman tidak rentang hama
penyakit, pemberian unsur hara lebih tinggi agar tanaman kuat dari hama dan
penyakit pembirian pupuk di lakukan pada umur 45 HST. Nitrogen: 25 kg(urea)
Fosfor:25 kg(sp36) Kalium:68 kg.(kcl). Selain memberikan pupuk secara tepat,
tanaman jagung juga perlu disiram secara berkala untuk menjaga kebutuhan air
dan kelembapan udara. Jangan sampai tanaman mengalami kekeringan akibat
kondisi lahan yang terlalu tandus.
Proses penyiangan dapat dilakukan sebelum proses pemupukan susulan
tahap pertama dan kedua dilaksanakan. Sementara, proses pembubunan sebaiknya
dikerjakan dalam waktu yang bersamaan dengan pemupukan susulan tahap kedua.
Jagung dapat dipanen setelah berusia 120 – 130 hari setelah tanam untuk
memastikan benar-benar kering. Jagung yang siap panen memiliki ciri-ciri :
kelobot cokelat, rambut jagung hitam kering, biji jagung keras.

9
2.3.2 Pupuk dan Pemupukan Tanaman Bawang Merah
Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang
Mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5 dan 5 kg K2O serta unsur-unsur hara esensial
lain. Dalam jumlah yang relatif kecil. Dalam semua pupuk kandang, P selalu
terdapat. Dalam kotoran padat dan sebagian besar K dan N terdapat dalam kotoran
cair (urine). Kandungan unsur hara dalam kotoran ayam adalah yang paling
tinggi, Karena bagian cair (urine) tercampur dalam bagian padat (Sumarni dan
Rosliani, dan Basuki 2012).
Pupuk kandang secara konvensional sebenarnya siap pakai dan tidak
Memerlukan perlakuan khusus. Hanya saja kotoran hewan yang baru keluar dari
Tubuh hewan atau ternak tidak boleh langsung diberikan ke tanaman. Kotoran
Demikian perlu difermentasi terlebih dahulu, sehingga dapat disebut pupuk
Kandang yang siap digunakan untuk tanaman.
Keberhasilan pemupukan sangat ditentukan oleh pemakaian maupun
Penempatan pupuk yang tepat. Pupuk yang disebarkan di permukaan tanah akan
Memberikan hasil lain dibanding dengan pupuk yang dibenamkan dalam tanah.
Ada tiga cara pemupukan yang dianjurkan untuk diterapkan pada tanaman
Bawang merah, yaitu:
a. Penugalan, Pemupukan dengan cara ini adalah pupuk ditempatkan dalam
jalur-jalur Yang dibuat di dekat tanaman dengan jarak 5 cm dan dalam 3-5
cm. Lubang Tempat pupuk dibuat dengan cara ditugal pada tanah yang telah
ditentukan batas- batasnya (Pitojo, 2013).
b. Pembenaman, Pupuk dibenamkan pada alur-alur di antara barisan tanaman.
Alur-alur Untuk menempatkan pupuk dibuat seperti parit yang berukuran
kira-kira 2 cm. Dengan kedalaman 3 cm, dan jarak 3-5 cm. Pembuatan alur
harus dilakukan Dengan hati-hati agar tidak memutus atau merusak akar
serabut yang menjalar ke Samping (Pitojo, 2013).
c. Melalui daun Pemupukan melalui daun di lakukan dengan cara
disemprotkan langsung Pada tanaman, terutama bila pupuk yang digunakan
dalam jumlah sedikit. Unsur Hara mikro yang biasa digunakan terdapat pada
pupuk pelengkap cair (PPC) dan Pemupukan biasanya dilakukan bersamaan

10
dengan penyemprotan pestisida. Agar Pestisida dan pupuk lebih efektif
kerjanya, maka ketika menyemprot dapat Ditambah zat perekat, misalnya
Agristik. Pupuk daun yang diberikan adalah Gandasil dan Vitabloom
(Pitojo, 2013)

