net/publication/354343265
CITATIONS READS
0 706
5 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Zainuri Hanif on 04 September 2021.
Jeruk Sehat
Nusantara
C.01/06.2021
Judul Buku:
Teknologi Inovatif Jeruk Sehat Nusantara
Editor:
Kurniawan Budiarto (Badan Litbang Pertanian)
Arifin Noor Sugiharto (Universitas Brawijaya Malang)
Penyunting Bahasa:
Mutia Erti Dwiastuti
Atika Mayang Sari
Desain Sampul:
Zainuri Hanif
Nanang Kusmanto
Alfyandi
Penata Isi:
Alfyandi
Jumlah Halaman:
388 + 22 halaman romawi
Edisi/Cetakan:
Cetakan 1, Juni 2021
ISBN: 978-623-256-784-9
Daftar lsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
Daftar Tabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xv
I. PENDAHULUAN
Mutia E. Dwiastuti, Trifena Honestin, dan Hardiyanto . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
xii
Daftar Isi
Index . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 379
xiii
VIII.
PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL JERUK
Zainuri Hanif, Hasim Ashari, Trifena Honestin,
Imro’ah Ikarini, dan Muhammad Taufiq Ratule
8.1 Pendahuluan
P roses panen yang tepat akan menentukan kualitas buah jeruk, baik untuk
konsumsi langsung maupun untuk olahan. Sampai saat ini, di Indonesia
proses panen buah jeruk umumnya masih dilakukan secara manual, yaitu
dipetik dengan tenaga manusia. Mekanisasi dipandang belum dibutuhkan
untuk dilakukan mengingat varietas yang ditanam oleh petani adalah jenis
siam dan keprok. Kedua varietas ini dikonsumsi segar sebagai buah meja.
Berbeda dengan varietas jeruk manis (orange) yang umumnya diproses
sebagai minuman segar atau jus.
Total produksi buah jeruk global pada tahun 2016 diperkirakan lebih dari
170 juta ton, hal ini menjadikan jeruk sebagai tanaman buah utama di dunia
(FAO, 2018). Komposisi jenis jeruk manis (orange) sekitar 60% dari total
produksi jeruk keseluruhan (citrus), diikuti oleh jeruk mandarin/jeruk keprok
dan siam (tangerine) sekitar 20% dari total produksi (Scordino & Sabatino,
2014). Mayoritas produksi jeruk manis ditujukan untuk industri pengolahan
jus, di mana Amerika Serikat dan Brasil sebagai penghasil utama jeruk manis
sekitar 70% dan 90% dari keseluruhan jeruk di negaranya masing-masing,
sedangkan di negara lain yaitu di wilayah Mediterania, seperti Spanyol, atau
Afrika Selatan, 80% sampai 85% dari total produksi ditujukan untuk pasar
segar (buah meja) baik lokal maupun internasional (FAO, 2018). Oleh karena
itu, penanganan dan persyaratan panen dan pascapanen untuk kedua
industri benar-benar berbeda. Dalam industri jus, penampilan luar dari buah
bukanlah parameter kualitas yang utama, namun untuk kualitas pasar buah
segar, penampilan kulit, tidak adanya kerusakan permukaan menjadi atribut
penting untuk penerimaan konsumen (Zacarias et al., 2020).
Persyaratan pascapanen untuk pasar lokal dan ekspor luar negeri sangat
berbeda. Globalisasi dan perdagangan internasional mensyaratkan
perawatan karantina yang ketat dan periode penyimpanan dingin yang
panjang. Hal ini menjadi kebutuhan untuk mencapai jarak pasar yang jauh.
Dengan demikian, buah-buahan harus disiapkan dengan benar, yaitu sejak
panen dengan menerima perlakuan pascapanen yang memadai supaya
kerusakan dapat diminimalisir selama proses transportasi dan penyimpanan.
Gambar 133. Buah jeruk keprok Soe stadia buah muda (atas), masak fisiologis (kiri dan
tengah bawah), dan matang berwarna kuning-orange (kanan bawah).