2.4 Pola Tanam

2.4.1 Pola Tanam Jagung


Pola tanam untuk tanaman jagung terdiri dari dua pola, yaitu pola
monokultur dan polikultur.
Pola monokultur merupakan pola tanam yang hanya menanam tanaman
jagung di dalam satu wilayah. Kelebihan dari pola ini adalah dapat meminimalisir
dengan mudah serangan hama dan penyakit. Hal ini dikarenakan hanya satu
tanaman yang ditanam sehingga penanganannya tidak sulit. Selain itu, melalui
pola ini hasil produksi yang didapatkan akan lebih tinggi karena pertumbuhan
yang optimal. Kekurangan dari pola monokultur ini adalah petani hanya
mendapatkan satu jenis tanaman sehingga pendapatan hanya tergantung dari harga
jagung di pasaran.
Pola polikultur merupakan pola tanam yang menggabungkan jenis tanaman
lainnya dengan tanaman jagung di dalam satu wilayah. Kelebihan dari pola ini
adalah petani mendapatkan hasil panen selain jagung sehingga keuntungan yang
didapatkan bisa lebih besar dari pola monokultur. Sementara, kekurangan dari
pola polikultur adalah serangan hama dan penyakit cenderung lebih banyak
karena perawatan tanaman tidak bisa seintensif pola monokultur. Selain itu, hasil
produksi pola polikultur tidak setinggi hasil yang ditanam dari pola monokultur.
ada pola polikultur terdapat tiga jenis pola tanam yang dapat digunakan.
- Pertama, pola tumpang sari (intercropping) yang merupakan pola penanaman
tanaman lebih dari satu yang memiliki umur yang sama di satu wilayah.
- Kedua, pola tumpang gilir (relay planting), yaitu pola penanaman yang
menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman dalam waktu yang berbeda.

11
- Ketiga, pola tanam campuran (mixed cropping), yaitu pola penanaman jagung
yang dilakukan dengan beberapa tanaman lainnya tanpa diatur jarak tanam
ataupun larikannya. Dengan kata lain, semua tanaman tercampur menjadi satu.
Demikian penjelasan terkait pola tanam yang baik untuk tanaman jagung.
Sekarang, Anda bisa menentukan sendiri kapan sebaiknya Anda akan
menggunakan jenis pola tanam tersebut untuk menghasilkan produktivitas yang
lebih besar.

2.4.2 Pola Tanam Bawang Merah


Penanaman bawang merah dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Pemotongan umbi
Di lakukan jika benih/umbi dalam penyimpanan kurang dari 2 bulan.
Tujuannya adalah untuk mempercepat tumbuhnya benih/umbi dan
pemotongannya hanya 1/3 bagian umbi yaitu bagian pucuknya kemudian
dicampur dengan fungisida sebelum ditanam.
2) Penanaman
Di lakukan dengan membenamkan seluruh umbi ke dalam tanah dengan
jarak tanam 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm tergantung dari kesuburan tanah dan
tujuannya. Apabila akan dibuat benih jaraknya lebih rapat dan bila digunakan
untuk konsumsi maka jarak tanam lebih lebar.
3) Pemeliharaan tanaman
Agar tanaman bawang merah tumbuh dengan baik, perlu dilakukan
pemeliharaan tanaman sebagai berikut :
1. Pengairan/penyiraman
Setelah tanam penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore
hari sampai tanaman tumbuh serempak, setelah tumbuh serempak frekuensi
dikurangi menjadi 1 hari 1 kali.
2. Pemupukan
Untuk 1 ha pemupukan susulan I dilakukan setelah tanaman berumur 2
minggu dengan komposisi Urea 93 kg, ZA 200 kg, dan KCl 112 kg. Pemupukan

12
susulan II dilakukan pada tanaman umur 5 minggu dengan komposisi Urea 47 kg,
ZA 100 kg, dan KCl 56 kg dan cara pemberiaannya dengan
membuat garitan disamping tanaman kemudian ditaburi campuran pupuk.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua tahap atau tergantung dari pertumbuhan
gulmanya. Pada umumnya dilakukan 2 tahap, yaitu bersamaan dengan
pemupukan susulan.
4. Pengendalian hama/penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah ialah ulat daun.
Pengendalian dengan insektisida berbahan aktif klorfirifos apabila sudah
mencapai ambang batas pengendalian. Penyakit berbahaya yang menyerang
bawang merah umumnya disebabkan oleh cendawan dan ini bisa ditanggulangi
dengan fungisida.
Panen bawang merah pada umumnya setelah tanaman berumur 2 bulan,
apabila 60-70 persen daunnya sudah rebah.Produksi rata-rata tanaman bawang
merah di Poktan Mugi Makmur adalah 1:8-9 kg, artinya setiap 1 kg benih umbi
bisa menghasilkan 8-9 kg bawang merah, Pemasaran bawang merah di
Poktan Mugi Makmur biasanya dilakukan dengan cara tebasan (Suriani, 2011).

13
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Pelaksanaan Praktikum Mata Kuliah Integrasi di laksanakan di Lahan
Akademik Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu. Praktikum Mata Kuliah
Integrasi dilakukan pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021 pada jam 07.30-selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cangkul, skop,
selang, patok, tali rafia, meteran, alat tulis, kamera. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu benih jagung pulut, benih bawang merah dan pupuk urea.

3.2 Cara kerja

3.2.1 Penyiapan Lahan (Pembongkaran Lahan)

Pada penyiapan lahan pertama-tama kita membersihkan lahan dari gulma


atau rerumputan dan batu- batu yang ada kemudian tanah di traktor guna untuk
mengemburkan tanah kemudian di cangkul dan sekop untuk membuat bedengan
dengan ukuran 2x3 meter.
3.2.2 Penanaman
Pada proses penanaman dilakukan pengukuran jarak tanam terlebih dahulu
kemudian di beri patokan serta tali raffia sebagai penanda, lalu buat lubang yang
tidak terlalu dalam untuk menanam bibit tanaman jagung dan bawang dengan
jarak tanam setiap jagung 80x40 pada bawang 20x10.
3.2.3 Perawatan
Pada proses perawatan dilakukan penyiraman yang dilakukan setiap hari
di pagi dan sore hari, kemudian dilakukan perawatan gulma secara alami dengan
cara mencabut semua gulma yang ada pada bedengan serta juga di lakukan
pemupukan sebanyak 2 kali dan penyemprotan pestisida.

14
3.3 Parameter Pengamatan
Pada parameter panjang dan banyaknya daun pada tanaman jagung dan
bawang kami mengukur mengunakan meteran baju serta menghitungnya pada
setiap minggu tepatnya setiap hari sabtu.
Pada parameter gulma dan hama tanaman jagung dan bawang kami
melihat perangkap hama yang kami buat selama tiga minggu sekali sama halnya
pada gulma.

15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tinggi Tanaman

Tabel 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung (cm) Umur 2, 4, 6, 8 Dst.


MST

Sampel Nilai Pengamatan Ke-


No
Tanaman 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST DST,…
1 A 5,5 94 170 172
2 B 9 127 206 209
3 C 10 120 200 202
4 D 9 109 194 196
5 E 7 95 181 184
6 F 8 72 161 164

4.1.2 Jumlah Daun

Tabel 2. Data Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Jagung (cm)

Sampel Nilai Pengamatan Ke-


No
Tanaman 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST DST,…
1 A 6 9 10 12
2 B 6 12 11 13
3 C 6 12 11 12
4 D 6 9 11 12
5 E 6 10 11 12
6 F 4 9 9 10

16
4.1.3 Diameter Jagung

Tabel 3. Data Pengamatan Diameter Jagung (cm)

Sampel Nilai Pengamatan Ke-


No
Tanaman 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST DST,…
1 A 6 9 8 7.5
2 B 6 12 9.5 8.5
3 C 6 12 9.5 9
4 D 6 9 9.5 8.5
5 E 6 10 10 8
6 F 4 9 8 7

Tabel 4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Bawang Merah (cm)

Sampel Nilai Pengamatan Ke-


No
Tanaman 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST DST,…
1 A 16 19 23 23
2 B 20 25 33 37
3 C 16 19 19 21
4 D 16 21 25 27
5 E 10 14 13 10
6 F 15 20 23 23
7 G 17 18 35 28
8 H 15 18 18 22

17
Tabel 5. Data Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah (cm)

Sampel Nilai Pengamatan Ke-


No
Tanaman 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST DST,…
1 A 10 12 12 10
2 B 14 18 21 19
3 C 8 7 10 7
4 D 14 17 20 18
5 E 9 2 2 3
6 F 12 13 15 13
7 G 10 12 16 14
8 H 6 7 8 10