(Sumber foto: UTIK Balitjestro dan Arry Supriyanto)
356
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
Kondisi buah yang sudah masak fisiologis bobotnya tidak akan bertambah
lagi, warnanya terus menguning hingga memasuki stadia matang di mana
hampir semua permukaan kulitnya sudah mulai berwarna kuning dan
bertambah empuk. Pada tahap berikutnya, buah memasuksi stadia lewat
matang (over ripening). Fase ini ditandai dengan kulit buah berwarna kuning-
jingga merata, kulit sedikit mulai berkerut, dan buah melembek. Buah jeruk
bersifat nonklimakterik, artinya tidak akan mengalami perubahan reaksi
biokimia yang berarti jika telah dipetik.
357
Teknologi Inovatif
358
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
al., 2020). Penyakit pascapanen buah jeruk biasanya disebabkan oleh jamur
berfilamen dan nama umumnya didasarkan pada gejala yang dihasilkan.
Beberapa patogen pascapanen yang paling penting secara ekonomi
menginfeksi buah melalui luka kulit atau cedera yang ditimbulkan selama
panen, pengangkutan, dan penanganan pascapanen.
Patogen luka yang disebut ini termasuk Penicillium digitatum (Pers.: Fr.)
Sacc. dan P. italicum Wehmer, masing-masing penyebab bercak hijau dan
biru (Gambar X.2A); Geotrichum citri-aurantii (Ferraris) E.E. Butler, penyebab
busuk asam, Rhizopus stolonifer (Ehrenb.) Vuill. (sin.: R. nigricans Ehrenb.),
penyebab busuk Rhizopus dan Mucor piriformis A. Fisch., penyebab busuk
Mucor. Patogen pascapanen penting lainnya, yang disebut patogen laten,
menginfeksi buah di kebun selama musim tanam dan tetap laten atau diam
sampai melanjutkan pertumbuhan setelah buah dipanen.
359
Teknologi Inovatif
selama distribusi dan pemasaran. Selain itu, buah jeruk yang sehat dapat
tidak laku dijual ketika terkotori oleh konidia selama penanganan buah yang
sakit di rumah pengepakan (Palou, 2014).
Setelah panen, beberapa faktor individu dan operasi penanganan buah dapat
memengaruhi kejadian penyakit pascapanen jeruk, tetapi, secara umum, ada
tiga aspek dasar yang harus dipertimbangkan ketika menetapkan strategi
manajemen penyakit: (i) sanitasi buah dan rumah pengemasan yang efektif
untuk mengurangi tingkat inokulum patogen, (ii) praktik yang sesuai selama
penanganan dan penyimpanan buah untuk menghambat perkembangan
jamur dan mempertahankan resistensi penyakit alami buah, dan (iii) adopsi
perawatan fungisida/antijamur pascapanen yang sesuai.
360
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
361
Teknologi Inovatif
Gambar 135. Foto lemon untuk perlakuan grading menggunakan image processing (a)
lemon dengan PL filter, (b) lemon tanpa PL Filter, dan (c) lemon dengan
fluoresence. (Sumber foto: Zainuri Hanif)
362
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
363
Teknologi Inovatif
Buah jeruk stadia masak fisiologis yang sudah dicelupkan dalam larutan
etilen selama 2 menit ditiriskan pada tempat yang kering sejuk suhu
berkisar 27oC kelembapan 75%. Perubahan warna akan terjadi setiap hari
dan optimal pada hari ke 5. Berdasarkan hasil penelitian pemberian larutan
etilen tidak memengaruhi rasa, vitamin C dan jus buah jeruk. Perlakuan
penguningan bisa juga dilakukan ketika buah jeruk masih di pohon. Hal ini
lazim dilakukan pada tanaman jeruk ketika mendekati buah siap panen.
Tujuan perlakuan ini adalah menyeragamkan warna buah jeruk menjadi
kuning merata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ethepon
tidak memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam,
total gula, total padatan terlarut, kekerasan, susut bobot, rasio daging buah
dan kulit (Mayuoni et al., 2011; Porat, 2008). Namun, yang berpengaruh
adalah meningkatnya kematangan seiring peningkatan waktu. Etilen yang
dihasilkan merangsang terjadinya kematangan dan semua perubahan,
baik fisik maupun kimia, dengan lebih cepat. Kadar air buah jeruk makin
364
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
Buah jeruk untuk konsumsi segar tidak dapat dipanen secara mekanis, karena
tingkat kerusakan yang tinggi pada permukaan buah dan pembusukan yang
dihasilkan. Dua opsi digunakan: pertama, memetik dengan cepat di mana
buahnya ditarik dan diputar pada sudut ke ranting dan kedua, memetik
dengan memotong batang sedekat mungkin ke kelopak dengan jenis
gunting. Setelah buah dipetik dan ditempatkan di kotak panen standar,
buah dikirim ke rumah pengemasan untuk mengendalikan pembusukan
dan mengurangi hilangnya kelembapan dari kulit buah. Kondisi lingkungan
selama pengambilan, penyimpanan sementara di kebun dan pengangkutan
ke tempat pengemasan, dan menerapkan tindakan juga perlu diperhatikan
untuk mencegah hilangnya kelembapan yang tidak perlu (paparan sinar
matahari yang berlebihan, transportasi yang tertunda, dan sebagainya).
Suhu tinggi dan kelembapan rendah akan meningkatkan defisit tekanan uap
antara buah dan lingkungan dan akan menyebabkan hilangnya kelembapan
dari kulit buah, yang mungkin mengurangi kualitas buah.
365
Teknologi Inovatif
Tempat pengemasan dan aliran buah dari kebun dapat berbeda antara
negara satu dengan lainnya, meskipun prinsip dan sistem umumnya
serupa. Setibanya di kebun, buah yang sudah dipanen dicuci bersih dan
dikeringkan. Proses pengeringan berfungsi untuk membunuh spora jamur
dan menghilangkan residu pestisida pada buah jeruk. Setelah pengeringan
dirasa cukup, buah-buahan bisa diperlakukan penguningan jika warna kulit
dinilai tidak menarik. Setelah itu, buah-buahan yang sudah kering dialihkan
ke jalur pengemasan. Buah bergerak ke ban berjalan untuk memungkinkan
penyortiran awal, baik dengan ukuran mekanik dan/atau kombinasi dengan
inspeksi visual yang memungkinkan penyortiran buah di bawah standar.
366
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
Gambar 136. Jestrofresh, sari buah jeruk olahan TSP Jeruk Balitjestro
(Sumber foto: Yasita)
367
Teknologi Inovatif
sari buah adalah jumlah total padatan tidak kurang dari 10%, jika sari buah
diperoleh dari padatan sari buah yang diencerkan dengan air maka total
padatan tidak kurang dari 11% dan kadar etanol tidak lebih dari 0,3%.
Bahan baku dalam pembuatan sari buah jeruk adalah buah jeruk, air, dan
bahan-bahan tambahan makanan seperti pemanis, pengatur keasaman,
penstabil, dan pengawet. Bahan baku utama berupa buah jeruk yang
digunakan sebaiknya dalam kondisi kematangan yang sempurna, tidak
hambar, dan mengandung asam-asam organik. Proses pembuatan sari buah
diawali dengan sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan daging buah,
penghancuran dan ekstraksi, homogenisasi, pasteurisasi, pengalengan atau
pembotolan, pendinginan, serta penyimpanan. Proses sortasi dilakukan
untuk memilih buah yang memiliki kematangan optimum, tidak busuk, dan
tidak berkapang. Hal ini penting agar sari buah yang dihasilkan memiliki
kandungan gizi dan rasa yang optimal. Pemilihan buah yang cukup matang
pada buah jeruk juga menentukan tingkat kepahitan pada produk sari buah.
Buah jeruk mengandung senyawa limonin dan naringin yang menyebabkan
citarasa pahit pada jus buah.
368
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
Bahan baku utama dalam pembuatan es krim adalah lemak, bahan kering
tanpa lemak, bahan pemanis, bahan penstabil, dan bahan pengemulsi.
Sumber lemak es krim diperoleh dari penambahan susu. Es krim mengandung
sekitar 12% lemak, fungsi lemak dalam es krim adalah sebagai komponen
pembentuk tekstur padat dan mengontrol proses pelelehan es krim. Lemak
juga berperan sebagai penambah rasa yang akan berpengaruh terhadap
penilaian sensori panelis terhadap produk es krim.
370
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
Dalam bidang pengobatan, kulit jeruk telah lama digunakan sebagai obat
tradisional. Bagian kulit jeruk yang telah dikeringkan dapat digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit pada gigi dan telinga. Bagian putih dari
kulit jeruk, ketika dikonsumsi bersama dengan jus dan pulp, memberikan
efek pencahar (Das et al., 2014). Kulit jeruk kaya akan glikosida flavonoid
yang memiliki berbagai efek biologis, termasuk antioksidan, antiinflamasi,
dan sifat antikanker (Bravo, 1998). Flavonoid jeruk meliputi hesperidin, neo-
hesperidin, nobiletin, dan tangeritin (Manthey & Grohmann, 2001).