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan parameter pertumbuhan yang digunakan untuk


mengukur dan mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan
tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya lingkungan,
fisiologis dan genetika tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman merupakan bentuk
peningkatan pembelahan sel-sel akibat adanya asimilat yang meningkat.
Pada tabel 1. pengamatan tinggi tanaman jagung nilai yang diperoleh dari
hari ke 2, Mst (5,5 9, 10, 9, 7, 8) hari ke 4 (94, 127, 120, 109, 95, 72) hari ke 6
(170, 206, 200, 194, 181, 161) hari ke 8 ( 172, 209, 202, 196, 184, 164),
Danamik (2011) pertumbuhan pada tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur hara pada suatu lahan budidaya. Berdasarkan penelitian yang
menyatakan bahwa kelemahan dari pupuk organik adalah kandungan haranya
rendah serta lambat tersedia bagi tanaman.
Pada tabel 4. pengamatan tinggi tanaman bawang merah, nilai yang
diperoleh dari hari ke 2, Mst (16, 20, 16, 16, 10, 15, 17, 15) hari ke 4 (19, 25, 19,
21, 14, 20, 18, 18) hari ke 6 (23, 33, 19, 25, 13, 23, 35, 18) hari ke 8(23, 37, 21,
27, 10, 23, 28, 22 ).

18
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi bahan
organik dan arang pengaruhnya sama terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, hal
ini diduga karena tinggi tanaman lebih dominan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (wirana, 2015) yang mentakan bahwa pertumbuhan tanaman sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya dan air yang berperan penting
dalam pemanjangan sel, pembentukan sel tanaman dan proses penyerapan unsur
hara.

4.2.2 Jumlah Daun

Daun merupakan salah satu organ penting tanaman yang berfungsi sebagai
tempat prosesnya fotosintesis. Parameter jumlah daun diamati untuk mengetahui
pengaruh fotosintesis terhadap hasil fotosintesis tanaman jagung.
Pada tabel 2. pengamatan tinggi tanaman jagung nilai yang diperoleh dari
hari ke 2, Mst (6, 6, 6, 6, 6, 4) hari ke 4 (9, 12, 12, 9, 10, 9) hari ke 6 (10, 11, 11,
11, 11, 9) hari ke 8 (12, 13, 12, 12, 12, 10).
Daun merupakan salah satu organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun dalam satu
tubuh tanaman memungkinkan pemerataan jumlah cahaya yang diterima oleh
daun dan penyerapan hara menjadi lebih optimum. Pengamatan jumlah daun
dilakukan untuk mengetahui pengaruh fotosintesis yang akan menghasilkan
asmilat yang dimanfaatkan tanaman untuk pada fase vegetatif dan generatif
(Murdianingtyas, 2014)
Pada tabel 5. pengamatan jumlah daun bawang merah, nilai yang diperoleh
dari hari ke 2, Mst (10, 14, 8, 14, 9, 12, 10, 6) hari ke 4 (12, 18, 7, 17, 2, 13, 12, 7)
hari ke 6 (12, 21, 10, 20, 2, 15, 16, 8) hari ke 8 (10, 19, 7, 18, 3, 13, 14, 10).

4.2.3. Vegetasi Gulma dan serangga


Rejpar & zakaria (2011) mengatakan baha karakter habitat, seperti
vegetasi (tumbuhan dilahan berair, rumput, semak belukar, dan pohon) dan iklim
mikro (temperatur, kelembapan relatif, intensitas cahaya) adalah faktor kunci yang
mempengaruhi distribusi, keanekaragaman, dan kepadatan spesies.

19
Vegetasi gulma dapat dianalisis dengan cara mengamati jenis (spesies)
gulma yang tumbuh serta dominansinya pada pertanaman antara lain gulma
mimosa pudica L, gulma (syawal, 2010).
Identifikasi gulma dan serangga dilakukan pada pertanaman jagung dan
bawang merah di lakukan dilahan pertanian. Pada umumnya penyebaran
(diseminasi) biji gulma pada suatu lahan dapat terjadi melalui angin, air, hewan,
serangga dan manusia. Vegetasi pada serangga yang ada terdapat pada tanaman
yaitu antara lain ulat grayak (spodoptera L.), Semut (Formicidae).