371
Teknologi Inovatif
serta kontrol proses saat penyulingan menjadi faktor yang utama untuk
menentukan mutu minyak atsiri jeruk. Minyak atsiri jeruk purut berdasarkan
penelitian Warsito et al. (2017), mengandung campuran kompleks dari
monoterpenoid hidrokarbon (MH) dan monoterpenoid yang mengandung
oksigen (MO). Berdasarkan pengujian GC-MS terdapat 28 senyawa telah
diidentifikasi dari beberapa minyak jeruk purut.
8.5.4 Marmalade
Komposisi dari buah jeruk yang digunakan pada saat pengolahan marmalade
biasanya sebanyak 20% serta komposisi gula 55 – 75%, dengan kandungan
total padatan terlarut minimal 65%. Pada saat pembuatan marmalade
372
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
Untuk pembentukan selai yang ideal, bisa dengan komposisi pektin 1%,
gula 65%, dan konsentrasi asam yang cukup untuk menghasilkan nilai pH
3,1. Terlalu banyak pektin akan membuat olesan terlalu keras dan terlalu
banyak gula akan membuatnya terlalu lengket. Buah yang digunakan untuk
pembuatan selai diperiksa kualitasnya dari warna, kematangan, dan rasa.
Gula membantu mengawetkan selai dan berkontribusi dalam rasa. Gula pasir
putih paling sering digunakan untuk membuat selai dan sebagian gula bisa
diganti dengan sirup jagung atau madu, namun rasa buah bisa tertutup dan
struktur gel menjadi berubah. Jika mengurangi jumlah gula, gel tidak akan
terbentuk dan ragi serta jamur bisa tumbuh menyebar pada marmalade
(Vibhakara & Bawa, 2006).
Selai dan marmalade biasanya dianggap sebagai produk yang stabil, karena
konsentrasi gula yang tinggi dapat mengurangi aktivitas air, perawatan
termal yang diterapkan untuk memasak serta sterilisasi kemasan. Namun,
beberapa reaksi dapat terjadi selama penyimpanan produk tersebut, yang
menyebabkan perubahan warna, sifat sensorik umum, hilangnya unsur
nutrisi, dan pembentukan senyawa yang tidak diinginkan sehingga dapat
mengurangi umur simpan (Licciardello & Muratore, 2011).
373
Teknologi Inovatif
Daftar Pustaka
Ajala, A., & Ajao, L. (2012). Production and quality evaluation of ginger-flavoured
banana marmalade. International Journal of Emerging trends in Engineering and
Development, 7, 579 – 584.
Akbari, M., Eskandari, M. H., & Davoudi, Z. (2019). Application and functions of fat
replacers in low-fat ice cream: A review. Trends in Food Science & Technology,
86, 34 – 40.
AlZamily, J. Y., & Naser, S. S. A. (2020). Lemon Classification Using Deep Learning.
Amat, F., Lemon, W., Mossing, D. P., McDole, K., Wan, Y., Branson, K., et al. (2014).
Fast, accurate reconstruction of cell lineages from large-scale fluorescence
microscopy data. Nature methods, 11(9), 951 – 958.
Bapat, V. A., Trivedi, P. K., Ghosh, A., Sane, V. A., Ganapathi, T. R., & Nath, P. (2010).
Ripening of fleshy fruit: molecular insight and the role of ethylene. Biotechnology
advances, 28(1), 94 – 107.
Berk, Z. (2016). Citrus fruit processing: Academic press.
Bravo, L. (1998). Polyphenols: chemistry, dietary sources, metabolism, and nutritional
significance. Nutrition reviews, 56(11), 317 – 333.
BSN. (1998). SNI 01-4467-1998 tentang Marmalade.
Das, D. R., Sachan, A. K., Shuaib, M., & Imtiyaz, M. (2014). Chemical charecterization
of volatile oil components of Citrus reticulata by GC-MS analysis. World Journal
Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences, 3(6), 1197 – 1204.
Eaks, I. L. (1970). Respiratory response, ethylene production, and response to
ethylene of citrus fruit during ontogeny. Plant physiology, 45(3), 334 – 338.
Eckert, J. W., & Eaks, I. (1989). Postharvest disorders and diseases of citrus fruits. The
citrus industry, 5, 179 – 260.
El-Otmani, M., Ait-Oubahou, A., & Zacarías, L. (2011). Citrus spp.: orange, mandarin,
tangerine, clementine, grapefruit, pomelo, lemon and lime Postharvest Biology
and Technology of Tropical and Subtropical Fruits (pp. 437 – 516e): Elsevier.
FAO. (2018). Production. Retrieved from http://www.fao.org/faostat/en/.
Ferguson, L., & Grafton-Cardwell, E. E. (2014). Citrus production manual (Vol. 3539):
UCANR Publications.
Firouzjaei, R. A., Minaei, S., & Beheshti, B. (2018). Sweet lemon mechanical damage
detection using image processing technique and UV radiation. Journal of Food
Measurement and Characterization, 12(3), 1513 – 1518.
Ghasemnezhad, M., Marsh, K., Shilton, R., Babalar, M., & Woolf, A. (2008). Effect of hot
water treatments on chilling injury and heat damage in ‘Satsuma’mandarins:
Antioxidant enzymes and vacuolar ATPase, and pyrophosphatase. Postharvest
Biology and Technology, 48(3), 364 – 371.
374
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
Goff, H. D. (2018). Ice cream and frozen desserts: Product types. Reference Module in
Food Science: Elsevier.
Gualdani, R., Cavalluzzi, M. M., Lentini, G., & Habtemariam, S. (2016). The chemistry
and pharmacology of citrus limonoids. Molecules, 21(11), 1530.
Hussein, Z., Caleb, O. J., & Opara, U. L. (2015). Perforation-mediated modified
atmosphere packaging of fresh and minimally processed produce—A
review. Food Packaging and Shelf Life, 6, 7 – 20. doi:https://doi.org/10.1016/j.
fpsl.2015.08.003.
Hussein, Z., Fawole, O. A., & Opara, U. L. (2020). Harvest and postharvest factors
affecting bruise damage of fresh fruits. Horticultural Plant Journal, 6(1), 1 – 13.
doi:https://doi.org/10.1016/j.hpj.2019.07.006.
Khojastehnazh, M., Omid, M., & Tabatabaeefar, A. (2010). Development of a lemon
sorting system based on color and size. African Journal of Plant Science, 4(4),
122 – 127.
Kimball, D. (1991). Acids in Citrus Juices Citrus Processing (pp. 34 – 54): Springer.
Lado, J., Rodrigo, M. J., López-Climent, M., Gómez-Cadenas, A., & Zacarías, L. (2016).
Implication of the antioxidant system in chilling injury tolerance in the red peel
of grapefruit. Postharvest Biology and Technology, 111, 214 – 223.
Lafuente, M., Zacarias, L., Martínez-Téllez, M., Sanchez-Ballesta, M., & Dupille, E.
(2001). Phenylalanine ammonia-lyase as related to ethylene in the development
of chilling symptoms during cold storage of citrus fruits. Journal of Agricultural
and Food Chemistry, 49(12), 6020 – 6025.
Lafuente, M. T., & Zacarias, L. (2006). Postharvest physiological disorders in citrus
fruit.
Li, Z., & Thomas, C. (2014). Quantitative evaluation of mechanical damage to fresh
fruits. Trends in Food Science & Technology, 35(2), 138 – 150. doi:https://doi.
org/10.1016/j.tifs.2013.12.001.
Licciardello, F., & Muratore, G. (2011). Effect of temperature and some added
compounds on the stability of blood orange marmalade. Journal of Food
Science, 76(7), C1094 – C1100.
Ma’mun, M. m. (2006). Karakteristik Beberapa Minyak Atsiri Famili Zingiberaceae
dalam Perdagangan.
Magwaza, L. S., Opara, U. L., Nieuwoudt, H., Cronje, P. J., Saeys, W., & Nicolaï, B.
(2012). NIR spectroscopy applications for internal and external quality analysis
of citrus fruit—a review. Food and Bioprocess Technology, 5(2), 425 – 444.
Manthey, J. A., & Grohmann, K. (2001). Phenols in citrus peel byproducts.