20
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum mata kuliah integrasi ini dapat disimpulkan bahwa praktikum
ini membantu mahasiswa untuk dapat memahami dan lebih mengerti mengenai
bagaimana pengamatan budidaya tanaman jagung dan bawang merah dengan
system tumpang sari dengan benar. Bagaimana pegolahan lahan dan sampai
panen. Dan pengendalian hama dan penyakit di lapangan. Dari praktikum ini kita
dapat mengetahui pertumbuhan tanaman jagung dari baris plot 1,2,3,4 dengan
pemberian dosis pupuk yang berbeda-beda, tetapi dari pemberian dosis pupuk
yang berbeda ini pertumbuhan tanaman tidak begitu signifikan perbedaan.
Pertumbuhan tanaman jagung ini rata-rata sama

5.2 Saran

Untuk pelaksanaan kegiatan praktikum kedepannya diharapkan mahasiswa


lebih serius lagi dalam pelaksanaanya sehingga bisa mendaptkan hasil yang
maksimal, dimulai dari pembukaan lahan, pengolahan, pemeliharaan bisa
dilakukan lebih serius lagi

21
DAFTAR PUSTAKA

Pasta. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk N,P dan K Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung Dilahan Kering. http : www.
iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch = jsti&id = 15. Desember 2019 pukul 19:09

Badan Pusat Stastistik. 2016 Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi Tahun
2019-2013. Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Diakses
Pada 23 Desember 2019 pukul 21:09
Danamik, M dkk, 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. UsusPres. Medan.
Diakses pada 23 Desember 2019 pukul 21:20

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. CV. Nuansa
Aulia.Bandung. 208 hal.
Firmansyah, I. & N. Sumarni. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk N dan Varietas
terhadap pH Tanah, N-Total Tanah, Serapan N, dan Hasil Umbi Bawang
Merah (Alium ascolonicum L.) pada Tanah Entisols-Brebes Jawa Tengah.
Jurnal.Hort. 23(4):358-364.
H, Meiyana. 2016. Pengaruh Dosis Pupuk dan Jarak Terhadap Produksi B
Prarudiyanto awang Merah (Allium ascalonicum L). Media Soerjo. Vol
18.
Paeru, RH., dan Dewi, TQ. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Jakarta :
Penebar Swadaya. Cetak 1.
Rukmana, R. 2012. Usahatani Jagung. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Dewi, N. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.
Dewi, N. 2012. Aneka Bawang. Pustaka Baru Press. Jogjakarta. 195 hlm.
Budiman, Haryanto. 2013. Budidaya Jagung Organik Varietas Baru Yang Kian di
Buru. Pustaka Baru Putra. Yogyakarta. 206 hal.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Pitojo, S. 2003. Penangkaran Benih Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius.
Sumarni,N, Rosliani,R, dan Basuki,R,S. 2012. Respons Pertumbuhan Hasil
Umbidan Serapan NPK Tanman Bawang Merah Terhadap Berbagai Dosis
Pemupukan NPK pada Tanah Alluvial. J.Hort Vol. 22 No. 4
Suriani, N.2011.Bawang Merah Untung.Budidaya Bawang Merah.Cahaya Atma
Pustaka.Yogyakarta.
Syawal, Y., 2010. Interaksi Tanaman dengan Gulma (Dasar-dasar ilmu gulma).
Unsiri,Palembang.
DOKUMENTASI

1. Vegetasi gulma dan serangga pada tanaman jagung & Bawang Merah

Gambar 1.1 Gulma

Gambar 2.1 Gulma( mimosa pudica L.)

Gambar 3.1 Serangga Ulat Gambar 4.1 Serangga semut(Formicidae)


Grayak (spodoptera L)
BIODATA PENYUSUN

Penulis bernama lengkap Nur Hijra lahir di Sidondo 1

pada tanggal 20 April 2001. Anak dari pasangan suami

istri yang bernama Wawan dan Atika ini merupakan anak

ke dua dari 2 bersaudara. Penyusun melewati jenjang

pendidikan mulai dari Sekolah Dasar pada tahun 2008

sampai tahun 2013 SDN SIDONDO 1. Melanjutkan

Sekolah di SMP NEGERI 11 SIGI, dari tahun 2013 hingga

selesai pada tahun 2016. Dilanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu di SMAN

2 SIGI dan selesai pada tahun 2019. Setelah menyelesaikan studinya di SMAN 2

SIGI, penyusun melanjutkan studinya diperguruan tinggi UNIVERSITAS

TADULAKO PALU dan diterima melalui jalur Seleksi Bersama Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Fakultas Pertanian Program Studi

Agroteknologi dan sekarang berada pada semester 5 (Lima)

Anda mungkin juga menyukai