Concentrations of hydroxycinnamates and polymethoxylated flavones in
citrus peel molasses. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 49(7), 3268 –
3273.
375
Teknologi Inovatif
Martinez-Romero, D., Bailen, G., Serrano, M., Guillén, F., Valverde, J. M., Zapata, P.,
et al. (2007). Tools to maintain postharvest fruit and vegetable quality through
the inhibition of ethylene action: a review. Critical Reviews in Food Science and
Nutrition, 47(6), 543 – 560.
Mayuoni, L., Tietel, Z., Patil, B. S., & Porat, R. (2011). Does ethylene degreening affect
internal quality of citrus fruit? Postharvest Biology and Technology, 62(1), 50 – 58.
Mohapatra, D., Mishra, S., & Sutar, N. (2010). Banana post harvest practices: Current
status and future prospects-A review. Agricultural Reviews, 31(1), 56 – 62.
Nurminabari, I. S. (2018). Kajian penambahan sukrosa dan pektin terhadap
karakteristik marmalade jeruk sunkist (citrus sinensis (l.) osbeck). infomatek.
Opara, L. U. (2007). Bruise susceptibilities of ‘Gala’ apples as affected by orchard
management practices and harvest date. Postharvest Biology and Technology,
43(1), 47 – 54. doi:https://doi.org/10.1016/j.postharvbio.2006.08.012.
Palou, L. (2014). Penicillium digitatum, Penicillium italicum (green mold, blue mold)
Postharvest Decay (pp. 45 – 102): Elsevier.
Porat, R. (2008). Degreening of citrus fruit. Tree and Forestry Science and Biotechnology,
2(1), 71 – 76.
Ramos, B., Miller, F. A., Brandão, T. R. S., Teixeira, P., & Silva, C. L. M. (2013). Fresh
fruits and vegetables—An overview on applied methodologies to improve its
quality and safety. Innovative Food Science & Emerging Technologies, 20, 1 – 15.
doi:https://doi.org/10.1016/j.ifset.2013.07.002.
Renny, A., Rokhani, H., & Sutrisno, S. (2015). Studi degreening pada jeruk cultivar
keprok madu Terigas Kalimantan Barat. Indonesian Journal of Agricultural
Postharvest Research, 12(1), 35 – 44. doi:10.21082/jpasca.v12n1.2015.35-44.
Reuther, W. (1967). The citrus industry: crop protection, postharvest technology, and
early history of citrus research in California (Vol. 3326): UCANR Publications.
Rico, D., Martín-Diana, A. B., Barat, J. M., & Barry-Ryan, C. (2007). Extending and
measuring the quality of fresh-cut fruit and vegetables: a review. Trends in
Food Science & Technology, 18(7), 373 – 386. doi:https://doi.org/10.1016/j.
tifs.2007.03.011.
Sala, J. M. (1998). Involvement of oxidative stress in chilling injury in cold-stored
mandarin fruits. Postharvest Biology and Technology, 13(3), 255 – 261.
Sala, J. M., & Lafuente, M. a. T. (2000). Catalase enzyme activity is related to tolerance
of mandarin fruits to chilling. Postharvest Biology and Technology, 20(1), 81 – 89.
Schirra, M. (1993). Behaviour of ‘Star Ruby’grapefruits under chilling and non-chilling
storage temperature. Postharvest Biology and Technology, 2(4), 315 – 327.
376
VIII.
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Jeruk
377
Teknologi Inovatif
Warsito, W., Noorhamdani, N., Sukardi, S., & Suratmo, S. (2017). Aktivitas antioksidan
dan antimikroba minyak jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dan komponen
utamanya. Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology,
4(1), 13 – 18.
Zacarias, L., Cronje, P. J. R., & Palou, L. (2020). Chapter 21 - Postharvest technology of
citrus fruits. In M. Talon, M. Caruso, & F. G. Gmitter (Eds.), The Genus Citrus (pp.
421 – 446): Woodhead Publishing.
Zacarias, L., Lafuente, M., Marcos, J., Saladie, M., & Dupille, E. (2003). Regulation of
ethylene biosynthesis during cold storage of the chilling-sensitive Fortune
mandarin fruit. NATO Science Series Sub Series I Life and Behavioural ScienceS,
349, 112 – 117.
378
View publication stats